Anda di halaman 1dari 7

JURNAL PRAKTIKUM KROMATOGRAFI

Disusun oleh :
Nama : Firsta Retnaningtyas Udroto
NIM : 201910401028
Hari / Tanggal Praktikum : Selasa / 27 April 2021
Asisten : Muhammad Rizalluddin

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
April, 2021
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Mempelajari metode pemisahan menggunakan Kromatografoi Kertas dan Lapis Tipis
Penetapan nilai R f
1.2 Dasar Teori
1.2.1 Material Safety Data sheets (MSDS)
a. Air (aquadest)
Aquadest adalah salah satu jenis air yang dimurnikan. Aquades mempunyai
sinonim dihidrogen oksida, deionizer water, aqua, aquadestilata. Rumus kimia
H2O dan berat molekul 18.02 g/mol. Aquades berwujud cair, tidak berwarna, tidak
berbau dan mempunyai pH netral. Titik lebur aquades 0 ⁰C, titik didih nya 100⁰C
dan tekanan uapnya 23 hPa. Densitas 1.00 g/cm3 dan viskositasnya 0.952 mPa.s.
aquades tidak memerlukan tindakan pertolongan pertama yang secara khusus
(Smartlab, 2017).
b. Asam amino standart
Asam amino standart atau sering disebut dengan Glycine memiliki nama lain
Aminoethanoic acid, Aminoaceatic acid, glucocoll. Glycine memiliki rumus
molekul C 2 H 2 NO 2 dan berat molekulnya 75.07g/mol. Glycine berbentuk padat,
berwarna putih, tidak berbau, dan memiliki Ph 5,9 - 6,4 pada 50 g/l20 ℃  .
Densitas dari glycine bernilai 1,61 g / cm3 pada suhu 20℃ dan tekanan upanya
0,0000171 Pa. Glycine larut dalam air dan senyawa polar lainnya.
Pertolongan pertama apabila praktikan menghirup Glycine adalah hirup udara
segar, jika nafas berhenti beri nafas buatan mulut ke mulut atau secara mekanik.
Jika terkena kulit, bilaslah dengan menggunakan air yang banyak. Apabila terkena
mata, segera bilas menggunakan air, hubungi dokter, dan lepas lensa kontak.
Apabila tertelan segera beri korban minum air putih (dua gelas paling banyak) dan
segera hubungi dokter (Smartlab,2019).
c. Asam asetat
Asam asetat atau yang mempunyai nama lain Iodin monochloride in acetic
acid glacial; Iodine monovhloride solution, chloridide solution memiliki rumus
molekul CH 3 COOH . Asam asetat ini berbentuk cair, berwarna coklat, berbau
pedih,dan memiliki pH < 1. Asam asetat memiliki titik nyala pada suhu 40 ℃ .
Densitas dari Asam asetat bernilai 1,04 g/cm 3 pada suhu 25 ℃ .
Asam asetat bersifat korosif terhadap kulit dan mudah terbakar. Pertolongan
pertama apabila praktikan menghirup Asam asetat adalah segera hirup udara
segar,hubungi dokter. Jika Asam asetat mengenai kulit praktikan segera cuci
dengan air yang banyak, jika tersedia, usap menggunakan polietilena glikol 400.
Apabila mata mengalami kontak langsung dengan Asam asetat segera bilas dengan
air yang banyak dan hubungi dokter mata. Apabila Asam asetat tertelan segera beri
minum pada korban (paling banyak dua gelas), hindari muntah. Apabila korban
mengalami muntah akibat menelan Asam asetat jangan mencoba menetralisisr dan
panggil dokter (Merck,2017)
d. Butil alkohol
Butil alkohol atau yang memiliki nama lain 1-Butanol, n-Butanol,
Propylcarbinol, Butan-1-ol, BuOH memiliki rumus CH 3 (CH 2 )3 OH atau C 4 H 10 O .
Butil alkohol memiliki bentuk cair,tidak berwarna, berbau etanol memiliki pH 7
pada 70g/l dengan suhu 20 ̊C. Butil alkohol memiliki tekanan uap 6,7 hPa pada
suhu 20 ̊C, serta memiliki densitas 0,81 g/cm3pada suhu 20 ̊C
Butil alkohol bersifat mudah terbakar dan berbahaya. Butil alkohol dapat
menyebabkan iritasi kulit, kerusakan mata yang serius, menyebabkan mengantuk
dan pusing, serta menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan. Hal yang berlu
diperhatikan ketika menggunakan butil alkohol adalah jauhkan larutan
daripercikan api dan permuakaan yang panas, hindari merokok, serta
menggunakan pelindung mata. Hal yang perlu dilakukan praktikan ketika kulit
terkena butil alkohol adalah cuci dengan sabun dan air yang banyak. Apabila
mengenai mata bilas saksama dengan menggunakan air untuk beberapa menit,
kemudian lepas lensa kontak jika memakainya agar mudah membilasnya, serta
lanjutkan membilas. Hubungi dokter untuk mendapatkan perawatan medis
(smartlab,2017).
e. Ninhydrin
Ninhydrin memiliki sinonim 1,2,3-Indantrione 2,2-Dihydroxy-1,3-indanedione;
Trioxohydrindene. Larutan ini memiliki rumus kimia C 9 H 6 O4 dan berat molekul
178.15 g/mol. Ninhydrin memiliki bentuk padat, berwarna kuning, berbau khas
yang lemah, memiliki pH 4,6-5,0 pada 10g/l 20 ̊C, memiliki titik lebur pada suhu
250-258 ̊C.
Penyimpanan ninhydrin dilakukan pada kondisi terlindungi dari cahaya,
tertutup rapat,kering. Pertolongan pertama apabila praktikan menghirup Ninhydrin
adalah hirup udara segar, jika nafas berhenti beri nafas buatan mulut ke mulut atau
secara mekanik. Jika terkena kulit, bilaslah dengan menggunakan air yang banyak.
Apabila terkena mata, segera bilas menggunakan air, hubungi dokter, dan lepas
lensa kontak. Apabila tertelan segera beri korban minum air putih (dua gelas
paling banyak), segera cari anjuran pengobatan. Jika korban menelan ninhoidryn
dan tidak mendapat bantuan selama satu jam, rangsang korban untuk muntah
(hanya jika korban pingsan) telan karbon aktif dan segera dapatkan bantuan
medis(Smartlab, 2019).

1.2.2 Tinjauan Pustaka


Kromatografi adalah salah satu metode analitis yang biasa digunakan untuk
misahkan atau menganalisis suatu campuran kompleks atau senyawa. Komponen pada
kromatografi dipisahkan dan terbagi menjadi dua yaitu, fase gerak (mobile phase) dan fase
diam (stationary phase). Fase diam pada kromatografi berupa padatan atau cairan yang
dilapiskan pada padatan gel(IUPAC).
Kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas termasuk pada kromatografi planar.
Kromatografi lapis tipis atau yang sering disingkan KLT merupakan metode paling
sederhana daro kromatografi yang banyak digunakan. Bejana tertutup mengandung pelarut
dan pelat berlapis yang digunakan untuk melakukan pemisahaan kualitatif dan analisis
semikuantitatif (Fried and Sherma, 2003).
KLT merupakan teknik termudah untuk melakukan multidimensi pemisahan (yaitu,
dua dimensi). Sampel tunggal diterapkan di sudut piring, dan lapisan dikembangkan di fi arah
pertama dengan fase gerak 1. Fase gerak dikeringkan dengan penguapan, dan pelat kemudian
dikembangkan dengan fase gerak 2 pada sudut siku-siku (arah tegak lurus atau ortogonal);
fase gerak 2 memiliki karakteristik selektivitas yang berbeda jika dibandingkan dengan fase
gerak 1. Dengan cara ini, pemisahan lengkap dapat dicapai dari campuran yang sangat
kompleks (misalnya, komponen ekstrak tumbuhan) di seluruh permukaan lapisan (Monika
Waksmundzka-Hajnos dkk., 2008).
Perbedaan migrasi merupakan output berdasarkan aneka macam taraf afinitas
komponen adonan untuk fase diam dan bergerak. Berbagai mekanisme pemisahan terlibat,
dan faktor dominan tergantung pada sifat yang tepat dari dua fase dan zat terlarut. Interaksi
yang terlibat dalam menentukan retensi kromatografi dan selektivitas meliputi ikatan
hidrogen, transfer muatan ion, ion-dipol, ion-ion, dan interaksi van der Waals. Selain itu, juga
terdapat imteraksi dipol-dipol (Keesom), dipol-dipol terinduksi (Debeye), dan interaksi dipol-
dipol terinduksi sesaat (London) (Sherma dan Fried, 2003)
Masalah yang umum terjadi pada KLT atau metode kromatografi lainnya adalah
pengumpulan sampel, pengawetan, dan pemurnian. Untuk sampel yang kompleks,
pengembangan KLT biasanya tidak sepenuhnya menyelesaikan analit (zat yang akan
ditentukan) dari gangguan kecuali pemurnian dilakukan sebelumnya. Hal ini adalah hal yang
paling sering dilakukan pada ekstraksi selektif dan kromatografi kolom. Dalam beberapa
kasus, zat diubah, sebelum KLT, menjadi turunan yang lebih cocok untuk pemisahan, deteksi,
dan/ atau kuantifikasi dari senyawa induk (Sherma dkk., 2003)
Pemisahan kromatografi dilakukan terus menerus melewati fase bebas pada sampe
satu yang disebut fase gerak. Melewati fase bebas yang masih terdapat pada sampel kedua
bersifat tetap atau diam, sampel kemudian disuntikkan atau ditempatkan, kedalam fase gerak.
Dengan pergerakan dari fase gerak, komponen sampel mempartisi diri antara yang bergerak
dengan fase diamdibutuhkan waktu yang lama ketika fase diam melewati sistem pada rasio
yang mendukung. Kemudian diberikan waktu yang cukup. Untuk fase diam dan fase gerak,
serta zat terlarut yang sejenis dengan rasio distribusi dapat dipisahkan (Harvey,2000).
Untuk mengidentifikasi senyawa dalam KLT pada awalnya didasarkan pada
perbandingan nilai R f dengan standar otentik. Pada umunumnya nilai  R f tidak dapat
direproduksi secara tepat dari laboratorium ke laboratorium atau bahkan di tempat yang
berbeda, jadi hal tersebut sering disebut sebagai panduan untuk migrasi relatif. Bebrapa faktor
yang menyebabkan nilai R f berbeda-beda diantaranya : perbedaan dimensi dan jenis ruang,
sifat dan ukuran lapisan yang berbeda, volume dan komposisi fase gerak yang berbeda,
perbedaan arah aliran fase gerak, perbedaan kondisi kesetimbangan, kelembaban, dan
perbedaan metode persiapan sampel sebelum kromatografi. Karakterisasi lebih lanjut dari zat
yang dipisahkan dapat diperoleh dengan mengikis lapisan dan elusi analit diikuti
oleh inframerah (IR), resonansi magnetik nuklir (NMR), atau spektrometri massa (MS) jika
senyawa yang cukup tersedia (Fried dan Sherma, 2003).
Keuntungan lain dari KLT adalah bahwa setiap pelat hanya digunakan sekali,
sehingga memungkinkan metode preparasi sampel yang lebih sederhana bila dibandingkan
dengan teknik seperti GC dan HPLC, di mana beberapa sampel dan standar harus diterapkan
ke kolom secara berurutan. Bahan yang sangat terserap dalam sampel ekstrak tumbuhan dapat
tertinggal di kolom dan mengganggu analisis sampel berikutnya. Beberapa sampel dapat
dianalisis secara bersamaan pada satu pelat TLC atau HPTLC, mengurangi waktu dan volume
pelarut yang digunakan per sampel; pemrosesan standar dan sampel pada pelat yang sama
menghasilkan keunggulan dalam akurasi dan ketepatan quanti fi kation dengan densitometri
(Monika Waksmundzka-Hajnos dkk., 2008).
Perbandingan rinci TLC dengan metode kromatografi lainnya, terutama HPLC. TLC
melibatkan pemrosesan beberapa secara bersamaan sampel dan standar pada lapisan terbuka
yang dikembangkan oleh fase bergerak. Pengembangan dilakukan, biasanya tanpa tekanan,
dalam berbagai mode, termasuk satu dimensi sederhana, banyak, melingkar, dan
multidimensi. Pendeteksian zona dilakukan secara statis dengan bermacam-macam variasi
kemungkinan. Kromatografi kertas, yang ditemukan oleh Consden, Gordon, dan Martin pada
tahun 1944, pada dasarnya sangat mirip dengan KLT, berbeda terutama dalam sifat fase
diam. kromatografi Kertas tidak lagi disukai dibandingkan dengan KLT karena yang terakhir
lebih cepat, lebih efisien, dan memungkinkan lebih banyak keserbagunaan dalam pilihan fase
diam dan bergerak (Fried and Sherma, 2003).
Parameter dasar digunakan untk mendeskripsikan migrasi pada KLT adalah nilai dari
R f dimana,
jarak yang ditempuh olehsenyawa pada titik awal
Rf=
jarak yang ditempuh oleh fasa gerak darititik asal
Nilai R f bervariasi dari 1 hingga 0, atau dari 100 hingga 0 jika dikalikan dengan 100 (h R f ).
Faktor kapasitas, k’, adalah jumlah zat terlarut yang didistribusikan pada fase gerak
dan fase diam, atau rasio waktu masing-masing zat menghabiskan dalam dua fase.
t waktu retensi pada fase diam
k '= s =
t m waktu retensi pada fase gerak
R
Faktor kapasitas dan f terkait dengan persamaan
' 1−R f
k=
Rf
Persamaan Van Deemter klasik dan modifikasinya telah digunakan untuk
menjelaskan zona menyebar di GC dan HPLC dalam hal difusi pusaran, difusi molekuler, dan
transfer massa. Itu efisiensi zona di HPTLC diberikan oleh persamaan.

( )
N=16
Rf Zf 2
Wb
Dimana N adalah jumlah pelat teoritis, Z, adalah jarak migrasi pelarut, dan Wb adalah
diameter zona. Berbeda dengan kromatografi kolom di mana semua zat terlarut bergerak sama
jarak, komponen yang terpisah memigrasi jarak yang berbeda di KLT, dan zona mereka
diperluasdengan berbagai derajat. Oleh karena itu, N bergantung pada substansi yang
bermigrasi serta pada migrasi jarak, dan efisiensi harus dilaporkan dalam bentuk senyawa
dengan nilai R f spesifik seperti 0,5 atau 1,0 (Fried dan Sherma, 2003).
BAB 2. METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
1. Beaker glass dan penutup
2. Spray
3. Hair dryer
4. Pelat kromatogram
2.1.2 Bahan
1. Butil alkohol – asam asetat – air (80:20:20 v/v)
2. Asam amino standar
3. Larutan ninhidrin 0,3% (dalam butil alkohol dengan 3% asam asetat glasial)

2.2 Cara Kerja

1µL alarutan standart +larutan sampel

Disuntikkan pada pelat kromatografi ± 1 cm


dari dasar pelat,ditandai komposisinya

Dicelupkan pelat dalam larutan pengembang

Ditutup dan dibiarkan hingga larutan pengembang


mencapai 0,5 – 1 cm dibawah tepi atas pelat

Dikeringkan selama 15-20 menit

Disemprotkan larutan pewarna dan dikeringkan

noda terlihat Data hasil pengamatan


Tugas Pendahuluan
1. Sebutkan fasa diam dan fasa gerak pada kromatografi cair, kromatografi gas,
kromatografi lapis tipis, dan kromatografi kertas!
2. Tuliskan contoh-contoh fasa diam yang sering digunakan pada kromatrografi selain
silika!
JAWAB
1. A. Kromatografi cair : Fase diam = cairan (cairan pelarut atau zat biner sederhana
pelarut)
Fase gerak = cairan (cairan yang harus larut namun tidak larut
dalam cairan fasa gerak
B. Kromatografi gas : Fase diam = padatan (kromatografi gas-padat) dan cairan
(kromatografi gas-cair)
Fase gerak = gas seperti argon, nitrogen, dan hidrogen
C. Kromatografi lapis tipis : Fase diam = eluent
Fase gerak = absorden
D. Kromatogeafi kertas : Fase diam = lembaran kertas
Fase gerak = campuran pelarut dan air
2. Contoh-contoh fasa diam yang sering digunakan selain silika adalah alumina,
magnesium trisilikat( Mg 2 O 8 Si 3), kalium sulfat ( K 2 SO 4 ), kieselghur, dan selulosa.

Anda mungkin juga menyukai