Anda di halaman 1dari 9

LEM

BAR KERJA PROJEK PENERAPAN PRINSIP KIMIA HIJAU


DALAM PEMBUATAN DAN PEMANFAATAN EKOENZIM.

A. RUMUSANMASALAH:
Bagaimana cara pembuatan dan pemanfaatan ekoenzim dari limbah
kulit buah atau sayur.
B. TUJUAN : 1.
Dapat menerapkan prinsip kimia hijau melalui pembuatan ekoenzim
dari limbah kulit buah atau sayur.
2. Mengetahui reaksi kimia dan perubahannya selama pembuatan
ekoenzim.
3.Mengetahui manfaat dan cara penggunaan ekoenzim untuk berbagai
keperluan.
C. LATAR BELAKANG
Masalah sampah dan cara penanggulangannya.
D. DASAR TEORI :
Kimia hijau diterapkan dengan mengurangi atau menetralkan
penggunaan bahan kimia beracun dan berbahaya. Definisi kimia hijau
Dilansir dari situs Byjus, kimia hijau adalah bidang kimia yang
berhubungan dengan desain dan optimalisasi proses serta produk,
untuk menurunkan atau menghilangkan sama sekali produksi dan atau
penggunaan zat beracun. Kimia hijau sering pula disebut kimia
berkelanjutan. Bidang kimia ini tidak bisa disamakan dengan kimia
lingkungan. Sebab kimia hijau lebih berfokus pada dampak lingkungan
dari kimia, serta pengembangan praktik berkelanjutan yang lebih
ramah lingkungan. Misalnya strategi pengendalian pencemaran
lingkungan. Sementara kimia lingkungan lebih fokus pada efek bahan
kimia beracun atau berbahaya terhadap lingkungan. Sedangkan
definisi kimia hijau menurut Environmental Protection Agency (US
EPA), : "Kimia hijau adalah desain produk dan proses kimia yang
mengurangi atau menghilangkan penggunaan atau pembentukan zat
berbahaya." Intinya, green chemistry berupaya mencegah polusi, dan
mengurangi dampak negatif produk serta proses kimia terhadap
lingkungan juga manusia. Pada tahun 1998, Paul Anastas dan John
Warner, merumuskan 12 prinsip kimia hijau, yaitu:
1.Pencegahan (prevention).Prinsip kimia hijau ini menegaskan bahwa
lebih baik mencegah produksi limbah, ketimbang mengolah dan
membersihkannya. 2. Ekonomi atom (atom economy). Metode sintetis
harus dirancang untuk memaksimalkan penggabungan semua bahan
yang akan digunakan dalam proses produk akhir. 3. Sintetis kimia yang
tidak berbahaya (less hazardous chemical synthesis). Apabila
memungkinkan, metode sintetis dirancang untuk menggunakan serta
menghasilkan zat dengan kandungan lebih sedikit atau tanpa toksisitas
terhadap kesehatan manusia juga lingkungan. 4. Perancangan bahan
kimia yang lebih aman (designing safer chemicals). Prinsip kimia hijau
ini menjelaskan bahwa produk kimia harus dirancang untuk
mempertahankan fungsinya sekaligus meminimalkan toksisitas. 5.
Pelarut dan alat bantu yang lebih aman (safer solvents and auxiliaries).
Sebisa mungkin, penggunaan zat tambahan, seperti pelarut atau zat
pemisah, tidak berbahaya saat digunakan. 6. Desain untuk efisiensi
energi (design for energy efficiency) .Prinsip kimia hijau ini
menegaskan bahwa metode sintetis harus dilakukan pada suhu dan
tekanan sesuai sekitarnya. 7. Penggunaan bahan baku terbarukan (use
of renewable feedstocks). Sebaiknya menggunakan bahan mentah dan
bahan baku yang bisa diperbarui secara teknis maupun ekonomis. 8.
Mengurangi turunan (reduce derivatives). Derivatisasi yang diperlukan,
seperti modifikasi sementara dan proteksi atau deproteksi, harus
diminimalkan bahkan dihindari sedapat mungkin. Karena langkah
tersebut memerlukan reagen (bahan yang dipakai dalam reaksi kimia)
tambahan yang dapat menghasilkan limbah. 9. Katalisis (catalysis).
Prinsip kimia hijau ini menyatakan bahwa penggunaan reagen
katalistik dengan selektif akan lebih baik ketimbang reagen
stoikiometri (berkaitan dengan reaksi kimia). Penggunaan katalis
dalam kimia hijau, berperan pada peningkatan selektivitas serta
meminimalkan penggunaan energi. 10. Desain untuk degradasi (design
for degradation). Produk kimia harus dirancang sedemikian rupa, agar
nantinya dapat terurai menjadi produk degradasi yang tidak berbahaya
dan tidak bertahan di lingkungan. 11. Analisis real-time untuk
mencegah polusi (real-time analysis for pollution prevention).
Metodologi analitis perlu dikembangkan lebih lanjut, agar
memungkinkan pemantauan serta pengendalian proses secara real-
time sebelum terbentuknya zat berbahaya. 12. Penggunaan bahan
kimia yang lebih aman untuk mencegah kecelakaan (inherently safer
chemistry for accident prevention). Prinsip kimia hijau ini
mengungkapkan bahwa zat dan bentuk zat yang digunakan dalam
proses kimia sebisa mungkin harus meminimalkan potensi kecelakaan
kimia, seperti ledakan dan kebakaran.
Salah
satu prinsip kimia hijau dapat diwujudkan dalam projek pembuatan
ekoenzim.
Ekoenzim dikembangkan oleh seorang peneliti dari Thailand yaitu
Dr. Rosukon Poompanvong pada tahun 2006.Ekoenzim mengandung
rantai protein (enzim), asam organik, dan garam mineral yang diperoleh
dengan mudah dari hasil fermentasi limbah organik. Ekoenzim memiliki
kemiripan dengan enzim yaitu memiliki tingkat degradasi yang tinggi
dengan waktu yang singkat.
Ekoenzim atau ecoenzymes atau garbage enzyme adalah larutan
kompleks hasil fermentasi dari limbah organik seperti limbah buah dan
sayuran dengan gula merah atau molase dan air dengan bantuan
mikroorganisme selektif dari kelompok jamur dan bakteri selama 3
bulan.Hasil larutan fermentasi memiliki warna coklat tua dan berbau
asam-manis kuat khas produk fermentasi.

Prinsip proses pembuatan ekoenzim adalah terjadinya oksidasi tanpa


ada udara atau fermentasi alami di mana alkohol merupakan produk
utama jika fermentasi tidak sempurna, sedangkan pada fermentasi
sempurna produk utamanya adalah asam asetat. Proses fermentasi dan
lingkungan asam menyediakan kondisi ideal untuk ekstraksi ekoenzim
dari limbah organik. Alkohol yang dihasilkan adalah dalam
bentuk etanol dan terdapat jenis asam lain yang dihasilkan dalam
jumlah kecil yaitu asam propionat.
Larutan dari limbah organik yang diperoleh setelah fermentasi adalah
larutan ekoenzim yang mengandung enzim ekstraseluler yang berbeda.
Enzim ekstraseluler mengacu pada enzim yang disekresikan oleh
mikroba yang memasuki fase air selama proses fermentasi aerobik.
Enzim ekstraseluler seperti protease, amilase, lipase, dan kaseinase
diproduksi dan diperoleh selama fermentasi aerobik dari bahan organik
yang dapat digunakan untuk mendegradasi protein, karbohidrat, lipid,
dan kasein.

Proses fermentasi yang merupakan proses perubahan kimia pada

suatu bahan (subtrat) organik melalui organisme yang menghasilkan

aktifitas enzim seperti menghasilkan CO 2 dan alkohol yang

menyebabkan terjadinya perubahan sifat. Bahan dari proses

fermentasi ini ialah limbah sisa sayur dan buah, molase dan air.

Proses fermentasi dibantu oleh adanya metabolisme bakteri pada

kondisi anaerob yang secara alami terdapat bahan eco-enzyme seperti

limbah sayur dan buah tersebut. Proses fermentasi terjadi dimana

karbohidrat diubah menjadi asam volatil, asam organik yang ada

dalam bahan limbah juga larut ke dalam larutan fermentasi karena pH

enzim sampah bersifat asam di alam. Enzim yang terdapat pada

limbah memiliki kekuatan tertinggi untuk mengurangi atau

menghambat patogen karena sifat asam dari enzim sampah

membantu mengekstraksi enzim ekstraseluler dari limbah organik ke

dalam larutan selama fermentasi. Dalam proses fermentasi, glukosa

dirombak untuk menghasilkan asam piruvat. Asam piruvat dalam

kondisi anaerob akan mengalami penguraian oleh piruvat

dekarbosilase menjadi asetaldehid, selanjutnya asetaldehid diubah

oleh alkohol dehydrogenase menjadi etanol dan karbondioksida,

dimana bakteri Acetobacter akan merubah alkohol menjadi

asetaldehid dan air, yang selanjutnya asetaldehid akan diubah

menjadi asam asetat. Proses fermentasi eco-enzyme terjadi selama 3


bulan. Selama bulan pertama fermentasi, alkohol akan dilepaskan,

sehingga akan tercium bau alkohol dari larutan ekoenzim. Pada bulan

kedua, akan tercium bau asam, yang merupakan bau asam asetat.

Dengan banyak senyawa seperti mineral dan vitamin, itu akan

terus rusak secara alami membentuk enzim. Oleh karena itu, durasi

minimum yang disarankan adalah 3 bulan. Setelah selesai

difermentasi, produk fermentasi eco-enzyme akan memiliki aktivitas

mikroba yang tinggi, sehingga dapat digunakan untuk menghambat

pertumbuhan mikroba.

Secara garis besar pada pembuatan ekoenzim mengalami reaksi kimia


sebagai berikut:
1. Selama proses fermentasi, berlangsung reaksi:
CO2+ N2O+ O2→ O3+ NO3+ CO3 (CO3 tidak stabil dan terurai)
CO3 → CO2 + O2
2. Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) → Alkohol (etanol) + Karbon
dioksida + Energi (ATP)
C6H12O6 → C2H5OH + CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan:118 kJ per
mol)
3. Oksidasi alcohol menjadi aldehid
CH3CH2OH + O2 → CH3CHO + H2O
4. Oksidasi aldehid menjadi asam asetat
CH3CHO + O2 → CH3COOH
Ekoenzim dapat dimanfaatkan untuk cairan pembersih rumah tangga
alami, pembersih lantai, deterjen, antiseptik alami, mencegah
penyumbatan saluran air, menghilangkan bau tidak sedap, mengolah
limbah air, agen antimikroba, penangkal
nyamuk, insektisida, pestisida, pupuk, menangani akumulasi logam
berat. Berikut tabel perbandingan volume ekoenzim dan air yang
digunakan untuk berbagai kebutuhan.

Tabel perbandingan komposisi ekoenzim dan air

Komposisi (mL)

Kegunaan Keterangan
Ekoenzi
Air
m

Dapat ditambah 2 sendok soda kue


Deterjen 150-300 -
(baking soda)

Membersihkan 250 - Dapat ditambah baking soda terlebih


saluran air dahulu kemudian setelahnya
digunakan ekoenzim

Mencuci Langsung digunakan sebagai


piring pengganti sabun cuci piring

Pembersih Langsung digunakan sebagai


lantai pengganti cairan pembersih lantai

Dapat dimasukkan ke dalam botol


Pembersih
semprot kemudian disemprotkan
furnitur
langsung ke furnitur
100 1000

Untuk hasil maksimal, dapat


Pembersih disemprotkan soda kue (baking
dapur (bekas soda) terlebih dahulu kemudian
minyak) setelahnya disemprotkan dengan
ekoenzim

Dapat dimasukkan ke dalam botol


Pembersih
semprot kemudian disemprotkan
karpet
langsung ke karpet

Dapat dimasukkan ke dalam botol


Pembersih semprot kemudian disemprotkan
60 40
kaca langsung ke kaca atau barang-
barang yang terbuat dari kaca

Sayur dan buah direndam ke dalam


Membersihkan
larutan ekoenzim selama 5 menit.
sayur dan 30 1000
Setelah itu, sayur dan buah dibilas
buah
dengan air mengalir

Dapat dimasukkan ke dalam botol


semprot kemudian disemprotkan
langsung ke tanaman sebagai pupuk
organik. Hindari penggunaan
Pupuk
30 2000 langsung ekoenzim tanpa
tanaman
pengenceran. Ekoenzim bersifat
asam sehingga dapat merusak
tanaman jika digunakan secara
langsung tanpa pengenceran.

Insektisida 15 500 Dapat dimasukkan ke dalam botol


semprot kemudian disemprotkan
langsung ke area sekitar tanaman
Pestisida
yang ingin dilindungi.
Pengurai limbah

Limbah dari nanas, jeruk, tomat, dan mangga yang diolah menjadi
ekoenzim mengandung enzim protease, amilase, dan lipase yang dapat
membantu menguraikan endapan limbah yang dihasilkan dari industri
budidaya ikan.
Penyubur tanah

Ekoenzim yang dibuat dari limbah kulit buah apel, naga,


dan terung dapat meningkatkan nutrisi untuk tanah (dinyatakan
dengan penambahan kandungan nitrogen dan bahan organik) dengan
perbandingan konsentrasi penggunaan antara ekoenzim dan air adalah
1:800

E. ALAT DAN BAHAN :


1. Air bersih 1 liter
2. Gula merah 100 gram
3. Limbah kulit buah atau sayur seperti nanas,pepaya,buah naga,kulit
jambu,kulit jeruk,apel,terung, sawi,kangkung,dsb sebanyak 300
gram
4. 2 botol air minum ukuran 1500 ml
5. Selang water pass 50 cm
6. Lem tembak.
7. Mesin bor atau paku/obeng
8. Timbangan digital atau timbangan roti
9. Pisau/gunting atau blender
10. Wadah tempat untuk potongan kulit buah atau sayur

F. PROSEDUR
1. Siapkan 2 botol yang sudah dibersihkan masing-masing ukuran
1500 ml. Lubangi kedua tutup botol dengan mesin bor atau
menggunakan paku atau obeng dengan diameter sesuai
ukuran selang water pass. Sambungkan kedua tutup botol
dengan selang water pass sepanjang 50 cm. Tutup kedua
lubang dengan lem tembak agar tidak ada pergerakan
udara.Ukuran botol bisa disesuaikan dengan jumlah bahan
yang digunakan.
2. Pada salah satu botol diberi keterangan tanggal mulai
pembuatan ekoenzim serta keterangan nama anggota
kelompok dan kelas.
3. Limbah kulit buah atau sayur yang disiapkan, dihaluskan dengan
dipotong kecil-kecil atau diblender jika memungkinkan.Begitu juga
dengan gula merah dapat dihaluskan dengan menggunakan
peralatan yang sudah disiapkan.
4. Masukkan kulit buah atau sayur yang sudah halus kedalam botol
pertama,tambahkan gula merah yang sudah dihaluskan ,dan
tambahakan air bersih dengan perbandingan 3 : 1 : 10. (Botol
pertama tidak boleh terisi sampai penuh agar ada ruang sisa untuk
pembentukan gas)
5. Siapkan botol kedua yang sudah dilubangi tutup botolnya.Masukkan
air dengan volume sekitar ½ sd ¾ bagian. Hubungkan botol ke -1
dan ke-dua. Amati selama 3 bulan.
6. Pada akhir bulan ke-tiga cairan dan residu dipisahkan dengan
menggunakan alat penyaring atau kain bersih. Cairan yang
terbentuk sebagai cairan ekoenzim. Sedangkan residunya bisa
dimanfaatkan sebagai kompos.
7. Pindahkan cairan yang terbentuk kedalam wadah yang bersih.
8. Amati perubahan yang terjadi dan catat pada lembar data
pengamatan.
Linkhttps://youtu.be/YU9AzKf2ZFA
https://dlh.cimahikota.go.id/article/detail?id=21
G. LEMBAR DATA PENGAMATAN.

NO Tgl Kegiatan Foto Keterangan Pengecekan


Kegiatan dan penilaian
oleh Guru

1 Bukti Foto-
Foto
persiapan
dan
pembuatan
ekoenzim

2 Minggu Catat
pertama perubahannya

3 Minggu kedua Catat


perubahannya

4 Minggu ketiga Catat


perubahannya

5 Minggu Pada 1 bulan


keempat pertama ,tutup
(bulan botol pertama
pertama akhir dapat dibuka
) untuk
mengetahui bau
yang
timbul,kemudian
ditutup lagi.

6 Bulan kedua Pada bulan


akhir kedua
akhir,tutup botol
pertama dapat
dibuka untuk
mengetahui bau
yang
timbul,kemudian
ditutup lagi.

7 Bulan ketiga Pada bulan


akhir ketiga akhir
terbentuknya
ekoenzim
8 Rencana
Pemanfaatan
ekoenzim
dilingkungan
sekolah

H. ANALISIS DATA DAN MENJAWAB PERTANYAAN


Buat analisis data sesuai data pengamatan serta jawablah pertanyaan
berikut :
1. Jelaskan fungsi gula merah pada pembuatan ekoenzim.
2. Jelaskan warna yang dihasikan dari ekoenzim yang telah kalian
buat.
3. Pada akhir bulan pertama apakah sudah dihasilkan alcohol ?
Jelaskan! Dari pengamatan bau.
4. Pada akhir bulan kedua apakah sudah dihasilkan asam asetat ?
jelaskan ! Dari pengamatan bau.
5. Tuliskan rangkaian reaksi yang timbul dari pembuatan ekoenzim
(reaksi setara).
6. Mengapa dalam pembuatan ekoenzim tersebut perlu botol kedua
yang berisi air yang dihubungkan pada botol pertama yang berisi
bahan untuk ekoenzim? Jelaskan !
7. Pada akhir bulan ketiga dihasilkan enzim . sebutkan serta jelaskan
fungsi masing-masing enzim tersebut !
8. Apakah ada permasalahan yang timbul yang tidak sesuai dengan
dasar teori yang ada pada pembuatan ekoenzim yang kalian buat ?
Jelaskan !
9. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri hasil ekoenzim yang baik.
10. Pada projek pembuatan ekoenzim tersebut,manakah yang
berkaitan atau berhubungan dengan 12 prinsip kimia hijau ?
jelaskan !
11. Ekoenzim yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan. Rencanakan manakah yang kalian pilih untuk
pengaplikasiannya di lingkungan sekolah. Berikan penjelasan
secukupnya!

I. KESIMPULAN
Berikan kesimpulan mengenai ekoenzim yang sudah kalian buat

J. SARAN
Berikan saran-saran untuk perbaikan

DAFTAR PUSTAKA

1. Ratna P.Ayuk. (2021). IPA X.Jakarta: Kementerian


Pendidikan ,Kebudayaan,Riset,dan Teknologi Republik Indonesia.
2. Sudarmo,Unggul.(2018).Kimia 3.Jakarta: Erlangga
https://files1.simpkb.id/guruberbagi/rpp/221114-1673333897.pdf
https://eprints.umm.ac.id/93155/3/BAB%20II.pdf
http://eprints.polsri.ac.id/10994/3/FILE%20III.pdf
https://dlh.cimahikota.go.id/article/detail?id=21
https://id.wikipedia.org/wiki/Ekoenzim
https://www.kompas.com/skola/read/2022/08/03/090000069/definisi-
kimia-hijau-dan-12-prinsipnya?page=all
https://youtu.be/YU9AzKf2ZFA

Anda mungkin juga menyukai