Anda di halaman 1dari 12

Makalah kimia hijau

Susun oleh :
1.Mohamad arifin ilham 21
2.muhamad fareliano firdaus 24
3. Kanaka arga vatsyana 16
MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

GREEN CHEMISTRY (KIMIA HIJAU)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Isu tentang polusi, limbah, pemanasan global sering diberitakan dalam media masa. Di era modern ini, isu-isu
tersebut menjadi isu yang sensitif. Peningkatan kadar polutan yang relatif
besar, membuat pembuat kebijakan, aktivis lingkungan dan juga masyarakat umum mulai memikirkan
masa depan bumi ini. Hal ini melahirkan istilah ramah lingkungan. Dewasa ini, hampir setiap kegiatan,
baik kegiatan sosial maupun industri, dituntut untuk memenuhi kriteria ramah lingkungan.

Kimia merupakan salah satu disiplin ilmu yang memegang peranan penting dalam menentukan keberlanjutan
kehidupan manusia di Bumi. Kondisi pembangunan industri dan kondisi saat ini masih didominasi oleh
ketergantungan pada penggunaan sumber daya alam yang sebagian besar merupakan sumber daya yang tidak
terbaharukan. Pembangunan selanjutnya mengganti sumber daya yang diambil dari lingkungan dengan limbah
yang seringnya tidak ramah lingkungan, dan akhirnya membahayakan kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya.

Baru dalam beberapa tahun belakangan ini, Ilmu Kimia dipandang sebagai salah satu ilmu dasar yang sangat
diperlukan untuk mengatasi dan kemudian menghentikan timbulnya permasalahan lingkungan dalam rangka
menunjang pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan atau pembangunan lestari.

Kesinambungan dalam ilmu dan teknologi dimulai ketika kita mulai berfikir bagaimana untuk memecahkan
masalah atau bagaimana untuk mengaplikasikan ilmu ke dalam teknologi. Kimia sebagai ilmu dari materi dan
transformasinya, berperanan penting dalam proses ini dan menjembatani ilmu fisika, material dan hayati.
Hanya proses kimia yang telah dicapai melalui optimasi yang hati-hati-maksimum dalam efisiensi, akan
membawa pada produksi dan produk yang berkesinambungan. Ilmuwan dan teknokrat, yang menemukan,
mengembangkan dan mengoptimasi proses tersebut, oleh karenanya mereka memegang peranan penting.
Kepedulian, kreativitas dan pandangan ke depan mereka dibutuhkan untuk menghasilkan reaksi dan proses
kimia dengan efisiensi maksimum. Term "Kimia Hijau" telah digunakan untuk usahausaha mencapai tujuan ini

Pertumbuhan industri kimia yang ramah lingkungan semakin dibutuhkan. Kecenderungan tersebut dikenal
dengan istilah green chemistry atau teknologi berkesinambungan. Green chemistry muncul karena adanya
pergeseran paradigma konsep tradisional tentang efisiensi konsep yang berfokus utama pada hasil reaksi
kimia, yang secara ekonomis bisa mengeliminasi limbah dan menghindari pemakaian material yang bersifat
toksik dan atau berbahaya.

Aktivitas green chemistry diformulasikan sebagai usaha pemakaian bahan dasar (terutama yang dapat
diperbaharui) secara efisien, penghilangan limbah dan penghindaran pemakaian reagen
dan pelarut yang bersifat toksik dan atau berbahaya dalam industri dan aplikasi produk kimia.

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan Green Chemistry (kimia hijau)?
2. Bagaimana konsep dari kimia hijau serta penerapannya sebagai upaya menanggulangi permasalahan
dimasa mndatang?

1. Tujuan Penulisan

Tujuan disusunnya makalah untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Selain itu penyusunan ini juga
untuk membuka jendela pengetahuan tentang “green chemistry (kimia hijau)” yang ada saat ini. Harapan
penulis adalah agar makalah ini tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, akan tetapi bermanfaat juga bagi
meraka yang membutuhkan untuk referensi ataupun bahan bacaan semata.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Green Chemistry

Green chemistry (kimia hijau) adalah desain produk kimia dan proses yang mengurangi atau
menghilangkan penggunaan atau generasi zat berbahaya.

Green chemistry adalah suatu falsafah atau konsep yang mendorong desain dari sebuah produk ataupun
proses yang mengurangi ataupun mengeliminir penggunaan dan produksi zatzat (substansi) toksik dan
atau berbahaya. Konsep green chemistry berkaitan dengan Kimia Organik, Kimia Anorganik, Biokimia, dan
Kima Analitik. Bagaimanapun juga, konsep ini cenderung mengarah ke aplikasi pada sektor industri. Patut
digarisbawahi di sini, bahwa green chemistry berbeda dengan environmental chemistry (Kimia
Lingkungan). Green chemistry lebih berfokus pada usaha untuk meminimalisir penghasilan zat-zat
berbahaya dan memaksimalkan efisiensi dari penggunaan zat-zat (substansi) kimia. Sedangkan,
environmental chemistry lebih menekankan pada fenomena lingkungan yang telah tercemar oleh
substansi-substansi kimia (Nurma, 2008).

2.2 Konsep Green Chemistry

a) Lebih mengedepankan usaha mencegah timbulnya limbah dibanding usaha menangani limbah
yang dihasilkan dalam proses produksi.

b) Ekonomi atom

c) Mengurangi pemakaian bahan kimia barbahaya dan atau toksik

d) Mendesain produk yang lebih ramah lingkungan

e) Meningkatkan usaha penggunaan pelarut dan bahan kimia lain yang tidak berbahaya

f) Mendesaian pemakaian energi yang efisien

g) Lebih mengutamakan penggunakan bahan dasar yang dapat diperbaharui.

h) Melakukan proses sintesis yang relatif lebih pendek (menghindari proses penurunan hasil
sintesis)

i) Mengutamakan reaksi katalisis dibandingkan reaksi stoikiometrik


j) Mendesain produk yang dapat didegradasi (didaur ulang)

k) Melakukan metode analitik pada usaha pencegahan polusi

l) Minimalisasi potensi kecelakan kerja.

Berdasar prinsip tersebut, fokus utama green chemistry yang juga menjadi fokus utama penelitian dewasa
ini adalah:

a) Rute alternatif proses sintesis yang didasarkan pada efisiensi atom, dapat dicapai dengan
pemakaian katalis dan biokatalis, proses sintesis alami (misalnya fotokimia dan elektrokimia)

b) Kondisi reaksi alternatif yang didasarkan pada pemakaian pelarut yang mempunyai dampak
kecil terhadap lingkungan, menaikkan selektifitas dan menurunkan jumlah limbah dan emisi yang
dihasilkan.

c) Desain, penggunaan dan produksi bahan kimia yang relatif tidak toksik yang bisa menurunkan
potensi kecelakaan.

d) Pemakaian bahan dasar dan reagen yang bisa meninggalkan ketergantungan pada bahan bakar
minyak.

e) Evaluasi bahaya yang ditimbulkan oleh proses kimia, produk kimia dan reagen serta produk
samping.

Green chemistry ditujukan pada dampak produk dan proses industri terhadap lingkungan. Prinsip
utama dalam green chemistry adalah “mencegah lebih baik daripada mengobati”, sehingga
tujuanGreen chemistry adalah mencegah timbulnya polusi daripada menangani limbah yang terjadi.

Definisi alternatif green chemistry yang lebih disukai oleh kalangan idustri adalah teknologi
berkesinambungan (sustainable technologies). Teknologi berkesinambungan bertujuan untuk
mempertemukan kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhannya. Teknologi berkesinambungan merupakan tujuan utama dari konsep green
chemistry .

2.3 Manfaat Green Chemistry

Alasan utama dan tak bisa dibantah lagi karena hampir semua aspek dalam kehidupan sehari
–hari berkaitan dengan produk kimia. Kedua perkembangan produk kimia telah menimbulkan masalah
baru bagi lingkungan dan kesehatan bahkan efek-efek lain yang belum diketahui.?? Salah satu contoh
adalah pemakaian pestisida DDT.

Konsep Green Chemistry dapat lakukan yaitu mendorong pencegahan terhadap polusi mulai dari
tingkat molekuler melalui desain sintesis dan mendukung lebih lanjut penemuan proses kimia yang
lebih ramah lingkungan yang tidak hanya dapat mengurangi sisa bahan beracun tapi menghilangkan
sama sekali subtansi-substansi yang berpotensi racun dan berbahaya.

Paul Anastas sang “Bapak Green Chemistry” bersama John C.Warner telah mengembangkan 12 prinsip
Green Chemistry yang dapat menterjemahkan teori menjadi tindakan.

12 prinsip yang dijadikan pedoman untuk kampanye gerakan Green Chemistry ini adalah

1. Mencegah terjadinya limbah lebih baik daripada mengolah dan membersihkannya.


Yaitu bagaiamna kemampuan kimiawan untuk merancang ulang transformasi kimia untuk
meminimalkan produksi limbah berbahaya merupakan langkah pertama yang penting dalam
pencegahan polusi. Dengan mencegah generasi sampah, kita meminimalkan bahaya yang
berhubungan dengan limbah, transportasi, penyimpanan dan perawatan.

2. Ekonomi atom, metoda sintesis yang efisien

Adalah sebuah konsep perancangan proses kimia yang bisa mengubah semaksimal mungkin bahan
baku menjadi produk target ketimbang menghasilkan senyawa sampingan (side product) . Metode
sintetis seharusnya didesain untuk memaksimalkan penggabungan dari semua bahan yang digunakan
dalam proses menjadi produk akhir.

Pemanfaatan atom, efisiensi atom atau konsep ekonomi dari atom merupakan sarana yang sangat
berguna untuk mempercepat evaluasi jumlah limbah yang dihasilkan pada proses alternatif. Efisiensi
atom dihitung dari massa molekul produk dibagi dengan jumlah total massa molekul senyawa yang
terbentuk pada kondisi reaksi stoikiometrik yang terlibat.

Atom ekonomi bisa didekati dengan perhitungan sebagai berikut:

% Atom ekonomi = (berat molekul produk target)/(berat molekul semua bahan baku) x
100%

3. Melakukan sintesis kimia yang tidak berbahaya

Mendesain sintesa untuk digunakan dan menghasilkan zat kimia yang tidak atau hanya sedikit
menjadi racun bagi manusia dan lingkungannya. Memilih metode yang lebih aman dikimia adalah
seperti menggunakan obeng bukan pisau untuk mengencangkan sekrup. Pisau mungkin mampu
mengencangkan sekrup, tapi itu berbahaya.

Contoh dari konsep ini adalah penggantian reaksi klorinasi dalam pembentukan intermediet 4-
aminodifenilamina pada produksi karet dimana klorin merupakan senyawa yang beracun, yang
diganti dengan rekasi kopling langsung aniline dengan nitrobenzene yang teraktifkan oleh basa.
Hasil dari penggantian tersebut berupa limbah organic, anorganik, dan air yang masing-masing
70,99, dan 97% lebih kecil.

4. Mendesain senyawa kimia yang tak beracun

Produk kimia harus dirancang sedemikian rupa sehingga menghasilkan fungsisebagaimana yang
diinginkan dan memberikan toksisitas seminimal mungkin. Misalnya biosida ramah lingkungan yang
berbasis pada 4,5-dikloro-2-oktil-4-isotyiazolin-3on yang dibuat oleh Albright and Wilson Americas
sebagai pengganti biosida konvensional yang sangat beracun pada organism air dan manusia

5. Pemakaian pelarut dan bahan-bahan yang aman

Pelarut sangat diperlukan dalam sebagian besar reaksi karena pelarut merupakan media untuk
campur, transfer panas, dan kadang mengontrol reaktifitas pereaksi. Penggunakan pelarut biasanya
mengarah ke produksi limbah. Oleh karena itu penurunan volume pelarut atau bahkan penghapusan
total pelarut akan lebih baik. Dalam kasus di mana pelarut diperlukan, hendaknya perlu diperhatikan
penggunaan pelarut yang cukup aman. Kebanyakan pelarut bersifat mudah terbakar atau beracun,
dan hamper semuanya merupakan senyawa organic yang mudah menguap sehingga menyumbang
pencemaran udara.

Supercritical Carbon Dioxide adalah karbon dioksida (CO2) yang berada dalam fase cair (liquid
phase),yang berada di atas ataupun pada temperatur dan tekanan kritis. Yaitu pada temperatur
o
31,1 C ke atas dan tekanan 73,3 atm. Zat ini banyak dimanfaatkan sebagai pelarut dalam
industri,dikarenakan oleh zat ini memiliki kandungan racun yang rendah dan memiliki tidak memiliki
dampak lingkungan yang berarti. Selain itu, rendahnya temperatur dari proses dan stabilitas CO 2
memungkinkannya berfungsi sebagai pelarut layaknya aqua distilata.
6. Mendesain pemakaian energi yang efisien

Kebutuhan energi yang berdampak pada lingkungan dan ekonomi harus diminimalkan. Jika
mungkin, metode sintetis dan pemurnian harus dirancang untuk suhu dan tekanan ruang,
sehingga biaya energi yang berkaitan dengan suhu dan tekanan ekstrim dapat diminimalkan.

7. Pemakaian bahan baku yang dapat diperbaharui

Minyak bukan merupakan sumber daya terbarukan. 90-95% dari produk yang kita gunakan (botol
plastik, farmasi, cat, non-stick coating, kain, dll) berasal dari minyak. Bahan baku terbarukan (jagung,
kentang, biomassa) dapat digunakan untuk membuat banyak Produk: bahan bakar (etanol dan bio-
diesel), plastik dan lainnya.

8. Mengurangi senyawa turunan yang tak perlu

Derivatisasi yang tidak perlu (penggunaan kelompok „blocking“, proteksi / deproteksi, modifikasi
sementara proses fisika / proses kimia) harus dikurangi atau dihindari jika mungkin, karena
langkah-langkah seperti ini membutuhkan reagen tambahan dan dapat menghasilkan limbah.
Transformasi Sintetik yang lebih selektif akan menghilangkan atau mengurangi kebutuhan untuk
proteksi gugus fungsi. Selain itu, urutan sintetis alternatif dapat menghilangkan kebutuhan untuk
mengubah gugus fungsi dengan ada gugus fungis lain yang lebih sensitif.

9. Pemakaian katalis sangat baik secara stoikiometris

Secara stoikiometri katalis dengan selektivitas yang tinggi memang lebih unggul dalam reaksi. Katalis
dapat memainkan beberapa peran dalam proses transformasi, antara lain dapat meningkatkan
selektivitas reaksi, mengurangi suhu transformasi, meningkatkan tingkat konversi produk dan
mengurangi limbah reagen (karena mereka tidak dikonsumsi selama reaksi). Dengan mengurangi
suhu, kita dapat menghemat energi dan berpotensi menghindari reaksi samping yang tidak
diinginkan.

10. Desain produk yang mudah terdegradasi

Produk kimia seharusnya didesain hingga pada akhir fungsinya nanti mereka dapat terurai menjadi
produk degradasi yang tidak berbahaya ketika mereka dilepaskan ke lingkungan. Disinilah arti
pentingnya sintesis material sehari-hari yang biodegradable, misalnya biopolimer, plastik ramah
lingkungan dst.

11. Pencegahan polusi lingkungan

Metodologi analitis perlu lebih dikembangkan untuk memungkinkan real-time proses monitoring
dan kontrol sebelum pembentukan zat berbahaya. Waktu analisis riil untuk ahli kimia adalah proses
"memeriksa kemajuan reaksi kimia seperti yang terjadi. "

12. Pencegahan terhadap kecelakaan

Salah satu cara untuk meminimalkan potensi kecelakaan kimia adalah memilih pereaksi dan pelarut
yang memperkecil potensi ledakan, kebakaran dan kecelakaan yang tak disengaja. Risiko yang terkait
dengan jenis kecelakaan ini kadang-kadang dapat dikurangi dengan mengubah bentuk (padat, cair
atau gas) atau komposisi dari reagen.

2.4 Permasalahan Besar Terkait Green Chemistry

Ada beberapa permasalahan yang akan dihadapi dimasa mendatang yaitu mengenai energi, air,
makanan, lingkungan dan penyakit, yang berkaitan erat dengan kimia dan hanya dapat diselesaikan
dengan konsep kimia yang baru, yaitu kimia hijau.
2.4.1 Untuk masalah energi, terbuka lebar peluang baru yang bisa dimainkan oleh kimia hijau
dalam hal konversi dan penyimpanan. Dalam hal konversi energy yang berasal dari
bahan bakar minyak bumi, batu bara, gas, dan biomassa, Kimia hijau dapat
memberikan andil mengenai bagaimana menemukan metode efisien untuk
mendapatkan syngas (CO dan H2) dari gas alam, bagaimana transformasi ramah
lingkungan metana menjadi hidrokarbon yang lebih besar, dan bagaimana
meningkatkan produksi bahan bakar bio dari selulosa dan komponen biomassa yang
lain dengan memanfaatkan enzim tertentu. Dalam hal konversi energy dari sinar
matahari menjadi energy listrik. Kimia hijau dapat berperan misalnya dalam aspek
bagaimana mencari pengganti teknologi berbasis silicon yang mahal namun efisiennya
rendah.

Masalah kekurangan energi di dunia, dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tak dapat diperbaharui
dan berpotensi merusak lingkungan seperti karbondioksida, menipisnya lapisan ozon, dampak
penambangan serta bahan beracun di sekitar kita. Untuk masalah kekurangan energi ini Green
chemistry dapat menjadi pendorong dalam pembuatan energi alternative seperti photovoltaics,
rekayasa bahan bakar hidrogen, bahan bakar nabati atau biologis dan yang lainnya. Selain itu
gerakan Green Chemistry lain ialah meningkatkan pemakaian katalis yang tepat dan mampu
mengefisienkan pemakaian energi. Sebab jika alur proses sintesis dapat dipotong otomatis
pemakaian energi dapat dihemat.

2.4.2 Masalah Perubahan Iklim Global.

Perubahan iklim, kenaikan suhu lautan , kimia stratosfir, dan pemanasan global adalah bidang
kajian yang digarap oleh teknologi green chemistry.

2.4.3 Masalah Sumberdaya alam yang kian menipis.

Eksploitasi yang berlebihan atas sumber daya alam tak terbaharui, menyebabkan
ketidakseimbangan pada skala yang memprihatinkan .Oleh karena itu pemakaian bahan
bakar fosil menjadi isu utama dalam kajian Green Chemistry.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan melalui Green Chemistry ialah sintesis bahan bakar yang dapat
diperbaharui secara berkesinambungan baik dari segi ekonomi dan teknologi seperti: teknologi
biomassa, teknologi nanosains, biosolar, efisiensi karbondioksida , zat chitin dan pengolahan
limbah.

2.4.4 Masalah Kekurangan pangan.

Ketika terjadi kelangkaan pangan maka aliran distribusi pun melemah. Sedangkan

metoda pertanian sekarang ini tak mampu lagi mengatasi masalah pangan di masa
mendatang. Untuk itu perlu adanya metoda baru dalam mengatasi masalah pangan ini dan
Green chemistry secara sains dapat berperan dalam teknologi produksi makanan masa depan
dengan cara: Pertama, mengembangkan sejenis pestisida yang hanya berpengaruh pada
organisme yang menjadi target dan dapat secara mudah terdegradasi menjadi zat tak
berbahaya.
Kedua, mendesain proses daur ulang sisa-sisa produk pertanian untuk dapat diolah kembali.
Ketiga Menbuat sejenis fertilizer (anti pertumbuhan) yang digunakan dengan takaran sesedikit
mungkin dengan tingkat keberhasilan tinggi.

2.4.5 Masalah Alam Lingkungan yang semakin terpolusi.

Penerapan Green Chemistry pada sendi-sendi penelitian dan proses produksi yang dilakukan
secara konsisten dan tepat, dapat mengurangi bahkan menghilangkan senyawa beracun yang
berdampak manusia, biosfir dan lingkungan sekitar.
2.5 Aplikasi Green Chemistry

Green Chemistry bukan sekedar konsep!! Cara terbaik memahami Green Chemistry tentu haruslah dari
aplikasinya juga. Hal ini penting guna menepis anggapan bahwa Green Chemistry cuma Konsep yang
bagus . Simak penemuan dan aplikasi Green Chemistry yang memenangkan penghargaan dari
Presidential Green Chemistry Challenge Awards yang didukung ACS Green Chemistry Institute.

1. Vitamin C (asam askorbat) untuk proses pembuatan polimer.

Professor Krzysztof Matyjaszewski dari Carnegie Mellon University telah


mengembangkan pelarut yang aman bagi lingkungan. Proses yang ditelitinya disebut “
Atom Transfer Radical Polymerization (ATRP)” yang biasa dilakukan untuk proses pembuatan
polimer.Menariknya proses ATRP ini dilakukan dengan Vitamin C (asam askorbat) sebagai
pereduksi (reduction agent).Tentu saja hal ini menghemat pemakaian katalis serta aman bagi
lingkungan.

1. Gula dan minyak sayur sebagai bahan baku cat. Procter and Gamble mengembangkan cat yang yang
dapat diperbaharui. Produsen cat biasanya memakai senyawa alkid sebagai bahan baku cat karena
sifatnya tahan lama, mengkilap dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan misalnya bahan
bangunan, industri metal, alat pertanian dan konstruksi. Namun sayangnya senyawa ini beracun. Oleh
®
karena itu Procter & Gamble menciptakan formulasi cat berbahan baku minyak Sefose menggantikan
®
bahan baku yang berasal dari turunan minyak bumi. Minyak Sefose dibuat dari gula dan minyak sayur
yang jauh lebih aman bahkan pemakaiannya hanya separuh dari senyawa alkid.
2. Gula pati dan selulosa sebagai bahan bakar.

Virent Energy Systems, Inc. membuat bahan bakar yang berasal dari Gula pati dan selulosa,
Cadangan minyak bumi yang terus menipis mendorong perusahaan ini mencari bahan bakar
alternatif dari sumber yang dapat diperbaharui.Dengan bahan dasar air dan katalis khusus gula
pati dan selulosa dapat diubah menjadi bahan bakar alternatif melalui proses yang hemat energi
dan mudah dimodifikasi sesuai kebutuhan. Ini suatu terobosan yang menarik untuk
mengimbangi harga minyak bumi yang tidak stabil.

1. Pemakaian enzim untuk pembuatan bahan dasar kosmetik.

Eastman Chemical dikenal sebagai perusahaan yang membuat kosmetik dan perlengkapan mandi .
Perusahaan seperti ini seringkali memakai asam kuat dan pelarut yang beracun. Pemakaian
bahan–bahan jenis ini membutuhkan proses yang mahal . untuk mengatasi masalah ini Eastman
Chemical mengembangkan teknologi pembuatan ester yang biasa digunakan sebagai bahan baku
dengan secara enzimatis. Pembuatan ester dengan cara ini ternyata lebih hemat dan aman karena
berbahan baku alami.

1. Kacang kedelai sebagai Bahan Pembuatan Toner printer.

Umumnya toner printer dibuat dari turunan minyak bumi. Sifatnya yang sulit lepas dari kertas
mempersulit proses daur ulang. Perusahaan Battelle bersama Advanced Image Resources dan
badan kedelai Ohio. Menciptakan toner yang berasal dari kedelai.Toner kedelai ini memiliki
kualitas yang sama dengan toner konvensional selain mudah dihapus dari kertas dan
pembuatannya yang hemat energi. Tentu saja ini berita baik karena proses daur ulang jadi lebih
mudah.

1. Kacang kedelai sebagai bahan baku pembuatan lem perekat.

Lem perekat banyak dipakai di perusahaan kayu dan kertas. Namun lem perekat yang umum
dipakai mengandung formaldehid yang diketahui cukup berbahaya dan bisa menyebabkan
kanker. Professor Kaichang Li dari Oregon State University bersama perusahaan pengolahan
hutan Columbia and Hercules Inc. Mengembangkan bahan perkat berbahan dasar kacang kedelai
sebagai pengganti 47 juta pon perekat berbahan dasar formaldehid.
1. Green process ala S.C. Johnson & Son, Inc.

Mulai tahun 2005 S.C. Johnson & Son, Inc, membuat sistem yang mengukur sejauh mana
kandungan produk yang mereka buat memiliki pengaruh pada lingkungan dan kesehatan. Sistem
ini dinamakan Greenlist™. Dengan sistem ini formulasi dari suatu produk lebih mudah di
modifikasi, hasilnya S.C. Johnson & Son berhasil mengurangi 4 juta pon pemakaian polyvinylidene
chloride (PVDC) per tahun.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Green Chemistry atau kimia hijau yang disebut juga sebagai sustainable chemistry (kimia yang berkelanjutan)
merupakan desain produk dan proses kimia dengan mengurangi atau menghilangkan penggunaan maupun
penghasilan zat berbahaya baik terhadap manusia maupun lingkungan. Konsep dari kimia hijau memungkinkan
terbentuknya penyelesaian dari berbagai permasalahan yang belakangan ini disebabkan oleh sebagian besar
aktifitas manusia. Aplikasi kimia hijau dalam teknologi memberikan sejumlah manfaat antara lain, mengurangi
limbah, mengurangi biaya, produk yang lebih aman, dan mengurangi penggunaan energi dan sumber daya
alam.

3.2 Saran

Konsp kimia hijau dalam upaya pelestarian kehidupun yang sangat menarik ini diharapkan tidak hanya
berhenti dalam tulisan dan hanya dipelajari dalam bangku perkuliahan saja. Namun dapat menjadi modal
dalam hal pengaplikasian dan penelitian-penelitian baru terkait kimia yang ramahl
lingku ngan . Selai n itu diperlukan pu la sosialisasi mengen ai kimi a hijau kepad a seluruh kalan gan
masyarakat sesuai dengan tingkat kebutu han nya s ehingga aka n lebih mempercepa t tercapai nya
tujuan dari kimia hijau dalam seluruh aspek kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

Anon im, Aplikasi Green Chemistry yang memenangkan penghargaan dari presiden tial Green
Chemistry Challeg Awards.

http://www.epa.gov/greenchemistry/

Nurma, 2008. Green Chemistry.

http://nurma.staff.fkip.uns.ac.id/green-chemistry/

Rapat Ter buka

0, Y IMI AT AL I

Anda mungkin juga menyukai