Anda di halaman 1dari 15

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR

KESETIMBANGAN KIMIA DAN PRINSIP LE CHATELIER

Oleh

Nama : Wahyuning Tyas Kurniawati

NIM : 201910801008

Kelas/Kelompok : Perminyakan/9

Asisten : Anisatul Afifah S

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. Judul

Kesetimbangan Kimia dan Prinsip Le Chatelier

II. Tujuan Percobaan

2.1 Mempelajari sistem kesetimbangan

2.2 Mempelajari pengaruh penambahan konsentrasi dan temperatur terhadap


kesetimbangan

III. Pendahuluan

3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)

3.1.1 Asam Klorida (HCl)

Asam klorida berbentuk cairan. Asam klorida atau HCl berbau pedas dan
kuat. HCl tidak berasa dan tidak memiliki berat molekul. HCl ber Ph <7 sehingga
bersifat asam. HCl mempunyai titik didih dan titik lebur yaitu 108,58°C dan -
62,25°C. HCl berbahaya jika terkena mata dan kulit. HCl yang berkontak langsung
dengan mata segera dibasuh dengan air selama 15 menit dan kontak lensa dilepas.
HCl yang berkontak langsung dengan kulit segera dibasuh dengan air mengalir
selama 15 menit dan pakaian yang terkontaminasi dilepas dan dicuci sebelium
digunakan kembali (LabChem, 2021).

3.1.2 Garam Dapur (NaCl)

Garam dapur atau NaCl merupakan bahan kimia dengan keadaan fisiknya
berbentuk cairan yang tidak berwarna dan tidak berbau. Bahan kimia yang memiliki
Ph 0,6 ini dapat larut dalam air, etanol, dan methanol. Bahan ini merupakan bahan
kimia laboratorium yang juga digunakan untuk manufaktur, tetapi tidak untuk
dimakan, obat ataupun keperluan rumah tangga. NaCl ini tidak mudah terbakar, akan
tetapi bila salah dalam perlakuan dan terkena bagian-bagian tubuh akan menyebabkan
luka bakar pada kulit, dan kerusakan mata, kemungkinan peradangan pada saluran
pernafasan, mual, muntah, hingga diare. Jika terkena atau terkontaminasi dengan
bahan ini, cuci tangan dan area lainnya yang terkena dengan sabun lembut dan air.
Perlindungan diri yang diperlukan jika akan menggunakan bahan ini yaitu celemek
tahan bahan kimia, pelindung wajah, sarung tangan, pakaian pelindung dan kacamata
pengaman (Labchem,2021).
3.1.3 H3PO4
Keadaan fisik H3PO4 adalah cairan, tidak berbau. H3PO4 memiliki titik didih
158°C @ 760 mmHg, titik beku / melting 21°C, dapat larut di air. H3PO4 jika terkena
mata segera basuh mata dengan banyak air minimal selama 15 menit, sesekali
mengangkat kelopak mata atas dan bawah. H3PO4 jika terkena kulit dapatk segera
basuh kulit dengan banyak air minimal selama 15 menit sambil melepas pakaian dan
sepatu yang terkontaminasi (LabChem, 2021).
3.1.4 NaOH

NaOH merupakan bahan yang berbentuk padatan kristal yang berwarna putih
dan tidak berbau. NaOH memiliki massa molekul sebesar 40 g/mol dan memiliki
nilai pH 14 (5%). NaOH memiliki titik lebur sebesar 323 oC serta titik didihnya
mencapai 1388 oC (1013,25 hPa). Tekanan uap NaOH mencapai <0,1 hPa ( 20 oC).
Massa jenis uapnya relatif pada 20 oC. Densitasnya mencapai 2130 kg/ m3. NaOH
akan larut secara eksotermis di dalam air, larut dalam etanol, methanol, serta larut
dalam gliserol. NaOH tidak larut didalam air dingin. Bahan ini sangat berbahaya
apabila tertelan. Kontak mata dengan NaOH tidak diperbolehkan karena akan terjadi
iritasi. Bahan ini tidak aman apabila terhirup, ataupun jika terjadi kontak kulit akan
terjadi iritasi (LabChem, 2021).

3.1.5 Akuades (H2O)


Akuades atau bisa disebut H2O ini merupakan bahan kimia yang hanya untuk
digunakan di laboratorium dan manufaktur. Bahan kimia ini berbentuk cairan yang
tidak berwarna dan tidak berbau, dan juga bukan bahan kimia yang berbahaya.
Akuades memiliki Ph 7(netral), titik lebur 0℃, titik didih 100℃. Cairan ini dapat
larut salah satu contoh dalam asam asetat. Cairan ini jika terkena kulit sebaiknya cuci
dengan sabun lembut dan air sebelum makan atau minum. Pastikan untuk wadah
akuades tetap tertutup apabila tidak digunakan dan pastikan juga cairan ini tidak
masuk ke selokan atau perairan umum (apabila masuk ke perairan umum diharapkan
segera memberitahu pihak yang berwenang (LabChem, 2021).
3.1.6 CuSO4

CuSO4 keadaan fisiknya adalah seperti kristal berwarna biru dan tidak berbau.
CuSO4 memiliki tekanan uap 7,3 mm Hg @ 25°C, titik didih 150°C, titik beku / leleh
110°C, gravity / densitas spesifik 2.2840g / cm3, dan dapat larut di air. CuSO4 jika
terkena mata segera basuh mata dengan banyak air minimal selama 15 menit,
sesekali mengangkat kelopak mata atas dan bawah. CuSO4 jika terkena kulit dapatkan
bantuan medis, bilas kulit dengan banyak air setidaknya selama 15 menit sambil
melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci pakaian sebelum
digunakan kembali (LabChem, 2021).

3.1.7 NH3

NH3 keadaan fisiknya adalah cairan bening, tidak berwarna, bau menyengat -
seperti amonia. NH3 memiliki pH 13,6, tekanan uap 557 mm Hg @ 21°C, densitas
uap 0,59 (udara = 1), titik didih 27°C, titik beku / leleh -69°C, dapat larut di air,
gravity / densitas spesifik 0.89. NH3 jika mata segera basuh mata dengan banyak air
minimal selama 15 menit, sesekali mengangkat kelopak mata atas dan bawah. NH3
jika terkena kulit dapatkan bantuan medis segera. Segera basuh kulit dengan banyak
air minimal selama 15 menit sambil melepas pakaian dan sepatu yang terkontaminasi
(LabChem, 2021).

3.1.8 KSCN

KSCN keadaan fisiknya seperti kristal, tidak berwarna atau putih, dan tidak
berbau. KSCN memiliki pH 5.3-8.7 (5% soln), tekanan uap <1 hPa @ 20°C, titik
didih 500°C, titik beku / leleh 170-179°C, dapat larut di air, gravity / densitas spesifik
1,886. KSCN jika terkena mata menyebabkan kemerahan dan nyeri, jika terkena
kulit dapat menyebabkan iritasi kulit, berbahaya jika terserap melalui kulit, jika
terhirup dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan. Kontak yang terlalu lama
dapat menyebabkan pusing dan kelemahan umum (LabChem, 2021).
3.1.9 FeCl3

FeCl3 keadaan fisiknya adalah seperti bedak, berwarna abu-abu tua sampai
hitam atau coklat, dan tidak berbau. FeCl 3 memiliki pH 2.0 (0.1M aq. sol.), tekanan
uap 1 hPa @ 20°C, densitas uap 5.61, titik didih 316°C @ 760mmHg, titik beku /
leleh 300°C (decom), suhu penguraian 200°C, gravity / densitas spesifik 2.9 (air = 1).
FeCl3 jika terkena mata menyebabkan luka bakar segera basuh mata dengan banyak
air minimal selama 15 menit, sesekali mengangkat kelopak mata atas dan bawah, jika
terkena kulit menyebabkan luka bakar pada kulit, dapatkan bantuan medis segera.
Segera basuh kulit dengan banyak air minimal selama 15 menit sambil melepas
pakaian dan sepatu yang terkontaminasi (LabChem, 2021).

3.1.10 Zn(NO3)2

Zn(NO3)2 keadaan fisiknya seperti kristal, berwarna putih, dan tidak berbau.
Zn(NO3)2 memiliki pH 5,1 dalam larutan 5%, densitas uap 10.3, titik beku / leleh:
36,4°C, suhu dekomposisi 105-131°C, dapat larut dalam air, gravity / densitas
spesifik 2.065. Zn(NO3)2 jika terkena mata dapat menyebabkan iritasi mata, jika
terkena kulit menyebabkan iritasi kulit. Mungkin berbahaya jika terserap melalui
kulit, berbahaya jika tertelan dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan
Bekerja dengan bahan ini harus menggunakan alat perlindungan diri yang sesuai,
seperti sarung tangan, kacamata pengaman, pelindung kepala, dan pakaian pelindung
(Labchem,2021).

3.1.11 CoCl2
CoCl2 keadaan fisiknya adalah padat, berwarna ungu. CoCl 2 memiliki pH larutan
4,6 @ M, titik didih 1048,9°C, titik beku / leleh 87°C, suhu penguraian 110°C,
kelarutan 77 g / 100ml (0 C), gravity / densitas spesifik 1.924. CoCl2 jika terkena
mata menyebabkan iritasi mata dan kemungkinan luka bakar, jika terkena kulit dapat
menyebabkan sensitisasi kulit, reaksi alergi, yang menjadi nyata setelah terpapar
ulang dengan bahan ini. Menyebabkan iritasi kulit dan kemungkinan luka bakar.
Senyawa kobalt dapat menyebabkan kanker berdasarkan penelitian pada hewan. Efek
reproduksi yang merugikan telah dilaporkan pada hewan (Labchem,2021).
3.2 Tinjauan Pustaka

Kesetimbangan kimiawi adalah proses dinamis dimana reaksi maju dan


mundur terjadi dengan kecepatan yang sama, tetapi dalam arah yang berlawanan.
Konsentrasi setiap zat dijaga pada suhu konstan, dan banyak reaksi kimia tidak akan
berhenti, dan bahkan bereaksi dengan perubahan konsentrasi zat, dan produk tidak
akan berubah seiring waktu. Molekul terus berubah dari pereaksi ke produk dan dari
produk ke reaksi, tetapi tidak ada perubahan netto dalam konsentrasi (Stephen, 2002).

Reaksi kimia banyak yang tidak sempurna berarti bahwa reaksi ini mencapai
tingkat tertentu dan pada akhirnya berhenti meninggalkan zat yang tidak bereaksi.
Pada suhu, tekanan dan konsentrasi tertentu, titik di mana reaksi berhenti adalah
sama. Hubungan antara konsentrasi reagen dan produk reaksi masih ada. Ketika
reaksi mencapai kesetimbangan, kecepatan reaksi di sisi kanan sama dengan
kecepatan reaksi di sisi kiri. Kesetimbangan di sini adalah kesetimbangan dinamis,
bukan kesetimbangan statis. Reaksi sebenarnya tetap ada, tetapi karena kecepatannya
sama, reaksinya telah berhenti. Teori ini bisa dipertimbangkan Hampir semua reaksi
berhenti pada kesetimbangan. Respon sempurna, keseimbangan di sisi kanan sangat
berat (Sukardjo, 1997)

Laju reaksi kimia pada suhu konstan sebanding dengan produk konsentrasi zat
yang bereaksi. Reaksi kimia cenderung berada dalam kesetimbangan dinamis,
terdapat reaktan dan produk dalam kesetimbangan dinamis, tetapi posisinya tidak lagi
memiliki kecenderungan untuk berubah. Konsentrasi produk terkadang jauh lebih
besar daripada konsentrasi reaktan yang tidak bereaksi dalam campuran
kesetimbangan, sehingga reaksi tersebut disebut reaksi "lengkap". G N Lewis
mengusulkan metode termodinamika baru yang dapat digunakan untuk menggantikan
konsentrasi aktivitas. Jika aktivitas dianggap sebagai hasil perkalian dari konsentrasi
zat yang relevan dikalikan dengan koefisien aktivitas, maka teori menjadi lebih
mudah (Syukri, 1999).

Sistem berada dalam kesetimbangan, di mana katalis juga sangat


meningkatkan laju reaksi maju dan mundur. Katalis tidak mengubah jumlah relatif
dalam kesetimbangan, nilai konstanta kesetimbangan tidak berubah, dan katalis dapat
mengubah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kesetimbangan. Reaksi 1 yang
hanya terjadi pada temperatur yang sangat tinggi dan pada kecepatan yang sesuai,
dengan menggunakan katalis, dapat berjalan dengan cepat pada temperatur yang lebih
rendah (Keenan, 1984).
Reaksi kesetimbangan sangat erat kaitannya dengan prinsip Le Chatelier.
Suatu sistem dalam kesetimbangan cenderung untuk mempertahankan
kesetimbangannya. Oleh karena itu, jika dipengaruhi oleh pengaruh eksternal, sistem
akan berubah sedemikian rupa sehingga segera mencapai kembali kesetimbangannya.
Kimiawan Perancis Henri Le Chatelier (Henri Le Chatelier) menemukan bahwa jika
kesetimbangan reaksi kimia 1 menerima perubahan keadaan (menerima efek
eksternal), reaksi 1 akan mencapai kesetimbangan baru dan perubahan tertentu akan
terjadi sebagai tanggapan terhadap penerimaan Perubahan (reaksi 1 dalam reaksi 1).
Tanggapan terhadap perubahan diterima). Ini adalah prinsip Le Chatelier (Stephen,
2002).

Katalis dalam keadaan kesetimbangan dapat mempercepat laju reaksi1,


dengan demikian mencapai kesetimbangan yang cepat. Katalis adalah zat yang dapat
meningkatkan laju reaksi untuk mencapai kesetimbangan tanpa berpartisipasi secara
permanen dalam reaksi. Contoh katalis dalam sel bahan bakar hidrogen adalah
penguraian molekul oksigen (katoda) menjadi atom atau ion oksigen, yang bereaksi
dengan atom atau ion hidrogen dari anoda (Chang, 2005).
IV. Metodologi Percobaan

4.1 Alat dan Bahan

4.1.1 Alat

- Tabung reaksi

- Pipet tetes

- Gelas Beaker

- Rak tabung reaksi

- Gelas arloji

- Pemanas air

- Pengaduk

4.1.2 Bahan

- 0,1 M CuSO4

- 3 M NH3

- 1 M HCl

- NaCl Jenuh

- HCl Pekat

- 0,1 M KSCN

- 0,1 M FeCl3

- Larutan H3PO4

- Kertas lakmus

- Larutan Zn(NO3)2 0,1 M

- NaOH 3 M

- HCl 3 M

- 0,5 M CoCl2

- Akuades
4.2 Diagram Alir

4.2.1 Reaksi Pembentukan

CuSO4

- Dimasukkan 20 tetes (kurang lebih 1 mL) larutan CuSO4


0,1 M kedalam tabung reaksi yang sudah dibersihkan dan
dikeringkan.
- Diteteskan larutan 1 M NH3 perlahan-lahan kedalam
tabung yang sudah berisi larutan CuSO4 tersebut.
Dikocok tabung setiap selesai penetesan.
- Dilanjutkan penetesan jika belum terjadi perubahan
warna. Dicatat jumlah tetesan yang diperlukan untuk
merubah warna larutan.
- Larutan yang sudah setimbang tersebut, diteteskan larutan
HCL 1 M sampai warna larutan berubah menjadi biru
pucat.
- Dicatat jumlah tetesan HCl 1 M yang dibutuhkan

Hasil
4.2.2 Efek Ion Senama
H3PO4
- Dimasukkan 2 mL larutan H3PO4 kedalam tabung reaksi
yang bersih dan kering.

- Diambil kertas lakmus, dicelupkan ujungnya ke dalam


larutan tersebut. Dicatat hasil pengujian tersebut

- Ditambahkan satu tetes larutan HCl 1 M ke kertas lakmus

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

- Ditambahkan satu tetes larutan HCl 1 M ke dalam tabung


reaksi, kemudian dikocok

- Dicelupkan kertas lakmus ke dalam larutan campuran


tersebut

- Diamati dan dicatat hasilnya

Hasil
4.2.3 Pengaruh Konsentrasi

Larutan Induk
- Disiapkan larutan induk dengan ditambahkan 1 mL 0,1 M
Besi(III) Klorida (FeCl3) dan 1 mL 0,1 M Potassium
Sianat (KSCN) ke dalam 50 mL akuades dalam beaker
glass.

- Disiapkan 4 tabung reaksi yang kering dan bersih, diberi


label 1-4 untuk masing-masing tabung

- Ditambahkan 2 mL larutan induk yang telah disiapkan ke


dalam setiap tabung

- Digunakan tabung pertama sebagai standart yang akan


dibandingkan dengan tabung-tabung yang lain

- Ditambahkan 10 tetes larutan FeCl3 0,1 M pada tabung


kedua

- Ditambahkan 10 tetes larutan KSCN 0,1 M pada tabung


ketiga

- Ditambahkan 5 tetes larutan NaCl jenuh pada tabung ke 4

- Diamati dan dicatat perubahan warna yang terjadi untuk


setiap tabung

Hasil
4.2.4 Pengaruh Suhu

CoCl2
- Dimasukkan 5 tetes larutan CoCl2 0,5 M ke dalam suatu
tabung reaksi yang kering dan bersih

- Ditambahkan HCl 3 M tetes demi tetes sampai terjadi


perubahan warna

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

- Dimasukkan 1 mL CoCl2 ke dalam suatu tabung reaksi


yang kering dan bersih, dicatat warnanya

- Dimasukkan tabung tersebut kedalam penangas air

- Diamati dan dicatat perubahannya

Hasil

4.2.5 Kestabilan dan Kesetimbangan Ion Kompleks dari Ion Seng

Zn(NO3)2

- Dimasukkan masing-masing 2 ml larutan Zn(NO3)2 0,1 M


ke dalam 3 buah tabung reaksi yang bersih dan kering.
Ditambahkan masing-masing dua tetes NaOH 3 M dan
aduk.

- Dicatat perubahan yang terjadi

- Ditambahkan HCl 3 M tetes demi tetes dan diaduk pada


tabung pertama, diamati perubahannya

- Ditambahkan NaOH 3 M tetes demi tetes dan diaduk pada


tabung kedua, diamati perubahannya

- Ditambahkan NH3 3 M tetes demi tetes dan diaduk pada


tabung ketiga, diamati perubahannya

- Dicatat perubahan yang terjadi pada masing-masing


tabung dalam tabel pengamatan

Hasil
4.3 Prosedur Kerja

4.3.1 Reaksi Pembentukan


Larutan CuSO4 0,1 M dimasukkan 20 tetes (kurang lebih 1 mL) kedalam
tabung reaksi yang sudah dibersihkan dan dikeringkan. Diteteskan larutan 1 M NH3
perlahan-lahan kedalam tabung yang sudah berisi larutan CuSO4 tersebut. Dikocok
tabung setiap selesai penetesan. Dilanjutkan penetesan jika belum terjadi perubahan
warna. Dicatat jumlah tetesan yang diperlukan untuk merubah warna larutan. Larutan
yang sudah setimbang tersebut, diteteskan larutan HCL 1 M sampai warna larutan
berubah menjadi biru pucat. Dicatat jumlah tetesan HCl 1 M yang dibutuhkan.

4.3.2 Efek Ion Senama

Larutan H3PO4 2 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi yang bersih dan


kering. Diambil kertas lakmus, dicelupkan ujungnya ke dalam larutan tersebut.
Dicatat hasil pengujian tersebut Ditambahkan satu tetes larutan HCl 1 M ke kertas
lakmus Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi Ditambahkan satu tetes larutan
HCl 1 M ke dalam tabung reaksi, kemudian dikocok Dicelupkan kertas lakmus ke
dalam larutan campuran tersebut Diamati dan dicatat hasilnya.

4.3.3 Pengaruh Konsentrasi


Larutan induk disiapkan dengan ditambahkan 1 mL 0,1 M Besi(III) Klorida
(FeCl3) dan 1 mL 0,1 M Potassium Sianat (KSCN) ke dalam 50 mL akuades dalam
beaker glass. Disiapkan 4 tabung reaksi yang kering dan bersih, diberi label 1-4
untuk masing-masing tabung Ditambahkan 2 mL larutan induk yang telah disiapkan
ke dalam setiap tabung Digunakan tabung pertama sebagai standart yang akan
dibandingkan dengan tabung-tabung yang lain Ditambahkan 10 tetes larutan FeCl3
0,1 M pada tabung kedua Ditambahkan 10 tetes larutan KSCN 0,1 M pada tabung
ketiga Ditambahkan 5 tetes larutan NaCl jenuh pada tabung ke 4 Diamati dan dicatat
perubahan warna yang terjadi untuk setiap tabung.

4.3.4 Pengaruh Suhu

Larutan CoCl2 0,5 M dimasukkan 5 tetes ke dalam suatu tabung reaksi yang
kering dan bersih. Ditambahkan HCl 3 M tetes demi tetes sampai terjadi perubahan
warna. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi. Dimasukkan 1 mL CoCl2 ke
dalam suatu tabung reaksi yang kering dan bersih, dicatat warnanya. Dimasukkan
tabung tersebut kedalam penangas air. Diamati dan dicatat perubahannya.
4.3.5 Kestabilan dan Kesetimbangan Ion Kompleks dari Ion Seng
2 ml larutan Zn(NO3)2 0,1 M dimasukkan masing-masing ke dalam 3 buah
tabung reaksi yang bersih dan kering. Ditambahkan masing-masing dua tetes NaOH
3 M dan aduk. Dicatat perubahan yang terjadi Ditambahkan HCl 3 M tetes demi tetes
dan diaduk pada tabung pertama, diamati perubahannya Ditambahkan NaOH 3 M
tetes demi tetes dan diaduk pada tabung kedua, diamati perubahannya. Ditambahkan
NH3 3 M tetes demi tetes dan diaduk pada tabung ketiga, diamati perubahannya.
Dicatat perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung dalam tabel pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Bresnick, Stephen. 2002. Kimia Umum. Jakarta: Hipokrates.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid 2 Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga.
Keenan, Kleinfelter dan Wood. 1984. Kimia untuk Universitas Edisi Keenam Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Aquades. [Serial Online] (diakses
pada tanggal 15 April 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Azane. [Serial Online] (diakses pada
tanggal 15 April 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Hydrogen Chloride. [Serial Online]
(diakses pada tanggal 15 April 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Kalium Tiosianat. [Serial Online]
(diakses pada tanggal 15 April 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Natrium Hidroksida. [Serial Online]
(diakses pada tanggal 15 April 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Seng Hidroksida. [Serial Online]
(diakses pada tanggal 15 April 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Besi(III) Klorida . [Serial Online]
(diakses pada tanggal 15 April 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Cobalt(II) Chloride . [Serial Online]
(diakses pada tanggal 15 April 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Copper(II) Sulfate . [Serial Online]
(diakses pada tanggal 15 April 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Phosphoric Acid . [Serial Online]
(diakses pada tanggal 15 April 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Sodium Chloride . [Serial Online]
(diakses pada tanggal 15 April 2021).
S, Syukri.1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Yogyakarta: PT Ineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai