Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KIMIA

DISUSUN OLEH

KELOMPOK : 4
MUHAMMAD AZWAR DAUD LUBIS
DWI RIANTI
DHAVIN NUGRAHA
SALMA ROSIQOH
SI RAJUL MUNIR
NABILA NUR AINUN

Judul : PRINSIF- PRINSIF KIMIA HIJAU


Mata pelajaran : KIMIA
Kelas : (X) 1
Guru Mapel : RISKA KHAIRIYAH S.Pd
MADINATUSSALAM SUMATERA
UTARA
Tahun 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat,hidayah dan inayah sehingga
kita dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang kami buat yakni berjudul menciptakan
kegiatan yang mendukung prinsif kimia hijau Makalah ini bersumber dari berbagai sumber baik
dari media cetak maupun internet. Tujuan kami membuat tugas makalah ini agar kami dapat
lebih mengenal tentang menciptakan kegiatan yang mendukung prinsif kimia hijau Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya maupun yang
mendengarkannya. sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
makalah ini masih banyak kekurangannya , Maka dari itu kami berharap kepada teman teman
sekalian tak lupa memberi kritik dan saran yang bersifat positif bagi kelompok kami, guna
penulisan karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Harapan kami, semoga
makalah yang sederhana ini, dapat memberi kesadaran tersendiri bagi generasi muda bahwa kita
juga harus mengetahui menciptakan kegiatan yang mendukung prinsif kimia hijau
DAFTAR ISI

JUDUL : ……………………………………………………………………..I

KATA PENGANTAR :…………………………………………………….II

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH :…………………………………III


B. RUMUSAN MASALAH : …………………………………………….I
C. TUJUAN PEMBAHASAN: ………………………………………….I

BAB II PEMBAHASAN

A pengertian kimia hijau ramah lingkungan

B prinsif prinsif kimia hijau ramah lingkungan

C cara mengurangi dan mencegah pencemaran pada lingkungan

D. Upaya dan strategi penanggulangan percemaran lingkungan


E. Contoh penerapa kimia hijau di lingkungan

BAB III PENUTUP

A SARAN : …………………………………………….. 3

B. KESIMPULAN: …………………………………….. 5

DAFTAR PUSTAKA: …………………………………….. 10


BAB I

PENDAHULUAN

Hampir semua aspek dalam kehidupan sehari sehari berkaitan dengan produk kimia kedua
perkembangan produk kimia telah menimbulkan masalah baru bagi dilingkungan dan kesehatan
bagi lingkungan dan kesehatan bahkan efek efek lain isu tentang polusi, limbah, pemanasan
global sering diberitakan dalam media masa. Di era
modern ini, isu-isu tersebut menjadi isu yang sensitif. Peningkatan kadar polutan yang relatif
besar, membuat pembuat kebijakan, aktivis lingkungan dan juga masyarakat umum mulai
memikirkan masa depan bumi ini. Hal ini melahirkan istilah ramah lingkungan. Dewasa ini,
hampir setiap kegiatan, baik kegiatan sosial maupun industri, dituntut untuk memenuhi kriteria
ramah lingkungan.
Kimia merupakan salah satu disiplin ilmu yang memegang peranan penting dalam menentukan
keberlanjutan kehidupan manusia di Bumi. Kondisi pembangunan industri dan kondisi saat ini
masih didominasi oleh ketergantungan pada penggunaan sumber daya alam yang sebagian besar
merupakan sumber daya yang tidak terbaharukan. Pembangunan selanjutnya mengganti sumber
daya yang diambil dari lingkungan dengan limbah yang seringnya tidak ramah lingkungan, dan
akhirnya membahayakan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Baru dalam beberapa tahun belakangan ini, Ilmu Kimia dipandang sebagai salah satu ilmu dasar
yang sangat diperlukan untuk mengatasi dan kemudian menghentikan timbulnya permasalahan
lingkungan dalam rangka menunjang pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan atau
pembangunan lestari.
Kesinambungan dalam ilmu dan teknologi dimulai ketika kita mulai berfikir bagaimana untuk
memecahkan masalah atau bagaimana untuk mengaplikasikan ilmu ke dalam teknologi. Kimia
sebagai ilmu dari materi dan transformasinya, berperanan penting dalam proses ini dan
menjembatani ilmu fisika, material dan hayati. Hanya proses kimia yang telah dicapai melalui
optimasi yang hati-hati-maksimum dalam efisiensi, akan membawa pada produksi dan produk
yang berkesinambungan. Ilmuwan dan teknokrat, yang menemukan, mengembangkan dan
mengoptimasi proses tersebut, oleh karenanya mereka memegang peranan penting. Kepedulian,
kreativitas dan pandangan ke depan mereka dibutuhkan untuk menghasilkan reaksi dan proses
kimia dengan efisiensi maksimum. Term "Kimia Hijau" telah digunakan untuk usahausaha
mencapai tujuan ini
Pertumbuhan industri kimia yang ramah lingkungan semakin dibutuhkan. Kecenderungan
tersebut
dikenal dengan istilah green chemistry atau teknologi berkesinambungan. Green chemistry
muncul
karena adanya pergeseran paradigma konsep tradisional tentang efisiensi konsep yang berfokus
utama pada hasil reaksi kimia, yang secara ekonomis bisa mengeliminasi limbah dan
menghindari
pemakaian material yang bersifat toksik dan atau berbahaya.
Aktivitas green chemistry diformulasikan sebagai usaha pemakaian bahan dasar (terutama yang
dapat diperbaharui) secara efisien, penghilangan limbah dan penghindaran pemakaian reagen
dan pelarut yang bersifat toksik dan atau berbahaya dalam industri dan aplikasi produk kimia.
Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan Green Chemistry (kimia hijau)?


2. Bagaimana konsep dari kimia hijau serta penerapannya sebagai upaya menanggulangi
permasalahan dimasa mendatang?

Tujuan Pembahasan

Tujuan disusunnya makalah untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Selain itu
penyusunan ini juga untuk membuka jendela pengetahuan tentang “green chemistry (kimia
hijau)” yang ada saat ini. Harapan penulis ini adalah agar makalah ini bermanfaat bagi diri
sendiri dan , menambah wawasan tentang kimia hijau
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Green Chemistry

Green chemistry (kimia hijau) adalah desain produk kimia dan proses yang mengurangi atau
menghilangkan penggunaan atau generasi zat berbahaya.
Green chemistry adalah suatu falsafah atau konsep yang mendorong desain dari sebuah
produk ataupun proses yang mengurangi ataupun mengeliminir penggunaan dan produksi zatzat
(substansi) toksik dan atau berbahaya. Konsep green chemistry berkaitan dengan Kimia
Organik, Kimia Anorganik, Biokimia, dan Kima Analitik. Bagaimanapun juga, konsep ini
cenderung mengarah ke aplikasi pada sektor industri. Patut digarisbawahi di sini, bahwa
green chemistry berbeda dengan environmental chemistry (Kimia Lingkungan). Green
chemistry lebih berfokus pada usaha untuk meminimalisir penghasilan zat-zat berbahaya dan
memaksimalkan efisiensi dari penggunaan zat-zat (substansi) kimia. Sedangkan,
environmental chemistry lebih menekankan pada fenomena lingkungan yang telah tercemar
oleh substansi-substansi kimia (Nurma, 2008).

1. Konsep Green Chemistry


a) Lebih mengedepankan usaha mencegah timbulnya limbah dibanding usaha
menangani limbah yang dihasilkan dalam proses produksi.
b) Ekonomi atom
c) Mengurangi pemakaian bahan kimia barbahaya dan atau toksik
d) Mendesain produk yang lebih ramah lingkungan
e) Meningkatkan usaha penggunaan pelarut dan bahan kimia lain yang tidak berbahaya
f) Mendesaian pemakaian energi yang efisien
g) Lebih mengutamakan penggunakan bahan dasar yang dapat diperbaharui.
h) Melakukan proses sintesis yang relatif lebih pendek (menghindari proses penurunan
hasil sintesis)
i) Mengutamakan reaksi katalisis dibandingkan reaksi stoikiometrik
j) Mendesain produk yang dapat didegradasi (didaur ulang)
k) Melakukan metode analitik pada usaha pencegahan polusi
l) Minimalisasi potensi kecelakan kerja.

Berdasar prinsip tersebut, fokus utama green chemistry yang juga menjadi fokus utama
penelitian dewasa ini adalah:

a) Rute alternatif proses sintesis yang didasarkan pada efisiensi atom, dapat dicapai
dengan pemakaian katalis dan biokatalis, proses sintesis alami (misalnya fotokimia dan
elektrokimia)
b) Kondisi reaksi alternatif yang didasarkan pada pemakaian pelarut yang mempunyai
dampak kecil terhadap lingkungan, menaikkan selektifitas dan menurunkan jumlah limbah
dan emisi yang dihasilkan.
c) Desain, penggunaan dan produksi bahan kimia yang relatif tidak toksik yang bisa
menurunkan potensi kecelakaan.
d) Pemakaian bahan dasar dan reagen yang bisa meninggalkan ketergantungan pada
bahan bakar minyak.
e) Evaluasi bahaya yang ditimbulkan oleh proses kimia, produk kimia dan reagen serta
produk samping.
Green chemistry ditujukan pada dampak produk dan proses industri terhadap lingkungan.
Prinsip utama dalam green chemistry adalah “mencegah lebih baik daripada mengobati”,
sehingga tujuan Green chemistry adalah mencegah timbulnya polusi daripada menangani
limbah yang terjadi.
Definisi alternatif green chemistry yang lebih disukai oleh kalangan idustri adalah teknologi
berkesinambungan (sustainable technologies). Teknologi berkesinambungan bertujuan untuk
mempertemukan kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang
untuk memenuhi kebutuhannya. Teknologi berkesinambungan merupakan tujuan utama dari
konsep green chemistry.

1 Manfaat Green Chemistry

Alasan utama dan tak bisa dibantah lagi karena hampir semua aspek dalam kehidupan sehari
–hari berkaitan dengan produk kimia. Kedua perkembangan produk kimia telah menimbulkan
masalah baru bagi lingkungan dan kesehatan bahkan efek-efek lain yang belum diketahui.??
Salah satu contoh adalah pemakaian pestisida DDT.
Konsep Green Chemistry dapat lakukan yaitu mendorong pencegahan terhadap polusi mulai
dari tingkat molekuler melalui desain sintesis dan mendukung lebih lanjut penemuan proses
kimia yang lebih ramah lingkungan yang tidak hanya dapat mengurangi sisa bahan beracun
tapi menghilangkan sama sekali subtansi-substansi yang berpotensi racun dan berbahaya.
Paul Anastas sang “Bapak Green Chemistry” bersama John C.Warner telah mengembangkan
12 prinsip Green Chemistry yang dapat menterjemahkan teori menjadi tindakan.
12 prinsip yang dijadikan pedoman untuk kampanye gerakan Green Chemistry ini adalah
1. Mencegah terjadinya limbah lebih baik daripada mengolah dan membersihkannya.
Yaitu bagaiamna kemampuan kimiawan untuk merancang ulang transformasi kimia untuk
meminimalkan produksi limbah berbahaya merupakan langkah pertama yang penting
dalam pencegahan polusi. Dengan mencegah generasi sampah, kita meminimalkan
bahaya yang berhubungan dengan limbah, transportasi, penyimpanan dan perawatan.
2. Ekonomi atom, metoda sintesis yang efisien
Adalah sebuah konsep perancangan proses kimia yang bisa mengubah semaksimal
mungkin bahan baku menjadi produk target ketimbang menghasilkan senyawa sampingan
(side product). Metode sintetis seharusnya didesain untuk memaksimalkan penggabungan
dari semua bahan yang digunakan dalam proses menjadi produk akhir.
Pemanfaatan atom, efisiensi atom atau konsep ekonomi dari atom merupakan sarana
yang sangat berguna untuk mempercepat evaluasi jumlah limbah yang dihasilkan pada
proses alternatif. Efisiensi atom dihitung dari massa molekul produk dibagi dengan jumlah
total massa molekul senyawa yang terbentuk pada kondisi reaksi stoikiometrik yang
terlibat.
Atom ekonomi bisa didekati dengan perhitungan sebagai berikut:

1.. Melakukan sintesis kimia yang tidak berbahaya


2 Mendesain sintesa untuk digunakan dan menghasilkan zat kimia yang tidak atau hanya
sedikit menjadi racun bagi manusia dan lingkungannya. Memilih metode yang lebih aman
dikimia adalah seperti menggunakan obeng bukan pisau untuk mengencangkan sekrup.
Pisau mungkin mampu mengencangkan sekrup, tapi itu berbahaya.
Contoh dari konsep ini adalah penggantian reaksi klorinasi dalam pembentukan
intermediet 4-aminodifenilamina pada produksi karet dimana klorin merupakan senyawa
yang beracun, yang diganti dengan rekasi kopling langsung aniline dengan nitrobenzene
yang teraktifkan oleh basa. Hasil dari penggantian tersebut berupa limbah organic,
anorganik, dan air yang masing-masing 70,99, dan 97% lebih kecil.
3 Mendesain senyawa kimia yang tak beracun
Produk kimia harus dirancang sedemikian rupa sehingga menghasilkan
Fungsi sebagaimana yang diinginkan dan memberikan toksisitas seminimal mungkin.
Misalnya biosida ramah lingkungan yang berbasis pada 4,5-dikloro-2-oktil-4-isotyiazolin-3-
on yang dibuat oleh Albright and Wilson Americas sebagai pengganti biosida konvensional
yang sangat beracun pada organism air dan manusia
4. Pemakaian pelarut dan bahan-bahan yang aman
Pelarut sangat diperlukan dalam sebagian besar reaksi karena pelarut merupakan media
untuk campur, transfer panas, dan kadang mengontrol reaktifitas pereaksi. Penggunakan
pelarut biasanya mengarah ke produksi limbah. Oleh karena itu penurunan volume pelarut
atau bahkan penghapusan total pelarut akan lebih baik. Dalam kasus di mana pelarut
diperlukan, hendaknya perlu diperhatikan penggunaan pelarut yang cukup aman.
Kebanyakan pelarut bersifat mudah terbakar atau beracun, dan hamper semuanya
merupakan senyawa organic yang mudah menguap sehingga menyumbang pencemaran
udara.
Supercritical Carbon Dioxide adalah karbon dioksida (CO2) yang berada dalam fase cair
(liquid phase),yang berada di atas ataupun pada temperatur dan tekanan kritis. Yaitu pada
temperatur 31,1oC ke atas dan tekanan 73,3 atm. Zat ini banyak dimanfaatkan sebagai
pelarut dalam industri,dikarenakan oleh zat ini memiliki kandungan racun yang rendah dan
memiliki tidak memiliki dampak lingkungan yang berarti. Selain itu, rendahnya temperatur
dari proses dan stabilitas CO2 memungkinkannya berfungsi sebagai pelarut layaknya aqua
distilata.

5 Mendesain pemakaian energi yang efisienKebutuhan energi yang berdampak pada lingkungan
dan ekonomi harus diminimalkan. Jika mungkin, metode sintetis dan pemurnian harus dirancang
untuk suhu dan tekananruang, sehingga biaya energi yang berkaitan dengan suhu dan tekanan
ekstrim dapat diminimalkan.

6 Pemakaian bahan baku yang dapat diperbaharui


Minyak bukan merupakan sumber daya terbarukan. 90-95% dari produk yang kita gunakan
(botol plastik, farmasi, cat, non-stick coating, kain, dll) berasal dari minyak. Bahan baku
terbarukan (jagung, kentang, biomassa) dapat digunakan untuk membuat banyak Produk:
bahan bakar (etanol dan bio-diesel), plastik dan lainnya.
7. Mengurangi senyawa turunan yang tak perlu
Derivatisasi yang tidak perlu (penggunaan kelompok „blocking“, proteksi / deproteksi,
modifikasi sementara proses fisika / proses kimia) harus dikurangi atau dihindari jika
mungkin, karena langkah-langkah seperti ini membutuhkan reagen tambahan dan dapat
menghasilkan limbah. Transformasi Sintetik yang lebih selektif akan menghilangkan atau
mengurangi kebutuhan untuk proteksi gugus fungsi. Selain itu, urutan sintetis alternatif
dapat menghilangkan kebutuhan untuk mengubah gugus fungsi dengan ada gugus fungis
lain yang lebih sensitif.
8 . Pemakaian katalis sangat baik secara stoikiometris
Secara stoikiometri katalis dengan selektivitas yang tinggi memang lebih unggul dalam
reaksi. Katalis dapat memainkan beberapa peran dalam proses transformasi, antara lain
dapat meningkatkan selektivitas reaksi, mengurangi suhu transformasi, meningkatkan
tingkat konversi produk dan mengurangi limbah reagen (karena mereka tidak dikonsumsi
selama reaksi). Dengan mengurangi suhu, kita dapat menghemat energi dan berpotensi
menghindari reaksi samping yang tidak diinginkan.
9 . Desain produk yang mudah terdegradasi
Produk kimia seharusnya didesain hingga pada akhir fungsinya nanti mereka dapat terurai
menjadi produk degradasi yang tidak berbahaya ketika mereka dilepaskan ke lingkungan.
Disinilah arti pentingnya sintesis material sehari-hari yang biodegradable, misalnya
biopolimer, plastik ramah lingkungan dst.
10. Pencegahan polusi lingkungan
Metodologi analitis perlu lebih dikembangkan untuk memungkinkan real-time proses
monitoring dan kontrol sebelum pembentukan zat berbahaya. Waktu analisis riil untuk ahli
kimia adalah proses "memeriksa kemajuan reaksi kimia seperti yang terjadi. "
11 . Pencegahan terhadap kecelakaan
Salah satu cara untuk meminimalkan potensi kecelakaan kimia adalah memilih pereaksi
dan pelarut yang memperkecil potensi ledakan, kebakaran dan kecelakaan yang tak
disengaja. Risiko yang terkait dengan jenis kecelakaan ini kadang-kadang dapat dikurangi
dengan mengubah bentuk (padat, cair atau gas) atau komposisi dari reagen.

Permasalahan Besar Terkait Green Chemistry

Ada beberapa permasalahan yang akan dihadapi dimasa mendatang yaitu mengenai
energi,
air, makanan, lingkungan dan penyakit, yang berkaitan erat dengan kimia dan hanya dapat
diselesaikan dengan konsep kimia yang baru, yaitu kimia hijau.
2.4.1 Untuk masalah energi, terbuka lebar peluang baru yang bisa dimainkan oleh
kimia hijau dalam hal konversi dan penyimpanan. Dalam hal konversi energy yang
berasal dari bahan bakar minyak bumi, batu bara, gas, dan biomassa, Kimia hijau
dapat memberikan andil mengenai bagaimana menemukan metode efisien untuk
mendapatkan syngas (CO dan H2) dari gas alam, bagaimana transformasi ramah
lingkungan metana menjadi hidrokarbon yang lebih besar, dan bagaimana
meningkatkan produksi bahan bakar bio dari selulosa dan komponen biomassa yang
lain dengan memanfaatkan enzim tertentu. Dalam hal konversi energy dari sinar
matahari menjadi energy listrik. Kimia hijau dapat berperan misalnya dalam aspek
bagaimana mencari pengganti teknologi berbasis silicon yang mahal namun efisiennya
rendah.
Masalah kekurangan energi di dunia, dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tak dapat
diperbaharui dan berpotensi merusak lingkungan seperti karbondioksida, menipisnya
lapisan ozon, dampak penambangan serta bahan beracun di sekitar kita. Untuk
masalah kekurangan energi ini Green chemistry dapat menjadi pendorong dalam
pembuatan energi alternative seperti photovoltaics, rekayasa bahan bakar hidrogen,
bahan bakar nabati atau biologis dan yang lainnya. Selain itu gerakan Green Chemistry
lain ialah meningkatkan pemakaian katalis yang tepat dan mampu mengefisienkan
pemakaian energi. Sebab jika alur proses sintesis dapat dipotong otomatis pemakaian
energi dapat dihemat.

Masalah Perubahan Iklim Global.

Perubahan iklim, kenaikan suhu lautan , kimia stratosfir, dan pemanasan global adalah
bidang kajian yang digarap oleh teknologi green chemistry.
2.4.3 Masalah Sumberdaya alam yang kian menipis.
Eksploitasi yang berlebihan atas sumber daya alam tak terbaharui, menyebabkan
ketidakseimbangan pada skala yang memprihatinkan .Oleh karena itu pemakaian
bahan bakar fosil menjadi isu utama dalam kajian Green Chemistry.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan melalui Green Chemistry ialah sintesis bahan bakar
yang dapat diperbaharui secara berkesinambungan baik dari segi ekonomi dan
teknologi seperti: teknologi biomassa, teknologi nanosains, biosolar, efisiensi
karbondioksida , zat chitin dan pengolahan limbah.

Masalah Kekurangan pangan.

Ketika terjadi kelangkaan pangan maka aliran distribusi pun melemah. Sedangkan
metoda pertanian sekarang ini tak mampu lagi mengatasi masalah pangan di masa
mendatang. Untuk itu perlu adanya metoda baru dalam mengatasi masalah pangan ini
dan Green chemistry secara sains dapat berperan dalam teknologi produksi makanan
masa depan dengan cara: Pertama, mengembangkan sejenis pestisida yang hanya
berpengaruh pada organisme yang menjadi target dan dapat secara mudah
terdegradasi menjadi zat tak berbahaya.
Kedua, mendesain proses daur ulang sisa-sisa produk pertanian untuk dapat diolah
kembali. Ketiga Menbuat sejenis fertilizer (anti pertumbuhan) yang digunakan dengan
takaran sesedikit mungkin dengan tingkat keberhasilan tinggi.

Masalah Alam Lingkungan yang semakin terpolusi.

Penerapan Green Chemistry pada sendi-sendi penelitian dan proses produksi yang
dilakukan secara konsisten dan tepat, dapat mengurangi bahkan menghilangkan
senyawa beracun yang berdampak manusia, biosfir dan lingkungan sekitar.

Aplikasi Green Chemistry

Green Chemistry bukan sekedar konsep!! Cara terbaik memahami Green Chemistry tentu
haruslah dari aplikasinya juga. Hal ini penting guna menepis anggapan bahwa Green
Chemistry cuma Konsep yang bagus . Simak penemuan dan aplikasi Green Chemistry yang
memenangkan penghargaan dari Presidential Green Chemistry Challenge Awards yang
didukung ACS Green Chemistry Institute.

1. Vitamin C (asam askorbat) untuk proses pembuatan polimer.


Professor Krzysztof Matyjaszewski dari Carnegie Mellon University telah
mengembangkan pelarut yang aman bagi lingkungan. Proses yang ditelitinya disebut “
Atom Transfer Radical Polymerization (ATRP)” yang biasa dilakukan untuk proses
pembuatan polimer.Menariknya proses ATRP ini dilakukan dengan Vitamin C (asam
askorbat) sebagai pereduksi (reduction agent).Tentu saja hal ini menghemat
pemakaian katalis serta aman bagi lingkungan.

2. Gula dan minyak sayur sebagai bahan baku cat.


Procter and Gamble mengembangkan catyang yang dapat diperbaharui. Produsen cat
biasanya memakai senyawa alkid sebagai
bahan baku cat karena sifatnya tahan lama, mengkilap dan dapat digunakan untuk berbagai
keperluan misalnya bahan bangunan, industri metal, alat pertanian dan konstruksi. Namun
sayangnya senyawa ini beracun. Oleh karena itu Procter & Gamble menciptakan formulasi
cat berbahan baku minyak Sefose® menggantikan bahan baku yang berasal dari turunan
minyak bumi. Minyak Sefose® dibuat dari gula dan minyak sayur yang jauh lebih aman
bahkan pemakaiannya hanya separuh dari senyawa alkid.

3 . Gula pati dan selulosa sebagai bahan bakar.


Virent Energy Systems, Inc. membuat bahan bakar yang berasal dari Gula pati dan
selulosa, Cadangan minyak bumi yang terus menipis mendorong perusahaan ini
mencari bahan bakar alternatif dari sumber yang dapat diperbaharui.Dengan bahan
dasar air dan katalis khusus gula pati dan selulosa dapat diubah menjadi bahan bakar
alternatif melalui proses yang hemat energi dan mudah dimodifikasi sesuai kebutuhan.
Ini suatu terobosan yang menarik untuk mengimbangi harga minyak bumi yang tidak stabil

4 . Pemakaian enzim untuk pembuatan bahan dasar kosmetik.


Eastman Chemical dikenal sebagai perusahaan yang membuat kosmetik dan
perlengkapan mandi . Perusahaan seperti ini seringkali memakai asam kuat dan
pelarut yang beracun. Pemakaian bahan–bahan jenis ini membutuhkan proses yang
mahal . untuk mengatasi masalah ini Eastman Chemical mengembangkan teknologi
pembuatan ester yang biasa digunakan sebagai bahan baku dengan secara enzimatis.
Pembuatan ester dengan cara ini ternyata lebih hemat dan aman karena berbahan baku alami
.
1. Kacang kedelai sebagai Bahan Pembuatan Toner printer.
Umumnya toner printer dibuat dari turunan minyak bumi. Sifatnya yang sulit lepas dari
kertas mempersulit proses daur ulang. Perusahaan Battelle bersama Advanced Image
Resources dan badan kedelai Ohio. Menciptakan toner yang berasal dari kedelai.Toner
kedelai ini memiliki kualitas yang sama dengan toner konvensional selain mudah
dihapus dari kertas dan pembuatannya yang hemat energi. Tentu saja ini berita baik
karena proses daur ulang jadi lebih mudah.

2. Kacang kedelai sebagai bahan baku pembuatan lem perekat.


Lem perekat banyak dipakai di perusahaan kayu dan kertas. Namun lem perekat yang
umum dipakai mengandung formaldehid yang diketahui cukup berbahaya dan bisa
menyebabkan kanker. Professor Kaichang Li dari Oregon State University bersama
perusahaan pengolahan hutan Columbia and Hercules Inc. Mengembangkan bahan
perkat berbahan dasar kacang kedelai sebagai pengganti 47 juta pon perekat
berbahan dasar formaldehid.

3. Green process ala S.C. Johnson & Son, Inc.


Mulai tahun 2005 S.C. Johnson & Son, Inc, membuat sistem yang mengukur sejauh
mana kandungan produk yang mereka buat memiliki pengaruh pada lingkungan dan
kesehatan. Sistem ini dinamakan Greenlist™. Dengan sistem ini formulasi dari suatu
produk lebih mudah di modifikasi, hasilnya S.C. Johnson & Son berhasil mengurangi 4
juta pon pemakaian polyvinylidene chloride (PVDC) per tahun.
PENUTUP
a. Kesimpulan
Green Chemistry atau kimia hijau yang disebut juga sebagai sustainable chemistry (kimia
yang berkelanjutan) merupakan desain produk dan proses kimia dengan mengurangi atau
menghilangkan penggunaan maupun penghasilan zat berbahaya baik terhadap manusia
maupun lingkungan. Konsep dari kimia hijau memungkinkan terbentuknya penyelesaian
dari berbagai permasalahan yang belakangan ini disebabkan oleh sebagian besar aktifitas
manusia. Aplikasi kimia hijau dalam teknologi memberikan sejumlah manfaat antara lain,
mengurangi limbah,mengurangi biaya, produk yang lebih aman, dan mengurangi
penggunaan energi dan sumber daya alam.

B. Saran

Konsp kimia hijau dalam upaya pelestarian kehidupun yang sangat menarik ini diharapkan tidak
hanya berhenti dalam tulisan dan hanya dipelajari dalam bangku aliyah saja. Namun dapat
menjadi modal dalam hal pengaplikasian dan penelitian-penelitian baru terkait kimia yang ramah
lingkungan. Selain itu diperlukan pula sosialisasi mengenai kimia hijau kepada seluruh kalangan
masyarakat sesuai dengan tingkat kebutuhannya sehingga akan lebih mempercepat tercapainya
tujuan dari kimia hijau dalam seluruh aspek kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Aplikasi Green Chemistry yang memenangkan penghargaan dari presidential


GreenChemistry Challeg Awards.http://www.epa.gov/greenchemistry/
(diakses tanggal 23 November 2012).Nurma, 2008. Green Chemistry.
http://nurma.staff.fkip.uns.ac.id/green-chemistry/(diakses tanggal 23 November 2012).Santosa,
Sri Juari, 2008, Kimia Hijau sebagai pilar Utama Pembanunan Lestari, Rapat Terbuka Majelis
Guru Besar Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Utomo, M. Pranjoto, 2010, GREEN CHEMISTRY DENGAN KIMIA KATALISIS, Prosiding
Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai