Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

LAJU REAKSI

Oleh :

Nama : Ahmad sahla rahman

Nim : 2019010901016

Kelas/Kelompok : Teknik pertambangan/06

Asisten : Zona Salsabila A

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2020
I. JUDUL
Laju Reaksi
II. TUJUAN
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah mempelajari faktor-faktor
yang mempengaruhi laju reaksi.
III. PENDAHULUAN
3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
3.1.1 Aquadest (H2O)
Aquades adalah bahan kimia yang memiliki rumus H2O. Bahan ini memiliki
berat molekul 18 g/mol dengan massa jenis 1 g/cm3, dengan titik didih 100 oC dan
titik beku 0oC. Aquades memilki ciri-ciri berbentuk cairan, tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa, memilki tingkat keasaman netral (ph=7). Selain itu bahan ini
bersifat tidak beracun karena tidak menimbulkan bahaya jika kontak denga mata
atau kulit dan pemyimpanan bahan ini tidak memerkukan perlakuan khusus
(labchem,2021).
3.1.2 Asam Nitrat (HNO3)
Asam nitrat memiliki sifat fisik yaitu massa jenis 1,502 gram/cm 3, berat
62,02 gram/mol, tidak berwarna, memilki titik didih 80 oC dan titik leleh -
42oC.HNO3 menjadi oksidator yang kuat dan asam kuat. Bahan ini memiliki
bahaya yang cukup tinggi seperti dapat merusak logam,menyebabkan luka bakar
kulit yang parah dan kerusakan pada mata. Cara mengatasi dan mencegah agar
tidak terkena hal yang tidak diinginkan adalah jauhkan bahan ini dari
panas,lakukan tindakan pencegahan untuk menghindari pencampuran dengan
bahan yang mudah terbakar, simpan dalam tempat atau wadah aslinya, dan pakai
pelindung laboratorium pada seluruh badan. Jika tertelan segera bilas mulut dan
jangan memaksakan untuk muntah, dan jika terkena kulit atau rambut segera
hapus atau lepas semua yang terkontaminasi dan jika mengalami iritasi maka
segera menghubungi dokter atau tenaga medis (labchem,2021).
3.1.3 Asam Klorida (HCl)
Asam klorida adalah senyawa kimia berbentuk cair yang terdiri dari ikatan
kimia antara atom hidrogen dan atom klorin. Asam klorida memiliki sifat fisika
dan kimia yaitu bau menyengat, berwarna bening kekuningan, massa jenis 2.13.
Bahan ini memiliki pH (200C) 1, titik didih 850C, titik lebur - 200 C dan
kelarutan dalam air (200C) 82,3 G/100 m. Asam klorida memiliki bahaya yang
cukup tinggi seperti dapat menyebabkan luka bakar kulit yang parah dan
kerusakan pada mata. Cara mengatasi dan mencegah agar tidak terkena hal yang
tidak diinginkan adalah jauhkan bahan ini dari panas, lakukan tindakan
pencegahan untuk menghindari pencampuran dengan bahan yang mudah terbakar,
simpan dalam tempat atau wadah aslinya, dan pakai pelindung laboratorium pada
seluruh badan. Jika tertelan segera bilas bulut dan jangan memaksakan muntah,
dan jika terkena kulit atau rambut segera hapus dan lepas semua benda yang telah
terkontaminasi dan jika mengalami iritasi maka segera menghubungi dokter atau
tenaga medis (Labchem,2021)
3.1.4 Asam Asetat (CH3COOH)
Asam asetat merupakan senyawa kimia yang berbentuk cair, tidak
berwarna, berbau menyengat dan memiliki berat molekul 60,05 g/mol. Bahan ini
memiliki PH 2,4 (0,1 mol/l), titik lebur 17oC (1013hPa), titik didih/rentang didih
118oC (1013hPa), titik nyala 1013 hPa pada 39oC, Densitas 1040 kg/m3 pada
25oC, kelarutan dalam air 60,3 g/l pada 25oC, dan mempunyai suhu yang 322oC,.
Asam asetat yang pekat diklasifikasikan sebagai bahan berbahaya bagi manusia
dan hewan. Asam asetat merupakan senyawa kimia yang mudah terbakar
(katergori 3), toksisitas akut (kategori 4), dapat menyebabkan iritasi kulit
(kategori 1B), dapat menyebabkan iritasi mata (kategori 1) dan berbahaya bagi
lingkungan akuatik (kategori 3). Penanganan pertama yang harus dilakukan ketika
asam asetat terhirup adalah membawa praktikan keluar untuk menghirup udara
segar dan segera konsultasikan ke dokter. Jika terkena kulit, segera lepas semua
pakaian yang terkontaminasi dan cuci dengan air selama 15 menit. Jika terkena
mata, basuh mata dengan air selama 15 menit dan jangan gunakan penetralisir
(kimiawi) tanpa saran dari medis (Labchem, 2021).
3.1.5 Asam Sulfat (H2SO4)
Asam sulfat merupakan senyawa berbentuk cair yang tidak memiliki
warna dan baau. Bahan ini tidak mempunyai pH, tidak memiliki titik lebur, titik
didih, titik beku dan titik nyala. Densitas H2SO4 adalah 1,12 g/l. Asam sulfat dapat
menyebabkan kerusakan mata serius (kategori 1), dapat menyebabkan iritasi kulit
(kategori 1B). Praktikan jika menghirup H2SO4 segera hirup udara segar dan
segera hubungi dokter, jika terjadi kontak fisik bilaslah dengan air yang banyak,
jika terkena mata segera lepaskan lensa dan bilas dengan air selma beberapa menit
(Labchem, 2021).
3.1.6 Asam Fosfat (H3PO4)
Asam fosfat (H3PO4) memiliki sifat fisik berbentuk cairan, tidak berbau
dan tidak berwarna. Bahan ini memiliki pH sebesar 6,07 (1%, 26 ° C), dan
termasuk dalam cairan yang tidak mudah terbakar dan larut dalam etanol. Asam
fosfat memiliki berat molekul sebesar 98 g / mol. Titik lebur H3PO4 pada 21 ° C
dan titik didih nya sebesar 158 ° C. Tekanan uap H3PO4 sebesar 2,2 hPa pada 20 °
C. Asam fosfat memiliki kepadatan relatif 1,7, memiliki gravitasi atau kepadatan
spesifik sebesar 1685 kg / m³. Asam fosfat jika terkena kulit akan mengakibatkan
luka bakar pada kulit dan iritasi, segera basuh kulit dengan air minimal 15 menit
pada bagian kulit yang terkontaminasi dan bersihkan pakaian dan sepatu sebelum
digunakan kembali. Asam fosfat ketika tidak sengaja terkena mata segera basuh
mata dengan air selama minimal 15 menit dengan membuka tutu pelupuk mata
beberapa kali dan lepas kontak mata jika memakainya kemudian lanjutkan
membilas mata. Asam fosfat yang tertelan dapat menyebabkan mual dan muntah,
segera berika beberapa gelas susu atau air, jika dalam keadaan tidak sadar jangan
dipaksa untuk minum (Labchem, 2021).
3.1.7 Magnesium (Mg)
Logam magnesium (Mg) memiliki sifat fisik dan kimia antara lain
memiliki bentuk solid atau padat , umumnya tidak berwarna, tidak memiliki bau,
memiliki pH 0 pada 200C, memiliki densitas 1,026 g/cm3 . Logam magnesium ini
tergolong bahan yang sangat berbahaya apabila terjadi kontak dengan kulit dapat
menyebabkan kulit terbakar, dan dapat menyebabkan kerusakan mata.
Pertolongan pertama bilas dengan air mengalir selama 15 menit saat terjadi kontak
dengan mata, cuci dengan air sebanyak-banyaknya, jika bagian kulit yang
terkontaminasi bilas dengan air segera mungkin dan lepaskan pakaian yang
terkontaminasi (Labchem, 2021).
3.1.8 Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) memiliki no atom 29, berat atom 63,54 gram. Sifat fisik
tembaga memiliki warna kuning kemerah-merahan, dan unsur sangat lunak dan
Sifat kimia tembaga memilki titik didih 2,562 0C dan titik leleh 1084,62 0C. Bahan
ini memilki bahaya yang cukup tinggi dan sangat bercun jika tertelan, sangat
toksik pada kehiduoan air dengan efek panjang, dan berbahaya jika terkena kulit.
Cara mengatasi supaya tidak terkena bahaya yang signifikan adalah jika terkena
pada kulit segera cuci dengan air,jangan minum, atau merokok saat mengunakan
produk ini, hindari pelpasan atau tumpahan ke lingkungan, jika tertelan bilas
mulut dengan air atau segera hubungi pusat racun atau dokter(labchem,2020).
3.1.9 Zink (Zn)
Logam zink (Zn) memiliki sifat fisik dan kimia antara lain memiliki
bentuk solid atau padat , umumnya tidak berwarna, tidak memiliki bau, memiliki
pH 0 pada 200C, memiliki densitas 1,026 g/cm3 . Logam zink ini tergolong bahan
yang sangat berbahaya apabila terjadi kontak dengan kulit dapat menyebabkan
kulit terbakar, dan dapat menyebabkan kerusakan mata. Pertolongan pertama bilas
dengan air mengalir selama 15 menit saat terjadi kontak dengan mata, cuci dengan
air sebanyak-banyaknya, jika bagian kulit yang terkontaminasi bilas dengan air
segera mungkin dan lepaskan pakaian yang terkontaminasi (Labchem, 2021).
3.2 TINJAUAN PUSTAKA
3.2.1 Pengertian Kinematika Kimia
Reaksi kimia adalah proses berubahnya suatu pereaksi menjadi hasil
reaksi. Kinetika kimia digunakan untuk mengukur dan memprediksi kecepatan
dari suatu reaksi kimia. Dari data kecepatan reaksi dapat digunakan untuk
mengetahui tahap-tahap mekanisme reaksi (Hill dan Petrucci, 2002).
Kecepatan atau laju mengacu pada seberapa besar perubahan setiap unit
tiap satuan waktu. Perubahan konsentrasi pada reaktan atau produk dalam reaksi
kimia diekspresikan molaritas (M). Laju suatu reaksi dapat diketahui dari hasil
percobaan laboratorium. Suhu percobaan harus dikontrol dan dicatat karena laju
dipengaruhi oleh suhu. Konsentrasi pereaksi harus diukur sebelum ataupun setelah
suatu reaksi berlangsung dalam selang waktu tertentu, sehingga didapat nilai
konsentrasi untuk berbagai waktu (Hill dan Petrucci, 2002).
Laju reaksi adalah cepat atau lambatnya suatu reaksi yang berlangsung.
Pengetahuan tentang laju reaksi sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari
dan industri. Laju reaksi ditentukan melalui percobaan, yaitu dengan mengukur
banyaknya pereaksi yang dihabiskan atau banyaknya produk yang dihasilkan
dalam waktu tertentu. Persamaan reaksi umum dinyatakan dalam bentuk reaksi di
bawah ini :
Pereaksi (reaktan) Hasil reaksi (produk) …(3.1)
Laju reaksi menyatakan berkurangnya konsentrasi pereaksi atau bertambanhnya
konsentrasi hasil reaksi setiap satu satuan waktu (detik) (Kimia SMA,2014).

Laju reaksi = massa/konsentrasi/mol/volume ...(3.2)


Waktu
Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi laju reaksi berguna dalam
mengontrol kecepatan reaksi sesuai yang diinginkan. Terdapat 4 faktor yang dapat
mempengaruhi laju reaksi, yaitu :
1. Konsentrasi. Kecepatan suatu zat semakin besar maka laju reaksinya
semakin besar pula dan sebaliknya jika konsentrasi semakin kecil maka
laju reaksinya semakin kecil pula. Pangkat-pangkat dalam persamaan laju
reaksi dinamakan orde reaksi. Menentukan orde reaksi dalam suatu reaksi
kimia pada prinsipnya menentukan pengaruh seberapa besar perubahan
konsentrasi laju reaksi terhadap konsentrasi pereaksi (Chang,2004).
2. Luas permukaan. Reaksi yang berlangsung dalam sistem homogen
sangat berbeda dengan reaksi yang berlangsung dalam sistem heterogen.
Reaksi homogen campuran zatnya bercampur seluruhnya, sehingga dapat
mempercepat berlangsungnya reaksi kimia karena molekul-molekul ini
dapat bersentuhan satu sama lain (Chang,2004).
3. Suhu/temperatur. Suhu yang tinggi, energi molekul-molekul bertambah.
Laju reaksi meningkat dengan naiknya suhu. Kenaikan laju reaksi ini
disebabkan dengan kenaikan suhu atau menyebabkan semakin cepatnya
molekul-molekul bergerak sehingga memperbesar kemungkinan terjadi
tabrakan yang efektif. Energi tumbukan suatu reaksi dapat berlangsung
disebut energi aktivasi (Chang, 2004).
4. Katalis. Berbagai reaksi berlangsung lambat dapat dipercepat dengan
menambahkan zat lain yang disebut dengan katalis. Konsep yang
menerapkan pengaruh terhadap laju reaksi diantaranya katalis menurunkan
energi pengaktifan suatu reaksi dengan jalan membentuk tahap-tahap
reaksi yang baru. Ada dua jenis katalis yaitu katalis homogen dan katalis
heterogen. Katalis homogen adalah katalis yang satu fase dengan zat yang
jenis katalis ini umumnya ikut bereaksi tetapi pada akhirnya reaksi akan
kembali ke bentuk semula. Katalis heterogen adalah katalis yang tidak satu
fase dengan zat-zat yang bereaksi jenis katalis ini umumnya logam-logam
dan reaksi yang tercepat umumnya pada gas (Chang,2004).

3.2.2. Teori Tumbukan


Reaksi kimia akan terjadi ketika sebuha partikel-partikel zat yang telah
bereaksi saling bertumbukan. Zat baru dapat dihasilkan dari tumbukan yang
berlangsung sempurna. Tumbukan yang sempurna dinamakan tumbukan efektif.
Tumbukan yang menghasilkan reaksi adalah tumbukan yang antarpartikelnya
mempunyai energi lebih besar daripada energi pengaktifan. Semakin kecil harga
energi pengaktifan maka semakin cepat reaksi berlangsung.
3.2.3 Energi Aktivasi
Energi aktivasi sebelum terjadi sebuah reaksi, molekul pereaksi harus
saling bertumbukan membentuk suatu mlekul kompleks aktif, yang kemudian
berubah menjadi hasil reaksi (Produk). Energi yang di butuhkan untuk
membentuk kompleks aktif ialah yang dinamakan energi aktivasi. Semakin tinggi
nilai aktivasi maka makin kecil reaksi molekul yang teraktifkan dan laju reaksi
menjadi lebih lambat (Daintith dan Colin,2006).
3.2.3 Persamaan Laju Reaksi
Laju reaksi bergantung pada konsentrasi pereaksi pada saat itu. Reaksi
d[A]
pada A X, cmaka i = — ∞ [A]m atau r = k[A]m, m disebut orde
dt
yang nilainya nol, satu, dua, tiga atau pecahan. Persamaan di atas merupakan
persamaan laju reaksi sedangkan nilai k sebagai konstanta laju reaksi. Persamaan
laju reaksi dapat dihitung pengaruh perubahan konsentrasi pereaksi terhadap laju
reaksi. Pengetahuan ini sangat penting dalam mengontrol laju reaksi seperti yang
diharapkan, yaitu dengan mengatur konsentrasi pereaksi (Masel, 2002).
Pada reaksi yang mengikuti orde 1, diperoleh persamaan sebagai berikut:
a
ln = kt , dimana a merupakan molaritas produk pada t = 0 dan x adalah
(a−x)
a
molaritas produk pada waktu t. Diplotkan data antara ln vs t maka slope =
(a−x)
konstanta kecepatan reaksi (k). Pada reaksi tersebut, kecepatan reaksi akan
tergantung dari konsentrasi (Masel,2002).
3.2.4 Cara Menantukan Laju Reaksi
Persamaan laju reaksi sangat penting dalam kinetika kimia, tetapi yang
sering menjadi masalah adalah cara menentukannya, karena tidak dapat diketahui
langsung dari persamaan reaksi. Eksponensial dalam persamaan reaksi bukan
merupakan turunan koefisien steriokimia dalam persamaan kimia, meskipun
kadang-kadang merupakan nilai yang sama (Hill dan Petrucci, 2002). Cara untuk
memperoleh suatu koefisien tersebut adalah dengan melakukan eksperimen, untuk
mendapatkan data konsentrasi dan waktu. Data tersebut diubah menjadi data
konsentrasi-laju dan kemudian diolah untuk mendapatkan persamaan laju
reaksinya.
Langkah pertama adalah menuliskan persamaan umum laju reaksi yang
sesuai dengan jumlah pereaksi, apakah tunggal, dua atau tiga.
Jika pereaksi tunggal : A → hasil r = k[A]m
Jika pereaksi dua : A+B → hasil r = k[A]m[B]n (3.3)
Jika pereaksi tiga : A + B + C → hasil r = k[A]m[B]n[C]o
Kemudian mengolah data eksperimen untuk mencari nilai m, n dan o (Hill dan
Petrucci, 2002).

IV. METODELOGI PERCOBAAN


4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
- Erlenmeyer
- Gelas Kimia
- Mortar
- Neraca Analitik
- Pipet Volume
- Pipet Ukur
- Pipet Tetes
- Stopwatch
- Tabung Reaksi
- Stopwatch

4.1.2 Bahan
- Aquades (H2O)
- Asam Nitrat (HNO3)
- Asam Klorida (HCl) Pekat
- Asam Asetat (CH3COOH)
- Asam Sulfat (H2SO4) Pekat
- Asam fosfat (H3PO4)
- Magnesium (Mg)
- Zink (Zn)

4.2 Skema Kerja


4.2.1 Prepasi Larutan
Larutan

- disiapkan larutan HCl 6M dari HCl pekat


- disiapkan H2SO4 3M dari yang pekat
- disiapkan HNO3 6M dari yang pekat
- disiapkan CH3COOH 6M

Hasil

4.2.2 Sifat Reaktan 1

Magnesium (Mg)

- disiapkan 5 tabung reaksi.


- diisikan masing-masing tabung dengan satu potong logam
Mg sepanjang 1 cm.
- ditambahkan macam-macam lartan asam dengan urutan
sebagai berikut: (tabung 1) H2SO4 3M, (tabung 2) HCl 6M,
(tabung 3) HNO3 6M, (tabung 4) H3PO4 2M, (tabung 5)
CH3COOH 6M terhadap masing-masing tabung reaksi
dengan kedalaman 1 ml.
- diamati kelima tabung reaksi dengan waktu yang sama.
- dihitung laju reaksinya.
- diurutkan besarnya laju reaksi dari terbesar ke yang terkecil.

Hasil

4.2.3 Sifat Reaktan 2

HCl 6 M
- disiapkan tiga tabung reaksi.
- diisikan 1 ml asam HCl 6 M pada masing-masing tabung
reaksi.
- dimasukkan 1 cm potongan Mg pada tabung yang pertama.
- ditambahkan potongan Zn pada tabung 2.
- ditambahkan potongan Co pada tabung 3.
- dilakukan waktu yang bersamaan saat tiga tabung bereaksi.
- diamati laju reaksi berdasarkan kecepatan melepaskan gas
hidrogen menggunakan stopwatch.
- dituliskan hasil pengamatan pada lembar pengamatan.

Hasil

4.2.4 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi

Zn (0,2 gram)
- disiapkan alat suntik 5 mL dan botol obat suntik dengan
tutupnya.
- dimasukkan sejumlah Zn (0.2 g) ke dalam botol suntik dan
ditutup rapat.
- diambil 3 mL larutan HCl 1 M dengan alat suntik.di
- suntikkan ke dalam botol melalui karet.
- dicatat waktu yang dibutuhkan mulai HCl.
- disuntikkan sampai alat penyedot naik dengan ketinggian
tertentu.
- diulangi untuk konsentrasi HCl yang berbeda yaitu (2 M
dan 0,1 M).

Hasil

4.2.5 Pengaruh Temperatur Terhadap Laju Reaksi

HCl 6 M
- dimasukkan 5 mL HCl 6M dalam 3 tabung reaksi.
- dimasukkan water bath yang telah diset dengan temperature
10oC (tabung 1),temperature 25oC (tabung 2),dan
temperature 50oC (tabung 3).
- dimasukkan sepotong logam Zn yang berukuran sama pada
masing-masing tabung reaksi.
- diamati waktu yang diperlukan terbentukkanya gas sampai
Zn habis.
- dicatat data yang dihasilkan dalam lembar kerja.

Hasil

4.2.6 Pengaruh Katalis Terhadap Laju Reaksi

Granula Zink

- disediakan 2 tabung reaksi.


- dimasukkan 0,05 g granula zink kedalam tabung reaksi 1.
- dimasukkan potongan kawat tembaga bersih berukuran 1
cm yang telah dibengkokkan dan dicampur dengan 0,05
gram granula zink kedalam tabung reaksi 2.
- ditambahkan 5 mL larutan HCl 2M ke dalam 2 tabung
reaksi.
- diamati laju pelepasan gas yang terjadi menggunakan
stopwhatch.
- dicatat data yang dihasilkan dalam lembar pengamatan.

Hasil

4.3 Prosedur Kerja


4.3.1 Preparasi Larutan
Larutan HCl 6M dari HCl pekat, H2SO4 3M dari yang pekat, HNO3 6M
dari yang pekat, dan CH3COOH 6M disiapkan.
4.3.2 Sifat Reaktan
5 tabung reaksi disiapkan. Logam Mg sepanjang 1cm sebanyak 1 potong
diisikan kedalam masing masing tabung yang sudah disediakan. Larutan asam
sebanyak 1 ml ditambahkan kedalam masing masing tabung reaksi dengan urutan
(tabung 1), H2SO4 3M, (tabung 2) Hasil Tabung Hasil HCl 6M, (tabung 3) HNO 3
6M, (tabung 4) H3PO42M, (tabung 5) CH3COOH 6M. Reaksi yang terjadi adalah
pembentukan garam magnesium dan gas H2. Laju reaksi dapat diamati dari
pelepasan gas yaitu terjadinya gelembung udara atau waktu yang diperlukan untuk
menghabiskan logam Mg. Kelima tabung reaksi diamati dengan durasi waktu
yang sama. Laju reaksi dihitung dan besarnya laju reaksi diurutkan dari yang
terbesar ke yang terkecil. Hasil pengamatan dimasukkan dalam lembar kerja
(pengamatan).
4.3.3 Sifat Raktan
Tiga tabung reaksi disiapkan. Masing masing tabung reaksi diisikan 1ml
asam HCl 6M. Tabung pertama dimasukkan 1cm potongan Mg, tabung kedua
ditambahkan potongan Zn dan tabung ketiga ditambahkan potongan Co. Semua
logam yang ditambahkan berukuran sama. Waktu reaksi pada ketiga tabung
dilakukkan pada waktu yang bersamaan. Laju reaksi diamati berdasarkan
kecepatan melepaskan gas hidrogen menggunakan stopwatch. Hasil pengamatan
ditulis pada lembar pengamatan.
4.3.4 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi
Alat suntik 5 mL dan botol obat suntik dengan tutupnya disiapkan. Logam
Zn yang sudah tersedia ( 0.2g) dimasukkan kedalam botol suntik dan ditutup
secara rapat. Larutan HCl 1M sebanyak 3mL diambil dengan alat suntik kemudian
disuntikkan kedalam botol melalui karet. Waktu yang dibutuhkan mulai HCl
disuntikkan sampai alat penyedot naik dengan ketinggian tertentu dicatat.
Diulangi untuk konsentrasi HCl yang berbeda (2M dan 0,1M).
4.3.5 Pengaruh Temperatur Terhadap Laju Reaksi
HCl 6M sebanyak 5mL dimasukkan masing masing kedalam 3 tabung
reaksi. Tabung pertama dimasukkan kedalam waterbath yang diset pada
temperatur 10 , tabung kedua dimasukkan kedalam waterbath yang telah diset
pada temperatur 25 , dan tabung ketiga dalam temperatur 50 . Masing masing
tabung reaksi dimasukkan sepotong logam Zn yang berukuran sama. Waktu yang
diperlukan mulai dari terbentukkan gas (gelembung udara) sampai habis, saitu
sampai logam Zn habis diamati. Data yang dihasilkan dicatat pada lembar kerja.
4.3.6 Pengaruh Katalis Terhadap Laju Reaksi
Tabung reaksi sebanyak 2 buah disiapkan. Granula zink sebanyak 0,05
gram dimasukkan kedalam tabung reaksi pertama, potongan kawat tembaga bersih
berukuran cm yang telah dibengkokkan dimasukkan kedalam tabung reaksi kedua
dan dicampur dengan 0,05 gram granula zink. Kedua tabung tersebut masing
masing ditambahkan dengan 5mL larutan HCl 2M. Laju pelepasan gas yang
terjadi diamati menggunakan stopwatch dan dicatat dalam lembar pengamatan.
V. DATA DAN PERHITUNGAN
5.1 Preparasi Larutan
Larutan yang disiapkan dalam video ialah HCl 6M, CH3COOH 6M,
HNO3 6M dan H2SO4 3M.
5.2 Sifat Reaktan
Mg + H2SO4 = 23 detik
Mg + HCl = 48 detik
Mg + HNO3 = 14 detik
Mg + H3PO4 = 5 menit
Mg + CH3COOH = 1 menit 6 detik

a. Mg (s) + H2SO4 (aq) → MgSO4(aq) + H2 (g)


M H2SO4 = 3M
t = 23 s
∆[ H 2 SO 4 ]
V =
∆t
3
=
23
= 0,13 M/s
b. Mg (s) + HCl (aq) → MgCl2(aq) + H2 (g)
M HCl = 6M
t = 48 s
∆[ HCl]
V =
∆t
6
=
48
= 0,125 M/s
c. Mg (s) + HNO3 (aq) → Mg(NO3)2 (aq) + H2 (g)
M HNO3 = 6M
t = 14 s
∆[ HNO 3]
V =
∆t
6
=
14
= 0,42 M/s
d. Mg (s) + H3PO4 (aq) → Mg3(PO4)2(aq) + H2 (g)
M H3PO4 = M
t = 300 s
∆[ H 3 PO 4 ]
V =
∆t
2
=
300
= 0,006 M/s

e. Mg (s) + CH3COOH (aq) → Mg(CH3COOH )2(aq) + H2 (g)


M CH3COOH = 6M
t = 66 s
∆[ CH 3 COOH ]
V =
∆t
6
=
66
= 0,09 M/s
5.3 Sifat Reaktan
Campuran Waktu Busa Kondisi akhir logam
Mg + HCl 6 M 1menit 6 detik Logam masih ada
Zn + HCl 6 M 1menit 26 detik Logam masih ada
Cu + HCl 6 M (tidak terbentuk busa) Logam masih ada

a. Mg (s) + HCl (aq) → MgCl2(aq) + H2 (g)


M HCl = 6M
t = 66 s
∆[ HCl]
V =
∆t
6
=
66
= 0,09 M/s

b. Zn (s) + HCl (aq) → ZnCl2(aq) + H2 (g)


M HCl = 6M
t = 86 s
∆[ HCl]
V =
∆t
6
=
86
= 0,069 M/s
c. Cu (s) + HCl (aq) → CuCl2(aq) + H2 (g)
M HCl = 6M
t =0s
∆[ HCl]
V =
∆t
6
=
0
= 0 M/s

5.4 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi


HCl 1 M = 51 detik
HCl 2 M = 44 detik
HCl 0,01 M = 2 menit

a. Zn (s) + 2HCl (aq) → ZnCl2(aq) + H2 (g)


M HCl = 2 M
t = 44 s
∆[ HCl]
V=
∆t
2
=
44
= 0.0454
b. Zn (s) + 2HCl (aq) → ZnCl2(aq) + H2 (g)
M HCl = 1 M
t = 51 s
∆[ HCl]
V=
∆t
1
=
51
= 0.0196 m/s
c. Zn (s) + 2HCl (aq) → ZnCl2(aq) + H2 (g)
M HCl = 0,01 M
t = 2 menit = 120 s
∆ [ HCl ]
V=
∆t
0,01
= = 0.00008 m/s
120

5.5 Pengaruh Temperatur Terhadap Laju Reaksi


HCl 10℃ = 4 menit 17 detik
HCl 25℃ = 3 menit 30 detik
HCl 50℃ = 1 menit 11 detik
Logam Zn masih utuh pada akhir reaksi di semua perbandingan suhu.

a. Zn (s) + 2HCl (aq) → ZnCl2(aq) + H2 (g)


M HCl = 6M
t = 257 s
∆[ HCl]
V =
∆t
6
=
257
= 0,023 M/s
b. Zn (s) + 2HCl (aq) → ZnCl2(aq) + H2 (g)
M HCl = 6M
t = 210 s
∆[ HCl]
V =
∆t
6
=
210
= 0,028 M/s

c. Zn (s) + 2HCl (aq) → ZnCl2(aq) + H2 (g)


M HCl = 6M
t = 71 s
∆[ HCl]
V =
∆t
6
=
71
= 0,084 M/s

5.6 Pengaruh Katalis Terhadap Laju Reaksi


Zn + HCl = (tidak terjadi perubahan atau tidak terbentuk gas)
Zn + Cu + HCl = 2 menit 30 detik (terbentuk banyak gas)

a. Zn (s) + 2HCl (aq) → ZnCl2(aq) + H2 (g)


M HCl = 6M
t =0s
∆[ HCl]
V =
∆t
6
=
0
= 0 M/s
b. Zn (s) + 2HCl (aq) → ZnCl2(aq) + H2 (g)
M HCl = 6M
t = 150 s
∆[ HCl]
V =
∆t
6
=
150
= 0,04 M/s

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN


6.1 Tabel Hasil
6.1.1 Tabel Sifat Reaktan 1 dan Sifat Reaktan 2

No. Larutan Fenomena yang terbentuk t (s) V (m/s)

1. Mg + H2SO43 M Timbul gelembung gas dan 23 0,13


berwarna keruh
2. Mg + HCl 6 M 48 0,125
Timbul gelembung gas dan
berwarna keruh
3. Mg + HNO36 M 14 0,42
Timbul banyak gelembung gas
dan berwarna kecoklatan
4. Mg + H3PO4 2M 300 0,0066
Hampir tidak timbul gelembung
gas dan berwarna bening
5. Mg + HCl6 M 66 0,09
Timbul sedikit gelembung gas
dan berwarna bening
6. Zn + HCl6 M Timbul gelembung gas dan 86 0,086
berwarna keruh
7. Cu + HCl6 M - -
Timbul gelembung gas dan
berwarna keruh
6.1.2 Tabel Pengaruh Kosentrasi terhadap Laju Reaksi

No. Larutan Fenomena yang terjadi t (s) V (m/s)

1. Zn + HCl 1 M 51 0,019
Perubahan ketinggian alat
penyedot lebih lambat
2. Zn + HCl 2 M 44 0,0454
Perubahan ketinggian alat
penyedot cepat
3. Zn + HCl 0,01 M 120 0,00008
Perubahan ketinggian alat
penyedot sangat lambat

6.1.3 Tabel Pengaruh Temperatur terhadap Laju Reaksi

No. Larutan T ( Fenomena yang terjadi t (s) V (m/s)


℃¿

1. Zn + HCl 6M 10oC Terbentuk gelembung gas 257 0,023


sedikit dan bereaksi lama

2. Zn + HCl 6M 25oC Terbentuk gelembung gas


cukup banyak dan bereaksi 210 0,028
cepat

3. Zn + HCl 6M 50oC Terbentuk gelembung gas 71 0,084


banyak dan bereaksi cepat

6.1.4 Tabel Pengaruh Katalis terhadap Laju Reaksi

No. Larutan Fenomena yang terjadi t (s) V (m/s)

1. HCl 2M + Zn - 0
Tidak terbentuk gelembung gas
2. HCl 2M + Zn + Cu 150 0,04
Terbentuk gelembung gas banyak,
bereaksu cepat dan berwarna keruh
6.2 Pembahasan
Reaksi yang menghasilkan suatu produk yang banyak adalah reaksi tersebut
berlangsung secara cepat, sedangkan reaksi yang menghasilkan produk yang sedikit
artinya reaksi berlangsung secara lambat. kecepatan reaksi adalah banyaknya zat
yang berubah dalam satuan waktu tertentu (Chang,2004).
Praktikum pertama yaitu pereaksi larutan, praktikum ini semua larutan yang
akan digunakan disiapkan terlebih dahulu. Larutan tersebut antara lain HCl 6M,
CH3COOH 6M, HNO3 6M, H2SO4 3M.
Praktikum kedua yaitu sifat reaktan, pertama tabung yang berisi sepotong
logam Mg 1 cm dimasukkan H2SO4 3M sebanyak 1 ml dan dihitung tiap detik
menggunakan stopwatch sampai gelembung gas sudah tidak terlihat. Penambahan
H2SO4 dalam tabung yang berisi logam Mg terjadi munculnya gelembung gas. H2SO4
merupakan senyawa asam kuat, saat logam alkali (Mg) direaksikan dengan asam
encer maka akan membentuk garam dan membebaskan H2. Reaksi yang terjadi
menghasilkan magnesium sulfat yang merupakan garam anorganik dan gas hidrogen,
dengan reaksinya adalah
Mg (s) + H2SO4(aq) → MgSO4(aq) + H2 (g) …(6.1)
Perhitungan laju reaksi yang di dapat pada senyawa Mg dan H2SO4 dengan waktu 23
s dan 3 M adalah 0,13 m/s.

Gambar 6.2.1 Reaksi pada senyawa HCl dan H2SO4


Tabung kedua, HCl 6M sebanyak 1ml dimasukkan kedalam masing-masing
tabung yang berisi sepotong logam Mg 1 cm dan dihitung tiap sekon menggunakan
stopwatch sampai gelembung gas sudah tidak terlihat atau samar-samar. Tabung
kedua saat penambahan HCl menyebabkan munculnya gelembung gas, hal ini
dikarenakan saat logam Mg dan HCl membentuk garam menghasilkan gas hidrogen
yang menyebabkan munculnya gelembung-gelembung gas. Semula HCl berwarna
bening, tetapi setelah penambahan logam Mg warna larutan menjadi keruh dan
gelembung tersebut menempel di dinding tabung reaksi. Reaksi yang terjadi
menghasilkan garam magnesium (MgCl2) dan gas hidrogen (H2), dengan reaksi
kimianya adalah :
Mg (s) + HCl (aq) →MgCl2(aq) + H2 (g) …(6.2)
Karena hidrogen berbentuk gas, maka hidrogen akan keluar berbentuk gelembung
dari asam klorida menuju ke permukaan cairan. Perhitungan laju reaksi pada Mg dan
HCl dengan waktu 48 s dan 6 M adalah 0,125 m/s.

Gambar 6.2.2 Reaksi pada senyawa HNO3


Tabung ketiga, HNO3 6M sebanyak 1ml dimasukkan kedalam masing-masing
tabung yang berisi sepotong logam Mg 1 cm dan dihitung tiap sekon menggunakan
stopwatch sampai gelembung gas sudah tidak terlihat atau samar-samar. Percobaan
ini bertujuan untuk mengetahui ion kompleks serta perubahan warna larutan. Setelah
dilakukan penambahan HNO3 warnanya menjadi kecoklatan. Reaksinya adalah
Mg (s) + HNO3 (aq)→ Mg(NO3)2 (aq) + H2 (g) …(6.3)
Fenomena yang terjadi yaitu perubahan warna pada campuran larutan ini akibat
pengaruh ion kompleks yang menghasilkan warna kecoklatan. Perhitungan laju
reaksi pada Mg dan HNO3 adalah 0,42s.

Gambar 6.2.3 Reaksi senyawa H3PO4


Tabung keempat, H3PO4 2M sebanyak 1ml dimasukkan kedalam masing-
masing tabung yang berisi sepotong logam Mg 1 cm dan dihitung tiap sekon
menggunakan stopwatch sampai gelembung gas sudah tidak terlihat atau samar-
samar. Tabung ketiga saat penambahan H3PO4 menyebabkan munculnya gelembung
gas. Reaksi yang terjadi adalah
Mg (s) + H3PO4 (aq) →Mg3(PO4)2(aq) + H2 (g) …(6.4)
Perhitungan laju reaksi yang di dapat pada senyawa Mg dan H 3PO4 dengan waktu
300s dan 2M adalah 0,0066 m/s.

Gambar 6.2.4 Reaksi pada senyawa CH3COOH


Tabung kelima, CH3COOH 6M sebanyak 1ml dimasukkan kedalam masing-
masing tabung yang berisi sepotong logam Mg 1 cm dan dihitung tiap sekon
menggunakan stopwatch sampai gelembung gas sudah tidak terlihat atau samar-
samar. Tabung ketiga saat penambahan CH3COOH menyebabkan munculnya
gelembung gas yang sedikit. Hal ini dikarenakan saat logam Mg dan CH 3COOH
merupakan senyawa logam alkali dan asam lemah, semakin kuat asam yang bereaksi
dengan logam alkali maka gelembung gas yang dihasilkan akan semakin banyak.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
Mg (s) + CH3COOH(aq) → Mg(CH3COOH)2(aq) + H2(g) …(6.5)
percobaan praktikum ketiga, yaitu percobaan sifat reaktan terhadap laju
reaksi. Tabung pertama yang berisi sepotong logam Mg 1 cm dimasukkan HCl 6M
sebanyak 1mL dan dihitung tiap detik menggunakan stopwatch sampai gelembung
gas sudah tidak terlihat atau samar-samar. Penambahan HCl dalam tabung yang
berisi logam Mg terjadi munculnya gelembung gas. HCl merupakan senyawa asam
kuat, saat logam alkali (Mg) direaksikan dengan asam maka akan membentuk garam
dan membebaskan H2. Reaksi yang terjadi menghasilkan magnesium sulfat yang
merupakan garam dan gas hidrogen, dengan reaksinya adalah
Mg (s) + HCl (aq) → MgCl2(aq) + H2 (g) …(6.6)
Perhitungan laju reaksi pada senyawa Mg dan HCl dengan waktu 66 s dan 6M adalah
0,09 m/s.
Tabung pertama yang berisi sepotong logam Zn 1 cm dimasukkan HCl 6M
sebanyak 1mL dan dihitung tiap detik menggunakan stopwatch sampai gelembung
gas sudah tidak terlihat atau samar-samar. Penambahan HCl dalam tabung yang
berisi logam Zn terjadi munculnya gelembung gas yang sedikit. Ketika Zn
dicampurkan dengan HCl encer, suatu reaksi keras terjadi, gas hidrogen berevolusi
fan seng larut, membentuk larutan seng klorida. Reaksi adalah :
Zn (s) + HCl (aq) → ZnCl2(aq) + H2 (g) …(6.7)
Reaksi tersebut terdapat ion klorida yang tidak dapat ditulis dalam bentuk
simpilied, karena Zn bereaksi dengan ion hidrogen dari larutan asam membentuk ion
seng dan gas hidrogen. Tabung ketiga yaitu berisi logam Cu dengan larutan HCl.
Logam Cu ini tidak larut dalam asam-asam encer seperti HCl, tetapi asam klorida
pekat dan mendidih melarutkan logam tembaga dan membebaskan gas hidrogen.
Dengan demikian, disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks CuCl2- yang
mendorong reaksi kesetimbangan bergeser ke arah produk. Reaksi yang terjadi
sebagai berikut :
Cu (s) + HCl (aq) → CuCl2(aq) + H2(g) …(6.8)
Percobaan keempat yaitu percobaan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
yang pertama kali dilakukan dengan menyiapkan gelas alat suntik 5 mL dan botol
obat suntik disiapkan dengan tutupnya. Zn sebanyak 0,2 g dimasukkan kedalam
botol suntik dan ditutup rapat. Larutan HCL 1M diambil sebanyak 3 mL
menggunakan alat suntik dan disuntikkan kedalam botol melalui karet. Kemudian
dengan menggunakan stopwatch dihitung waktu reaksinya yang dapat dilihat dari
larutan yang terlihat. Percobaan yang pertama didapatkan waktu 44 detik dengan
perubahan ketinggian alat penyedot pebih lambat. Percobaan yang kedua dengan
menggunakan HCl 2M didapatkan waktu sebesar 51 detik dengan perubahan
ketinggian alat penyedot cepat. Dan pada percobaan ketiga dengan menggunakan
HCl 0.01M didapatkan waktu sebesar 120 detik dengan perubahan ketinggian alat
penyedot yang sangat lambat. Jika konsentrasi zat pereaksi diperbesar, maka laju
reaksi berlangsung dengan cepat. Semakin besar konsentrasi maka semakin banyak
zat-zat yang bereaksi sehingga tumbukan semakin besar, dengan ini semakin besar
pula kemungkinan terjadinya kecepatan reaksinya. Reaksi yang terjadi sebagai
berikut :
Zn (s) + HCl (aq)→ ZnCl2(aq) + H2 (g) …(6.9)
Konsentrasi pereaksi yang naik menyebabkan jumlah partikel pereaksi per
satuan volume akan meningkat. Hal ini memungkinkan untuk terjadinya tumbukan
yang semakin banyak sehingga laju reaksi meningkat. Persamaan laju reaksi yang
didefinisikan dalam bentuk konsentrasi reaktan maka dengan naiknnya suatu
konsentrasi maka kecepatan reaksinya akan naik. Artinya, semakin tinggi konsentrasi
maka semakin banyak molekul reaktan yang tersedia. Dengan demikian
kemungkinan tumbukan yang terjadi akan semakin banyak sehingga kecepatan
reaksinya mengalami peningkatan.

Gambar 6.2.5 Pengaruh konsentrasi


Percobaan kelima, yaitu pengaruh temperatur terhadap laju reaksi dengan
menggunakan HCl 6M dengan Zn yang sudah dipanaskan dengan suhu berbeda.
Pada pemanasan pertama dalam suhu 100C selama 257 detik dengan kelajuan reaksi
0,023 M/s terbentuk gelembung gas sedikit dan bereaksi lama. Pemanasan kedua
dalam suhu 250C selama 210 detik dengan kelajuan reaksi 0,028 M/s terbentuk
gelembung gas cukup banyak dan bereaksi cepat. Pemanasan ketiga dalam suhu 50 0C
selama 71 detik dengan kelajuan reaksi 0,084 M/s terbentuk gelembung gas cukup
banyak dan bereaksi cepat. Semakin lama waktu pemanasan maka temperatur atau
suhu akan naik maka gerak molekul akan lebih cepat dan terjadi tumbukan semakin
besar sehingga kecepatan reaksi semakin besar. Sedangkan pada praktikum kali ini
waktu tidak semakin cepat tetapi suhu mengalami kenaikan dengan kecepatan reaksi
yang semakin besar. Mungkin hal ini disebabkan oleh beberapa faktor kesalahan saat
mencampur HCl dengan Zn seperti HCl yang tidak segera dituangkan pada saat
pemanasan, maka suhu akan turun dan menjadi tidak akurat. Reaksi yang terjadi
pada percobaan kelima ini sebagai berikut :
Zn (s) + HCl (aq) →ZnCl2(aq) + H2 (g) …(6.10)
Pada percobaan keenam, yaitu pengaruh katalis terhadap laju reaksi. Katalis
merupakan zat yang dapat mempercepat reaksi tetapi pada akhirnya reaksi yang
terbentuk akan kembali. Katalis berperan dalam reaksi tetapi bukan sebagai pereaksi
atau produk. Logam Zn dilarutkan kedalam HCl, lalu saat pertama kali pencampuran
tidak terjadi perubahan dan tidak adanya gelembung gas. Dalam waktu 150 detik
terlihat perubahan yaitu terbentuk gelembung gas yang banyak, bereaksi secara cepat
dan warna berubah menjadi keruh. Dalam hal ini dapat dilihat bawah katalis
merupakan zat yang dapat mempercepat reaksi, tetapi pada akhirnya reaksi dapat
terbentuk kembali.
Katalis berperan dalam reaksi tetapi bukan sebagai pereaksi atau produk.
Fungsi dari katalis adalah menurunkan energi aktivasi, sehingga jika dalam suatu
reaksi ditambahkan katalis, maka reaksi akan lebih mudah terjadi. Dengan demikian,
katalis disebabkan karena zat-zat yang bereaksi akan lebih mudah untuk melampaui
energi aktivasi (Chang,2004).
VII. KESIMPULAN
Laju reaksi adalah cepat atau lambatnya suatu reaksi yang berlangsung. Laju
reaksi ditentukan melalui percobaan, yaitu dengan mengukur banyaknya pereaksi yang
dihabiskan atau banyaknya produk yang dihasilkan dalam waktu tertentu. Persamaan
reaksi umum dinyatakan dalam bentuk reaksi di bawah ini :
Pereaksi (reaktan) Hasil reaksi (produk) …(7.1)

Laju reaksi adalah banyaknya zat mol yang berubah dalam satuan waktu tertentu.
Rumus kecepatan reaksi adalah :

K = A . e-Ea/RT …(7.2)

Reaksi senyawa atau Zn dan HCl dengan variabel konsentrasi Zn berlangsung dengan
cepat apabila konsentrasi zat pereaksi diperbesar. Laju reaksi senyawa dengan
variabel suhu yaitu apabila suhu dinaikkan maka laju reaksi berlangsung cepat dan
apabila suhu semakin rendah maka laju reaksi berlangsung lambat. Laju reaksi
senyawa dengan variabel katalis yaitu dapat mempercepat reaksi tetapi pada akhir
reaksi terbentuk kembali
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond, Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti, Jilid 1 edisi 3, Jakarta:


Erlangga, 2004.

Daintith, Colin. 2006. Seri Kegiatan Sains Di Dalam Materi. Bandung: Pakar
Raya.

Hill, J. W. and Petrucci, R. H. 2002.General Chemistry An Integrated Approach.


Third Edition. Prentice-Hall, Inc. Upper Saddle River : New Jersey.

KIMIA untuk SMA/MA kelas XI. KIMIA DASAR. 2014. Surakarta. Erlangga

LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Aquades. [Serial Online]


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC26750.pdf. (Diakses pada
tanggal 19 Maret 2021).

LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Nitric Acid. [Serial Online]
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC17840.pdf. (Diakses pada
tanggal 17 Maret 2021).

LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Sodium Chloride. [Serial Online]
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.labch
em.com/tools/msds/msds/
LC23420.pdf&ved=2ahUKEwif34DlsO7tAhWYSH0KHXJwB78QFjAEegQ
IERAB&usg=AOvVaw0HoJQIZlFhdDmkmPCoEGX6. (Diakses pada
tanggal 17 Maret 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Acetic Acid. [Serial Online]
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC10100.pdf. (Diakses pada
tanggal 18 Maret 2021).

LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Sulfuric Acid. [Serial Online]
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC25550.pdf. (Diakses pada
tanggal 18 Maret 2021)

LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Phosphoric Acid [Serial Online].
https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC18640.pdf. (Diakses pada
tanggal 18 Maret 2021)

LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Magnesium. [Serial Online].


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC16480.pdf. (Diakses pada
tanggal 18 Maret 2021).

LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Tembaga (II). [Serial Online].
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/75448.pdf. (Diakses pada tanggal
18 Maret 2021).

LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Zinc. [Serial Online]


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC27150.pdf. (Diakses pada
tanggal 18 Maret 2021).

Masel, R. I. 2002. Chemical Kinetics and Catalysis. New York : United Stated of
America.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai