Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

IKATAN KIMIA

Oleh

Nama : Novian Rico Saputra

NIM : 211810301001

Kelas/Kelompok : Kimia F/1

Asisten : Rena Santika Pangestu

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. Judul : Ikatan Kimia

II. Tujuan
Tujuan dari praktikum ikatan kimia diantaranya adalah :

- Membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan ion dalam dua senyawa


yang berbeda.
- Mengamati perubahan ikatan kimia unsur klor dari ikatan kovalen
menjadi ikatan ion.

III. Pendahuluan
3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
3.1.1 Asam benzoat (C7H6O2)
Asam benzoate merupakan senyawa yang berbentuk kristal dan serbuk,
berwarna putih, dan tidak memiliki bau. Asam benzoate memiliki berat
molekul 144.10 g/mol, rentang titik didih 450−475o C pada 1.013 hPa dan
kelarutan dalam air 556 g/l pada 20o C . Asam benzoate diidentifikasikan
sebagai senyawa berbahaya yang dapat menyebabkan iritas pada mata. Bilas
mata dengan air mengalir jika terkena cairan ini . Hirup udara segar jika asam
benzoat terhirup dan jika tertelan beri minum air putih sebanyak dua gelas(
Sciencelab, 2021)

3.1.2 Akuades (H2O)


Akuades memiliki rumus kimia yaitu H2O. Akuades dikenal sebagai air
murni. Akuades memiliki sifat fisik berupa cairan dengan berat molekul 18
g/mol dan memiliki pH 7. Akuades memiliki titik didih 100°C dan titik leleh
0°C. Akuades juga memiliki tekanan uap 17,535 mmHg dan memiliki massa
jenis 0,9823 g/mL. Akuades merupakan bahan yang tidak berbahaya apabila
mengenai tangan, tertelan, dan mengenai mata (LabChem, 2021).
3.1.3 Aseton (C3H6O)
Aseton berwujud cairan dan tidak berwarna. Aseton memiliki titik
lebur -95oC dan titik didih 56oC. Aseton memiliki bau yang manis seperti
buah. Aseton larut dalam air, ethanol dan methanol. Aseton dapat
menyebabkan iritasi mata berat dan menyebabkan iritasi kulit ringan. benzena
juga berbahaya jika tertelan dapat mengakibatkan tenggorokan kering, batuk,
mual, iritasi saluran pernapasan dan iritasi selaput lendir hidung serta
membuat pusing. Aseton berbahaya jika terhirup, penanganannya pindahkan
orang yang terpapar keruangan yang berudara segar. Berikan pernapasan
buatan apabila tidak bernapas, jika sulit bernafas berikan oksigen. Dapatkan
bantuan medis apabila masih berkelanjutan. Penanganan jika terjadi kontak
dengan mata, segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit,
apabila masih berlanjut dapatkan bantuan medis. Penanganan apabila terjadi
kontak dengan kulit, basuh kulit dengan banyak air. Lepaskan pakaian dan
sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis jika iritasi berkembang
dan berlanjut, dan jika tertelanjangan dimuntahkan kecuali diarahkan oleh
tenaga medis. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada
orang yang tidak sadar, dapatkan bantuan medis apabila masih berlanjut
(Sciencelab, 2021).

3.1.4 Asam nitrat (HNO3)


Sifat fisik dan kimia dari asam nitrat adalah berwujud cairan, memiliki
warna kuning sampai tidak berwarna, pada saat terkena cahaya berwarna
merah – coklat, berbau menyengat. Memiliki pH larutan 6%, titik lebur -42 -
-38 ° C, titik didih 83 – 122 ° C, tekanan uap 7,3 – 58,5 hPa (20° C), massa
jenis relatif 1,4 – 1,5. Asam Nitrat dapat menyebabkan iritasi kulit dan
bersifat korosif pada logam Asam Nitrat kerusakan pada mata. Asam Nitrat
dijauhkan dari panas. Lepaskan pakaian yang terkontaminasi dan bilas kulit
dengan air selama beberapa menit jika terkena rambut. Bilas mata dengan
hati-hati menggunakan air selama beberapa menit dan lepaskan lensa mata
jika memungkinkan, lalu lanjutkan membilas mata. Asam Nitrat yang tertelan,
segera bilas mulut dan jangan dipaksakan untuk dimuntahkan (LabChem,
2021).

3.1.5 Asam oksalat (C2H2O4)


Asam oksalat merupakan senyawa yang berbentuk padat, berwarna
putih dan tidak memiliki bau. Asam oksalat memiliki berat molekul 126.07
g/mol, kelarutan dalam air 108 g/l pada 25o C dan derajat keasaman (pH) 1
pada 100 g/l 20o C . Asam oksalat diidentifikasikan sebagai senyawa
berbahaya yang dapat menyebabkan kerusakan mata. Gunakan pelindung
mata, jika ingin mereaksikan senyawa ini secara langsung. Keluarkan
praktikan jika Asam oksalat terhidup agar praktikan segera menghirup udara
segar, jika terkena kulit dan mata maka bilaslah dengan banyak air dan
konsultasikan dengan dokter (Sciencelab, 2021).

3.1.6 Asam klorida (HCl)


HCl atau asam klorida merupakan golongan asam kuat. Asam ini
memiliki massa molar 36,46 g/mol. Asam ini merupakan senyawa polar yang
mudah larut dalam air. Wujudnya cair, tidak berwarna, dan bau menyengat.
Hal yang perlu diperhatikan adalah sifat korosifnyaterhadap jaringan tubuh
dan beracun bila dikonsumsi. Asam klorida akan menimbulkanpermasalahan
pada sistem pernapasan, mata, kulit, paru-paru. Apabila terjadi kecelakaan
padapenggunaannya cari pertolongan medis profesional setelah tindakan
pertolongan pertamadilakukan. Apabila larutan mengenai mata segerasiram
mata dengan air berlebih selama 15 menit, mengangkat kelopak mata bawah
dan atas sesekali. Apabila kontak dengan kulit makasegerasiram kulit dengan
air mengalir selama 15 menit dan sesaat kemudian melepaskanpakaian yang
terkontaminasi. apabila tertelan hubungi pihak medis segera (Labchem, 2021).

3.1.7 Natrium Klorida(NaCl)


Garam mempunyai rumus molekul NaCl, NaCl memiliki bentuk fisik
berupa cairan yang tidak memiliki warna dan bau. NaCl memiliki pH 6,6
dengan massa jenis 1 sampai 1,1. NaCl dapat menimbulkan efek yang
berbahaya jika mengenai kulit dan teriritasi kulit termasuk (kategori 1) ,
berpotensi menyebabkan iritasi mata termasuk (kategori 1). Penanganan
pertama yang harus dilakukan ketika NaCl terhirup yaitu bawa praktikan
keluar dari laboratorium untuk menghirup udara segar dan posisikan praktikan
pada posisi yang nyaman untuk bernapas. NaCl yang mengenai kulit
berbahaya maka dari itu segera lepas semua pakaian yang terkontaminasi dan
basuh dengan air. NaCl yang mengenai mata sangat berbahaya oleh kareaa itu,
basuhlah mata dengan air beberapa menit (Labchem, 2021).

3.1.8 Kloroform (CHCl3)


Kloroform mempunyai rumus molekul (CHCl 3). Kloroform memiliki
sifat fisik yaitu berupa cairan tidak berwarna dengan bau yang manis.
Kloroform memiliki sifat kimia yaitu mudah menguap, titik didih 61℃, titik
lebur -63,5℃, tekanan uap 21.1 kPa pada 20℃ dan berat molekul sebesar
119.38 g/mol. Kloroform bersifat sangat sedikit larut dalam air dingin.
Kloroform memerlukan tempat penyimpanan dengan ventilasi yang baik dan
tertutup. Kloroform dapat menyebabkan inhalasi, iritasi, pada mata dan kulit
apabila terjadi kontak langsung. Terjadi kontak secara terus-menerus dengan
kloroform dapat menyebabkan kerusakan system saraf, hati, jantung, dan
ginjal. Kloroform termasuk bahan yang berbahaya, jika tertelan dapat
menyebabkan luka seperti terbakar di mulut dan tenggorokan, nyeri di dada
hingga muntah. Kontak langsung pada kulit dapat dicegah dengan segera bilas
kulit yang terkontaminasi dengan air yang banyak dann mengalir kurang lebih
15 menit. Pertolongan pertama yang diberikan, apabila senyawa ini terhirup
segera dipindahkan ke tempat dengan udara yang lebih segar atau bawa keluar
dari laboratorium. Kontak langsung dengan mata dapat dicegah dengan
membilasnya dengan air. Penanganan pertama apabila kloroform tertelan
yaitu jangan memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak
sadar dan segera hubungi dokter (Sciencelab, 2021).

3.1.9 Kalsium Karbonat/ Serbuk Kapur (CaCO3)


Kalsium Karbonat memiliki rumus molekul CaCO3, kalsium karbonat
memiliki bentuk fisik berupa padatan dan biasa ditemukan berbentuk bubuk
putih serta memiliki warna putih dan tidak memiliki bau. Kalsium Karbonat
mempunyai titik leleh 825°, massa molekul 100,09 gram/mol, massa jenis
2,93 gram/cm3. Kalsium Karbonat dapat menyebakan iritasi kulit yang
termasuk kategori 2, menyebabkan iritasi mata termasuk kategori 2B.
Penanganan pertama yang harus dilakukan ketika terhirup adalah membawa
praktikan ke luar labratorium agar dapat menghirup udara segar dan posisikan
praktikan di posisi yang nyaman untuk bernapas. Pertolongan pertama jika
terkenan kulit yaitu membasuh dengan air mengalir selama 15 menit, cuci
baju yang terkontaminasi dengan kalsium karbonat sebelum digunakan
kembali. Basuh mata dengan air mengalir selama beberapa menit jika terkena
mata (LabChem, 2021).

3.1.10 Timbal (II) Nitrat (Pb(NO3)2)


Timbal (II) nitrat berbentuk padat, tidak berwarna, tidak berbau, dan
memiliki Ph sebesar 3-4 pada 20℃ . Timbal(II) nitrat tidak memiliki titik
nyala, tidak memiliki laju penguapan dan bersifat mudah menyala dalam
bentuk padatan.Timbal(II) nitrat memiliki tekanan uap pada suhu 20℃, tidak
memiliki kapasitas kerapatan uap uap relative, dan memiliki densitas sebesar
4,49 g/mol. Timbal(II) nitrat tidak memiliki kelarutan dalam air sebesar 486
pada 20℃, dan pada suhu 400℃ dapat terbakar sendiri, berukuran rata-rata
368,4 μm dan memiliki densitas curah kira-kira 1.850, merusak mata,
kerusakan organ darah, sistem syaraf pusat, system imun, ginjal melalui
pemaparan berulang. Timbal (II) nitrat dapat menyebabkan kerusakan pada
mata yang serius dan berbahaya bila tertelan atau terhirup. Jika tidak sengaja
terhirup maka pertolongna pertamanya adalah dengan berpindah ke udara
yang lebih segar. Napas terhenti maka segera berikan napas buatan secara
mekanik, jika diperlukan berikan oksigen. Timbal(II) nitrat yang mengenai
kulit harus dibilas dengan iar dan pakaian yang terkontaminasi harus dilepas,
mata yang terkena timbal(II) nitrat harus dibilas dengan air, timbal(II) nitrat
yang tertelan harus diberikan air putih 2 gelas (paling banyak) kepada pesien
(Labchem, 2021).

3.1.11 Kalsium Oksida (CaO)


Kalsium Oksida  biasa disebut dengan kapur memiliki rumus kimia
(CaO). Kapur berbentuk padat atau berupa serbuk berwarna putih dan tidak
berbau. Titik didih dan titik lebur dari sebuk kapur berturut-turut adalah
2850oC dan 2572oC. Tekanan uap dari serbuk kapur tidak diketahui, dengan
berat molekul 56,07 gram/mol. Serbuk kapur dapat larut dengan air. Serbuk
kapur dapat menyebabkan luka bakar kulit yang parah. Penanganan pada mata
yang terkontaminasi kapur yaitu dengan cara membilas dengan air
mengalir.Kulit yang terkontaminasi kapur, lepas pakaian yang terkontaminasi
dan bilas kulit yang terkontamainasi dengan air mengalir. Penyimpanan
serbuk kapur sebaiknya di wadah tertutup rapat, kering, dan letakkan di
tempat sejuk. Derajat keasaman (pH) dari serbuk kapur tidak
diketahui (LabChem, 2021).

3.1.12 Benzena (C 6 H 6 )
Benzene merupakan senyawa yang berbentuk cair, tidak berwarna, dan
memiliki bau yang khas dan memiliki rumus kimia C 6H6. Benzena memiliki
berat molekul 17.11 g/mol, rentang titik didih 80,1o C pada 1.013 hPa dan
kelarutan dalam air 1,88 g/l pada 23,5o C . Benzena memiliki sinyal bahaya
yaitu dapat menyebabkan kerusakan genetic, menyebabkan kanker,
menyebabkan iritasi kulit dan mata serta berbahaya bagi kehidupan perairan
dengan efek jangka panjang. Tindakan pertolongan yang dapat dilakukan jika
terhirup maka segera hirup udara segar, jika terkena kulit dan mata basuhlah
dengan banyak air dan jika tertelan maka beri air jangan sampai korban
memuntahkan senyawanya (Labchem, 2021).

3.1.13 Etanol (C2H5OH)


Etanol mempunyai rumus kimia (C2H5OH). Etanol merupakan senyawa
hidrokarbon yang mengandung gugus OH pada senyawanya. Etanol memiliki
sifat fisika yaitu berwujud cairan, tidak berwarna dan berbau tajam. Etanol
memiliki sifat kimia yaitu mudah terbakar, mudah menguap, bersifat netral,
titik didih 78.5℃, titik leleh -114.1℃ dan berat molekul 46.07 gram/mol.
Alkohol atau etanol dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit, serta
gangguan pernafasan dan pencernaan. Mata yang terkena bahan ini harus
dibilas dengan air selama kurang lebih 15 menit. Kulit yang terkena alkohol
harus segera dibilas dan disabun hingga bersih. Korban yangmenghirup bahan
ini segera dipindahkan ke tempat yang segar. Alkohol yang tertelan tidak
boleh dimuntahkan dan tidak boleh memasukkan apapun kedalam mulut dan
segera menghubungi tim medis untuk mendapatkan perawatan yang lebih.
Etanol memerlukan tempat penyimpanan dengan ventilasi yang baik dan
tertutup (Sciencelab, 202`).

3.1.14 Magnesium klorida (MgCl2)


Magnesium klorida merupakan senyawa kimia dengan rumus MgCl2
yang memiliki wujud fisik padat berwarna putih tetapi tidak memiliki bau.
MgCl2 memiliki titik leleh 116-118 dengan kepadatan spesifik 1569 g/cm2
dan kelarutan dalam air sebesar 167 g/100mL serta suhu dekomposisi 116-
118 . Magnesium klorida (MgCl2) diperkirakan tidak menimbulkan bahaya
yang signifikan dalam kondisi penggunaan normal yang dapat diantisipasi.
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan jika terkena kontak langsung
dengan kulit adalah dengan membasuh kulit dengan sabun dan air diikuti
dengan dibilas menggunakan air hangat. Pertolongan pertama yang dapat
diberikan jika terkena kontak langsung dengan mata adalah membilasnya
dengan hati hati menggunakan air mengalir, jika nyeri segera cari pertolongan
medis (Labchem, 2021).

3.1.15 Petroleum eter


Petroleum eter adalah salah satu bahan kimia yang berbentuk cairan,
tidak berwarna, berbau seperti benzene, memiliki titik lebur <-80oC, memiliki
titik didih sebesar 36-83oC serta bersifat tidak larut dalam air. Petroleum eter
merupakan cairan dan uap amat mudah menyala, berakibat fatal jikatertelan
dan memasuki saluran/jalan udara, dapat menyebabkan iritasi kulit,dapat
menyebabkanmengantuk dan pusing serta bersifattoksik pada kehidupan
perairan dengan efek jangka panjang. Pertolongan pertama setelah menghirup
segera menghirup udara segar dan dikonsultasikan dengan dokter jika merasa
tak sehat. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air. Mata yang terkena cairan
ini, segera bilas dengan air yang banyak dan lepaskan lensa kontak
(Labchem, 2021).

3.1.16 Natrium Hidroksida (NaOH)


NaOH mempunyai Titik leleh 318ºC (604ºF) dan Titik Didih 1390ºC
(2534ºF) berwarna putih dan tidak mudah terbakar. Basuh kulit dengan air
selama minimal 15 menit sambil melepas pakaian dan sepatu yang tercemar
apabila terkena cairan NaOH. Bersihkan pakaian dan sepatu sampai benar-
benar bersih sebelum digunakan kembali. Cuci mata dengan banyak air
sedikitnya selama 15 menit jika terkena cairaan NaOH, kemudian buka tutup
mata beberapa kali. Cari pertolongan medis.Apabila terhirup, hirup udara
segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Berikan oksigen, dan
apabila tertelan berikan beberapa gelas susu atau air, jika terhirup (Labchem,
2021)
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ikatan kimia adalah ilmu yang mempelajari cara atom bergabung


membentuk molekul atau gabungan ion-ion (Haris dan Idrus, 2011). Ikatan
kimia dapat didefinisikan sebagai tarikan antara tom yang ada dalam senyawa.
Konfigurasi elektron menentukan besarnya energi ionisasi dan afinitas
elektron yang dapat memudahkan atom dalam menerima atau melepas
elektron. Besarnya afinitas elektron dan energi ionisasi akan menentukan
perubahan energi apabila reaksi mengalami perubahan ikatan (Nuryono,
2018).

Ikatan kimia dapat terbentuk akibat adanya kecenderungan atom untuk


memiliki konfigurasi elektron yang sama seperti gas mulia. Gas mulia yang
dimaksud yakni unsur – unsur dalam golongan VIIIA kecuali He sehingga
sifatnya stabil yang menyebabkan sukar bereaksi. Atom – atom ataupun ion
yang saling berhubungan, maka dapat dikatakan bahwa terdapat ikatan kimia
diantara kedua atom atau ion tersebut (Goldbery, 2003).

Ikatan kimia secara garis besar dibagi menjadi dua jenis, yaitu ikatan ionik
dan ikatan kovalen. Senyawa ionik yang terbentuk akibat perpindahan
elektron penyusun antaratom sehingga menghasilkan partikel yang bermuatan
yang nantinya akan melakukan tarikan satu sama lain (Nuryono, 2018).
Transfer elektron akan menghasilkan atom yang bermuatan listrik (ion) yang
berlawanan sehingga terjadi gaya tarik – menarik elektrostatik. Ikatan ion
merupakan ikatan kuat karena gaya tarik menarik elektrostatik. Substansi
ionik secara umum yaitu dari interaksi antar logam (Brown dkk., 2012).
Ikatan kovalen merupakan ikatan yang terjadi saat pembentukan senyawa
yang berasal dari bukan logam yang prosesnya bukan melalui transfer
elektron tapi pemakaian bersama elektron. Lewis mengatakan atom bukan
logam dapat membentuk ikatan dengan atom bukan logam dengan cara atom
memberi elektron valensi untuk digunakan bersama. Elektron ikatan dalam
gambaran Lewis selalu terletak diantara atom-atom ikatan tanpa
memperhatikan elektronegativitas atom-atomnya. Senyawa yang terbentuk
dari ikatan kovalen diberinama senyawa kovalen (Sunarya, 2014; Islami dkk.,
2018).

Ikatan kovalen dibagi menjadi tiga jenis, yaitu ikatan kovalen tunggal,
rangkap dua, dan rangkap tiga. Ikatan kovalen tunggal merupakan ikatan yang
terbentuk dari penggunaan bersama sepasang elektron. Atom H dapat
berikatan dengan atom Cl membentuk HCl dengan ikatan kovalen. Ikatan
kovalen rangkap dua adalah ikatan yang terjadi pada dua atom yang berikatan
kovalen menggunakan dua elektron valensi dalam satu ikatan. Ikatan kovalen
rangkap tiga yaitu ikatan yang terjadi pada dua atom yang berikatan kovalen
menggunakan 3 elektron valensi bersama dalam satu paket ikatan (Sunarya,
2014).

Senyawa organik merupakan senyawa yang unsur penyusunnya terdiri


dari atom karbon dan atom hidrogen, oksigen, sulfur, halogen, atau fosfor.
Senyawa organik terdapat di dalam organisme yang bervariasi jumLah atom
dan strukturnya. Atom dari senyawa organik selalu mengandung karbon
sebagai unsur utama senyawahidrokarbon kurang diganti dengan gugus
fungsional (Riswiyanto, 2009). Senyawa organic memiliki senyawa induk
berupa hidrokarbon-alkana, alkena, alkuna, dan hidrokarbon aromatic.
Kereaktifan senyawa organik dapat diramalkan dengan adanya gugus fungsi
yang dimaksud sebagai kelompok atom yang menyebabkan perilaku kimia
(Chang, 2005).

Pembakaran terhadap senyawa organik dibedakan menjadi dua yaitu


sempurna dan tidak sempurna. Pada pembakaran sempurna akan
menghasilkan CO2 dan H2O. Contoh pembakaran sempurna adalah pada
etanol. Pembakaran tak sempurna juga akan menghasilkan CO dan seringkali
C. (Chang, 2005).

Atom bermuatan positif karena melepaskan elektron. Atom tersebut


dinamakan ion positif. Kecenderungan melepas elektron berkaitan dengan
keelektronegatifan. Unsur yang lebih mudah membentuk ion positif ialah
unsur dengan kecenderungan lebih besar untuk melepaskan elektron, antara
lain golongan IA (golongan alkali) dan golongan IIA (golongan alkali tanah).
Atom H dapat melepaskan elektron menjadi ion H+ dan menerima elektron
menjadi ion H- (hidrida). Hal ini bergantung pada keelektronegatifan atom
yang berikatan. Atom bermuatan negatif karena menerima elektron. Atom
tersebut dinamakan ion negatif. Unsur yang mudah menerima elektron ialah
unsur dengan kecenderungan lebih besar untuk menerima elektron, antara lain
golongan VIIA (golongan halogen) dan golongan VIA (Kencanawati, 2012)

Ikatan kovalen merupakan ikatan kimia yang terjadi karena pemakaian


bersama elektron oleh atom-atom yang berikatan. Pasangan elektron yang
dipakai bersama disebut pasangan elektron ikatan (PEI) sedangkan pasangan
elektron valensi yang tidak terlibat dalam pembentukan ikatan kovalen disebut
pasangan elektron bebas (PEB). Ikatan kovalen umumnya terjadi antara atom-
atom unsur non logam (contoh : H2, N2, O2, CL2, F2, dan Br2). Senyawa
yang hanya mengandung ikatan kovalen disebut senyawa kovalen (Chang,
2005).

Ikatan kovalen terjadi ketika masing-masing atom dalam ikatan tidak


memenuhi aturan oktet lalu dengan pemakaian elektron bersama dalam ikatan
kovalen ini masing-masing atom memenuhi jumlah oktetenya. Hal ini
mendapat pengecualian untuk atom H (Yuliana dan Eka, 2014). Jika dua atom
hidrogen berada cukup dekat satu sama lain kedua elektron dari atom-atom
hidrogen itu secara efektif memiliki kedua atom tersebut. Inti atom hidrogen
yang bermuatan positif akan tarik-menarik dengan pasangan elektron yang
digunakan bersama itu, dan secara efektif terbentuk sebuah ikatan. Ikatan
yang terbentuk dari pemakaian secara bersama sepasang elektron atau lebih
dari satu pasang antara dua atom tersebut disebut senyawa kovalen (Goldberg,
2003).

Menurut pembentukannya ikatan kovalen dibagi menjadi tiga yaitu ikatan


kovalen tunggal, rangkap dua dan rangkap tiga. Ikatan kovalen tunggal
merupakan ikatan kovalen yang memiliki 1 pasang PEI (Pasangan Elektron
Ikatan). Contohnya yaitu H2O yang ditulis H – O – H. Ikatan kovalen
rangkap dua merupakan ikatan kovalen yang memiliki 2 pasang PEI
(Pasangan Elektron Ikatan). Contohnya yaitu O2 dan CO2 yang ditulis dengan
O = O dan O = C = O. Ikatan kovalen rangkap tiga merupakan ikatan kovalen
yang memiliki 3 pasang PEI (Pasangan Elektron Ikatan). Ikatan kovalen
terjadi antara atom non logam yang satu dengan atom non logam lainnya
untuk mencapai kestabilan sesuai kaidah duplet atau oktet. Sebagai contoh
yaitu atom P memiliki 5 elektron terluar sedangkan atom Cl memiliki 7
elektron terluar. Untuk mencapai kesetimbangan atom P membutuhkan 3
sedangkan atom Cl membutuhkan 1 elektron lagi. Maka sesuai kaidah oktet,
terbentuklah PCl3. (Ade, 2015).

Ikatan kovalen dapat dibedakan lagi menjadi beberapa kelompok


berdasarkan polarisasi. Pertama, ikatan kovalen non-polar terjadi apabila dua
buah atom atau unsur yang terikat dalam ikatan kovalen memiliki
keelektronegatifan yang sama besar dan tidak akan mengakibatkan
pengutuban atau polarisasi muatan. Contoh ikatan kovalen non-polar yaitu I2,
Br2, H2, dan N2. Kedua ikatan kovalen polar adalaah suatu senyawa yang
terjadi dalam ikatan kovalen polar apabila ada perbedaan keelektronegatifan
yang mengakibatkan terjadinya pengutuban muatan. Misalnya pada senyawa
HF dimana elektron bersamanya digunakan secara tidak seimbang oleh kedua
inti atom H dan inti atom F. Ketiga ikatan kovalen koordinasi adalah pasangan
elektron bersama yang berasal dari sumbangan masing-masing atom.
Pasangan elektron bersama berasal dari satu atom saja, contoh ikatan kovalen
koordinasi misalnya SO3, HNO3, H2SO4, dan NH3Cl (Permana, 2009).

Ikatan logam adalah ikatan kimia yang memiliki ciri-ciri bisa


menghantarkan panas maupun arus listrik , dapat atau mudah ditempa, bersifat
ulet, dan juga bisa diulur menjadi kawat. Pembentukan ikatan ion terjadi
karena adanya perbedaan energi ionisasi dan afinitas elektron suatu atom.
Ikatan logam terdiri dari ion logam positif di larutan elektron yang merupakan
elektron valensi dari setiap atom dan saling bertumpang tindih. Elektron-
elektron tersebut bebas bergerak dan mengelilingi inti di dalam kristal
(Sari,2019).

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari atom pusat


dan ligan. Atom pusat bisa berupa logam transisi, alkali, atau alkali tanah.
Senyawa kompleks terbentuk akibat terjadinya ikatan kovalen koordinasi
antara ion logam pusat dengan suatu ligan (Lestari dkk, 2014). Ligan adalah
spesies yang memiliki satu atom atau lebih yang dapat memberikan sepasang
elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu dalam lengkung
koordinasi. Sehingga ligan juga merupakan basa Lewis dan ion logam adalah
asam Lewis. Ion pusat memberikan orbital dan ligan memberikan pasangan
elektron. Walaupun pandangan ini sekarang dianggap tidak memadai, namun
pandangan ini sudah cukup untuk mengamati bilangan koordinasi ion pusat
dan menggambarkan struktur geometris ion kompleks (Petrucci, 1987).

Sintesis senyawa kompleks melibatkan reaksi antara larutan yang


mengandung molekur atau ion negatif sebagai ligan. Beberapa molekul
organik seperti kupferon, 8-hidroksikuinolin (oksin), benzoilaseton dan lain-
lain, dapat berfungsi sebagai ligan dalam pembentukan kompleks dengan
logam transisi (Lestari, 2014). Teori ikatan kovalen pada ion kompleks
tersebut memiliki beberapa kelemahan, misalnya tidak dapat menjelaskan
asal-usul warna khas ion kompleks. Juga tidak dapat menerangkan mengapa
[Co(NH3)6]3+ merupakan kompleks orbital dalam dan [CoF6]3- kompleks
orbital luar (Petrucci, 1987).

IV. Metodologi Percobaan


4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
- Pembakar spiritus
- Cawan porselin
- Korek api
- Pipet tetes
- Tabung reaksi
- Pipet mohr
- Kaki tiga
- Termometer
- Spot plate
- Tusuk gigi
- Konduktivitas tester
4.1.2 Bahan
- Akuades
- NaCl
- CHCl3
- Pb(NO3)2
- Serbuk CaO
- HNO3
- Benzena
- Spiritus
- Asam oksalat
- Etanol
- Paku
- Asam benzoat
- MgCl2
- Petroleum eter
- NaOH 2M
- Kloroform
- Aseton
- HCl 2M
4.2 Diagram Alir
4.2.1 Membandingkan Ikatan Kovalen dengan Ikatan Ion dalam Dua
Senyawa yang Berbeda
NaCl dan CHCl3
- Diambil 2 tabung reaksi dan diberi tanda I dan II
- Diisi tabung reaksi I dengan 1 mL akuades dan 5
tetes larutan NaCl
- Diisi tabung reaksi II dengan 5 tetes CHCl3
- Ditambah satu tetes Pb(NO3)2 pada masing-
masing tabung reaksi
- Diamati perubahan yang terjadi
Hasil

4.2.2 Mengamati Perbedaan Kelarutan dan Konduktivitas Senyawa Ionik dan


Kovalen

Asam benzoat

- Dibersihkan plate tetes dengan sabun dan air lalu dikeringkan


- Ditempatkan satu ujung spatula asam benzoat pada kolom
pertama sebanyak 3 baris
- Diulangi langkah kedua untuk sampel MgCl2 pada kolom
kedua dan 5 tetes petroleum eter pada kolom ketiga
- Ditambahkan 5 tetes akuades pada masing-masing sampel di
baris pertama, diaduk dengan tusuk gigi lalu diamati dan
dicatat kelarutan relatif dari masing-masing sampel
- Ditambahkan 5 tetes etanol pada masing-masing sampel di
baris kedua, diaduk dengan tusuk gigi lalu diamati dan dicatat
kelarutan relatif dari masing-masing sampel
- Ditambahkan 5 tetes campuran etanol dan akuades pada
masing-masing sampel di baris ketiga, diaduk dengan tusuk
gigi.
- Diuji semua larutan dengan tester konduktivitas (Voltmeter)
Hasil lalu dicatat hasil pengamatan
4.2.3 Perubahan Ikatan Kovalen Menjadi Ikatan Ion

CaO

- Api berwarna biru di tengah. Tabung reaksi digoyang-


goyangkan saat pemanasan
- Dijauhkan tabung dari api kemudian ditambahkan 2 tetes
CHCl3
- Dipanaskan kembali tabung reaksi dan diteteskan 1 tetes
CHCl3, kemudian dipanaskan ulang
- Didinginkan, lalu ditambahkan 1 mL HNO3 pekat
- Dipanaskan tabung reaksi hingga endapan larut dan gas-
gas yang terbentuk hilang
- Didinginkan, kemudian ditambahkan 3 tetes Pb(NO3)2 1%.
Diamati yang terjadi
- Dibandingkan dengan direaksikan CHCl3 dan 3 tetes
Pb(NO3)2 serta dilarutkan CaO dalam 1 mL HNO3 pekat
hingga larut sempurna,, lalu hasilnya ditambah dengan 3
tetes Pb(NO3)2 1%.

Hasil

4.2.4 Reaksi Pembakaran Senyawa Organik


Benzena

- Dilakukan percobaan dalam lemari asam


- Disiapkan cawan porselin lalu diteteskan 2 tetes benzena
- Dibakar dengan korek api
- Diamati yang terjadi
- Diulangi langkah di atas dengan bahan etanol, aseton, dan
kloroform.

Hasil
4.2.5 Reaksi Pemanasan Senyawa Organik
Asam Oksalat

- Disiapkan cawan porselin


- Diisi cawan porselin dengan sedikit kristal asam
oksalat
- Diletakkan di atas kaki tiga dan dipanaskan (dilakukan
dalam lemari asam)
- Dicatatat perubahan yang terjadi meliputi bau,
pembentukan kristal, dan sebagainya
- Diulangi langkah 1-4. Asam oksalat diganti dengan
gula tebu
- Dibersihkan segera gula pada cawan porselin selagi
masih panas agar gula tidak lengket.

Hasil

4.3 Prosedur Kerja


4.3.1 Membandingkan Ikatan Kovalen dengan Ikatan Ion dalam Dua
Senyawa yang Berbeda
Pertama, diambil 2 tabung reaksi serta diberi label I dan II. Tabung
reaksi I diisi dengan 1 mL akuades dan 5 tetes larutan NaCl, sedangkan
tabung reaksi II diiisi dengan 5 tetes CHCl3. Masing-masing tabung reaksi
ditambah dengan satu tetes PB(NO3)2. Langkah terakhir yaitu mengamati
perubahan yang terjadi.
4.3.2 Mengamati Perbedaan Kelarutan dan Konduktivitas Senyawa Ionik
dan Kovalen
Langkah yang harus dilakukan yaitu dibersihkan plate tetes dengan
sabun dan air, lalu dikeringkan. Langkah kedua yaitu satu ujung spatula asam
benzoat ditempatkan pada kolom pertama sebanyak 3 baris. Langkah kedua
diulangi untuk sampel MgCl2 pada kolom kedua dan 5 tetes petroleum eter
pada kolom ketiga. Baris pertama ditambah dengan 5 tetes akuades pada
masing-masing sampel lalu diaduk dengan tusuk gigi, kemudian diamati
kelarutan relatif pada masing-masing sampel dan dicatat hasilnya. Baris kedua
ditambah dengan 5 tetes etanol pada masing-masing sampel lalu diaduk
dengan tusuk gigi, kemudian diamati kelarutan relatif pada masing-masing
sampel dan dicatat hasilnya. Baris ketiga ditambah dengan 5 tetes campuran
etanol dan akuades pada masing-masing sampel lalu diaduk dengan tusuk
gigi. Langkah selanjutnya yaitu diuji semua larutan dengan tester
konduktivitas (Voltmeter), kemudian dicatat hasil pengamatan yang
dilakukan.
4.3.3 Perubahan Ikatan Kovalen Menjadi Ikatan Ion
Tabung reaksi yang kering dan bersih disiapkan, kemudian diisi
dengan 1 sendok CaO. Mula-mula tabung reaksi dipanaskan dengan api yang
kecil kemudian dengan api berwarna biru di tengah. Jangan lupa untuk
menggoyang-goyangkan tabung reaksi saat pemanasan. Pemanasan dilakukan
selama 15 menit. Langkah selanjutnya yaitu tabung reaksi dijauhkan dari api
dalam keadaan tegak, kemudian ditetesi dengan 2 tetes CHCl3. Tabung reaksi
dipanaskan kembali dan ditambahkan 1 tetes CHCl3 lalu dipanaskan. Tabung
reaksi kemudian diinginkan lalu ditambahkan 1 mL HNO 3 setelah dingin.
Langkah selanjutnya yaitu dipanaskan kembali tabung reaksi hingga endapan
larut dan gas-gas yang terbentuk hilang. Tabung reaksi didinginkan kembali
lalu ditambahkan sebanyak 3 tetes. Perubahan yang terjadi setelah perlakuan
diamati. Langkah terakhir yaitu membandingkan CHCl3 yang direaksikan
dengan 3 tetes Pb(NO3)2 1% serta CaO yang dilarutkan dalam 1 mL HNO3
pekat sampai larut sempurna dan hasil yang ditambahkan dengan 3 tetes
Pb(NO3)2 1%.
4.3.4 Reaksi Pembakaran Senyawa Organik
Percobaan ini dilakukan di dalam lemari asam. Hal yang harus
dilakukan yaitu cawan porselin yang telah disediakan diisi dengan 2 tetes
benzena, kemudian dibakar dengan korek api. Perhatikan perubahan yang
terjadi. Langkah-langkah di atas diulangi dengan menggunakan etanol, aseton,
dan kloroform sebagai bahan pengganti benzena.
4.3.5 Reaksi Pemanasan Senyawa Organik
Percobaan reaksi pemanasan senyawa organik dilakukan dalam lemari
asam. Langkah yang harus dilakukan yaitu disiapkan cawan porselin. Cawan
porselin tersebut diisi dengan sedikit kristal asam oksalat. Cawan porselen
kemudian dipanaskan dengan pembakar spiritus. Perubahan yang terjadi
kemudian dicatat, meliputi perubahan bau, pembentukan kristal dan
sebagainya. Langkah-langkah yang telah dilakukan diulangi, dengan
menggunakan gula tebu sebagai pengganti asam oksalat. Gula yang ada pada
cawan perselin segera dibersihkan ketika masih panas agar gula tersebut tidak
lengket dan menempel pada cawan porselin.

V. Data
5.1 Membandingkan Ikatan Kovalen dengan Ikatan Ion dalaam Dua Senyawa
yang berbeda
- Akuades = 1 mL
- NaCl = 5 tetes
- CHCl3 = 5 tetes
- Pb(NO3)2 = 1 tetes
No Perlakuan Hasil

sebelum sesudah

1. a. Membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan ion

Larutan NaCl Larutan tidak -


berwarna

Larutan NaCl + aquadest Larutan tidak


- berwarna

Larutan NaCl + aquadest + Larutan tidak


Pb(NO3)2 - berwarna

Larutan CHCl3 Larutan tidak -


berwarna

Larutan CHCl3 + aquadest Larutan tidak


- berwarna

Larutan CHCl3 + aquadest + - Larutan putih keruh


Pb(NO3)2

5.2 Mengamati Perbedaan Kelarutan dan Konduktivitas Senyawa Ionik dan


Kovalen
- AsamBenzoat = 1 ujung spatula sebanyak 3 baris
pada kolom 1 pelat tetes
- MgCl2 = 1 ujung spatula sebanyak 3 baris
pada kolom 2 pelat tetes
- Petroleum Eter = 2 tetes sebanyak 3 baris pada
kolom pelat tetes
- Akuades = 5 tetes
- Etanol = 5 tetes
- Akuades : Etanol =1:1
- Konduktivitas Asam Benzoat + Aquades = 0,16 V
- Konduktivitas Asam Benzoat + Etanol = 0,19V
- Konduktivitas Asam Benzoat + Aquades + Etanol = 34,5 V
- Konduktivitas MgCl2 + Aquades = 24,6 V
- Konduktivitas MgCl2 + Etanol = 23,5V
- Konduktivitas MgCl2 + Aquades + Etanol = 23,6 V
- Konduktivitas Petroleum Eter + Aquades = 5,7 V
- Konduktivitas Petroleum Eter + Etanol = 1,26 V
- Konduktivitas Petroleum Eter + Aquades + Etanol = 19,2 V
2 b. Perdedaan kelarutan dan konduktivitas senyawa ionik dan kovalen

Padatan Asam benzoat Serbuk putih -

Asam benzoat + aquadest Tidak larut dengan


sisa padatan
-
Konduktivitas=
0,032V

Asam benzoat + etanol Larut membentuk


larutan putih
-
Konduktivitas=
0,176V

Asam benzoat + aquadest + Larut sebagian


etanol Larutan putih dengan
- sisa padatan
Konduktivitas=
0,056V

Padatan MgCl2 Lelehan putih -


kekuningan

Padatan MgCl2+ aquadest Larut membentuk


- larutan kuning pudar
Konduktivitas= 5,66V

Padatan MgCl2+ etanol - Larut membentuk


larutan kuning pudar
Konduktivitas=
4,54V

Padatan MgCl2+ aquadest + Larut membentuk


etanol larutan kuning pudar
-
Konduktivitas=
5,06V

Petroleum Larutan tid


ak

berwarna -

Petroleum + aquadest Tidak larut


- Konduktivitas=
2,84V

Petroleum + etanol Larut membentuk


larutan tidak
-
berwarna
Konduktivitas=
3,76V

Petroleum + aquadest + etanol Tidak larut


- Konduktivitas=
3,76V

5.3 Perubahan Ikatan Kovalen menjadi Ikatan Ion


- Padatan CaO = 1 spatula
- CHCl3 = 2 tetes
- CHCl3 = 1 tetes
- HNO3 Pekat = 1 mL
- Pb(NO3)2 1% = 3 tetes
3. c. Perubahan ikatan kovalen menjadi ikatan ion

Padatan CaO Serbuk putih -

Padatan CaO yang dipanaskan - Padatan putih yang


lengket

Padatan CaO + 2 tetas CHCl3 Dihasilkan


dipanaskan 1 - gelembung dan uap

Padatan + 1 tetes - Dihasilkan


CaO CHCl3 gelembung dan uap
dipanaskan 2
Campuran + HNO3 pekat Dihasilkan banyak
gelembung putih
- Larutan putih keruh
dengan endapan
putih

Campuran + HNO3 pekat + Larutan putih keruh


dipanaskan - tanpa endapan dan
tanpa gelembung

Campuran + HNO3 pekat + - Larutan putih keruh


Pb(NO3)2

CaO + HNO3 pekat + Pb(NO3)2 Larutan -

5.4 Reaksi Pembakaran Senyawa Organik


- Benzene = 2 tetes
- Etanol = 2 tetes
- Aseton = 2 tetes
- CHCl3 = 2 tetes
4. d. Reaksi Pembakaran Senyawa Organik

Benzena Larutan tidak

berwarna -

Benzena dibakar - Api merah-oranye


Awal terjadi ledakan
dan api seketika

redup setelah
ledakan

Etanol Larutan tidak

berwarna -
Etanol dibakar - Api biru pada dasar
cawan. Api stabil
dan tidak meninggi
Tanpa ledakan

Aseton Larutan tidak

berwarna -

Aseton dibakar - Api merah dengan


pangkal api biru
Tanpa ada ledakan,
besar api sedang
tapi meninggi

Kloroform Larutan tidak

berwarna -

Kloroform dibakar - Tidak muncul api

5.5 Reaksi Pemanasan Senyawa Organik


- Asam Oksalat = 1 ujung sendok
- Gula Jawa = 1 ujung sendok
5. e. Reaksi Pemanasan Senyawa organik

Kristal asam oksalat Serbuk putih -

Kristal asam oksalat dipanaskan - Mengeluarkan


banyak asap putih
Larutan tidak
berwarna
Kristal gula jawa Kristal putih -
kekuningan

Kristal gula tebu dipanaskan - Cairan coklat


lengket

Asam Benzoat MgCl2 Petroelum

Akuades 0,032 V 5,66 V 2,84 V

Etanol 0,176 V 4,54 V 3,76 V

Akuades : Etanol 0,056 V 5,06 V 3,76 V


1:1

VI. Hasil dan Pembahasan


6.1 Hasil
6.1.1 Tabel hasil membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan ion dalam
dua senyawa yang berbeda
No Perlakuan Hasil
1. Tabung reaksi 1 diisi 1 mL Larutan tidak bewarna
akuades 5 tetes NaCl
ditambah 1 tetes Pb(NO3)2

2. Tabung reaksi II dari 1 mL Larutan tidak bewarna


akuades dan setetes CHCl3 sedikit keruh dan terdapat
ditambahkan 1 tetes dua fase/lapisan
Pb(NO3)2

6.1.2 Tabel hasil mengamati perbedaan kelarutan dan konduktivitas


senyawa ionik dan kovalen
No Senyawa Pelarut Kelarutan Konduktivitas
.

1. Asam Akuades Tidak larut 0,032V


benzoat
(kovalen)

2. Asam Etanol Larut 0,176V


benzoat
(kovalen)

3. Asam Akuades Larut 4,54V


benzoat
Etanol
(kovalen)

4. MgCl2 Akuades Larut 5,06V


(ionik)

5. MgCl2 Etanol Larut 2,84V


(ionik)

6 MgCl2 Akuades Larut 3,76V


(ionik)
Etanol
7. Petrolium Akuades Tidak larut 3,76V
(kovalen)

8. Petrolium Etanol Larut 1,26V


(kovalen)

9. Petrolium Akuades Larut 19,2V


(kovalen)
Etanol

6.1.3 Tabel hasil perubahan ikatan kovalen menjadi ikatan ion


No. Perlakuan Hasil

1. Membakar padatan CaO selama Padatan putih


15 menit

2. CaO ditetesi CHCl3 Keabu-abuan

3 CaO dipanaskan dan ditetesi Padatan putih


CHCl3

4 Dipanaskan kembali CaO yang Padatan putih


sdah ditetesi CHCl3 ditunggu
dingin lalu ditetesi HNO3

5 Didinginka dan ditambah 3 tetes Larutan kuning


Pb(NO3)2
Tidak bewarna atau
jernih

6 Mereaksikan CHCl3 dengan 3 larutan tidak


tetes Pb(NO3)2 bewarna

7 MereaksikaN CaO dengan HNO3 Tidak bewarna


dan 3 tetes Pb(NO3)2
Terbentuk dua fase

6.1.4 Tabel hasil reaksi pembakaran senyawa organik


No Senyawa Intensitas nyala Warna nyala
.

1. Benzena Terang Berwarna oren,


nyala api agak besar
dan terang

2. Etanol Redup Berwarna biru,


nyala api stabil, dan
redup

3. Aseton Terang Berwarna kuning


keorenan, nyala api
kecil dan meninggi,
dan terang

4. Kloroform Mati Tidak ada nyala api

6.1.5 Tabel hasil perubahan ikatan kovalen menjadiikatan ion


No Senyawa Hasil
.

1. Asam oksalat Warna coklat, menggumpal, dan


(kovalen) berbau menyengat

2. Gula tebu (kovalen) Warna coklat dan dengan bentuk


lelehan karamel

6.2 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang ikatan kimia. Ikatan kimia adalah
ilmu yang mempelajari cara atom bergabung membentuk molekul atau
gabungan ion-ion (Haris dan Idrus, 2011). Ikatan kimia pada praktikum kali
ini meliputi ikatan ion dan ikatan kovalen. Ikatan ion merupakan ikatan kuat
karena gaya tarik menarik elektrostatik. Substansi ionik secara umum yaitu
dari interaksi antar logam (Brown dkk., 2012). Ikatan kovalen merupakan
ikatan yang terjadi saat pembentukan senyawa yang berasal dari bukan logam
yang prosesnya bukan melalui transfer elektron tapi pemakaian bersama
elektron.
Ikatan kovalen merupakan ikatan kimia yang terjadi karena pemakaian
bersama elektron oleh atom-atom yang berikatan. Pasangan elektron yang
dipakai bersama disebut pasangan elektron ikatan (PEI) sedangkan pasangan
elektron valensi yang tidak terlibat dalam pembentukan ikatan kovalen
disebut pasangan elektron bebas (PEB). Ikatan kovalen umumnya terjadi
antara atom-atom unsur non logam (contoh : H2, N2, O2, CL2, F2, dan Br2).
Senyawa yang hanya mengandung ikatan kovalen disebut senyawa kovalen
(Chang, 2005).
Percobaan pertama mengenai perbandingkan ikatan kovalen dengan
ikatan ion dalam dua senyawa yang berbeda. Percobaan ini menggunakan 2
tabung reaksi dengan menggunakan 2 larutan yang berbeda yaitu NaCl dan
CHCl3 yang dicampur dengan Pb(NO3)2. Tabung reaksi 1 diisi 1 mL akuades
5 tetes NaCl ditambah 1 tetes Pb(NO3)2. Hasil reaksi dari percobaan tersebut
yaitu tidak ada perubahan. Meninjau dari beberapa bacaan pada reaksi ini
sebenarnya terdapat hasil yang berupa larutan NaNO3 dan padatan PbCl2 .
Keeroran pada hasil kali ini terjadi mungkin dikarenakan pada waktu
pemanasan panas yang diperoleh tidak maksimal sehingga tidak membentuk
endapan. . Hal pertama yang dilakukan adalah mengambil dua tabung reaksi
yang telah diberi tanda I dan tanda II. Tabung reaksi 1 kemudian diisi dengan
1 ml akuades dan 5 tetes larutan NaCl. Tujuan dari penambahan akuades
adalah untuk melarutkan NaCl agar dapat terionisasi. Persamaan reaksinya
adalah sebagai berikut
NaCl(aq) + H2O(l)- Na+ (aq) + Cl- (aq)

Setelah itu campuran dari NaCl dan akuades tersebut ditambah dengan
Pb(NO3)2 sebanyak satu tetes yang bertujuan sebagai indikator keberadaan
ikatan ion dengan ditandai dengan adanya endapan. Hasil dari perlakuan
tersebut yaitu larutan tak berwarna dan adanya endapan PbCl, Persamaan
reaksinya adalah sebagai berikut.
2NaCl(ag) + Pb(NO3)2) → PbCl(aq) + 2NaNO(aq)
Fungsi Pengocokan pada tabung reaksi adalah untuk memberikan energi
potensial agar senyawa dapat bercampur larut dengan sempurna. Fungsi
penambahan aquades pada tabung 1 adalah untuk mengubah fasa NaCl
menjadi aquaous. Fungsi penambahan Pb(NO3)2(aq) pada masing masing
larutan adalah untuk memunculkan sifat ikatan antara kedua sampelnya, baik
itu garam atau klorofrom. Reaksi yang benar menghasilkan endapan dapat
dibuktikan sebagai berikut:
NaCl(aq) + Pb(NO3)2(aq) NaNO3(aq) + PbCl2(s)
Pada Tabung reaksi II berisi 1 mL akuades dan setetes CHCl 3 ditambahkan 1
tetes Pb(NO3)2. Hasil dari reaksi tersebut yaitu larutan tidak bewarna sedikit
keruh dan terdapat dua fase/lapisan. Hasil dari percobaan tersebut telah
benar karena pada berbagai bacaan dijelaskan bahwa hasil reaksi dari CHCl3
dengan Pb(NO3)2 yaitu larutan keruh dan terdapat dua fasa karena larutan
tidak tercampur dengan sempurna dantidak menghasilkan senyawa lain
karena CHCl3 adalah senyawa kovalen yang sukar bereaksi dengan senyawa
lain.
Dari hasil yang didapatkan dari tabung I, menandakan bahwa adanya
ikatan kimia yaitu ikatan ionik. Pb bereaksi dengan Cl dan menghasilkan
larutan yang keruh dikarenakan Pb merupakan logam transisi sehingga dapat
mengikat unsur Cl (Pranowo, 2020). Pada tabung kedua diisi dengan 5 tetes
CHCI3 dan ditambahkan satu tetes Pb(NO3)2. Penambahan Pb(NO3)2
sebanyak satu tetes yang bertujuan sebagai indikator keberadaan ikatan ion
dengan ditandai dengan adanya endapan. Hasil yang didapat adalah larutan
putih keruh tanpa endapan. Persamaan reaksinya ada lah sebagai berikut.
CHCl3(ag) + 3Pb(NO3)2(aq) → 6NO(aq) + 3PbCl(aq) +CH(aq)

Berdasarkan hasil yang didapat, menandakan bahwa CHCI3 padà


tabung II adalah ikatan kovalen, Hal ini dibuktikan saat CHCI3 direaksikan
dengan Pb(NO3)2 tidak menghasilkan endapan namun larutan menjadi putih
keruh. Pb(NO3)2 sendiri adalah indikator ikatan ion dengan adanya
endapan. Hal itu tidak terjadi pada CHCI3 Sehingga dapat disimpulkan
bahwa CHCI3 adalah ikatan kovalen. Perbedaan antara ikatan ion dan
kovalen adalah pada ikatan kovalen tidak menghasilkan endapan sedangkan
ikatan ion menghasilkan endapan.
Percobaan yang kedua yaitu mengamati perbedaan kelarutan dan
konduktivitas senyawa ionik dan kovalen. Perlakuan pertama yaitu dengan
asam benzoat. Langkah pertama yang dilakukan yaitu asam benzoat
ditempatkan pada kolom pertama dan ditambahkan akuades sebanyak lima
tetes dan diaduk dengan tusuk gigi. Hasilnya yaitu asam benzoate tidak larut
dalam akuades.

Langkah selanjutnya yaitu menambahkan lima tetes etanol kedalam asam


benzoate di baris kedua. Hasilnya ialah asam benzoate larut dalam etanol
dan membentuk larutan putih. Kemudian asam benzoate yang terlarut
ditambahkan dengan akuades serta etanol di baris ketiga. Hasilnya yaitu
asam benzoate terlarut sebagian dalam campuran etanol dengan akuades.
Konduktivitas yang didapat dari tiga langkah diatas yaitu 0,032 V, 0,176 V
dan 0,056 V Dapat disimpulkan bahwa asam benzoate bukan merupakan
senyawa ionik melainkan merupakan senyawa kovalen.
Perlakuan selanjutnya yaitu dengan menggunakan MgCl2. Langkah yang
pertama yaitu dengan menambahkan lima tetes akuades pada MgCl 2di baris
pertama.Akuades berfungsi untuk melarutkan MgCl2. Pada langkah ini
didapatkan hasilnya yaitu MgCl2 tersebut larut dalam akuades dan
menghasilkan larutan berwarna kuning pudar dengan konduktivitas sebesar
24,6 V.

Langkah berikutnya yaitu dengan menambahkan etanol sebanyak lima


tetes pada MgCl2di baris kedua. Pada langkah ini didapatkan hasilnya yaitu
MgCl2tersebut terlarut dalam etanol serta larutannya berwarna kuning pudar
dengan konduktivitas sebesar 23,5 V. Langkah yang ketiga yaitu dengan
menambahkan lima tetes akuades dan lima tetes etanol ke dalam MgCl 2di
baris ketiga. Pada langkah ini didapatkan hasilnya yaitu MgCl2terlarut dalam
akuades dan etanol serta berwarna kuning pudar dengan konduktivitas
sebasar 23,6 V. Dapat disimpulkan bahwa MgCl2 dapat terlarut dalam
akuades dan etanol. Selain itu juga, hasil dari konduktivitas masing-masing
langkah menunjukkan bahwa MgCl2 memiliki kemungkinan yaitu tidak
dapat untuk menghantarkan listrik.

Perlakuan yang terakhir pada mengamati perbedaan kelarutan dan


konduktivitas senyawa ionik dan kovalen yaitu dengan menggunakan
petroleum eter. Yang pertama yaitu dengan menambahkan akuades sebanyak
lima tetes kedalam petroleum eter di baris pertama. Hasil yang didapatkan
yaitu petroleum eter tidak larut dalam akuades dan memiliki konduktivitas
sebesar 5,7 V. Selanjutnya yaitu petroleum eter ditambah dengan lima tetes
etanol di barisan kedua. Hasil yang didapatkan ialah terlarut dengan
membentuk larutan yang tidak berwarna serta memiliki konduktivitas
sebesar 1,26 V. Dan yang terakhir pada baris ketiga, petroleum eter
ditambahkan dengan masing-masing lima tetes akuades dan etanol. Hasilnya
yaitu petroleum eter tidak larut dan memiliki konduktivitas sebesar 19,2 V.
Hal ini dikarenakan petroleum eter tidak dapat larut didalam air melainkan
dapat larut dalam etanol.
Senyawa MgCl2 memilki sifat kimia yaitu berupa lelehan berwarna putih
kekuningan. Perlakuan MgCl2 dicampur dengan aquadest akan larut
membentuk larutan kuning pudar. Hal ini dikarenakan larutan MgCl2
senyawa ionik yang bersifat polar dan air juga bersifat polar. MgCl 2
dicampur dengan etanol akan larut membentuk larutan kuning pudar. MgCl2
dicampurkan dengan aquadest dan etanol akan larut membentuk larutan
kuning pudar. Fungsi etanol adalah untuk menguji MgCl2 termasuk senyawa
kovalen atau ion. Oleh karena itu, perlakuan ditambahkan aquadest dan
etanol tidak mengalami perubahan. MgCl2 yang direaksikan dengan akuades
menghasilkan konduktivitas sebesar 5,66 V sedangkan konduktivitas saat
direaksikan dengan etanol yaitu 4,54 V dan konduktivitas saat direaksikan
dengan campuran etanol dan akuades yaitu 5,06 V. Hasil percobaan dari
beberapa perlakuan terhadap MgCl2 dapat diketahui bahwa MgCl2 dapat
menghantarkan arus listrik karena memiliki konduktivitas yang tergolong
besar. Hal ini dikarenakan bahwa MgCl2 merupakan senyawa ionik yang
mana jika direaksikan dengan beberapa larutan yaitu akuades, etanol dan
campuran akuades dan etanol akan menyebabkan ion – ion tersebut terurai
Percobaan ketiga yaitu mengamati perubahan ikatan kovalen menjadi
ikatan ion. Bahan utama yang digunakan yaitu serbuk CaO. Serbuk CaO
dipanaskan selama 15 menit kemudian ditambahkan 2 tetes CHCl3 dalam
posisi tegak, lalu dipanaskan kembali dan ditambahkan 1 tetes CHCl3 dan
didinginkan, setelah dingin ditambahkan 1 mL HNO 3 pekat. Proses
perubahan reaksi kovalen menjadi reakasi ion dengan cara menambahkan
CaO ke CHCl3 agar menjadikan larutan tersebut menjadi ikatan ion. Reaksi
kimia yang terjadi yaitu:
CHCl3(aq) + CaO(s) CO2(aq) + H2O(l) + CaCl2(s)
Dipanaskan kembali hingga endapan yang terbentuk larut dan gas-gas
yang terbentuk hilang dan dinginkan. Fungsi perlakuan tersebut untuk
melarutkan endapan dan menghilangkan gas-gas terbentuk. Fungsi HNO3
untuk melarutkan endapan. Kemudian dihasilkan larutan berwarna kuning.
Reaksi kimia yang terjadi yaitu:

CaCl2(s) + HNO3(l) Ca(NO3)2(s) + 2HCl(l)


Setelah dingin ditambahkan 3 tetes Pb(NO3)2. Penambahan Pb(NO3)2
untuk mengetahui reaksi tersebut menghasilkan senyawa ion. Reaksi kimia
yang terjadi yaitu:

Ca(NO3)2(s) + Pb(NO3)2(aq) Ca(NO3)2(s) + Pb(NO3)2(aq)


Hasil dari ketiga tabung reaksi tersebut yaitu tidak berwarna dan
berbentuk cair, kecuali pada pemanasan CaO dengan HNO3 pekat dan
Pb(NO3)2. Reaksi dari pencampuran CaO dengan HNO3 pekat adalah
sebagai berikut:

2CaO (s) + 4HNO3 (l) → 2Ca(NO3)2 (s) + 2H2O (l)

Percobaan selanjutnya yaitu pencapuran campuran tersebut dengan


Pb(NO3)2. Penambahan Pb(NO3)2 pada larutan campuran bertujuan untuk
mengubah senyawa kovalen (CaO) menjadi senyawa ion. Reaksi kimia yang
tebentuk adalah sebagai berikut.

2Ca(NO3)2 (s) + Pb(NO3)2 (aq) → 2Ca(NO3)2 (s) + Pb(NO3)2 (aq)

Reaksi yang dihasilkan CaO yang semakin padat karena teroksidasi. Pada
saat di tetesi CHCl3 terbentuk endapan putih karena terbentuk ikatan kimia
karena CaO dan CHCl3 berikatan secara kovalen. Atom C diubah menjadi
ikatan ion dengan mengganti atom C dan Ca, yang membentuk ikatan kimia
oleh ikatan kovalen yang dapat dirubah menjadi ikatan ion. Sehingga
terbentuklah senyawa baru yang keruh, namun setelah di tambah dengan
HNO3 pekat larutan kembali menjadi jernih lagi . HNO3 berfungi untuk
melarutkan endapan.

Percobaan keempat yaitu mengamati reaksi pembakaran senyawa


organik. Sampel yang digunakan adalah benzena, etanol, aseton, dan CHCl3.
Masing-masing sampel ditempatkan pada cawan porselin kemudian dibakar.
Fungsi dari perlakuan tersebut adalah untuk mengetahui perubahan warna
yang terjadi dan membandingkan nyala api sampel satu dengan yang
lainnya. Sampel benzene ketika dibakar menghasilkan warna nyala api
oranye terang dengan nyala api besar yang memenuhi cawan porselen.
Bahan etanol yang dibakar menghasilkan warna nyala api biru dan stabil.
Sampel aseton yang dibakar menghasilkan warna nyala api kuning, sedang
dan meninggi. Sampel CHCl3 tidak menghasilkan warna nyala api. Benzene,
etanol, dan aseton mudah terbakar karena memiliki kandungan karbon dan
hidrokarbon yang berikatan dengan oksigen sehingga mudah terbakar.
Sampel kloroform yang dibakar tidak menghasilkan nyala api, dikarenakan
kloroform mengandung CO2 yang tidak dapat bereaksi dengan H2O.
Benzena awalnya larutan yang tidak berwarna kemudian dibakar
menghasilkan api orange dan diawal terjadi ledakan api setelah itu api
seketika redup dengan reaksi sebagai berikut
2C₆H₆(s) +15O₂(g) → 12CO₂(g) + 6H₂O(l)

Sampel selanjutnya yang dibakar adalah etanol. Etanol larutan tidak


berwarna dibakar menghasilkan api biru pada dasar cawan, api tersebut
stabil dan tidak meninggi serta tidak ada ledakan yang terjadi. Reaksi
persamaanya adalah :
C₂H₅OH(aq) + 3O₂(g) → 2CO₂(g) + 3H₂O(l)

Kemudian aseton, aseton awalnya larutan tidak berwarna, aseton yang


dibakar menghasilkan api merah dengan pangkal oren, tidak ada ledakan,
dan besar api sedang tapi meninggi. Meningginya api disebabkan oleh aseton
yang melepaskan banyak kalor. Persamaan reaksinya adalah :
C₃H₆O(aq) + 4O₂(g) → 3CO₂(g) + 3H₂O(g)

Sampel ke empat yaitu kloroform. Kloroform awalnya berupa larutan


tidak berwarna dibakar hasilnya tidak muncul api pada cawan. Hal ini terjadi
karena kloroform tidak bisa mengalami pembakaran secara sempurna seperti
sampel- sampel sebelumnya. Berikut persamaan reaksinya :
CHCl₃(aq) + O₂(g) → CO₂(g) + HCl₃(g)

Dari percobaan yang dilakukan diatas hasil yang didapatkan sudah sesuai
dengan literatur yang saya temukan yang menjelaskan bahwa bahwa etanol
terbakar dengan nyala apa biru keorenan, dan aseton terbakar degan nyala
api oren. Koroform dan formalin tidak terbakar. Pada sampel etanol dan
aseton mudah terbakar sama halnya bensin yang mudah terbakar karena pada
etanol dan aseton memiliki rantai yang terdiri dari kandungan karbon dan
hidrokarbon yang mudah berikatan dengan oksigen sehingga mudah
terbakar. Kloroform dan formalin memiliki sifat tidak mudah terbakar
(Aulia, 2020).
Percobaan kelima yaitu mengamati reaksi pemanasan senyawa organic.
Sampel yang digunakan adalah asam oksalat (H2C2O4) dan gula jawa.
pertama asam oksalat (C₂H₂O₄) dipanaskan dengan menggunakan cawan
porselin.Fungsi perlakuan tersebut untuk melarutkan endapan dan
menghilangkan gas-gas terbentuk. Setelah dipanaskan, beberapa saat
kemudian kristal asam oksalat mencair dan akhirnya membentuk kristal
kembali, proses ini dinamakan kristalisasi. Bau yang dihasilkan sangat
menyengat, hal ini menunjukan bahwa terjadi reaksi dalam proses
kristalisasi ini. Persamaan reaksi sebagai berikut:
(COOH)₂(s) → HCOOH(s) + 2CO₂(g) + H₂O(l)

HCOOH (s) → CO(g) + H₂O(g)

Kemudian gula pasir dipanaskan setelah dipanaskan beberapa saat


kemudiangula pasir mencair dan berwarna coklat namun tidak
mengeluarkan bau yang menyengat seperti asam oksalat, bau yang
dihasilkan sangat enak proses dari pemanasan senyawa gula ini
dinamakan karamelisasi. Warna coklat yang dihasilkan berasal dari
karbon yang dihasilkan pada reaksi pemanasan tersebut. Persamaan
reaksinya sebagai berikut :
C₁₂H₂₂O₁₁(s) + O₂(g) → CO₂ (g) + 11H₂O(l) + 11C(s)

Asam oksalat yang dipanaskan menjadi cair, menghasilkan asap dan


berbau menyengat. Reaksi kimia yang terjadi yaitu:
2H2C2O4(s) + 2O2(g) C2H2O(s) + 2CO2(g) + H2O(l)
Pada sampel gula yang dipanaskan menjadi cair dan berubah warna
menjadi coklat hingga coklat kehitaman. Warna coklat tersebut berasal dari
karbon dari reaksi pembakaran tersebut.Reaksi kimia yang terjadi yaitu:
C12H22O11(s) + O2(g) CO2(g) + 11H2O(l) + 11C(s)

VII. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam praktikum ikatan kimia ini yaitu:
1. Membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan ion dapat dilakukan dengan
melakukan suatu percobaan salah satunya dengan menggunakan larutan NaCl dan
ditambahkan dengan akuades dan larutan Pb(NO3)2yang didapati hasilnya yaitu
larutan tidak berwarna. Selanjutnya yaitu larutan CHCl 3yang ditambahkan dengan
Pb(NO3)2menghasilkan larutan berwarna putih keruh. Jadi NaCl merupakan ikatan
ionik dan CHCL3 meupakan ikatan kovalen.
2. Perubahan ikatan kimia yang semula merupakan ikatan kovalen kemudian menjadi
ikatan ion dapat diketahui melalui percobaan salah satunya yaitu pemanasan CaO
selama 15 menit yang bertujuan untuk mempercepat reaksi dan menghasilkan
larutan CaO yang berwarna putih dan bentuknya lebih padat.
DAFTAR PUSTAKA

Brown, T. L., L. Eugene., E. B. Bruce., J. M. Catherine., dan M. W. Patrick. 2012.


Chemistry The Central Science. Amerika Serikat : Pearson Prentice Hall.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar Konsep – Konsep Inti. Jakarta : Erlangga.
Goldberg, D. E. 2003. Kimia Untuk Pemula. Jakarta : Erlangga.
Haris, M, dan S. W. A. Idrus. 2011. Analisis Kesulitan Belajar Kimia Ditinjau Dari
Kesalahan Konsep Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Mataram. Jurnal Pijar
MIPA. 6(2) : 77 – 80.
Islami, D., S. Suryaningsih., dan E. S. Bahriah. 2018. Identifikasi Miskonsepsi Siswa
Pada Konsep Ikatan Kimia Menggunakan Tes Four-Tier Multiple-Choice
(4TMC). Jurnal Riset Pendidikan Kimia. 9(1) : 21 – 29.
Labchem. 2021. Material Safety Data Sheet Akuades [serial online].
www.labchem.com diakses pada 29 Oktober 2021.
Labchem. 2021. Material Safety Data Sheet NaCl [serial onlien].
www.labchem.com diakses pada September 2021.
Labchem. 2021. Material Safety Data Sheet Pb( NO 3) [serial online].
www.labchem.com diakses pada 29 Oktober 2021.
Labchem. 2021. Material Safety Data Sheet Serbuk CaO [serail online].
www.labchem.com diakses pada 29 Oktober 2021.
Labchem. 2021. Material Safety Data Sheet H NO 3 [serial online].
www.labchem.com diakses pada 29 Oktober 2021.
Labchem. 2021. Material Safety Data Sheet Benzena [serial online].
www.labchem.com diakses pada 29 Oktober 2021.
Labchem.2021. Material Safety Data Sheet of Magnesium chloride (MgCl2)
[serial online] https:// www.labchem.com (diakses pada 1 November 2021).
Labchem .2021. Material Safety Data Sheet of Sodium Hydroxide (NaOH)
[serial online] https://www.labchem.com (diakses pada 1 November 2021).
Labchem.2021. Material Safety Data Sheet of Hydrochloric Acid (HCl)
[serial online] https:// www.labchem.com (diakses pada 1 November 2021).
Labchem .2021. Material Safety Data Sheet of Petroleum Eter
  [serial online] https:// www.labchem.com (diakses pada 1 November 2021).
Nuryono, 2018. Kimia Anorganik Struktur dan Ikatan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
ScienceLab .2021. Material Safety Data Sheet of Cloroform (CHCl 3)
[serial online] https:// www.sciencelab.com (diakses pada 1 November 2021).
ScienceLab .2021. Material Safety Data Sheet of Oxalic Acid(C 2 H 2 O 4).
[serial online] https:// www.sciencelab.com (diakses pada 1 November 2021).
ScienceLab .2021. Material Safety Data Sheet of Ethanol(C 23 H 6O)
[serial online] https:// www.sciencelab.com (diakses pada 1 November 2021).
ScienceLab .2021. Material Safety Data Sheet of Benzoic Acid¿ ¿COOH)
[serial online] https:// www.sciencelab.com (diakses pada 1 November 2021).
ScienceLab .2021. Material Safety Data Sheet of Aceton(C 3 H 6O)
  [serial online] https:// www.sciencelab.com (diakses pada 1 November
2021).
Sunarya, Y. 2014. Kimia Dasar 1. Bandung : CV Yrama Widya.
LAMPIRAN

a. Membandingkan Ikatan Kovalen dan Ikatan Ionik

b. Kelarutan dan Konduktivitas Senyawa Ionik dan Kovalen

c. Perubahan Ikatan Kimia Unsur dan Ikatan Kovalen Menjadi Ikatan Ion

d. Reaksi Pembakaran Senyawa Organik

Benzena Etanol
Aseton Kloroform

e. Reaksi Pemanasan Senyawa Organik

LAMPIRAN

No Perlakuan Hasil

sebelum sesudah

1. a. Membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan ion

Larutan NaCl Larutan tidak -


berwarna

Larutan NaCl + aquadest Larutan tidak


- berwarna

Larutan NaCl + aquadest + Larutan tidak


Pb(NO3)2 - berwarna

Larutan CHCl3 Larutan tidak -


berwarna

Larutan CHCl3 + aquadest Larutan tidak


- berwarna

Larutan CHCl3 + aquadest + - Larutan putih keruh


Pb(NO3)2

2 b. Perdedaan kelarutan dan konduktivitas senyawa ionik dan kovalen

Padatan Asam benzoat Serbuk putih -

Asam benzoat + aquadest Tidak larut dengan


sisa padatan
-
Konduktivitas=
0,032V

Asam benzoat + etanol - Larut membentuk


larutan putih
Konduktivitas=
0,176V

Asam benzoat + aquadest + Larut sebagian


etanol Larutan putih dengan
- sisa padatan
Konduktivitas=
0,056V

Padatan MgCl2 Lelehan putih -


kekuningan

Padatan MgCl2+ aquadest Larut membentuk


- larutan kuning pudar
Konduktivitas= 5,66V

Padatan MgCl2+ etanol Larut membentuk


- larutan kuning pudar
Konduktivitas= 4,54V

Padatan MgCl2+ aquadest + Larut membentuk


etanol larutan kuning pudar
-
Konduktivitas= 5,06V

Petroleum Larutan tida


k

berwarna -

Petroleum + aquadest Tidak larut


-
Konduktivitas= 2,84V

Petroleum + etanol Larut membentuk


larutan tidak
-
berwarna
Konduktivitas= 3,76V

Petroleum + aquadest + etanol Tidak larut


-
Konduktivitas= 3,76V

3. c. Perubahan ikatan kovalen menjadi ikatan ion

Padatan CaO Serbuk putih -

Padatan CaO yang dipanaskan - Padatan putih yang


lengket
Padatan CaO + 2 tetas CHCl3 Dihasilkan
dipanaskan 1 - gelembung dan uap

Padatan + 1 tetes Dihasilkan


CaO CHCl3 - gelembung dan uap
dipanaskan 2

Campuran + HNO3 pekat Dihasilkan banyak


gelembung putih
- Larutan putih keruh
dengan endapan
putih

Campuran + HNO3 pekat + Larutan putih keruh


dipanaskan - tanpa endapan dan
tanpa gelembung

Campuran + HNO3 pekat + - Larutan putih keruh


Pb(NO3)2

CaO + HNO3 pekat + Pb(NO3)2 Larutan -

4. d. Reaksi Pembakaran Senyawa Organik

Benzena Larutan tidak

berwarna -

Benzena dibakar - Api merah-oranye


Awal terjadi ledakan
dan api seketika

redup setelah
ledakan

Etanol Larutan tidak

berwarna -

Etanol dibakar - Api biru pada dasar


cawan. Api stabil
dan tidak meninggi
Tanpa ledakan

Aseton Larutan tidak


berwarna -

Aseton dibakar - Api merah dengan


pangkal api biru
Tanpa ada ledakan,
besar api sedang
tapi meninggi

Kloroform Larutan tidak

berwarna -

Kloroform dibakar - Tidak muncul api

5. e. Reaksi Pemanasan Senyawa organik

Kristal asam oksalat Serbuk putih -

Kristal asam oksalat dipanaskan - Mengeluarkan


banyak asap putih
Larutan tidak
berwarna
Kristal gula jawa Kristal putih -
kekuningan

Kristal gula tebu dipanaskan - Cairan coklat


lengket

Asam Benzoat MgCl2 Petroelum

Akuades 0,032 V 5,66 V 2,84 V

Etanol 0,176 V 4,54 V 3,76 V

Akuades : Etanol 0,056 V 5,06 V 3,76 V


1:1

1. Tabel Hasil Percobaan Membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan ion

No Perlakuan Hasil

1. Larutan NaCl + Aquadest Larutan Tidak Bewarna

2. Larutan NaCl + Aquadest + Larutan tidak berwarna


Pb(NO3)2

3. Larutan CHCl3 + Aquadest Larutan tidak berwarna

4. Larutan CHCl3 + Aquadest + Larutan putih keruh


Pb(NO3)2

2. Tabel Hasil Perbedaan Percobaan Kelarutan dan Konduktivitas Senyawa


Ionik dan Kovalen

No Perlakuan Hasil

1. Asam benzoat + Aquadest Tidak larut dengan sisa padatan


Konduktivitas= 0,032V

2. Asam Benzoat + Etanol Larut membentuk larutan putih


Konduktivitas= 0,176V

3. Padatan MgCl2 + Etanol Larut membentuk larutan kuning pudar


Konduktivitas= 4,54V
4. Padatan MgCl2 + Aquadest + Larut membentuk larutan kuning pudar
Etanol Konduktivitas= 5,06V

5. Petrolium + Aquadest Tidak larut Konduktivitas= 2,84V

6. Petrolium + Etanol Larut membentuk larutan tidak berwarna


Konduktivitas= 3,76V
7. Petrolium + Aquadest + Larut membentuk larutan tidak berwarna
Etanol Konduktivitas= 3,76V

3. Tabel Hasil Percobaan Perubahan Ikatan Kovalen menjadi Ikatan Ion

No Perlakuan Hasil

1. Padatan CaO yang Padatan putih yang lengket


dipanaskan

2. Padatan CaO + 2 tetas Dihasilkan gelembung dan uap


CHCl3+dipanaskan 1

3. Padatan CaO + 1 tetes Dihasilkan gelembung dan uap


CHCl3+dipanaskan 2

4. Campuran + HNO3 pekat Dihasilkan banyak gelembung putih


Larutan putih keruh dengan endapan
putih

5. Campuran + HNO3 pekat + Larutan putih keruh tanpa endapan dan


dipanaskan tanpa gelembung
6. Campuran + HNO3 pekat + Larutan putih keruh
Pb(NO3)2

7. CaO + HNO3 pekat + Larutan putih keruh


Pb(NO3)2

4. Tabel Hasil Reaksi Pemanasan Senyawa Organik

No Perlakuan Hasil

1. Benzena dibakar Api merah-oranye Awal terjadi ledakan


dan api seketika redup setelah ledakan

2. Etanol dibakar Api biru pada dasar cawan. Api stabil dan
tidak meninggi Tanpa ledakan

3. Aseton dibakar Api merah dengan pangkal api biru


Tanpa ada ledakan, besar api sedang tapi
meninggi

4. Kloroform dibakar Tidak muncul api

5. Tabel Hasil Reaksi Pemanasan Senyawa Organik

No Perlakuan Hasil

1. Kristal asam oksalat Mengeluarkan banyak asap putih Larutan


dipanaskan tidak berwarna

2. Kristal gula tebu dipanaskan Cairan coklat lengket

Anda mungkin juga menyukai