Anda di halaman 1dari 20

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR

IKATAN KIMIA

Oleh
Nama : Syifa’un Najibah
NIM : 201310801060
Kelompok : 10
Kelas : Kimia (G)
Asisten : Barizil Anwar

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
I. Judul : Ikatan Kimia
II. Tujuan
 Membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan ion dalam dua senyawa
yang berbeda
 Mengamati perubahan ikatan kimia unsur klor dari ikatan kovalen menjadi
ikatan ion.
III. Pendahuluan
3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
3.1.1 Aquades (H2O)
Sifat fisik dan kimia dari akuades meliputi, keadaan fisik akuades
adalah cair dan akuades tidak berwarna dan juga tidak berbau sehingga
ambang baunya tidak tersedia. Power of Hydrogen (pH) dari akuades adalah
7. Akuades tidak memiliki titik lebur dan juga titik beku, tetapi memiliki titik
didih yaitu 100˚C. Akuades juga mempunyai temperature kritis dengan batas
374,1˚C dan mempunyai tekanan kritis sebesar 218,3 atm. Akuades tidak
memiliki titik nyala dan laju penguapan relative, tetapi memiliki tekanan uap
sebesar 17.535 mmHg dan massa jenis akuades seberat 0,99823 g/ml
(LabChem,2020).
Sifat kimia dalam akuades seperti sifat kelarutan yang bisa larut dalam
asetat, larut dalam aseton, larut dalam ammonia, larut dalam ammonium
klorida, larut dalam etanol, larut dalam gliserol, larut dalam asam klorida,
larut dalam methanol, larut dalam asam nitrat, larut dalam asam sulfat, larut
dalam larutan natrium hidroksida, dan larut dalam propilen glikol. Kondisi
yang harus dihindari pada akuades adalah temperature yang sangat tinggi atau
sangat rendah, dan produk penguraian yang berbahaya adalah hydrogen dan
oksigen. Akuades tidak memiliki sifat peledak atau bahan yang tidak mudah
terbakar, maka dari itu akuades adalah salah satu cairan yang aman digunakan
dalam praktikum (LabChem,2020).
3.1.2 Natrium Klorida (NaCl)
Sifat fisik dan kimia dari NaCl yaitu, keadaan fisik berbentuk solid,
penampilan bubuk kristal, berwarna putih, tidak memiliki bau sehingga tidak
tersedia ambang bau. Power of Hydrogen (pH) dari NaCl yaitu 5-95% larutan
pada 20˚C. 801˚, dalam NaCl tidak ditemukan titik didih, titik beku, titik
lebur, titik nyala, dan tidak ada tekanan uap (Labchem, 2020).
Tindakan pencegahan untuk penanganan yang aman adalah dengan
cuci tangan dan area lain yang terbuka dengan sabun lembut dan air sebelum
makan, minum atau merokok dan ketika pulang kerja. Berikan ventilasi yang
baik di area proses untuk mencegah pembentukan uap. Kondisi penyimpanan
dijaga agar wadah tetap tertutup saat digunakan. Rekomendasi pembuangan
limbah buang dengan cara yang aman sesuai dengan peraturan local/ nasional.
Garam dapur tidak memiliki sifat peledak atau bahan yang tidak mudah
terbakar, maka dari itu NaCl adalah salah satu padatan yang aman digunakan
dalam praktikum (Labchem, 2020).
3.1.3 Kloroform (CHCl3)
Sifat fisik dan kimia dari kloroform yaitu keadaan cair dan tidak
berwarna, berbau manis seperti bau eter dan memiliki ambang bau antara 133-
276 ppm. Power of Hydrogen (pH) dari kloroform tidak tersedia. Titik lebur
dari kloform yaitu -64˚C dan titik didih sebesar 61 ˚C akan tetapi tidak
memiliki titik beku. Reaktivitas dari kloroform yaitu bereaksi hebat hingga
meledak dengan banyak senyawa pelepasan panas. Terurai perlahan sat
terpapar cahaya dan saat terpapar udara. Stabilitas kimia dari kloroform yairu
tidak stabil saat terkena cahaya (LabChem, 2020).
Gejala dan efek setelah terhirup menyebabkan tenggorokan kering/
sakit dan bikin sepresi sistem saraf pusat. Jika setelah kontak kulit
menyebabkan kulit merah dan kulit kering. Jika setelah kontak mata akan
terjadi iritasi pada jaringan mata. Jika setelah terkonsumsi akan menyebabkan
iritasi pada mukosa lambung/ usus. Gejala kronisnya akan menyebabkan kulit
kuning. Tindakan pertolongan pertama pada mata yaitu bilas mata dengan
banyak air. Jika terkena pada kulit, tertelan, terhirup harus mendapatkan
bantuan medis (LabChem, 2020).
3.1.4 Timbal(II) Nitrat (Pb(NO3)2)
Sifat fisik dan kimia dari timbal nitrat yaitu, keadaan fisik berbentuk
cair, tidak berwarna, dan tidak memiliki ambang bau karakteristik. Reaktivitas
dari naphthalene yaitu dekomposisi termal akan menghasilkan uap korosif,
kestabilan kimia belum mapan, kondisi yang harus dihindari yaitu cahaya
matahari langsung dan temperature yang sangat tinggi atau rendah. Bahan
yang tidak cocok dengan timbal nitrat ini adalah amina, asam kuat, dan logam
(Labchem, 2020).
Klasifikasi bahan atau campuran dari timbal nitrat mungkin korosif
pada logam, menyebabkan luka bakar kulit yang parah dan kerusakan mata
yang serius, menyebabkan kanker, dan dapat merusak kesuburan atau janin.
Maka dari itu harus berhati-hati dengan cara dapatkan intruksi khusus
sebelum digunakan, jangan menangani sampai peringatan keselamatan telah
dibaca dan dipahami, jangan menghirup kabut, semprotan, dan uap. Simpan
timbal nitrat dalam wadah tahan korosif dengan lapissan dalam tahan
(Labchem, 2020).
3.1.5 Serbuk CaO
Sifat fisik dan kimia dari kalsium oksida yaitu berbentuk bubuk,
berwarna putih, dan tidak berbau. Kalsium oksida memiliki titik didih sebesar
2850˚C dan titik lebur sebesar 2572˚C. stabilitas kimianya kalsium oksida
stabil di bawah kondisi penyimpanan yang direkomendasikan. Asam oksida
akan bereaksi dengan asam, halogen, air, dan oksidator. Kondisi tidak
kompatibel pada asap oksida logam(LtsChem, 2020).
Kalsium oksida bersifat tidak mudah terbakar. Jika material tumpah/
terbuang kenakan peralatan pelindung dan pernapasan yang sesuai. Kondisi
penanganan harus ditangani di bawah gas pelindung kering. Jika terkontak
dengan kita maka pindahkan ke udara segar dan harus mendapatkan
pertolongan medis (LtsChem, 2020).
3.1.6 Asam Nitrat (HNO3)
Sifat fisik dan kimia asam nitrat yaitu, keadaan fisik cair, penampilan
berwarna kuning tak berwarna saat terpapar cahaya dan merah kecoklatan.
memiliki bau yang menyengat sehingga memiliki ambang bau sekitar 0.29-
0.98 ppm. Power of Hydrogen (pH) dari asam nitrat yaitu 1 (6%). Asam nitrat
mempunyai titik lebur sebesar -42 - -38˚C dan titik didih sebesar 83-122˚C.
akan tetapi pada asam nitrat tidak tersedia titik beku dan titik nyala
(LabChem, 2020).
Reaktifitas dari asam nitrat yaitu larutan pekat bereaksi secara
eksotermis dengan air (uap air). Terurai saat terkena kenaikan suhu: pelepasan
gas / uap beracun dan korosif (uap nitrous). Kuat terhadap reaksi eksplosif
dengan banyak senyawa misalnya: dengan pereduksi (kuat), dengan
(beberapa) basa, dengan bahan organik dan dengan bahan mudah terbakar
dengan risiko nyala spontan. Bereaksi hebat dengan (beberapa) logam. Terurai
perlahan saat terkena cahaya: pelepasan gas / uap beracun dan korosif (uap
nitrous). Reaksi yang hebat hingga meledak dengan (beberapa) bubuk logam:
pelepasan gas / uap yang sangat mudah terbakar (hidrogen). Bahan yang tidak
cocok dengan asam nitrat yaitu Basis yang kuat, agen pereduksi yang kuat,
senyawa organic, sianda, bahan yang mudah terbakar, aldehida, ammonia,
logam, dan alkohol (LabChem, 2020).
3.1.7 Benzene
Sifat fisik dan kimia dari benzene yaitu berbenuk cairan bening dan
berbau aromatic. Benzene tidak ada informasi data mengenai pH, tekanan uap,
kepadaan uap, tingkat penguapan, titik didih, dan titik beku. Benzene akan
stabil jika berada di bawah suhu dan tekanan normal. Kondisi yang harus
dihindari yaitu sumber penyalaan dan panas (Merck, 2020).
Identifikasi bahaya dari benzene jika terkena mata akan menyebabkan
iritasi mata sedang, jika terkena kulit akan menyebabkan iritasi kulit ringan,
jika tertelan dapat menyebabkan sakit kepala dan mual, jika terhirup dapat
menyebabkan sensasi terbakar pada mata, kulit, dan saluran hidung.
Kronisnya Dapat menyebabkan dermatitis dan konjungtivitis. Paparan kulit
yang berkepanjangan dapat menyebabkan dermatitis dengan kulit kering dan
pecah-pecah. Penghirupan dalam waktu lama dapat mempengaruhi sistem
saraf pusat, penyebab anemia, leukemia. Konsumsi berulang dapat
mempengaruhi ginjal, saluran gastrointestinal. Penghirupan dalam waktu lama
dapat menyebabkan kerusakan saraf auditori, vertigo. Tindakan pertolongan
pertama pada mata yaitu bilas mata dengan banyak air. Jika terkena pada
kulit, tertelan, terhirup harus mendapatkan bantuan medis (Merck, 2020).
3.1.8 Spiritus
Sifat fisik dan kimia dari spiritus yaitu keadaan fisik cair, tidak
berwarna, dan memiliki bau alcohol sehingga ambang baunya sebesar 100
ppm. Spiritus memiliki titik lebur sebesar -115˚C, titik didih 78 ˚C, titik nyala
25 ˚C, dan temperature krisis 243 ˚C. akan tetapi spiritus tidak ada data yang
tersedia mengenai titik beku. Gejala atau efek setelah terhirup akan
menyebabkan radang tenggorokan, batuk, dan iritasi. Jika terkena kulit
menyebabkan iritasi ringan, dan jika tertelan akan menyebabkan gangguan
pada organ dalam. Gejala kronisnya akan mengefek pada jantung dan sirkulasi
darah (LabChem, 2020).
Spiritus merupakan bahan yang mudah terbakar, jadi Tindakan
pencegahannya yaitu dengan tidak membuang spiritus sembarangan seperti
penyebaran di selokan. Jika telah terpapar maka tindakannya yaitu hapus
sumber penyulut, dan lakukan perawatan khusus untuk menghindari muatan
listrik (LabChem, 2020).
3.1.9 Asam oksalat
Sifat fisik dan kimia dari asam oksalat berbentuk solid dan penamilan
kristal padat, berwarna putih dan tidak berbau sehingga tidak memiliki
ambang bau. Power of Hydrogen (pH) dari asam oksalat 1 dan memiliki titik
lebur 101˚C, tetapi tidak memiliki titik beku, titik didih, dan tidak nyala
sehingga tidak ada data yang tersedia. Reaktivitas dari asam oksalat yaitu
pada pemanasan, seperti pelepasan gas/ uap korosif dan setelah pembakaran
seperti pembentukan CO dan CO2. Stabilitas kimianya yaitu tidak stabil saat
terkena cahaya bahan yang tidak cocok dengan asam oksalat yaitu dengan
suhu tinggi, kelembaban dan hindari pembentukan debu (LabChem, 2020).
Gejala yang terjadi jika terhirup akan menyebabkan sakit tenggorokan,
batuk, iritasi saluran pernapasan. Gejala setelah kontak dengan kulit akan
menyebabkan iritasi pada kulit. Gejala setelah kontak dengan mata akan
menyebabkan iritasi jaringan pada mata. Gejala setelah terkonsumsi akan
menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Tindakan pertolongan secara
umumnya yaiu Periksa fungsi vitalnya. Bawah sadar: pertahankan jalan nafas
dan respirasi yang adekuat. Henti pernapasan: pernapasan buatan atau
oksigen. Henti jantung: lakukan resusitasi. Korban sadar dengan sesak napas:
setengah duduk. Korban syok:telentang dengan kaki sedikit terangkat.
Muntah: cegah asfiksia / pneumonia aspirasi. Cegah pendinginan dengan
menutupikorban (tidak ada pemanasan). Tetap awasi korban. Berikan bantuan
psikologis. Jaga agar korban tetap tenang, hindari ketegangan fisik.
Tergantung kondisi korban: dokter / rumah sakit (LabChem, 2020).
3.1.10 Etanol
Sifat fisik dan kimia dari etanol yaitu keadaan fisik cair, tidak
berwarna, dan memiliki bau alcohol sehingga ambang baunya sebesar 100
ppm. Etanol memiliki titik lebur sebesar -115˚C, titik didih 78 ˚C, titik nyala
25 ˚C, dan temperature krisis 243 ˚C. akan tetapi etanol tidak ada data yang
tersedia mengenai titik beku. Gejala atau efek setelah terhirup akan
menyebabkan radang tenggorokan, batuk, dan iritasi. Jika terkena kulit
menyebabkan iritasi ringan, dan jika tertelan akan menyebabkan gangguan
pada organ dalam. Gejala kronisnya akan mengefek pada jantung dan sirkulasi
darah (LabChem, 2020).
Etanol merupakan bahan yang mudah terbakar, jadi Tindakan
pencegahannya yaitu dengan tidak membuang etanol sembarangan seperti
penyebaran di selokan. Jika telah terpapar maka tindakannya yaitu hapus
sumber penyulut, dan lakukan perawatan khusus untuk menghindari muatan
listrik (LabChem, 2020).
3.1.11 Paku
Sifat fisik dan kimia dari paku yaitu berbentuk padat, berwarna abu-
abu, dan tidak berbau. Power of Hydrogen (pH) dari paku yaitu 7-9. Paku
memiliki titik lebur sebesar 1535˚C, titik didih sebesar 3000 ˚C. paku juga
memiliki data suhu menyala pada >100 ˚C. reaktifitas dari paku yaitu risiko
ledakan debu dan bahaya dapat langsung menyala. Stabilitas kimianya yaitu
produk ini stabil secara kimiawi di bawah kondisi ruangan standar. Reaksi
yang hebat dapat terjadi dengan senyawa ammonium, oksidator, senyawa
halogen, dll. Penyimpanan dan penanganan paku yaitu jauhkan dari nyala
terbuka, permukaan panas, dan sumber penyulut (Merck, 2020).
3.1.12 Asam benzoate
Sifat fisik dan kimia dari asam benzoate berbentuk bedak dan
berwarna putih, tidak memiliki ambang bau. Power of Hydrogen (pH) dari
asam benzoate yaitu 7 – 8.5. relativitas dan stabilitas kimia pada asam
benzoate tidak tersedia. Asam benzoate terdapat bahaya jika terkena mata
karena menyebabkan gangguan mata berat. Jika terkena mata harus dibilas
secara hati-hati dengan air selama beberaa menit. Zat/ campuran ini tidak
mengandung komponen yang dianggap persisten, bioakumulatif dan beracun
(PBT), atau sangat persisten dan sangat bioakumulatif ( vPvB) pada level 0,1%
atau lebih tinggi (SmartLab, 2020).
Tindakan pertolongan pertama yang harus dilakukan pada umunya
hharus konsultasikan dengan dokter. Jika terhirup, pindahkan orang ke udara
segar dan jika tidak bernapas berikan pernapasan buatan. Jika terkena kulit,
cuci bersih dengan sabun dan banyak air dan jika tertelan jangan pernah
memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar, bilas mulut
dengan air. Hiinndari kontak dengan kulit dan mata, hindari pembentukan
debu dan aerosol. Metode pembersihan dengan angkat dan atur pembuangan
tanpa menimbulkan debu, disapu lalu disekop (SmartLab, 2020).
3.1.13 Magnesium Klorida (MgCl2)
Sifat fisik dan kimia dari magnesium klorida yaitu keadaan fisiknya
padat, berwarna putih, dan tidak berbau. Magnesium klorida tidak diketahui
data informasinya mengenai titik lebur, titik beku, titik didih, dan titik nyala.
Stabilitas kimianya adalah stabil dalam kondisi normal (LabChem, 2020).
Magnesium klorida termasuk bahan yang aman digunakan sehingga
tidak ada gejala atau efek jika terpaapar bahan tersebut. Akan tetapi tetap
harus berhati-hati dalam menggunakannya. Metode pembuangan limbahnya
harus dengan cara aman sesuai dengan peraturan local dan hindari pelepasan
ke lingkungan (LabChem, 2020).
3.1.14 Petroleum eter
Sifat fisik dan kimia dari petroleum eter berbentuk cair, tidak
berwarna, dan berbau. Petroleum eter mempuyai titik didih sebesar >50˚C dan
titik nyala sebesar -31˚C, akan tetapi petroleum eter tidak mempunyai data
mengenai pH dan titik lebur. Reaktifitas petroleum eter yaitu uap dapat
membentuk campuranmudah-meledak dengan udara. Stabilitas kimianya yaitu
produk ini stabil secara kimiawi di bawah kondisi ruangan standar/ suhu
kamar (Merck, 2020)
Gejala jika terkena petroleum eter yaitu narkosis, Kecapekan,
Gangguan CNS, gejala kelumpuhan, Konvulsi/kejang-kejang, pertahanan
saluran pernapasan, Resiko kornea berkabut. Hal ini berlaku secara umum
untuk hidrokarbon alifatik dengan 6-18 atom karbon, dapat menyebabkan
pneumonia, dalam beberapa kasus juga oedema/pembengkakan paru-paru,
pada penghirupan langsung, misalnya hanya dalam kondisi yang sangat
khusus (pengabutan, semprotan, penghirupan aerosol dan yang serupa).
Setelah terserap dalam jumlah sangat besar: terjadi efek pembiusan. efek
iritan, perasaan mengantuk. Tindakan atau pertolongan pertama setelah
terhirup yaitu hirup udara segar, jika terjkontak dengan kulit maka bilaslah
kulit dengan air pancuran atau mengalir. Jika terkontak dengan mata maka
dibilas dengan air yang banyak, dan jika tertelan maka jangan dipaksa untuk
muntah dan segera panggil dokter (Merck, 2020).
3.1.15 Natrium Hidroksida (NaOH)
Sifat fisik dan kimia dari natrium hidroksida yaitu, keadaan fisik
padat, penampilan kristal padat, bubuk kristal, dan berwarna putih., tidak
memiliki bau sehingga tidak tersedia ambang bau. Power of Hydrogen (pH)
dari natrium hidrokida yaitu 14. Natrium hidroksida mempunyai titik lebur
sebesar 323˚C dan titik didih sebesar 1388˚C. akan tetapi pada natrium
hidroksida tidak tersedia titik beku dan titik nyala (LabChem, 2020).
Tindakan pencegahan untuk penanganan yang aman adalah dengan
cuci tangan dan area lain yang terbuka dengan sabun lembut dan air sebelum
makan, minum atau merokok dan ketika pulang kerja. Berikan ventilasi yang
baik di area proses untuk mencegah pembentukan uap. Kondisi penyimpanan
dijaga agar wadah tetap tertutup saat digunakan. Rekomendasi pembuangan
limbah buang dengan cara yang aman sesuai dengan peraturan local/ nasional.
Natrium Hidroksisa tidak memiliki sifat peledak atau bahan yang tidak mudah
terbakar, maka dari itu NaOH adalah salah satu padatan yang aman digunakan
dalam praktikum atau tidak diklasifisikan sebagai bahan berbahaya bagi
lingkungan (Labchem, 2020).
3.1.16 Aseton
Sifat fisik dan kimia dari aseton yaitu berkeadaan cair, tidak berwarna,
dan memiliki bau aromatic. Power of Hydrogen (pH) dari aseton yaitu 7,
aseton memiliki titik lebur sebesar -95˚C dan titik didih 56 ˚C. aseton tidak
ada data yang tersedia mengenai titik beku. Reaktivitas dari aseton yaitu
reaksi yang hebat hingga ekplosif dengan banyak senyawa. Stabilitas
kimianya aseton tidak stabil saat terkena cahaya (LabChem, 2020).
Gejala atau efek bagi kesehatan manusia tergantung terpapar pada
bagian mana. Jika terhirup akan menyebabkan peradangan pada saluran
pernafasan, dan jika terkena kulit akan menyebabkan luka bakar. Jika terkena
mata akan menyebabkan kerusakan mata yang serius dan jika tertelan akan
menyebabkan penyakit ginjal. Maka pertolongan pertamanya jika terhirup
harus segera dibawa atau dipindahkan ke tempat yang berudara segar, dan jika
terkena kulit maka segera dibilas dengan air yang mengalir. Jika terkena mata
makabilas secara hati-hati dengan air selama beberapa menit, dan jika tertelan
maka jangan dipaksakan untuk muntah (LabChem, 2020).
3.1.17 Asam Klorida (HCl)
Sifat fisik dan kimia dari asam klorida berkeadaan fisik cair tidak
berwarna dan tidak berbau sehingga ambang baunya tidak tersedia. Asam
klorida juga tidak ada data yang tersedia mengenai titik lebur, titik didih, titik
beku dan titik nyala. Reaktivitas dari asam klorida yaitu dekomposisi termal
yang menghasilkan uap korosif, dan stabilitas kimianya dalam kondisi normal
(LabChem, 2020).
Gejala atau efek bagi kesehatan manusia tergantung terpapar pada
bagian mana. Jika terhirup akan menyebabkan peradangan pada saluran
pernafasan, dan jika terkena kulit akan menyebabkan luka bakar. Jika terkena
mata akan menyebabkan kerusakan mata yang serius dan jika tertelan akan
menyebabkan muntah. Maka pertolongan pertamanya jika terhirup harus
segera dibawa atau dipindahkan ke tempat yang berudara segar, dan jika
terkena kulit maka segera dibilas dengan air yang mengalir. Jika terkena mata
makabilas secara hati-hati dengan air selama beberapa menit, dan jika tertelan
maka jangan dipaksakan untuk muntah (LabChem, 2020).

3.2 Tinjauan Pustaka


3.2.1 Ikatan Kimia
Definisi ikatan kimia adalah senyawa kimia yang terbentuk oleh
bergabungnya dua atom atau lebih. Bila dua atom atau lebih saling
berdekatan, electron-elektronnya berinteraksi dan membentuk susunan
electron baru di seputar inti yang memiliki energi potensial total yang lebih
rendah daripada atom terisolasi. Pengurangan energi ini menstabilkan susunan
itu relative terhadap tersebut melalui pembentukan ikatan kimia. Ikatan kimia
terbentuk melalui penggunaan electron Bersama atau pengalihan electron di
antara atom (Oxtoby, 2001; Rusianti dan Fatah, 2019).
Menurut Hasan, dkk(2017). Ikatan kimia adalah daya Tarik-menarik
ini menentukan sifat-sifat kimia dari suatu zat dan cara ikatan kimia berubah
jika suatu zat bereaksi digunakan untuk mengetahui jumlah energi yang
dilepas atau diabsorbsi selama terjadinya reaksi.
3.2.2 Macam-Macam Ikatan Kimia
1. Ikatan Ionik
Ikatan ionic terbentuk antara atom yang mudah melepas electron dan
atom lain yang mudah menerima electron. Substansi ionic secara umum
merupakan hasil dari interaksi antara logam yang merupakan unsur
golongan kiri dari table periodic dengan nonlogam di sebelah kanan
(kecuali gas mulia, unsur golongan VIIIA) (Brown, 2012; Vrabec dan
Proksa, 2016).
Seperti contoh, ikatan ion pada molekul NaCl. NaCl terbentuk dari
atom Na dan atom Cl. Atom 11Na yang memiliki konfigurasi electron: 2 8
1, cenderung melepas sebuah electron valensinya sehingga membentuk
ion Na+ (2 8). Atom 17Cl yang berkonfigurasi electron: 2 8 7, cenderung
menerima sebuah electron sehingga membentuk ion Cl- (2 8 8).
Na (2 8 1) → Na+ (2 8) + e-
Cl (2 8 7) + e- → Cl- ( 2 8 8)
Ikatan antara ion Na+ dan ion Cl- disebabkan adanya gaya elektromagnetik
antara muatan positif dan muatan negative. Ikatan yang terbentuk disebut
ikatan ionic (Vrabec dan Proksa, 2016).
2. Ikatan Logam
Potongan besi jika dilemparkan atom-atomnya tidak akan berserakan.
Atom-atom besi tidak berserakan dikarenakan ada sesuatu yang mengikat
atom-atom besi tersebut. Hampir semua logam padatan sangat sulit
dipatahkan. Demikian pula dengan logam yang berbentuk cairan, jika
dipisahkan tetap akan membentuk butiran. Hal ini terjadi karena antar
atom logam saling berikatan sangat kuat, yang disebut ikatan logam. Jadi,
ikatan logam adalah ikatan antar atom logam (sesamanya) tanpa
membentuk molekul (Sutresna, 2008).
Ikatan logam sangat kuat karena electron valensinya bergerak cepat
mengitari inti-inti atom logam sehingga satu dan lainnya sukar dilepaskan.
Pergerakan electron tersebut seperti gelombang lautan electron yang
bergerak cepat mengitari kumpulan inti atom logam. Ikatan logam terdapat
dalam unsur-unsur logam, seperti tembaga, besi, dan aluminium. Jenis
ikatan ini dapat memengaruhi ifat logam, misalnya sifat konduktivitas
(Sutresna, 2008).
3. Ikatan Kovalen
Ada beberapa atom yang sukar melepas atau menerima electron karena
memerlukan atau membebaskan energi yang besar untuk berlangsungnya
proses tersebut. Untuk membentuk konfigurasi electron gas mulia, atom-
atom ini saling berikatan melalui pemakaian electron bersama. Pemakaian
pasangan electron Bersama terjadi pada atom-atom non logam. Ikatan
antara atom nonlogam yang terjadi melalui pasangan electron Bersama
disebut ikatan kovalen ().
Berdasarkan postulat Lewis, ikatan kovalen terbentuk karena
penggunaan Bersama beberapa pasang electron oleh beberapa atom.
Aturan octet dirumuskan untuk meramalkan ketepatan struktur Lewis.
Berdasarkan aturan octet ini, atom selain hydrogen cenderung untuk
membentuk ikatan yang dikelilingi oleh hingga electron valensi (Chang,
2013).

IV. Metodologi Percobaan


4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ikatan kimia adalah sebagai
berikut:
 Pembakar spiritus
 Cawan porselin
 Korek api
 Pipet tetes
 Tabung reaksi
 Pipet mohr
 Kaki tiga
 Thermometer
 Spot plate
 Tusuk gigi
 Konduktivitas tester
4.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ikatan kimia adalah sebagai
berikut:
 Aquades (H2O)
 Natrium Klorida (NaCl)
 Kloroform (CHCl3)
 Timbal(II) Nitrat (Pb(NO3)2)
 Serbuk CaO
 Asam Nitrat (HNO3)
 Benzene
 Spiritus
 Asam oksalat
 Etanol
 Paku
 Asam benzoate
 Magnesium Klorida (MgCl2)
 Petroleum eter
 Natrium Hidroksida (NaOH) 2M
 Aseton
 Asam Klorida (HCl) 2M

4.2 Diagram Alir


4.2.1 Membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan ion dalam dua senyawa
yang berbeda.
Aquadest dan NaCl
 diisikan sebanyak 1 ml aquadest dan 5 tetes NaCl dalam
tabung reaksi 1
 Ditambahi satu tetes Pb(NO3)2
 Diamati perubahan yang terjadi

Hasil

CHCl3
 diisikan sebanyak 5 tetes CHCL3 dalam tabung reaksi 2
 Ditambahi satu tetes Pb(NO3)2
 Diamati perubahan yang terjadi

Hasil
4.2.2 Mengamati perbedaan kelarutan dan konduktivitas senywa ionik dan
kovalen
Akuades
 Dibersihkan plate tetes dengan sabun dan air
 Ditempatkan satu ujung spatula asam benzoate pada kolom
pertama sebanyak 3 baris
 Ditempatkan sampel MgCl2 pada kolom kedua dan 5 tetes
petroleum eter pada kolom ketiga sebanyak 3 baris
 Ditambahkan 5 tetes akuades pada masing-masing sampel
untuk baris pertama
 Diaduk dengan tusuk gigi dan diamati kelarutan relative dari
masing-masing sampel dan dicatat.
 Ditambahkan 5 tetes etanol pada baris kedua untuk masing-
masing sampel
 Diaduk dengan tusuk gigi dan diamati kelarutan relative dari
masing-masing sampel dan dicatat
 Ditambahkan 5 tetes campuran etanol dan akuades pada baris
ketiga untuk masing-masing sampel
 Diaduk dengan tusuk gigi dan diamati kelarutan relative dari
masing-masing sampel dan dicatat
 Diuji semua larutan dengan tester konduktivitas (Voltmeter)
dan dicatat pengamatan

Hasil
4.2.3 Perubahan ikatan kovalen menjadi ikatan ion
CaO
 Dimasukkan pada tabung reaksi yang kering dan bersih
sebanyak 1 sendok.
 Dipanaskan dengan api kecil kemudian dengan api yang
membentuk inti berwarna biru di tengah. Dilakukan
pemanasan semalam 15 menit.
 Dipindahkan tabung menjauhi api, diteteskan 2 tetes CHCl3.
 Dipanaskan lagi, diteteskan 1 tetes CHCl3 dan dipanaskan
lagi.
 Didinginkan, setelah dingin ditambahkan 1 ml HNO3 pekat.
 Dipanaskan tabung hingga endapan larut dan gas-gas yang
terbentuk hilang.
 Didinginkan, setelah dingin ditambahkan 3 tetes Pb(NO3)2
1%. Diamati yang terjadi.
 Dibandingkan dengan mereaksikan antara CHCl3 dan 3 tetes
Pb(NO3)2 1%; serta reaksi antara CaO yang dilarutkan dalam
1 ml HNO3 pekat sampai larut sempurna dan hasilnya
ditambah dengan 3 tetes Pb(NO3)2 1%.
Hasil

4.2.4 Reaksi pembakaran senyawa organic


Benzena
 Diteteskan sebanyak 2 tetess pada cawan porselin.
 Dibakar dengan korek api.
 Diperhatikan,apakah terjadi perubahan.
 Diulangi pekerjaan di atas berturut-turut dengan etanol,
aseton, dan kloroform.

Hasil
4.2.5 Reaksi pemanasan senyawa organik
Asam Oksalat
 Diisi sedikit pada cawan porselin.
 Diletakkan di atas kaki tiga dan dipanaskan.
 Dicatat perubahan yang terjadi (bau, pembentukan kristal dan
sebagainya).
 Diulangi percobaan dengan mengganti asam oksalat dengan
gula tebu.

Hasil

4.3 Prosedur Kerja


4.3.1 Membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan ion dalam dua senyawa
yang berbeda.
Dua buah tabung reaksi diambil dan diberi tanda I dan II lalu tabung
reaksi I diisi dengan 1 ml aquadest dan 5 tetes NaCl dan tabung reaksi II diisi
dengan 5 tetes CHCl3. Masing-masing tabung reaksi ditambahi satu tetes
Pb(NO3)2. Diamati perubahan yang terjadi.
4.3.2 Mengamati perbedaan kelarutan dan konduktivitas senywa ionik dan
kovalen
Plate tetes dibersihkan dengan sabun dan air dan dikeringkan lalu satu
ujung spatula asam benzoate pada kolom pertama sebanyak 3 baris. Sampel
MgCl2 ditempatkan pada kolom kedua dan 5 tetes petroleum eter pada kolom
ketiga sebanyak 3 baris. Lima tetes akuades ditambahkan pada masing-masing
sampel untuk baris pertama lalu diaduk dengan tusuk gigi dan diamati
kelarutan relative dari masing-masing sampel dan dicatat. Lima tetes etanol
ditambahkan pada baris kedua untuk masing-masing sampel lalu diaduk
dengan tusuk gigi dan diamati kelarutan relative dari masing-masing sampel
dan dicatat. Lima tetes campuran etanol dan akuades ditambahkan pada baris
ketiga untuk masing-masing sampel lalu diaduk dengan tusuk gigi dan diamati
kelarutan relative dari masing-masing sampel dan dicatat. Semua larutan diuji
dengan tester konduktivitas (Voltmeter) dan dicatat pengamatan
4.3.3 Perubahan ikatan kovalen menjadi ikatan ion
Serbuk CaO dimasukkan pada tabung reaksi yang kering dan bersih
sebanyak 1 sendok lalu dipanaskan dengan api kecil kemudian dengan api
yang membentuk inti berwarna biru di tengah. Dilakukan pemanasan semalam
15 menit. Setelah itu tabung dipindahkan menjauhi api dan diteteskan 2 tetes
CHCl3 lalu dipanaskan lagi, diteteskan 1 tetes CHCl3 dan dipanaskan lagi.
Setelah itu didinginkan, setelah dingin ditambahkan 1 ml HNO3 pekat.
Tabung dipanaskan hingga endapan larut dan gas-gas yang terbentuk hilang
lalu didinginkan, setelah dingin ditambahkan 3 tetes Pb(NO3)2 1%. Diamati
yang terjadi. Setelah itu, dibandingkan dengan mereaksikan antara CHCl 3 dan
3 tetes Pb(NO3)2 1%; serta reaksi antara CaO yang dilarutkan dalam 1 ml
HNO3 pekat sampai larut sempurna dan hasilnya ditambah dengan 3 tetes
Pb(NO3)2 1%.
4.3.4 Reaksi pembakaran senyawa organic
Benzene diteteskan sebanyak 2 tetes pada cawan porselin lalu dibakar
dengan korek api. Setelah itu, diperhatikan,apakah terjadi perubahan dan
diulangi pekerjaan di atas berturut-turut dengan etanol, aseton, dan kloroform.
4.3.5 Reaksi pemanasan senyawa organik
Asam oksalat diisi sedikit pada cawan porselin lalu diletakkan di atas
kaki tiga dan dipanaskan. Setelah itu, dicatat perubahan yang terjadi (bau,
pembentukan kristal dan sebagainya), dan diulangi percobaan dengan
mengganti asam oksalat dengan gula tebu.
DAFTAR PUSTAKA

Brown, T. L., L. Eugene, E. B. Bruce, J. M. Cathrine, dan M. W. Patrick, 2012.


Chemistry the Central Science 12th Editition. Amerika Serikat: Pearson
Prentice Hall.

Chang, R. 2013. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Hasan, M., Z. Fitri, dan R. F. I. Rahmayani. 2017. Buku Ajar Ikatan Kimia. Banda
Aceh: Syiah Kuala University Press.

LabChem. 2020. Acetone Safety Data Sheet.


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC10420.pdf. Diakses pada 24
November 2020.

LabChem. 2020. Chloroform Safety Data Sheet.


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC13040.pdf. Diakses pada 24
November 2020.

LabChem. 2020. Ethyl Alcohol Safety Data Sheet.


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/VT230.pdf. Diakses pada 24
November 2020.

LabChem. 2020. Hydrochloric Acid Safety Data Sheet.


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC15300.pdf. Diakses pada 24
November 2020.

LabChem. 2020. Lead AA Standard Safety Data


Sheet. http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC16130. Diakses pada 24
November 2020.

LabChem. 2020. Magnesium Chloride Safety Data


Sheet. http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC16380.pdf. Diakses pada
24 November 2020.

LabChem. 2020. Methanol Safety Data


Sheet. https://www.labchem.com/tools/msds/msds/VT430.pdf. Diakses pada
24 November 2020.
LabChem. 2020. Nitric Acid Safety Data Sheet.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC17700.pdf. Diakses pada 24
November 2020.

LabChem. 2020. Oxalic Acid Safety Data Sheet.


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC18040.pdf. Diakses pada 24
November 2020.

LabChem. 2020. Sodium Chloride Safety Data Sheet.


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC23510. Diakses pada 24
November 2020.

LabChem. 2020. Sodium Hydroxide Safety Data Sheet.


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC23900.pdf. Diakses pada 24
November 2020

LabChem. 2020. Water Safety Data Sheet.


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC26750. Diakses pada 24
November 2020.

LtsChem, 2015. Calcium Oxide Material Safety Data Sheet.


https://www.ltschem.com/msds/CaO.pdf. Diakses pada 24 November 2020.

Merck. 2017. Lembaran Data Keselamatan Bahan.


https://www.merckmillipore.com/ID/id/product/msds/MDA_CHEM-103819.
Diakses pada 24 November 2020.

Merck. 2018. Lembaran Data Keselamatan Bahan. file:///D:/UUN%20-%20Copy


%20(2)/kimia/PE.PDF. Diakses pada 24 November 2020.

Merck. 2019. Lembaran Data Keselamatan Bahan.


https://www.merckmillipore.com/Web-VE-
Site/es_ES/-/VEF/ShowDocument-File?ProductSKU=MDA_CHEM-
101783&DocumentType=MSD&DocumentId=101783_SDS_ID_ID.PDF&D
ocumentUID=311717&Language=ID&Country=ID&Origin=PDP. Diakses
pada 24 November 2020.

Oxtoby, D. W. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.

Rusianti, S., A. H. Fatah. 2019. Analisis kesesuaian konsep ikatan kimia pada buku
kimia kelas X SMA/MA terhadap silabus kurikulum 2013 dan penyusunan
makro wacana. Jurnal Ilmiah Kanderang Tingang. 10(2).

SmartLab. 2016. Sodium Benzoate Material Safety Data Sheet.


http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_SODIUM_BENZOATE.pdf. Diakses
pada 24 November 2020.

Sutresna, N. 2008. Kimia. Surabaya: Grafindo Media Pratama.

Vrabec, M., M. Proksa. 2016. Identifying misconceptions related to chemical bonding


concepts in the Solvak School System using the bonding representations inventory as
a diagnostic tool. Journal of Chemical Education. 93(8).

Anda mungkin juga menyukai