Anda di halaman 1dari 23

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR

IKATAN KIMIA

Oleh

Nama : Wilda Tsania Fina Arizah

NIM : 201910801040

Kelas/Kelompok : Perminyakan / 8

Asisten : Millatie Afrih Rozana

LABORATORIUM KMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER

2020
I. Judul
Ikatan Kimia

II. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
- Membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan ion dalam dua senyawa
yang berbeda.
- Mengamati perubahan ikatan kimia unsur klor dari ikatan kovalen menjadi
ikatan ion.

III. Pendahuluan
III.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
III.1.1 Aquades
Akuades atau dihydrogen oksida (H2O) memiliki sifat fisik dan kimia
yaitu berwujud zat cair, tidak berwarna dan tidak berbau. Pada suhu 20 oC
akuades memiliki pH yang netral yakni pH 7 Akuades juga memiliki titik
lebur 0oC dan memiliki titik didih 100oC pada 1.013 hPa. Berat molekul
akuades adalah 18g/mol. Akuades memiliki tekanan uap 17.535 mmHhg dan
tekanan uap 92.52 mmHg pada saat suhunya 500C. Akuades akan berbahaya
jika pada titik didih yang tinggi dan titik beku yang rendah. Cara
pencegahannya adalah dengan cara memakai alat perlindungan diri yang
sesuai dan lengkap. (Labchem, 2020).

III.1.2 Asam Benzoate


Asam Benzoate mempunyai sifat fisik dan kimia yaitu berwujud padat
kristal atau bubuk dan berwarna putih. Asam Benzoat memiliki berat molekul
sebesar 121.11 g/mol, titik didih sebesar 249 °C, titik lebur 122°C, kelarutan
dalam air g / 100ml pada 20 ° C adalah 0,29, dan massa jenis sebesar 1.3
g/cm³. Asam Benzoate termasuk senyawa yang mudah terbakar. Partikel yang
terdispersi secara halus membentuk campuran yang dapat meledak di udara.
Asam Benzoate juga dapat mengiritasi mata, kulit, dan saluran pernapasan.
Paparan dapat menyebabkan ruam non-alergi saat bersentuhan. Cara
pencegahannya gunakan pelindung pernapasan, sarung tangan pelindung,
kenakan kacamata pengaman. Jangan makan, minum, atau merokok selama
bekerja. Cuci tangan sebelum makan (Pubchem,2020).
III.1.3 NaCl
Natrium klorida(Garam dapur) atau NaCl mempunyai sifat fisik dan
kimia yaitu berwujud padatan kristal putih, tidak berwarna, transparan atau
putih, dan berasa asin. Berat Molekul Natrium klorida adalah 58.44 g/mol.
Natrium klorida memiliki titik didih 2575 °F pada 760 mmHg, mempunyai
titik lebur 1474 °F dan kelarutan 36,0 g / 100 g air pada suhu 25 ° C. Natrium
klorida juga memiliki massa jenis sebesar 2.165 pada suhu 77 °F. Natrium
klorida jika ditelan, dapat menyebabkan mual, muntah, diare, otot berkedut,
radang saluran pencernaan, dan dehidrasi. Natrium klorida pada saat
dipanaskan hingga terurai, mengeluarkan asap beracun yang dapat
mengiritasi mata. Cara pencegahannya adalah hindari pembentukan debu.
hindari menghirup uap, kabut atau gas, jangan biarkan produk masuk ke
saluran pembuangan, memakai sarung tangan yang sebelumnya harus
diperiksa sebelum digunakan dan gunakan teknik melepas sarung tangan
yang benar (tanpa menyentuh permukaan luar sarung tangan) untuk
menghindari kontak kulit dengan senyawa ini (Pubchem,2020).

III.1.4 CHCl3
CHCl3 atau Chloroform mempunyai sifat fisik dna sifat kimia yaitu
berwujud cair, bening tidak berwarna, memiliki rasa manis, dan memiliki bau
yang khas. Chloroform memiliki berat molekul sebesar 119.37 g/mol.
Chloroform juga memiliki titik didih 143 °F pada 760 mm Hg, titik lebur
-82.3 °F, kelarutan kurang dari 1 mg/mL pada 66° F, dan massa jenis sebesar
1.4788 g/cu cm pada 25 °C. Sebelumnya Chloroform digunakan sebagai
anestesi inhalasi selama operasi, penggunaan utama kloroform saat ini adalah
di industri, di mana ia digunakan sebagai pelarut dan dalam produksi freon
refrigeran. Toksisitas kloroform akut menyebabkan gangguan fungsi hati,
aritmia jantung, mual, dan disfungsi sistem saraf pusat. Sebagai produk
sampingan dari klorinasi air, kloroform mungkin ada dalam jumlah kecil
dalam air yang diklorinasi. Kloroform juga dapat meledak saat bersentuhan
dengan bubuk aluminium atau bubuk magnesium atau dengan logam alkali
(misalnya litium, natrium, dan kalium) dan dinitrogen tetroksida. Cara
pencegahannya Jauhkan dari jangkauan anak-anak, Gunakan ventilasi,
pelindung pernapasan, Sarung tangan pelindung, Pakaian pelindung, Kenakan
pelindung wajah atau pelindung mata yang dikombinasikan dengan pelindung
pernapasan. dan Jangan makan, minum, atau merokok selama bekerja
(Pubchem,2020).

III.1.5 MgCl2
MgCl2 atau Magnesium klorida mempunyai sifat fisik dan sifat kimia
yaitu berwujud serpihan atau kristal berwarna abu-abu atau putih, tidak
berbau, sangat berair. Magnesium klorida memiliki berat molekul sebesar
95,21 g / mol. Magnesium klorida juga memiliki titik didik sebesar 1.412 °
C, titik lebur sebesar 712 ° C, kelarutan sebanyak 7,40 g / 100 ml alkohol @
20 ° C; 72,7 g / 100 ml air @ 100 ° C, dan massa jenis sebesar 2,3 g / cm³.
Magnesium klorida Berbahaya jika tertelan (Peringatan Toksisitas akut,
oral), Menyebabkan iritasi kulit Menyebabkan kerusakan mata berat, Dapat
menyebabkan iritasi saluran pernapasan (Peringatan Toksisitas sistemik
organ target khusus, paparan tunggal). Cara pencegahannya adalah gunakan
kacamata pengaman, dan Jangan makan, minum, atau merokok selama
bekerja. (Pubchem,2020).

III.1.6 Pb(NO3)2
Timbal(II) Nitrat atau Pb(NO3)2 mempunyai sifat fisik dan sifat kimia.
Timbal(II) Nitrat berupa padatan kristal putih , bahannya larut dalam air, tidak
mudah terbakar tetapi akan mempercepat pembakaran bahan yang mudah
terbakar. Berat molekul Timbal((II) Nitrat adalah 331 g / mol. Timbal((II)
Nitrat memiliki titik lebur 470 °C, kelarutan sebesar 37,65 g / 100 cu cm air
pada 0 ° C, 56,5 g / 100 cu cm pada 20 ° C dan 127 g / 100 cu cm pada 100 °
C. Timbal(II) Nitrat juga mempunyai massa jenis sebesar 4.53 pada suhu 68
°F. Pada suhu 25°C Timbal(II) Nitrat memiliki pH 3-4. Keracunan Timbal
Nitrat melalui penghirupan atau konsumsi yang paling sering adalah
gangguan pencernaan, kolik, sembelit, kelemahan, yang dapat berlanjut ke
kelumpuhan, terutama otot ekstensor pergelangan tangan dan jarang pada
pergelangan kaki. Cara pencegahannya adalah dengan cara menyediakan
ventilasi udra di tempat praktikum, memakai sarung tangan pelindung.
pakaian pelindung, pelindung wajah atau pelindung mata yang
dikombinasikan dengan pelindung pernapasan (Pubchem,2020).

III.1.7 Petroleum eter


Petroleum eter mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yaitu berwujud
cairan, tidak berwarna dan berbau. Petroleum eter memiliki titik didih 40 - 70
° C / 104 - 158 ° F, titik nyala sebesar -45 ° C / -49 ° F, Tekanan Uap 250 hPa
@ 250 ° C, Massa jenis 0.65 dan Viskositas sebesar 0.45 mm2 / s pada 25 °
C. Petroleum eter sangat mudah terbakar, dapat menyebabkan gangguan pada
kulit, Toksik pada kehidupan perairan dengan efek jangka panjang, Dapat
berakibat fatal jika tertelan dan masuk ke saluran pernapasan, Dapat
menyebabkan kantuk atau pusing. Cara percegahannya adalah Kenakan
sarung tangan pelindung / pakaian pelindung, jauhkan dari panas, permukaan
yang panas, percikan api, nyala api dan sumber penyulut lainnya dan dilarang
merokok. (Fisher Scientific, 2020).

III.1.8 Serbuk CaO


CaO atau Kalsium oksida memiliki sifat fisik dan sifat kimia yaitu
berwujud padatan gumpalan keras, tidak berbau, berwarna putih atau abu-
abu-putih. CaO memiliki berat molekul sebesar 56,08 g / mol. Kalsium
oksida juga memiliki titik didih sebesar 5162 ° F pada 760 mm Hg, titik
lebur 4662 ° F, kelarutannya bereaksi dengan air, dan massa jenis sebanyak
3,3 pada 68 ° F. CaO dapat menyebabkan iritasi jika kontak dengan kulit
berulang atau diperpanjang. Kalsium oksida itu sendiri tidak terbakar tetapi
dapat terurai saat dipanaskan untuk menghasilkan asap korosif dan / atau
beracun. Kalsium oksida dapat bereaksi dengan air (beberapa dengan keras),
melepaskan gas korosif dan / atau beracun serta limpasan. Kontak dengan
logam dapat menghasilkan gas hidrogen yang mudah terbakar. Wadah bisa
meledak saat dipanaskan atau jika terkontaminasi air. Cara pencegahannya
memakai sarung tangan pelindung, pakaian pelindung, pelindung wajah atau
pelindung mata yang dikombinasikan dengan pelindung pernapasan dan
Jangan makan, minum, atau merokok selama bekerja (Pubchem,2020).

III.1.9 HNO3
HNO3 atau biasa disebut asam nitrat memiliki sifat fisik dan kimia
berwujud cairan, berwarna kuning pucat sampai coklat kemerahan
menghasilkan asap merah-coklat dan memiliki bau yang menyesakkan. HNO3
memiliki berat molekul sebesar 63.013 g/mol, titik didih sebesar 181 °F pada
760 mm Hg, titik lebur sebesar -44 °F, sangat larut di air, dan memiliki
massa jenis 1.5129 g/cu cm pada 20 °C. Asam Nitrat Sangat beracun jika
terhirup. Korosif pada logam atau jaringan. Kontak yang terlalu lama dengan
konsentrasi rendah atau paparan jangka pendek ke konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan efek kesehatan yang merugikan. Cara pencegahannya memakai
sarung tangan pelindung, pakaian pelindung, pelindung wajah atau pelindung
mata yang dikombinasikan dengan pelindung pernapasan dan Jangan makan,
minum, atau merokok selama bekerja (Pubchem,2020).

III.1.10 NaOH
NaOH atau Natrium Hidroksida adalah padatan berbentuk kristal putih
tidak berbau yang menyerap kelembapan dari udara. Ini adalah zat yang
diproduksi. Jika dilarutkan dalam air atau dinetralkan dengan asam, ia
melepaskan panas yang cukup besar, yang mungkin cukup untuk menyalakan
bahan yang mudah terbakar. Natrium hidroksida sangat korosif. Natrium
hidroksida digunakan untuk membuat sabun, rayon, kertas, bahan peledak,
zat warna, dan produk minyak bumi. Ini juga digunakan dalam pemrosesan
kain katun, pencucian dan pemutihan, pembersihan dan pemrosesan logam,
pelapisan oksida, pelapisan listrik, dan ekstraksi elektrolitik. Biasanya ada di
saluran pembuangan komersial dan pembersih oven. NaOH memiliki berat
molekul sebesar 39.997 g/mol, memiliki titik didih sebesar  266 °F pada 760
mm Hg, titik lebur sebesar 3230C, kelarutan sebesar 111 %, dan Massa jenis
1.5 pada 68 °F. NaOH dapat menyebabkan iritasi kulit, berbahaya bagi mata,
mengganggu sistem pernapasan. Cara pencegahannya yakni memakai
pelindung pernapasan, Sarung tangan pelindung, Pakaian pelindung, kenakan
pelindung wajah atau pelindung mata yang dikombinasikan dengan pelindung
pernapasan dan Jangan makan, minum, atau merokok selama bekerja
(Pubchem,2020).

III.1.11 Benzena
Benzena atau C6H6 memiliki sifat fisik dan sifat kimia yaitu berwujud
cair aromatik yang bening, tidak berwarna, dan bau seperti bensin. Benzena
memiliki berat molekul sebesar 78,11 g / mol. Benzenajuga memiliki titik
didih sebesar 176,2 ° F pada 760 mm Hg, titik lebur 41,9 ° F, kelarutan
sebesar 1 sampai 5 mg / mL pada 64 ° F, dan massa jenisnya 0,8756 g / cu cm
pada 20 ° C. Benzene ditemukan dalam minyak mentah dan sebagai produk
sampingan dari proses penyulingan minyak. Dalam industri benzena
digunakan sebagai pelarut, sebagai perantara kimia, dan digunakan dalam
sintesis berbagai bahan kimia. Paparan zat ini menyebabkan gejala neurologis
dan mempengaruhi sumsum tulang sehingga menyebabkan anemia aplastik,
pendarahan yang berlebihan dan kerusakan sistem kekebalan. Benzene adalah
karsinogen manusia yang diketahui dan dikaitkan dengan peningkatan risiko
pengembangan kanker limfatik dan hematopoietik, leukemia mielogenous
akut, serta leukemia limfositik kronis. Cara pencegahannya yakni memakai
pelindung pernapasan, Sarung tangan pelindung, Pakaian pelindung, kenakan
pelindung wajah atau pelindung mata yang dikombinasikan dengan pelindung
pernapasan dan Jangan makan, minum, atau merokok selama bekerja
(Pubchem,2020).

III.1.12 Spiritus
Spiritus atau Metanol mempunyai sifat fiisk dan kimia yaitu berwujud
cairan, tidak berwarna dan memiliki bau menyengat yang agak manis seperti
etil alkohol. Metanol dapat tercampur sempurna dengan air. Berat molekul
dari Metanol adalah 32.042 g/mol. Metanol juga memiliki titik didih 64,7 ° C
pada 760 mm Hg, titik lebur -97,6 ° C, kelarutan 1000 mg / mL pada 25 ° C,
dan massa jenis sebanyak 0,8100 pada 0 ° C atau 4 ° C sertas sebanyak
0,7866 pada 25 ° C atau 4 ° C. Uap Metanol sedikit lebih berat daripada
udara dan dapat bergerak agak jauh ke sumber penyulut dan berkedip
kembali. Metanol disetiap akumulasi uap di ruang terbatas, seperti gedung
atau selokan, dapat meledak jika tersulut. Kegunaan dari metanol adalah
untuk membuat bahan kimia, untuk menghilangkan air dari bahan bakar
otomotif dan penerbangan, sebagai pelarut untuk cat dan plastik, dan sebagai
bahan dalam berbagai macam produk. Dampak dari metanol antara lain dapat
menyebabkan kebutaan permanen, gangguan bicara dan gerakan, dan
kematian telah dilaporkan pada individu yang secara sengaja atau tidak
sengaja meminum metanol dan pada pekerja yang terpapar pada ketinggian
udara yang sangat tinggi, terutama di ruang tertutup seperti tong bir
varnishing. Cara pencegahannya yaitu dengan cara menyediakan ventilasi
udra di tempat praktikum, memakai sarung tangan pelindung. pakaian
pelindung, pelindung wajah atau pelindung mata yang dikombinasikan
dengan pelindung pernapasan. (Pubchem,2020).

III.1.13 Aseton
Aseton memiliki sifat fisik dan sifat kimia yaitu berwujud cairan
bening tidak berwarna dan dengan bau manis. Aseton memiliki berat molekul
sebesar 58,08 g / mol. Aseton juga memiliki titik didih sebesar 133 ° F pada
760 mm Hg, titik lebur -137 ° F, kelarutan lebih besar dari atau sama dengan
100 mg / mL pada 72 ° F, dan massa jenisnya sebesar 0,791 pada 68 ° F.
Aseton adalah bahan kimia yang diproduksi yang juga ditemukan secara
alami di lingkungan. Aseton digunakan untuk membuat plastik, serat, obat-
obatan, dan bahan kimia lainnya. Ini juga digunakan untuk melarutkan zat
lain. Ini terjadi secara alami pada tumbuhan, pohon, gas vulkanik, kebakaran
hutan, dan sebagai produk dari pemecahan lemak tubuh. Itu ada di knalpot
kendaraan, asap tembakau, dan tempat pembuangan sampah. Proses industri
menyumbang lebih banyak aseton ke lingkungan daripada proses alami.
Aseton juga mudah menguap, dan mudah terbakar. Cara pencegahannya yaitu
dengan cara menyediakan ventilasi udra di tempat praktikum, memakai
sarung tangan pelindung. pakaian pelindung, pelindung wajah atau pelindung
mata yang dikombinasikan dengan pelindung pernapasan. (Pubchem,2020).

III.1.14 Asam oksalat


Asam Oksalat memiliki sifat fisik dan sifat kimia yaitu berwujud
padat, berwarna putih dan tidak berbau. Asam Oksalat memiliki berat
molekul sebesar 90,03 g / mol. Asam oksalat juga memiliki titik lebur 372 ° F
(Decomposes), kelarutan 50 hingga 100 mg / mL pada 75 ° F, dan jenis
massa sebesar 1.9 pada 59 ° F. Asam oksalat biasanya digunakan untuk
Produk perawatan pembersih dan perabotan, produk listrik dan elektronik,
produk binatu dan pencuci piring, cat dan pelapis. Asam Oksalat berbahaya
jika tertelan dan berbahaya jika kena kulit. Cara pencegahannya yakni
memakai pelindung pernapasan, Sarung tangan pelindung, Pakaian
pelindung, kenakan pelindung wajah atau pelindung mata yang
dikombinasikan dengan pelindung pernapasan dan Jangan makan, minum,
atau merokok selama bekerja (Pubchem,2020).

III.1.15 HCl
HCl atau Asam Klorida memiliki sifat fisik dan sifat kimia yaitu
berwujud gas yang tidak berwarna hingga agak kuning, dan memiliki bau
iritasi yang kuat. HCl memiliki berat molekul sebesar 36,46 g / mol.Asam
Klorida juga memiliki titik didih sebesar 123 ° F pada 760 mm Hg, titik lebur
-114,22 ° C, Kelarutan dalam air, 82,3 g / 100 g air pada 0 ° C; 67,3 g / 100 g
air pada suhu 30 ° C; 63,3 g / 100 g air pada 40 ° C; 59,6 g / 100 g air pada 50
° C; 56,1 g / 100 g air pada suhu 60 ° C, dan jenis massa 1,05 pada suhu 59 °
F. Asam klorida memiliki banyak kegunaan. Ini digunakan dalam produksi
klorida, pupuk, dan pewarna, dalam elektroplating, dan dalam industri
fotografi, tekstil, dan karet. Asam klorida bersifat korosif pada mata, kulit,
dan selaput lendir. Paparan inhalasi akut (jangka pendek) dapat menyebabkan
iritasi mata, hidung, dan saluran pernafasan serta pembengkakan dan edema
paru pada manusia. Paparan oral akut dapat menyebabkan korosi pada selaput
lendir, kerongkongan, dan perut serta kontak kulit dapat menyebabkan luka
bakar yang parah, ulserasi, dan jaringan parut pada manusia. Paparan asam
klorida kronis (jangka panjang) di tempat kerja telah dilaporkan
menyebabkan gastritis, bronkitis kronis, dermatitis, dan fotosensitisasi pada
pekerja. Kontak yang terlalu lama dengan konsentrasi rendah juga dapat
menyebabkan perubahan warna gigi dan erosi. . Cara pencegahannya yakni
memakai pelindung pernapasan, Sarung tangan pelindung, Pakaian
pelindung, kenakan pelindung wajah atau pelindung mata yang
dikombinasikan dengan pelindung pernapasan dan Jangan makan, minum,
atau merokok selama bekerja (Pubchem,2020).

III.1.16 Etanol
Etanol memiliki sifat fisik dan sifat kimia yaitu berwujud cair, tidak
berwarna, bau khas cuka dan rasa yang menyengat. Etanol memiliki berat
molekul sebesar 46,07 g / mol. Etanol juga memiliki titik didih sebesar 173,3
° F pada 760 mm Hg, titik lebur -173,4 ° F, kelarutan lebih besar dari atau
sama dengan 100 mg / mL pada 73 ° F, dan massa jenis sebesar 0,7893 g / cu
cm pada 20 ° C. Etanol memiliki peran sebagai obat antiseptik, pelarut polar,
racun saraf, depresan sistem saraf pusat, agen teratogenik, antagonis reseptor
NMDA, agonis protein kinase C, desinfektan, metabolit manusia, metabolit
Saccharomyces cerevisiae, Metabolit Escherichia coli dan metabolit tikus.
Etanol dapat menyebabkan iritasi atau membakar kulit dan mata. kebakaran
dari etanol dapat menghasilkan gas yang mengiritasi, korosif dan / atau
beracun. uap dari etanol dapat menyebabkan pusing atau mati lemas. Cara
pencegahannya yakni memakai pelindung pernapasan, Sarung tangan
pelindung, Pakaian pelindung, kenakan pelindung wajah atau pelindung mata
yang dikombinasikan dengan pelindung pernapasan dan Jangan makan,
minum, atau merokok selama bekerja (Pubchem,2020).
III.2 Tinjauan Pustaka
III.2.1 Pengertian Ikatan Kimia

Ikatan kimia adalah gaya gravitasi antar atom dan menyebabkan zat
kimia berikatan. Kekuatan tarikan antara atom ion-ion tersebut menetukan
sifat kimiawi suatu zat. Bergantung pada struktur elektronik atom, atom
membentuk berbagai ikatan kimia. Misalnya, energi ionisasi dan kontrol
afinitas dimana atom menerima atau melepaskan elektron. Ikatan kimia dapat
dibagi menjadi dua kategori yaitu, ikatan ionik dan ikatan kovalen. Ikatan ion
terbentuk ketika elektron berpindah antar atom untuk membentuk partikel
bermuatan dan menarik partikel. Gaya tarik menarik antara ion-ion yang
bermuatan berlawanan adalah ikatan ionik. Ikatan kovalen dibentuk oleh
pembagian elektron antar atom. Atau disebut juga tarikan inti pada elektron
yang dibagi antar elektron adalah ikatan kovalen (Brady, 1999).

Ikatan kimia adalah salah satu topik yang paling penting dalam kimia.
Menurut literatur, konsep abstrak ikatan kimia adalah sangat sulit dan rumit.
Lebih khusus, struktur atom, partikulat sifat materi, molekul, dan kimia
obligasi dianggap konsep-konsep abstrak. Konep elektron, energi ionisasi,
elektronegativitas, ikatan, geometri, struktur molekul, dan stabilitas adalah
pusat untuk banyak kimia, dari relativitas dalam kimia organik untuk
spektroskopi di analitis kimia. Konsep-konsep ini didasarkan dalam
makroskopik dunia materi dan tidak mudah mengikuti pergeseran pada tinfkat
makroskopik dan sub-makroskopik (Karacop,2012).

Proses ikatan atom dapat terjadi apabila dilakukan dengan berbagai


cara. Yang pertama atom satu melepaskan elektron, sedangkan atom yang lain
menerima elektron. Yang kedua penggunaan bersama pasangan elektron yang
berasal dari masing-masing atom yang berikatan. Dan yang ketiga adanya
penggunaan bersama pasangan elektron yang bersala dari salah satu atom
yang berikatann. Ikatan kimia dibedakan menjadi 4 yaitu, ikatan ion, ikatan
kovalen, ikatan kovalen koordinat, dan ikatan logam (Barsasella,2012).

Ikatan kimia terjadi karena kecenderungan atom mempunyai


konfigurasi elektron seperti gas mulia. Kecenderungan ini menyebabkan
beberapa ikatan ionik, ikatan kovalen, ikatan hidrogen, ikatan logam dan gaya
Van Der Waals. Sebagian besar tidak ada dalam keadaan bebas, tetapi
bergabung dengan atom lain untuk membentuk senyawa. Hal ini
membuktikan bahwa atom yang terhubung lebih stabil dri pada atom individu.
Menurut teori atom modern, cara pembentukan ikatan kimia disebabkan oleh
adanya elektron di kulit. Gas mulia lebih stabil dalam keadaan atom tunggal,
sedangkan unsur lain lebih stabil saat membentuk ikatan. Oleh karena itu, jika
elektron valensi terisi penuh, elektron akan tetap stabil. Hukum oktet berlaku
untuk semua atom yaitu atom sering memiliki delapan elektron valensi selain
gas mulia (Soemadji, 1981).

III.2.2 Ikatan Ionik

Ikatan ion adalah ikatan kimia yang dibentuk karena adanya gaya tarik
antara ion positif dan ion negatif. Bentuk-bentuk ikatan antara dua atom
ketika satu atau lebih elektron ditransfer dari kulit terluar yang memiliki
elektron valensi satu atom ke kulit terluar undur yang lain. Atom yang
melepas elektron akan menjadi ion positif(kation) dan atom yang
mendapatkan elektron akan menjadi ion negatif(anion) (Ebbing dan Gamon,
2009). Menurut Temel dan Ozgur (2016), Ikatan ionik terbentuk dari adanya
transfer elektron anatara elemen logam dan non logam. Ikatan ionik
merupakan ikatan yang kuat karena memiliki tarikan elektrostatik.

Senyawa ion padat tidak dapat menghantarkan listrik karena ion positif
dan ion negatif terikat kuat satu sama lain. Sedangkan senyawa ion cairan
dapat menghantarkan listrik karena ion-ionnya yang bebas. Senyawa ion dapat
menghantarkan listrik bila dilarutkan dalam pelarut polar. Karena kuatnya
ikatan antara ion positif dan ion negatif, maka senyawa ion banyak yang
berupa padatan ataupun kristal. Selain itu, Senyawa ion juga memiliki sifat
hampir tidak terbakar (Syukri,1999).

Menurut (Budi, dkk., 2009) senyawa ion dapat diketahui dari beberapa
sifatnya, antara lain :

1. Merupakan zat padat dengan titik leleh dan titik didih yang relatif tinggi
2. Rapuh, sehingga hancur jika dipukul
3. Lelehannya menghantarkan listrik
4. Larutannya dalam air dapat menghantarkan listrik
III.2.3 Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen terjadi karena atom yang terhubung berbagai pasangan


elektron. Ikatan kovalen yang hanya melibatkan satu pasang elektron disebut
ikatan kovalen monovalen dan ikatan kovalen yang melibatkan lebih dari satu
psang elektron disebut ikatan kovalen divalen (Keenan, 1984). Salah satu
karakteristik penting dari ikatan kovalen adalah bahwa ikatan tersebut
bergetar sehingga jarak antara dua atom secara berulang, bertambah dan
berkurang. Frekuensi getaran suatu iktan berbeda dengan frekuensi getaran
ikatan lainnya, tergantung pada jenis atom yang diikat. Untuk atom serupa,
frekuensinya dipengaruhinoleh orde. Hanya ada molekul yng bergerk dalam
garis lurus di antara atom, dan molekul tiga atom akan memiliki getaran linier
dan lentur. Frekuensi getaran senyawa dapat digunakan untuk analisis
kualitatif dan kuantitatif, yang dibahas dalam analisis kimia. Bersifat
konduktif, mudah terbakar dan memiliki banyak bau (Syukri, 1999).

Natrium klorida merupakan salah satu bahan yang banyak digunakan


dalam bahan baku pengolahan makanan dan berbagai industri kimia. Industri
klor-alkali merupakan industri kimia yang paling banyak menggunakan
natrium klorida sebagai bahan bakunya. Produk utama dari industri ini adalah
Klor (Cl2) dan natrium hidroksida (NaOh). Industri lainnya seperti industri
pulp dan kertas, tekstil, deterjen, sabun dan pengolahan air limbah juga
banyak membutuhkan klor (Cl2) dan natrium hidroksida (Dian, 2009).

III.2.4 Ikatan Logam

Ikatan Logam merupakan ikatan antara unsur logam dan non logam.
Ikatan antar logam dikelilingi oleh kumpulan elektron sebagai atom-atom
positif. Ikatan logam merupakan gaya tarik antar atom logam yang
disebabkan oleh pergeseran serta pengumpulan elektron-elektron valensi
membentuk suatu elektron yang terdelokalisasi dengan ilustrasi berupa
gambar tumpukan bola pejal seperti kelereng dalam kotak (Dini Islami dkk,
2018).
Ikatan elektron-elektron valensi dalam atom logam tidak termasuk
ikatan ion maupun ikatan kovalen. Suatu logam terdiri dari suatu ion positif
(kation) dan di sekitarnya terdapat lautan atmosfer elektron-elektron valensi.
Elektron valensi ini terbatas pada permukaan-permukaan energi tertentu.
Tetapi mempunyai kebebasan yang cukup, sehingga elektron-elektron ini
tidak terus-menerus digunakan bersama oleh dua ion yang sama. Bila terdapat
energi, elektron ini mudah digantikan dari atom ke atom. Sistem ikatan ini
unik bagi logam dan dikenal sebagai ikatan logam (Budi, dkk., 2009)
IV. Metodologi Percobaan
IV.1 Alat dan Bahan
IV.1.1 Alat
- Pembakar spiritus
- Cawan porselin
- Korek api
- Pipet tetes
- Tabung reaksi
- Pipet mohr
- Kaki tiga
- Termometer
- Spot plate
- Tusuk gigi
- Konduktivitas tester / Voltmeter
IV.1.2 Bahan
- Aquades
- Asambenzoate
- NaCl
- CHCl3
- MgCl2
- Pb(NO3)2
- Petroleum eter
- Serbuk CaO
- HNO3
- NaOH 2M
- Benzena
- Spiritus
- Aseton
- Asam oksalat
- HCl 2M
- Etanol
- Paku
IV.2 Skema Kerja
IV.2.1 Membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan ion dalam dua
senyawa yang berbeda.

NaCl dan CHCl3

- 2 buah tabung reaksi diambil (diberi


tanda I dan II).
- Tabung reaksi I diisi dengan 1 ml
aquadest dan 5 tetes larutan NaCl.
- Tabung reaksi II diisi dengan 5 tetes
CHCl3.
- Masing-masing ditambah dengan satu
tetes Pb(NO3)2.
- Dikocok tabung reaksi dan diamati
perubahan yang terjadi.
Hasil
IV.2.2 Mengamati perdedaan kelarutan dan konduktivitas senyawa ionik dan
kovalen.

Asam Benzoat, MgCl2


dan Petroleum Eter
- Plate tetes dibersihkan dengan sabun
dan air lalu dikeringkan
- Satu ujung spatula ditempatkan ke
Asam Benzoat pada kolom pertama
sebanyak 3 baris dan sampel MgCl2
pada kolom kedua dan 2 tetes
Petroleum Eter pada kolom ketiga
- Pada baris pertama, ditambahkan 5
tetes akuades ke masing-masing
sampel. Diaduk dengan tusuk gigi dan
diamati kelarutan relatif dari masing-
masing sampel. Dicatat hasil
pengamatan yang dilakukan.
- Pada baris kedua, ditambahkan 5 tetes
etanol ke masing-masing sampel.
Diaduk dengan tusuk gigi dan diamati
kelarutan relatif dari masing-masing
sampel.
- Pada baris ketiga, ditambahkan 5 tetes
aquades ke masing-masing sampel
campuran etanoldan, diaduk dengan
tusuk gigi. Diuji semua larutan dengan
tester konduktivitas(Volt-meter) dan
dicatat.

Hasil
IV.2.3 Perubahan ikatan kovalen menjadi ikatan ion.

CaO
- Tabung reaksi yang kering dan bersih
dimasukkan 1 sendok (spatel) CaO.
- Tabung reaksi dipanaskan mula-mula
dengan api yang kecil kemudian
dengan api yang membentuk inti
berwarna biru ditengah. dilakukan
pemanasan selama 15 menit.
- Tabung reaksi dileakkan menjauhi api,
kemudian diteteskan (dalam keadaan
tegak) 2 tetes CHCl3.
- Dipanaskan lagi, tabung reaksi dan
diteteskan 1 tetes CHCl3, panaskan
lagi.
- Kemudian didinginkan, setelah dingin
ditambahkan 1 ml HNO3 pekat.
- Tabung reaksi kimia dipanaskan
hingga endapan larut dan gas-gas yang
terbentuk hilang.
- Kemudian didinginkan, setelah dingin
ditambahkan 3 tetes Pb(NO3)2 1%.
diamati yang terjadi.
- Reaksi antara CHCl3 dan 3 tetes
Pb(NO3)2 1% dibandingkan, serta
reaksi antara CaO yang dilarutkan
dalam 1 ml HNO3 pekat sampai larut
sempurna dan hasilnya ditambah
dengan 3 tetes Pb(NO3)2 1%

Hasil
IV.2.4 Reaksi Pembakaran Senyawa Organik.

Benzena
- 2 tetes benzena diteteskan pada cawan
porselin. Dan dipanaskan dengan
korek api.
- Diperhatikan, apakah terjadi
perubahan.
- Diulangi pekerjaan diatas berturut-
turut dengan, etanol, aseton dan
kloroform.

Hasil
IV.2.5 Reaksi Pemanasan Senyawa organik.

Asam Oksalat dan Tebu

- Ditambahkan sedikit kristal asam


oksalat pada cawan porselin dan
dipanaskan diatas kaki tiga (dilakukan
dilemari asam).
- Dicatat perubahan yang terjadi (bau,
pembentukan kristal dan sebagainya).
- Diulangi percobaan tersebut dengan
gula tebu.

Hasil

IV.3 Prosedur Kerja


IV.3.1 Membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan ion dalam dua
senyawa yang berbeda.
2 buah tabung reaksi diberi tanda I dan II. Tabung reaksi I diisi dengan
1 ml aquadest dan 5 tetes larutan NaCl. Tabung reaksi II diisi dengan 5 tetes
CHCl3. Masing-masing tabung reaksi ditambah dengan satu tetes Pb(NO 3)2.
Dan diamati perubahan yang terjadi.
IV.3.2 Mengamati perdedaan kelarutan dan konduktivitas senyawa ionik dan
kovalen

Plate tetes dibersihkan dengan sabun dan air lalu dikeringkan. Satu
ujung spatula ditempatkan ke Asam Benzoat pada kolom pertama sebanyak 3
baris . sampel MgCl2 pada kolom kedua, dan 5 tetes Petroleum Eter pada
kolom ketiga. Pada baris pertama, 5 tetes akuades ditambahkan ke masing-
masing sampel dan diaduk dengan tusuk gigi. Pada baris kedua, ditambahkan
5 tetes etanol ke masing-masing sampel dan diaduk dengan tusuk gigi. Pada
baris ketiga, ditambahkan 5 tetes aquades ke masing-masing sampel
campuran etanoldan, diaduk dengan tusuk gigi. Diuji semua larutan dengan
tester konduktivitas(Volt-meter) dan dicatat. Diamati kelarutan relatif dari
masing-masing sampel pada baris pertama, kedua, dan ketiga serta dicatat
hasil pengamatan yang dilakukan.

IV.3.3 Perubahan ikatan kovalen menjadi ikatan ion.


1 sendok (spatel) CaO dimasukkan ke tabung reaksi yang kering dan
bersih. Tabung reaksi dipanaskan selama 15 menit mula-mula dengan api
yang kecil kemudian dengan api yang membentuk inti berwarna biru
ditengah. dilakukan pemanasan. Tabung reaksi diletakkan menjauhi api,
kemudian diteteskan2 tetes CHCl3 (dalam keadaan tegak). Dipanaskan lagi,
tabung reaksi dan diteteskan 1 tetes CHCl3,dan dipanaskan lagi. Kemudian
didinginkan, setelah dingin ditambahkan 1 ml HNO3 pekat. Tabung reaksi
kimia dipanaskan hingga endapan larut dan gas-gas yang terbentuk hilang.
Kemudian didinginkan, setelah dingin ditambahkan 3 tetes Pb(NO 3)2 1%.
diamati yang terjadi. Reaksi antara CHCl3 dan 3 tetes Pb(NO3)2 1%
dibandingkan, serta reaksi antara CaO yang dilarutkan dalam 1 ml HNO3
pekat sampai larut sempurna dan hasilnya ditambah dengan 3 tetes Pb(NO3)2
1%.

IV.3.4 Reaksi Pembakaran Senyawa Organik.


2 tetes benzena diteteskan pada cawan porselin. Kemudian,
dipanaskan dengan korek api. Diamati perubahan yang terjadi. Diulangi
perlakuan tersebut berturut-turut dengan, etanol, aseton dan kloroform.

IV.3.5 Reaksi Pemanasan Senyawa organik.


Kristal asam oksalat ditambahkan pada cawan porselin dan dipanaskan
diatas kaki tiga (dilakukan dilemari asam). Dicatat perubahan yang terjadi
(bau, pembentukan kristal dan sebagainya). Diulangi percobaan tersebut
dengan gula tebu.
DAFTAR PUSTAKA

Barsasella, D. 2012. Kimia Dasar. Jakarta : Trans Info Media.

Budi U., N. S. Agung, M. Lina, Y. Sri, M. Bakti. 2009.

Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Binarupa Aksara.

Ebbing, D. D., dan Gammon S. D., 2009. General Chemistry Ninth Edition. Boston,
Newyork : Houghton Mifflin Company.

Fisher Scientific,2020. Material Safety Data Sheet of Petroleum Eter [Serial Online]
https://www.fishersci.dk/store/msds?
partNumber=10607954&productDescription=1LT+Petroleum+ether
%2C+Extra+Dry%2C+boiling+range+40-60%C2%B0C%2C+water+
%3C50ppm%2C+AcroSeal&countryCode=DK&language=en (diakses pada
tanggal 27 November 2020)

Islami D., Siti S., Evi S. B. 2018. Identifikasi Miskonsepsi Siswa pada Konsep Ikatan
Kimia Menggunakan Tes Four-Tier Multiple-Choice (4TMC). Jurnal Riset
Pendidikan Kimia, Vol. 9, No. 1.

Karacop, A., dan Kemal D, 2013. Effects of Jigsaw Cooperative Learning and
Animation Techniques on Students’ Understanding of Chemical Bonding and
Their Conceptions of the Particulate Nature of Matter.

Keenan, C. W., dkk. 1984. Kimia untuk Universitas Jilid I. Jakarta : Erlangga.

LabChem, 2020. Material Safety Data Sheet of Aquadest [Serial Online]


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC26750.pdf (diakses pada tanggal
27 November 2020)
Lesdantina, D., Istikomah. 2009. Pemurnian NaCl dengan Menggunakan Natrium
Karbonat. Semarang : Undip.

Pubchem,2020 Material Safety Data Sheet of Acetone [Serial Online]


https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Acetone (diakses pada tanggal 27
November 2020)
Pubchem,2020 Material Safety Data Sheet of Benzene [Serial Online]
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Benzene (diakses pada tanggal 27
November 2020)

Pubchem,2020 Material Safety Data Sheet of Benzoate [Serial Online]


https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Benzoate (diakses pada tanggal
27 November 2020)
Pubchem,2020 Material Safety Data Sheet of Calcium Oxide [Serial Online]
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Calcium-oxide (diakses pada
tanggal 27 November 2020)

Pubchem,2020 Material Safety Data Sheet of Chloroform [Serial Online]


https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Chloroform (diakses pada tanggal
27 November 2020)

Pubchem,2020 Material Safety Data Sheet of Etanol [Serial Online]


https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Ethanol (diakses pada tanggal 27
November 2020)

Pubchem,2020 Material Safety Data Sheet of Hydrochloric Acid [Serial Online]


https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Hydrochloric-acid (diakses pada
tanggal 27 November 2020)

Pubchem,2020 Material Safety Data Sheet of Lead Nitrate [Serial Online]


https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Lead-nitrate (diakses pada 27
November 2020)

Pubchem,2020 Material Safety Data Sheet of Magnesium Chloride [Serial Online]


https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Magnesium-chloride (diakses
pada tanggal 27 November 2020)

Pubchem,2020 Material Safety Data Sheet of Methanol [Serial Online]


https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Methanol (diakses pada 27
November 2020)

Pubchem,2020 Material Safety Data Sheet of Nitrit Acid [Serial Online]


https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Nitric-acid (diakses pada tanggal
27 November 2020)
Pubchem,2020 Material Safety Data Sheet of Oxalic Acid [Serial Online]
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Oxalic-acid (diakses pada tanggal
27 November 2020)

Pubchem,2020 Material Safety Data Sheet of Sodium Chloride [Serial Online]


https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Sodium-chloride (diakses pada 27
November 2020)

Pubchem,2020 Material Safety Data Sheet of Sodium Hydroxide [Serial Online]


https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Sodium-hydroxide (diakses pada
tanggal 27 November 2020)

Soemadji. 1981. Zat dan Energi. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. ITB Press, Bandung.

Tamel, S dan Ozgur, O, 2016. The Analysis of Prospective Chemistry Teacher’s


Cognitivw Structure : The Subject of Covalent and Ionic Bonding. Turki,
Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 12(8):1953-
1969.

Anda mungkin juga menyukai