Anda di halaman 1dari 17

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PERUBAHAN MATERI DAN PEMISAHAN CAMPURAN

Oleh
Nama : Syifa’un Najibah
NIM : 201310801060
Kelompok : 10
Kelas : Kimia (G)
Asisten : Anisatul Afifah Safitri

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
I. Judul
Perubahan Materi dan Pemisahan Campuran
II. Tujuan
2.1 Mendemontrasikan pemisahan suatu campuran
2.2 Menguji beberapa teknik pemisahan berdasarkan sifat fisik masing-
masing komponen
2.3 Memisahkan campuran homogen dengan teknik destilasi
III. Pendahuluan
3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
3.1.1 Aquades (H2O)
Sifat fisik dan kimia dari akuades meliputi, keadaan fisik akuades
adalah cair dan akuades tidak berwarna dan juga tidak berbau
sehingga ambang baunya tidak tersedia. Power of Hydrogen (pH)
dari akuades adalah 7. Akuades tidak memiliki titik lebur dan juga
titik beku, tetapi memiliki titik didih yaitu 100˚C. Akuades juga
mempunyai temperature kritis dengan batas 374,1˚C dan mempunyai
tekanan kritis sebesar 218,3 atm. Akuades tidak memiliki titik nyala
dan laju penguapan relative, tetapi memiliki tekanan uap sebesar
17.535 mmHg dan massa jenis akuades seberat 0,99823 g/ml
(LabChem,2020).
Sifat kimia dalam akuades seperti sifat kelarutan yang bisa larut
dalam asetat, larut dalam aseton, larut dalam ammonia, larut dalam
ammonium klorida, larut dalam etanol, larut dalam gliserol, larut
dalam asam klorida, larut dalam methanol, larut dalam asam nitrat,
larut dalam asam sulfat, larut dalam larutan natrium hidroksida, dan
larut dalam propilen glikol. Kondisi yang harus dihindari pada
akuades adalah temperature yang sangat tinggi atau sangat rendah,
dan produk penguraian yang berbahaya adalah hydrogen dan oksigen.
Akuades tidak memiliki sifat peledak atau bahan yang tidak mudah
terbakar, maka dari itu akuades adalah salah satu cairan yang aman
digunakan dalam praktikum (LabChem,2020).
3.1.2 Naphtalene (kapur barus)
Sifat fisik dan kimia dari naphthalene yaitu berbentuk padat,
berwarna putih, dan memiliki ambang bau sebesar 0,015 ppm.
Naphthalene mempunyai titik lebur sebesar 79-82˚C, titik didih
sebesar 218 ˚C pada 1.013 hPa, dan titik nyala sebesar 79 ˚C pada
1.010 hPa. Suhu menyala pada 540 ˚C dan energi penyalaan api
minimum pada < 1mJ. Naphthalene termasuk pada padatan mudah
menyala, berbahaya jika ditelan, menyebabkan kanker dan sangat
toksik pada kehidupan perairan dengan efek jangka Panjang.
Pencegahan agar terhindar dari risiko berbahaya dengan menjauhkan
dari panas/ api terbuka, hindarkan pelepasan ke lingkungan, apabila
terjadi kebakaran gunakan pasir untuk memadamkan. (Merck, 2020).
Reaktifitas dari aphtalene yaitu membentuk campuran yang dapat
meledak dengan udara pada pemanasan terus menerus, sebuah
kisaran kira-kira 15 Kelvin di bawah titik nyala dapat dianggap
sebagai kriti risiko ledakan debu. Stabilitas kimia dari produk
naphttalene stabil secara kimiawi di bawah ruangan standar (suhu
kamar). Naphthalene dapat bereaksi hebat dengan oksidator,
chromium(VI) oxide, benzoil klorida, aluminium chloride, dan akan
berisiko meledak denan nitrogen oxides (Merck, 2020).
Tindakan pertolongan pertama apabila terhirup segera hirup
udara segar dan panggil dokter, apabila terjadi kontak dengan kulit
maka bilaslah dengan air mengalir, apabila terkena kontak dengan
mata makabilslah dengan air yang banyak, dan apabila tertelan maka
segera berikan minum air putih. Efek terpenting baik akut maupun
tertunda basanya yaitu, efek iritan, paralisa pernapasan, kelainan
perut/usus, sakit kepala, konvulsi/kejang-kejang dan gemetar.
Langkah-langkah pencegahan diri, hindari penghisapan debu, dan
jauhkan dari panas dan sumber api (Merck, 2020).
3.1.3 Timbal (II) Nitrat (Pb(NO3)2)
Sifat fisik dan kimia dari timbal nitrat yaitu, keadaan fisik
berbentuk cair, tidak berwarna, dan tidak memiliki ambang bau
karakteristik. Reaktivitas dari naphthalene yaitu dekomposisi termal
akan menghasilkan uap korosif, kestabilan kimia belum mapan,
kondisi yang harus dihindari yaitu cahaya matahari langsung dan
temperature yang sangat tinggi atau rendah. Bahan yang tidak cocok
dengan timbal nitrat ini adalah amina, asam kuat, dan logam
(Labchem, 2020).
Klasifikasi bahan atau campuran dari timbal nitrat mungkin
korosif pada logam, menyebabkan luka bakar kulit yang parah dan
kerusakan mata yang serius, menyebabkan kanker, dan dapat
merusak kesuburan atau janin. Maka dari itu harus berhati-hati
dengan cara dapatkan intruksi khusus sebelum digunakan, jangan
menangani sampai peringatan keselamatan telah dibaca dan
dipahami, jangan menghirup kabut, semprotan, dan uap. Simpan
timbal nitrat dalam wadah tahan korosif dengan lapissan dalam tahan
(Labchem, 2020).
Efek-efek lain yang disebabkan timbal nitrat, diantaranya efek
setelah terhirup kemungkinan akan terjadi peradangan pada saluran
pernafasan, kulit kering, dan luka. Efek jika setelah kontak dengan
kulit akan terjadi luka bakar atau korosi pada kulit, dan jika kontak
dengan mata akan terjadi kerusakan mata yang serius. Efek jika
tertelan akan terjadi iritasi pada mukosa lambung atau usus, dapat
menyebabkan sianosis, sakit kepala, pusing, muntah, dan kejang.
Rekomendasi pembuangan limbah dibuang dengan cara yang aman
sesuai dengan peraturan local/ nasional (Labchem, 2020).
3.1.4 Garam Dapur (NaCl)
Sifat fisik dan kimia dari NaCl yaitu, keadaan fisik berbentuk
solid, penampilan bubuk kristal, berwarna putih, tidak memiliki bau
sehingga tidak tersedia ambang bau. Power of Hydrogen (pH) dari
NaCl yaitu 5-95% larutan pada 20˚C. 801˚, dalam NaCl tidak
ditemukan titik didih, titik beku, titik lebur, titik nyala, dan tidak ada
tekanan uap (Labchem, 2020).
Tindakan pencegahan untuk penanganan yang aman adalah
dengan cuci tangan dan area lain yang terbuka dengan sabun lembut
dan air sebelum makan, minum atau merokok dan ketika pulang
kerja. Berikan ventilasi yang baik di area proses untuk mencegah
pembentukan uap. Kondisi penyimpanan dijaga agar wadah tetap
tertutup saat digunakan. Rekomendasi pembuangan limbah buang
dengan cara yang aman sesuai dengan peraturan local/ nasional.
Garam dapur tidak memiliki sifat peledak atau bahan yang tidak
mudah terbakar, maka dari itu NaCl adalah salah satu padatan yang
aman digunakan dalam praktikum (Labchem, 2020).
3.1.5 Kapur/Kalsium Hidroksida (Ca(OH2))
Sifat fisik dan kimia dari kapur yaitu berbentuk bubuk, berwarna
krem, tidak memiliki ambang bau, Power of Hydrogen (pH) sekitar
12,4 – 12,6 pada 20˚C. kapur memiliki titik beku ≥ 450 ˚C, tidak
memiliki titik didih, titik nyala, dan memiliki massa jenis sebesar
2,24 g/cm3. Pernyataan bahaya yaitu menyebabkan iritasi kulit,
menyebabkan kerusakan mata, menyebabkan iritasi pernafasan, dan
berbahaya bagi kehidupan akuatik. Hindari menghirup debu, jika
terkena mata bilas secara air dengan berhati-hati selama beberapa
menit (Sigma-Aldrich, 2020).
Tindakan pertolongan pertama jika terhirup maka pindahkan ke
udara segar, dan jika susah untuk bernapas maka berikan pernapasan
buatan lalu konsultasikan ke dokter. Tindakan pencegahan pribadi
yaitu gunakan alat pelindung diri, hindari menghirup uap, kabut atau
gas, pastikan ventilasi yang memadai. Tindakan pencegahan
lingkungan cegah kebocoran atau tumpahan lebih lanjut, jangan
biarkan produk masuk ke saluran pembuangan. Metode bahan dan
penanganan yaitu dengan angkat dan atur pembuangan tanpa
menimbulkan debu, sapulah dan sekop dan simpan di wadah tertutup
yang sesuai untuk dibuang (Sigma-Aldrich, 2020).
3.2 Tinjauan Pustaka
3.2.1 Pengertian Perubahan Materi
Materi merupakan segala sesuatu yang mempunyai massa dan
menempati ruang. Materi sebagai benda alam mempunyai sifat-sifat
fisika maupun kimia yang akan menyebabkan perbedaan
karakteristik pada materi tersebut. Materi atau zat yang ada di alam
memiliki tiga macam wujud yaitu wujud cair, padat, dan gas
(Sulakhudin, 2019).
Perubahan materi atau wujud zat dapat terjadi jika dilakukan
pemanasan atau pendinginan. Pemanasan atau pendinginan akan
mengakibatkan perubahan suhu sehingga energi pada materi itu
mengalami perubahan. Selain energi yang berubah, materi juga dapat
mengalami pelepasan dan penyerapan energi. Misalnya pada proses
air menjadi es, selain terjadi penurunan suhu juga terjadi proses
penyerapan energi atau yang biasa disebut reaksi endoterm.
Sedangkan pada proses pemanasan, misalnya proses pembakaran
kayu, selain terjadi penaikan suhu, juga terjadi pelepasan energi yang
disebut reaksi eksoterm (Wibowo, 2013).
Peristiwa perubahan materi sering kita jumpai pada kehidupan
sehari-hari baik muncul secara alami ataupun dengan disengaja.
Peristiwa perubahan materi secara alami seperti peristiwa
pembusukan makanan atau perkaratan besi. Peristiwa perubahan
materi secara disengaja seperti kertas atau lilin yang dibakar (Hari,
2019).
3.2.1.1 Macam-macam Perubahan Materi
Perubahan materi melibatkan perubahan sifat dari materi
tersebut. Perubahan sifat ini dapat melibatkan perubahan sifat
fisika dan kimianya. Biasanya perubahan sifat kimia suatu
materi melibatkan pula perubahan fisikanya (Wibowo, 2013).
 Perubahan fisika
Sifat-sifat fisika dapat diidentifikasi dari sifat-
sifatnya dan dari susunannya, seperti warna, titik
didih, titik leleh , dan kerapatan. Sifat fisika dapat
diukur dan diamati tanpa mengubah suatu susunan zat.
Demikian pula, ketika kita mengatakan bahwa gas
helium lebih ringan dibandingkan udara, itu sebagai
perbincangan tentang sifat fisika (Chang, 2004).
Perubahan fisika merupakan perubahan wujud
yang hanya melibatkan atau hanya ditandai dengan
tidak terbentuknya zat baru, hanya terjadi perubahan
wujud, perubahan bentuk, atau perubahan ukuran
(Muchson, 2016).
Perubahan bentuk dalam perubahan fisika
contohnya, yaitu beras diubah menjadi tepung beras,
kayu diubah menjadi meja. Pelarutan atau pengeringan
contohnya, yaitu nasi menjadi bubur, gula diolah
menjadi sirop. Perubahan wujud dalam perubahan
fisika, wujud zat dapat kembali ke wujud asalnya,
misalnya air membeku menjadi es dan es dapat
mencair lagi menjadi air (Muchson, 2016).

 Perubahan kimia
Pernyataan yang menggambarkan salah satu sifat
kimia, seperti gas hidrogrn terbakar dalam oksigen
menghasilkan air karena untuk mengamati sifat ini,
kita harus melakukan perubahan kimia. Setiap kali kita
merebus telur, kita melakukan perubahan kimia.
Ketika dikenakan suhu sekitar 100˚C putih dan kuning
telur mengalami reaksi yang tidak hanya mengubah
tampilan fisiknya tetapi juga susunan kimianya.
Ketika dimakan, telur itu diubah lagi oleh zat dalam
tubuh yang disebut enzim (Chang, 2004).
Perubahan kimia merupakan perubahan zat yang
menyebabkan terjadinya atau adanya zat baru.
Perubahan kimia juga bisa disebut dengan reaksi
kimia. Contoh dari perubahan kimia, seperti besi
berkarat, proses fotosintesis, pembuatan tempe,
industri asam sulfat, dan juga industri alkohol
(Wibowo, 2013). Berikut proses-proses yan
menyebabkan terjadinya perubahan kimia, yaitu :
 Proses pembakaran
Pada proses pembakaran terjadi reaksi
antara zat yang terbakar dengan oksigen dan
adanya api. Pada proses pembakaran, zat asal
akan berubah menjadi zat baru yang berbeda
sifatnya dari zat asal (Wibowo, 2013).
 Proses peragian
Pada proses peragian ini zat asal yang di
dalamnya mengandung karbohidrat dan protein
dengan bantuan mikroorganisme akan diubah
menjadi zat-zat lain (Wibowo, 2013).
 Proses perusakan atau pelapukan
Pada proses pelapukan ini terjadi
kerusakan atau pelapukan yang disebabkan
oleh aktivitas mikroba, enzim, atau rekasi
kimia (Wibowo, 2013).
 Proses fotosintesis
Pada proses fotosintesis terjadi karena
adanya klorofil (zat hijau daun), di mana
dengan bantuan sinar matahari tumbuh-
tumbuhan mengubah karbondioksida dan air
menjadi glukosa dan gas oksigen (Wibowo,
2013).
 Proses pencernaan makanan
Pada proses pencernaan makanan terjadi
pengubahan karbohidrat menjadi glukosa
bantuan enzim (Wibowo, 2013).
 Proses pernapasan
Pada proses pernapasan terjadi proses
pembakaran dengan menggunakan oksigen
glukos dari hasil pencernaan untuk diubah
menghasilkan karbondioksida, air, dan energi
(Wibowo, 2013).
3.2.2 Pengertian Pemisahan Campuran
Pemisahan campuran merupakan pemisahan antara dua jenis zat
atau lebih agar zat-zat tersebut terpisah dan menjadi zat-zat tersendiri
dengan melakukan Tindakan secara fisika dan kimia (Lutfi, 2007).
Metode pemisahan adalah suatu cara yang digunakan untuk
memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau kelompok
senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu
bahan, baik dlam skala laboratorium maupun skala industry. Metode
pemisahan bertujuan untuk mendapatkan zat murni atau beberapa zat
murni dari suatu campuran (David, 2000).
3.2.2.1 Macam-macam Metode Pemisahan
Campuran dapat dipisahkan dengan menggunakan
berbagai macam metode. Metode- metode tersebut meliputi :
 Filtrasi
Filtrasi merupakan proses pemisahan campuran
yang heterogen antara fluida dan partikel-partikel
padatan oleh media penyaringan, seperti kertas
saring (Pinalia, 2011).

 Dekantasi
Dekantasi merupakan pemisahan komponen-
komponen campuran dengan cara diendapkan (David,
2000).
 Sentrifugasi
Sentrifugasi merupakan suatu Teknik pemisahan
yang digunakan untuk memisahkan suspense yang
jumlahnya sedikit (David, 2000).
 Distilasi/Penyulingan
Distilasi merupakan metode pemisahan untuk
memperoleh suatu bahan lai yang mempunyai titik
didih yang berbeda(David, 2000).
 Corong pisah
Corong pisah digunakan untuk memisahkan dua
cairan yang tidak dapat bercampur, seperti air dan
minyak. Cara memisahkannya yaitu campuran
dimasukkan ke dalam corong dan diamkan sebentar,
lalu campuran akan membentuk dua lapisan. Cairan
yang paling bawah dapat diambil dengan membuka
keran corong pisah (Lutfi, 2007).
 Kromatografi
Kromatogafi merupakan cara pemisahan
berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan pelarut
pada suatu lapisan zat tertentu (David, 2000).
 Sublimasi
Sublimasi merupakan metode pemisahan
campuran dengan menguapkan zat padat tanpa melalui
fase cair terlebih dahulu sehingga kotoran yang tidak
tersublim akan tertinggal (David, 2000).
 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan metode pemisahan dengan
melarutkan bahan campuran dalam pelarut yang sesuai
(David, 2000).
 Rekristalisasi
Rekristralisasi merupakan salah satu cara
pemurnian zat padat yang jarang digunakan. Zat-zat
tersebut akan dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian
dikristalkan kembali. Cara tersebut bergantung pada
kelarutan zat dalam pelarut tertentu. Ketika suhu
dinaikkan, karena konsentrasi total pengotor biasanya
lebih kecil dalam konsentrasi zat yang dimurnikan.
Dalam kondisi dingin, pengotor yang berkonsentrasi
rendah tetap larut, sedangkan yang berkonsentrasi
tinggi akan mengendap (Pinalia, 2011).
IV. Metodologi Percobaan
4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan perubahan materi dan
pemisahan campuran, sebagai berikut :
 Timbangan kaki tiga
 Beaker
 Batang pengaduk
 Corong
 Set alat distilasi
 Cawan porselen
 Jaring kawat
 Spatula
 Pembakar spiritus
 Clamps
 Thermometer
4.1.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam percobaan perubahan materi dan
pemisahan campuran, sebagai berikut :
 Naftalene (kapur barus)
 Pb(NO3)2 0,5 M
 Vaselin
 Pasir
 Serbuk kapur

4.2 Diagram Alir


4.2.1 Pemisahan Campuran

Campuran 0,5 gram


pasir, garam dapur,
dan naphtalene

 Gelas beaker berukuran volume 100 mL


ditimbang dalam keadaan kosong,
bersih, dan kering. Campuran tersebut
dimasukkan ke dalam gelas beaker,
gelas beaker ditimbang hingga keluar
nilai berat total timbangan tersebut.
 Cawan porselen disiapkan untuk
ditutupkan ke beaker yang berisi
campuran. Beaker dan dish diletakkan di
atas jaring kawat dan kaki tiga.
Beberapa pecahan es ditambahkan di
atas cawan porselen.
 Beaker dipanaskan menggunakan
pembakar spirtus.
 Aquades sebanyak 25 mL ditambahkan
ke dalam sisa padatan dalam beaker dan
diaduk selama 5 menit.
 Kertas saring disiapkan untuk proses
penyaringan.
 Campuran disaring dan filtratnya
ditampung di beaker lain. Padatan pada
kertas saring dibilas dengan aquades 10
mL.
 Kertas saring yang berisi padatan
dikeringkan dalam oven bersuhu 105˚C
selama10 menit, lalu ditentukan berapa
berat padatan hasil penyaringan.
 Sisa cairan (filtrat) digunakan sebagai
sampel percobaan distilasi.

Hasil
4.2.2 Distilasi

Campuran 0,5 gram


pasir, garam dapur,
dan naphtalene

 Set alat distilasi dipasang sesuai dengan


instruksi dari instruktur dan setiap
sambungan alat gelas diolesi dengan
vaselin.
 Labu alas bulat berukuran volume 100
mL digunakan untuk labu distilasi dan
labu penampung.
 Hasil temperature dicatat saat distilasi
dan yang tertampung volumenya sekitar
1 mL.distilasi dilanjutkan hingga
setengah volume air pada labu
penampung distilat. Pembakar spirtus
dimatikan dan labu distilat didinginkan.
 Sisa cairan sebanyak masing-masing 2
mL dimasukkan pada labu distilasi dan
cairan pada labu penampung distilat,
pada dua tabung reaksi terpisah.larutan
Pb(NO3)2 0,01 M sebanyak 3 tetes
larutan diteteskan pada masing-masing
tabung reaksi. Perubahan yang terjadi
diamati dan dicatat hasilnya.

Hasil
4.2.3 Sentrifugasi versus Dekantasi

Campuran serbuk
pasir dan air

 Dimasukkan ke dalam gelas kimia yang


berukuran volume 50 mL dan diaduk
sampai rata.
 Larutan sebanyak 10 mL diambil ke
dalam tabung sentrifugal. Sentrat dan
endapan dipisahkan dengan cara diputar
dengan pemusingan selama 2 menit, dan
fitrat diambil menggunakan pipet tetes.
 Campuran air dan kapur sebanyak 10
mL diambil dan diaduk Kembali jika
kapur telah mengendap lalu disaring
dengan kertas saring dan filtratnya
diambil.
 Sentrat dibandingkan dari proses
sentrifugasi dan filtrat dari proses
penyaringan.

Hasil

4.2.4 Rekistralisasi

Campuran garam
dan air

 Filtrat disaring dan ditampung, lalu


diuapkan dalam cawan porselin di atas
nyala pembakar spirtus sampai air habis
dan beruap.
 Keadaan fisik garam dapur
dibandingkan sebelum dan sesudah
proses.

Hasil

4.3 Prosedur Kerja


IV.3.1. Pemisahan Campuran
 Gelas beaker berukuran volume 100 mL ditimbang dalam
keadaan kosong, bersih, dan kering. Pasir, garam dapur,
dan naphthalene sebanyak masing-masing 0,5 gram
dimasukkan ke dalam gelas beaker, gelas beakeer
ditimbang hingga keluar nilai berat total timbangan
tersebut.
 Cawan porselen yang diketahui beratnya disiapkan untuk
ditutupkan ke beaker yang berisi campuran. Beaker dan
dish diletakkan di atas jaring kawat dan kaki tiga.
Beberapa pecahan es ditambahkan di atas cawan porselen.
Hati-hati jangan ada tetesan air di bawah dish atau di
dalam beaker.
 Beaker dipanaskan menggunakan pembakar spirtus
hingga uap di dalam beaker dapat terbentuk dan padatan
mulai tertempel di bawah cawan porselen.
 Aquades sebanyak 25 mL ditambahkan ke dalam sisa
padatan dalam beaker dan diaduk selama 5 menit.
 Kertas saring yang sudah diketahui beratnya disiapkan
untuk proses penyaringan.
 Campuran disaring dan filtratnya ditampung di beaker
lain. Padatan pada kertas saring dibilas dengan aquades 10
mL.
 Kertas saring yang berisi padatan dikeringkan dalam oven
bersuhu 105˚C selama10 menit, lalu ditentukan berapa
berat padatan hasil penyaringan.
 Sisa cairan (filtrat) digunakan sebagai sampel percobaan
distilasi.
IV.3.2. Distilasi
 Set alat distilasi dipasang sesuai dengan instruksi dari
instruktur dan setiap sambungan alat gelas diolesi dengan
vaselin.
 Labu alas bulat berukuran volume 100 mL digunakan
untuk labu distilasi dan labu penampung.
 Hasil temperature dicatat saat distilasi dan yang
tertampung volumenya sekitar 1 mL.distilasi dilanjutkan
hingga setengah volume air pada labu penampung distilat.
Pembakar spirtus dimatikan dan labu distilat didinginkan.
 Sisa cairan sebanyak masing-masing 2 mL dimasukkan
pada labu distilasi dan cairan pada labu penampung
distilat, pada dua tabung reaksi terpisah.larutan Pb(NO3)2
0,01 M sebanyak 3 tetes larutan diteteskan pada masing-
masing tabung reaksi. Perubahan yang terjadi diamati dan
dicatat hasilnya.
IV.3.3. Sentrifugasi versus Dekantasi
 Serbuk kapur sebanyak 2-3 sendok makan dimasukkan ke
dalam gelas kimia yang berukuran volume 50 mL, air
sebanyak 30 mL air ditambahkan , dan diaduk sampai
rata.
 Larutan sebanyak 10 mL diambil ke dalam tabung
sentrifugal. Sentrat dan endapan dipisahkan dengan cara
diputar dengan pemusingan selama 2 menit, dan fitrat
diambil menggunakan pipet tetes.
 Campuran air dan kapur sebanyak 10 mL diambil dan
diaduk Kembali jika kapur telah mengendap lalu disaring
dengan kertas saring dan filtratnya diambil.
 Sentrat dibandingkan dari proses sentrifugasi dan filtrat
dari proses penyaringan.
IV.3.4. Rekristalisasi
 Garam dapur kotor sebanyak 1 gram diambil dan
dilarutkan dalam gelas kimia berukuran volume 50 mL
dengan air secukupnya.
 Filtrat disaring dan ditampung, lalu diuapkan dalam
cawan porselin di atas nyala pembakar spirtus sampai air
habis dan beruap.
 Keadaan fisik garam dapur dibandingkan sebelum dan
sesudah proses.

DAFTAR PUSTAKA

Chang, R. 2004. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.


David, H. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York : Mc Graw-Hill Comp.
Hari, B. S. 2019. Materi dan Perubahannya. Bandung: Penerbit Duta.
Labchem. 2017. Lead AA Standard Safety Data Sheet.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC16130. Diakses pada 23 Oktober 2020.
Labchem. 2018. Sodium Chloride Safety Data Sheet.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC23510. Diakses pada 24 Oktober 2020.
Labchem. 2018. Water Safety Data Sheet.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC26750. Diakses pada 23 Oktober 2020.
Lutfi. 2007. IPA Kimia. Jakarta. Erlangga.
Merck. 2006. Lembaran Data Keselamatan Bahan.
https://www.merckmillipore.com/ID/id/product/Naphthalene,MDA_CHEM-820846?
ReferrerURL=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F. Diakses pada 24 Oktober
2020.
Muchson, M., Y. N. Pratiwi, O. Sulistina, dan D. Sigit. 2016. Persepsi Mahasiswa
Baru Jurusan Kimia Fmipa UM Angkatan 2016 Tentang Fenomena Perubahan
Materi. Jurnal Pembelajaran Kimia. 1(2).
Pinalia, A. 2011. Kajian Metode Filtrasi Gravitasi dan Filtrasi Sistem Vakum untuk
Proses Penyempurnaan Rekristalisasi Amonium Perklorat. Majalah Sains dan
Teknologi Dirgantara. 6(3).
Sigma-Aldrich. 2014. Material Safety Data Sheet.
https://www.nwmissouri.edu/naturalsciences/sds/c/Calcium%20hydroxide. Diakses
pada 24 Oktober 2020.
Sulakhudin. 2019. Kimia Dasar:Konsep dan Aplikasi dalam Ilmu Tanah.
Yogyakarta : Deepublish.
Wibowo, A. M. 2013. Peningkatan Pemahaman Konsep Perubahan Materi Melalui
Perbaikan Bahan Ajar. Madrasah: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar. 5(2).

Anda mungkin juga menyukai