KIMIA
EKSTRAKSI PELARUT
Oleh
NIM : 201810301013
Kelas/Kelompok : A/1
Besarnya Ia tergantung adanya larutan molekul atau ion zat berwarna yang
menyerap cahaya lebih kuat daripada pelarut (berupa air, alcohol, eter, dll).
Sehingga setelah melewati larutan, berkas cahaya tersebut intensitasnya akan
berkurang. Berkurangnya intesitas tersebut akan meningkat dengan adanya banyak
molekul atau ion zat berwarna yang ditemui dalam lintasan cahaya. Oleh sebab itu,
berkurangnya intensitas juga bergantung pada konsentrasi dan tebal lapisan larutan
(b) yang dilewati oleh cahaya. Hubungan tersebut dirumuskan sebagai berikut:
𝐼
𝑙𝑜𝑔𝐼𝑡0 = 𝜀𝑏𝐶 ………………………………………………………………… (2.2)
𝐼
Besar 𝑙𝑜𝑔𝐼𝑡0 merupakan suatu ukuran berkurangnya cahaya ketika melewati larutan,
biasanya dikenal dengan absorbansi A. Pada konstanta 𝜀, sifatnya tergantung pada
zat penyerap dan panjang gelombang cahaya. Apabila konsentrasi C dinyatakan
dalam mol per liter, maka konstanta tersebut dikenal dengan absorbtivitas molar
larutan. Rumus tersebut merupakan ungkapan dari hukum absorbs cahaya oleh
larutan berwarna. Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa kerapatan optic suatu
larutan sebanding dengan hasil konsentrasi zat penyerap (berwarna) dan ketebalan
lapisan larutan. Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐼0
= 10𝜀𝑏𝐶 …………………………………………………………………. (2.3)
𝐼𝑡
4.2 Pembahasan
Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan satu atau beberapa bahan dari
suatu materi yang bersifat padat atau cair menggunakan bantuan pelarut cair.
Ekstraksi berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, dibedakan menjadi dua
jenis yaitu ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair. Ekstraksi padat cair adalah
ekstraksi dimana zat yang diekstraksi terdapat dalam campuran yang berbentuk
padatan. Ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi di mana zat yang diekstraksi terdapat
dalam campuran berbentuk cair (Yazid, 2005). Ekstraksi pelarut merupakan metode
pemisahan berdasarkan transfer suatu zat terlarut dari suatu pelarut ke pelarut lain
yang tidak saling bercampur. Percobaan ekstraksi pelarut ini bertujuan untuk
memisahkan logam Ni dari campurannya dengan ekstraksi pelarut dan menentukan
kadar Ni dalam sampel. Percobaan ini memiliki lima prosedur, diantaranya yaitu
pembuatan larutan standar Ni; preparasi sampel; dan pengukuran dengan
spektrofotometer.
Prosedur yang pertama yaitu pembuatan larutan standar Ni. Langkah
pertama yaitu logam Ni sebanyak 6,236 gram ditambahkan dengan 15 mL HNO3 6
M. Fungsi penambahan HNO3 adalah untuk melarutkan logam Ni. Larutan
kemudian diaduk hingga logam Ni larut dengan sempurna. Perubahan warna yang
terjadi adalah menjadi hijau jernih. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
5Ni (s) + 12HNO3 (aq) → 5Ni(NO3)2 (aq) + 6H2O (l) + N2 (g) ……………… (4.1)
Langkah selanjutnya ditambahkan NaOH 2,5 M sampai terbentuk endapan nikel
hidroksida. Fungsi penambahan NaOH adalah untuk menetralkan larutan.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
Ni(NO3)2 (aq) + 2NaOH (aq) → Ni(OH)2 (s) + 2NaNO3 (aq) ………………… (4.2)
Langkah berikutnya ditambahkan dengan asam asetat 6 M tetes demi tetes disertai
dengan pengadukan, hingga endapan larut kembali. Asam asetat berfungsi sebagai
pelarut untuk melarutkan kembali endapan yang dibentuk. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
Ni(OH)2 (s) + 2CH3COOH (aq) → (CH3COO)2Ni (aq) + 2H2O (l) ………… (4.3)
Larutan Ni lalu dimasukkan dalam labu ukur 100 mL, kemudian diencerkan dengan
akuades hingga tanda batas dan dilakukan pengocokan. Pengocokan dilakukan agar
larutan tercampur sempurna. Langkah berikutnya dipipet 10 mL larutan Ni dan
dimasukkan dalam labu ukur 50 mL. Akuades kemudian ditambahkan pada labu
ukur 50 mL hingga tanda batas, lalu labu ukur dikocok agar tercampur sempurna.
Hal ini dilakukan untuk mengencerkan kembali larutan hingga diperoleh larutan Ni
dengan konsentrasi 100 ppm.
Prosedur kedua yaitu preparasi atau pembuatan larutan sampel. Sampel
yang digunakan berupa alloy, yaitu campuran logam dengan unsur non logam.
Prosedur ini mirip dengan prosedur yang pertama, yang membedakan hanya pada
sampel yang digunakan. Langkah pertama yaitu sampel sebanyak 0,1gram
dilarutkan dengan HNO3 6 M, kemudian diaduk hingga sampel larut dengan
sempurna. Fungsi HNO3 adalah sebagai pelarut. Langkah kedua yaitu ditambahkan
dengan NaOH 2,5 M setetes demi setetes hingga terbentuk endapan. Fungsi
penambahan NaOH yaitu untuk menetralkan larutan. Langkah ketiga, ditambahkan
dengan asam asetat 6 M hingga endapan larut kembali. Penambahan asam asetat
berfungsi untuk melarutkan kembali endapan yang terbentuk. Langkah berikutnya
yaitu sampel diencerkan dengan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian
ditambahkan dengan akuades hingga tanda batas. Pengocokan selanjutnya
dilakukan agar sampel tercampur sempurna. Langkah selanjutnya sampel
diencerkan kembali dengan diambil 10 mL larutan sampel dan dimasukkan dalam
50 mL labu ukur. Sampel kemudian ditambahkan dengan akuades hingga tanda
batas, dan dilakukan pengocokan agar sampel tercampur sempurna.
Prosedur ketiga adalah proses ekstraksi pelarut. Langkah pertama adalah
disediakan tujuh tabung reaksi, kemudian dimasukkan masing-masing larutan Ni
100 ppm dengan volume 0,5 mL; 1 mL; 1,5 mL; 2 mL; dan 2,5 mL ke dalam tabung
reaksi 1-5 secara berturut-turut. Langkah berikutnya dipipet sejumlah volume
akuades ke dalam lima tabung reaksi tersebut hingga volume total setiap tabung
menjadi 5 mL. Fungsi penambahan akuades adalah untuk menambah volume pada
larutan, agar volume setiap larutan menjadi sama. Tabung reaksi 6 ditambahkan
dengan akuades, sedangkan tabung reaksi 7 ditambahkan dengan larutan sampel
sebanyak 5 mL. Larutan sampel tersebut nantinya akan dicari kandungan logam Ni
yang ada di dalamnya. Langkah selanjutnya setelah larutan disiapkan yaitu
penambahan beberapa reagen ke dalam setiap tabung reaksi secara berturut-turut.
Penambahan reagen ini dilakukan sebelum proses ekstraksi karena logam Ni
merupakan logam yang tidak larut dalam senyawa nonpolar, sehingga untuk
melarutkannya logam Ni harus diubah menjadi senyawa nonpolar dengan
membentuk senyawa kompleks Ni(DMG)2 tersebut. Dimetil glioksin (DMG) yang
ditambahkan berperan sebagai agen pengompleks atau ligan. Ion logam Ni2+ akan
berikatan kovalen dengan dimetil glioksin dan menghasilkan senyawa kompleks
Ni(DMG)2. Pembentukan senyawa kompleks tersebut dimaksudkan agar logam Ni
dapat terekstraksi ke fase organic dan akhirnya menghasilkan senyawa berwarna.
Warna tersebutlah yang dapat diukur dalam alat spektrofotometer.
Reagen pertama yang ditambahkan adalah natrium tartrat sebanyak 0,25
gram. Fungsi penambahan natrium tartrat yaitu untuk membentuk kompleks Fe(III)
yang ada di dalam campuran. Reagen kedua yaitu ditambahkan 2,5 mL buffer asetat
ke dalam setiap tabung reaksi. Penambahan buffer asetat berfungsi untuk membuat
larutan menjadi sedikit asam atau untuk mempertahankan pH larutan. Ion Ni2+ dapat
membentuk kompleks dengan DMG pada suasana sedikit asam. Reagen ketiga
yaitu natrium tiosulfat sebanyak 1,25 gram. Fungsi penambahan natrium tiosulfat
yaitu untuk membentuk kompleks anionik Cu(S2O3)2- yang tidak terekstrak dalam
kloroform. Reagen keempat yang ditambahkan adalah hidroksilamin hidroklorida
10% sebanyak 1 mL. Reagen hidroksilamin hidroklorida berfungsi untuk mencegah
adanya oksidasi pada kompleks Ni menjadi Ni(V) yang memiliki spektrum
absorbansi berbeda. Reagen berikutnya adalah dimetil glioksim 1% sebanyak 1 mL.
Penambahan ini berfungsi untuk membentuk kompleks Ni(DMG)2. Penambahan
reagen ini akan memberikan warna ungu pada larutan. Reaksi setelah penambahan
reagen adalah sebagai berikut:
Ni2+ (aq) + C4H8N2O2 (DMG) (aq) → C8H14N4NiO4 [Ni(DMG)2] (aq) ……… (4.4)
Setiap tabung kemudian dikocok setiap penambahan satu reagen agar larutan
bercampur sempurna dengan reagen. Langkah berikutnya ditambahkan 10 mL
kloroform pada setiap tabung, kemudian dilakukan pengocokan selama 3 menit
untuk setiap tabung sehingga terjadi pendistribusian Nikel ke dalam dua fasa.
Penambahan kloroform adalah sebagai pelarut untuk melarutkan kompleks Ni pada
proses ekstraksi. Penambahan kloroform menghasilkan dua fasa yang berbeda pada
larutan, dengan pelarut kloroform yang berada pada lapisan bawah. Logam Ni yang
telah berupa senyawa kompleks dapat larut dalam kloroform dan berada di lapisan
bawah. Campuran lalu didiamkan untuk beberapa saat dan ditutup dengan
aluminium foil, agar kedua fasa terpisah sempurna. Aluminium foil berfungsi untuk
mencegah penguapan kloroform dan agar larutan tidak tumpah ketika dikocok.
Langkah selanjutnya adalah dilakukan pengocokan pada setiap tabung.
Prosedur terakhir adalah pengukuran dengan spektrofotometer. Larutan
kloroform dipipet ke dalam kuvet, untuk mengurangi penguapan ditambahkan
sedikit air ke dalam kuvet. Langkah selanjutnya diukur absorbansi setiap larutan
yang diperoleh dari hasil ekstraksi pada panjang gelombang 420 nm. Panjang
gelombang 420 nm digunakan pada pengukuran ini karena pada larutan tersebut
tidak hanya mengandung senyawa kompleks Ni(DMG)2, tetapi juga Cu dan Fe
senyawa kompleks. Sehingga pengukuran absorbansi dilakukan pada panjang
gelombang 420 nm, di mana pada panjang gelombang tersebut spesifik cahaya akan
menyerap warna yang ditimbulkan senyawa kompleks Ni(DMG)2 dan cahaya dari
senyawa kompleks lain tidak akan ikut diserap. Jadi, senyawa kompleks yang lain
tidak dapat mempengaruhi konsentrasi Ni yang diperoleh. Langkah berikutnya
dibuat kurva kalibrasi dari absorbansi larutan standar yang diplotkan dengan
konsentrasinya. Larutan standar dengan volume dan konsentrasi yang berbeda
bertujuan untuk membandingkan hasil pengukuran, serta agar kurva kalibrasi dapat
dibuat dan persamaan regresi nantinya bisa diperoleh.
Kurva yang diperoleh mengarah ke atas (uptrend). Dari hasil kurva yang
didapatkan tersebut dapat disimpulkan bahwa konsentrasi larutan berbanding lurus
dengan nilai absorbansinya. Hasil yang diperoleh tersebut sudah sesuai dengan
literatur yang menyebutkan bahwa ketika konsentrasi larutan yang makin
ditingkatkan, maka absorbansinya juga meningkat (Sahi et al, 2021). Persamaan
regresi kemudian dapat diperoleh dengan cara membandingkan konsentrasi Ni pada
masing-masing volume 0,5; 1; 1,5; 2; dan 2,5 mL dalam ppm dengan absorbansi
larutan standar yang terukur pada spektrofotometer menggunakan panjang
gelombang 420 nm. Persamaan regresi larutan standar diperoleh dari kurva
kalibrasi yaitu sebesar y = 0,0286x + 0,0122. Absorbansi sampel juga diukur dan
dihitung, kemudian diperoleh absorbansi sampel 0,1668. Kadar Ni yang ada dalam
larutan sampel selanjutnya dihitung dengan menginput absorbansi sampel pada
persamaan regresi yang diperoleh dan didapat kadar Ni dalam sampel sebesar 5,4
ppm. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi Ni pada sampel sebesar 5,4 ppm.
V. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ekstrasi pelarut ini adalah
sebagai berikut:
1. Pemisahan logam Ni dari campuran dapat dilakukan dengan ekstraksi
pelarut. Ekstraksi pelarut merupakan proses pemisahan suatu komponen
dari suatu campuran berdasarkan proses distribusi terhadap dua pelarut yang
tidak saling bercampur. Proses ekstraksi Ni dilakukan dengan penambahan
beberapa reagen untuk membentuk senyawa kompleks. Senyawa kompleks
tersebut kemudian dapat larut dalam kloroform yang termasuk pelarut
nonpolar. Senyawa kompleks Ni memiliki warna keunguan yang dapat
diserap spektrofotometer.
2. Kadar Ni dalam sampel dapat diperoleh dengan memasukkan absorbansi
sampel pada persamaan regresi yang diperoleh. Persamaan regresi diperoleh
dari kurva perbandingan antara konsentrasi larutan standar dengan
absorbansinya. Kurva yang diperoleh cenderung naik (uptrend) yang
membuktikan bahwa semakin tinggi konsentrasi, maka nilai absorbansinya
juga akan meningkat. Kadar Ni yang diperoleh sebesar 5,4 ppm.
DAFTAR PUSTAKA
Bibo, F. J., H. Birke, H. Bohm, dan W. Czysz. 2012. Water Analysis A Practical
Guide to Physico-Chemical, Chemical and Microbiological Water
Examination and Quality Assurance. Berlin: Springer Berlin Heidelberg.
Labchem. 2021. Material Safety Data Sheet of Acetic acid [Serial Online].
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC10100.pdf. (diakses pada
13 November 2021).
Labchem. 2021. Material Safety Data Sheet of Acetate Buffer [Serial Online].
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/75002.pdf. (diakses pada 13
November 2021).
Labchem. 2021. Material Safety Data Sheet of Nitric acid [Serial Online].
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC17700.pdf. (diakses pada
13 November 2021).
Labchem. 2021. Material Safety Data Sheet of Sodium hydroxide [Serial Online].
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC23900.pdf. (diakses pada
13 November 2021).
Labchem. 2021. Material Safety Data Sheet of Sodium tartrate [Serial Online].
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC24945.pdf. (diakses pada
13 November 2021).
Pubchem. 2021. Material Safety Data Sheet of Sodium thiosulfate [Serial Online].
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Sodium-thiosulfate.
(diakses pada 13 November 2021).
Pubchem. 2021. Material Safety Data Sheet of Nickel chloride [Serial Online].
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Nickel-chloride. (diakses
pada 20 November 2021).
Sahi, M. R., Fatimawali, dan J. P. Siampa. 2021. Ekstraksi dan Optimasi Antosianin
Daun Gedi Merah (Abelmoschus Manihot (L.) Medik) dengan Metode
Spektrofotometri UV-VIS. PHARMACON. 10(1): 668-675.
• Massa Ni = mol Ni x Ar Ni
= 0,004 mol x 58,7 g/mol
= 0,2348 gram
M2 = 20 ppm
M2 = 2 ppm
• 1,0 mL
M1 x V1 = M2 x V2
20 ppm x 1,0 mL = M2 x 5 mL
20 ppm x 1,0 mL
M2 = 5 mL
M2 = 4 ppm
• 1,5 mL
M1 x V1 = M2 x V2
20 ppm x 1,5 mL = M2 x 5 mL
20 ppm x 1,5 mL
M2 = 5 mL
M2 = 6 ppm
• 2,0 mL
M1 x V1 = M2 x V2
20 ppm x 2,0 mL = M2 x 5 mL
20 ppm x 2,0 mL
M2 = 5 mL
M2 = 8 ppm
• 2,5 mL
M1 x V1 = M2 x V2
20 ppm x 2,5 mL = M2 x 5 mL
20 ppm x 2,5 mL
M2 = 5 mL
M2 = 10 ppm
4. Rata-rata Absorbansi
• 0,5 mL
0,079 + 0,078 + 0,079 + 0,079 + 0,079
Rata-rata Absorbansi = 5
= 0,0788
• 1,0 mL
0,128 + 0,128 + 0,127 + 0,126 + 0,128
Rata-rata Absorbansi = 5
= 0,1274
• 1,5 mL
0,179 + 0,174 + 0,179 + 0,178 + 0,174
Rata-rata Absorbansi = 5
= 0,1768
• 2,0 mL
0,218 + 0,216 + 0,214 + 0,218 + 0,216
Rata-rata Absorbansi = 5
= 0,2164
• 2,5 mL
0,267 + 0,268 + 0,268 + 0,266 + 0,266
Rata-rata Absorbansi = 5
= 0,3206
• sampel
0,169 + 0,164 + 0,168 + 0,164 + 0,169
Rata-rata Absorbansi = 5
= 0,1668
5. Konsentrasi Sampel
0,3
0,2 0,1768
0,05
0
0 2 4 6 8 10 12
Konsentrasi
Y = rata-rata absorbansi sampel
Y = 0,0286x + 0,0122
0,1668 = 0,0286x + 0,0122
0,1668 - 0,0122 = 0,0286x
0,1546 = 0,0286x
x = 5,4 ppm
Tabel Hasil
Volume Ni (mL) Absorbansi Konsentrasi (ppm)
0,5 0,0788 2
1 0,1274 4
1,5 0,1768 6
2 0,2164 8
2,5 0,3206 10
sampel 0,1668 5,4