Anda di halaman 1dari 8

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR

HUKUM PERBANDINGAN TETAP


 
 
 
 
 
Oleh
Nama : Cahyaningtyas Tetta Riandy
NIM : 201810301013
Kelas/Kelompok : F/3
Asisten : Selma Ajeng Wulandari
 
 
 
 
 

 
LABORATORIUM KIMIA DASAR
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
I. Judul
Hukum Perbandingan Tetap
II. Tujuan
- Menyiapkan senyawa tembaga (II) oksida dari logam tembaga
- Mempelajari hukum perbandingan tetap
III. Pendahuluan
III.1 MSDS
III.1.1 Cu

Cu atau tembaga adalah padatan berupa logam yang berwarna merah


terang kecoklatan. Tembaga memiliki titik lebur 1083°C dan titik didih
2595°C. Massa jenis Cu yaitu 8.94 g/cm3. Cu tidak larut dalam air. Tembaga
stabil dalam kondisi normal. Kondisi yang harus dihindari yaitu pada nyala api
terbuka, panas, dan percikan. Cu merupakan padatan yang mudah terbakar dan
dapat membentuk campuran uap-udara yang mudah meledak. Cu berbahaya
bagi lingkungan serta sangat beracun bagi kehidupan air. Peralatan
perlindungan yang dapat digunakan yaitu sarung tangan pelindung, kacamata
keselamatan, pakaian pelindung, serta perlindungan untuk pernafasan
(lobachemie, 2016).

III.1.2 NaOH

NaOH atau Natrium Hidroksida merupakan senyawa kimia berbentuk


cair, tidak berwarna, serta tidak berbau. NaOH memiliki pH ≥14 dan massa
jenis 1.08 g/ml. Kondisi yang harus dihindari yaitu pada temperature yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah dan reaksi yang tidak cocok, seperti reaksi
dengan logam serta asam kuat. Produk pengurai yang berbahaya untuk NaOH
yaitu Natrium Oksida. NaOH bersifat korosif dan menyebabkan iritasi pada
kulit serta mata. NaOH tidsk mudah terbakar. Paparan singkat dengan NaOH
dapat menyebabkan cedera sisa atau serius sementara. Peralatan perlindungan
yang dapat digunakan yaitu sarung tangan pelindung, kacamata goggle atau
pelindung wajah, pakaian pelindung, serta masker yang sesuai (Labchem,
2013).
III.1.3 Na2CO3

Natrium Karbonat atau Na2CO3 merupakan senyawa kimia berupa


padatan berbentuk kristal berwarna putih dan tidak berbau dengan pH 11.6
serta titik didih 1600°C. Na2CO3 memiliki massa jenis 2.53 g/cm3 dan massa
molekul 105.99 g/mol. Na2CO3 tidak mudah terbakar dan dapat bereaksi
dengan beberapa asam. Kondisi yang harus dihindari yaitu cahaya matahari
langsung serta temperature yang sangat tinggi atau rendah. Bahan yang tidak
cocok yaitu asam kuat. Produk penguraian yang berbahaya adalah asap, CO,
dan CO2. Na2CO3 dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mata. Alat
perlindungan diri yang dapat digunakan yaitu sarung tangan pelindung,
kacamata goggle, masker, serta pakaian pelindung (Labchem, 2020).

III.1.4 HNO3

Asam Nitrat atau HNO3 merupakan senyawa kimia berupa cairan yang
berwarna bening sedikit kekuningan serta merah kecoklatan saat terpapar
cahaya dan memiliki bau yang menyengat. HNO3 memiliki pH 1, titik beku
-42°C hingga -38°C, dan titik didih 83-122°C. HNO3 memiliki massa molekul
sebesar 63.01 g/mol. HNO3 secara eksotermis dapat larut dalam air dan dapat
larut dalam eter. HNO3 dapat menyebabkan luka bakar bakar pada kulit dan
kerusakan pada mata. HNO3 dalam kondisi darurat dapat menjadi letal, tidak
mudah terbakar, serta memiliki sifat pengoksidasi. Alat perlindungan diri yang
dapat digunakan yaitu kacamata goggle, pakaian pelindung, face shield, sarung
tangan, dan masker (Labchem, 2018).

III.1.5 Akuades

Akuades merupakan senyawa kimia yang mempunyai bentuk berupa


cairan bening, tidak berwarna, dan tidak berbau. Akuades bersifat netral
dengan pH=7. Akuades memiliki titik didih 100°C dan titik beku 0°C. Massa
jenis akuades yaitu 0.99823 g/ml dan massa molekulnya 18g/mol. Viskositas
kinematis yaitu 1.004 mm2/s dan viskositas dinamis yaitu 1.002 cP. Akuades
tidak berbahaya apabila tertelan, tidak berbahaya bagi kulit serta mata, dan
tidak mudah terbakar. Akuades tidak cocok jika bereaksi dengan logam
natrium. Akuades bersifat stabil dalam kondisi normal, tetapi harus dihindari
dalam kondisi yang terlalu rendah atau terlalu dingin. Produk penguraian yang
berbahaya yaitu hidrogen dan oksigen. Peralatan perlindungan diri yang dapat
digunakan yaitu kacamata pengaman atau kacamata goggle (Labchem, 2020).

III.2 Tinjauan Pustaka

Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu ilmu


pengetahuan yang mempelajari tentang fenomena-fenomena di alam semesta serta
segala proses yang terjadi di dalamnya. IPA tidak hanya terdiri dari fakta, konsep,
dan prinsip saja, namun juga berupa kegiatan menggunakan pikiran serta sikap
ilmiah dalam mempelajari gejala alam (Haryono, 2016). Kimia merupakan cabang
dari IPA yang pada hakikatnya mempelajari mengenai alam (Fajriani et al, 2019).

Stoikiometri adalah hubungan kuantitatif antara zat-zat yang berkaitan


dalam suatu reaksi kimia (Harjadi, 2018). Kata stoikiometri berasal dari Bahasa
Yunani stoikheion yang berarti elemen dan metria yang berarti ukuran.
Stoikiometri reaksi yaitu penentuan perbandingan massa unsur-unsur dalam
pembentukan senyawanya. Perhitungan kimia secara stoikiometri biasanya
memerlukan hukum-hukum dasar ilmu Kimia. Hukum Kimia sendiri merupakan
hukum alam yang relevan dengan bidang Kimia (Alfian, 2009). Hukum-hukum
dasar Kimia yang dipelajari merupakan suatu materi berupa penggabungan konsep
dan perhitungan matematika (Wasonowati et al, 2014). Hukum Kimia salah
satunya yaitu Hukum Proust atau Hukum Perbandingan Tetap.

Hukum Proust dikemukakan oleh Kimiawan Prancis bernama Joseph


Louis Proust. Hukum Proust atau yang dikenal dengan hukum perbandingan
tetap adalah hukum yang menjelaskan tentang kekekalan susunan dalam suatu
senyawa. Hukum Proust berbunyi “Perbandingan berat unsur-unsur yang
membentuk suatu senyawa adalah tetap”. Proust melakukan beberapa percobaan
dalam penelitiannya yang berkaitan dengan perbandingan jumlah zat-zat yang
bereaksi. Proust berpendapat bahwa perbandingan massa unsur-unsur penyusun
suatu senyawa selalu tetap (Aprilyanti, 2020).

IV. Metodologi Percobaan


IV.1 Alat dan Bahan
IV.1.1 Alat
- Timbangan
- Cawan
- Gelas kimia 150 mL
- Pemanas (bunsen)
- Corong
- Gelas ukur 50 mL
IV.1.2 Bahan
- logam Cu (lembaran atau kawat)
- NaOH 2M
- Na2CO3 kristal
- HNO3 pekat
- Aquadest
- Kertas saring
IV.2 Diagram Alir
Tembaga
- ditimbang 0,01 g tembaga dan 1,1 g (lembaran atau kawat)
- dicatat massanya
- dimasukkan setiap sampel tembaga ke gelas kimia 150mL
- ditambahkan 9mL HNO3 pekat ke masing-masing gelas
- dibiarkan sampai bereaksi
- dicatat perubahan yang terjadi
- dilakukan di luar ruangan/ dalam lemari asam
- dibiarkan campuran dingin
- ditambahkan 40mL air
- ditambahkan 50mL NaOH 2M ke sampel satu
- dipanaskan campuran beberapa saat
- diamati perubahan yang terjadi
- didinginkan dan disaring endapannya
- dikeringkan dan dipanaskan cawan sekitar 30 menit
- didinginkan dan ditentukan massanya
- ditambahkan 7 g Na2CO3 ke sampel lainnya
- dipanaskan campuran beberapa saat
- diamati perubahan yang terjadi
- didinginkan dan disaring endapannya
- dikeringkan dan dipanaskan dengan cawan
- diamati perubahan yang terjadi
- didinginkan dan ditentukan massanya
IV.3 Prosedur Kerja

Praktikum dimulai dari dua sampel dari sekitar 0,01 g tembaga (Cu) dan
1,1 g lembaran atau kawat yang ditimbang dan dicatat massa sesungguhnya.
Langkah selanjutnya yaitu dimasukkan setiap sampel ke dalam gelas kimia
150mL dan ditambahkan 9mL HNO3 pekat ke dalam masing-masing gelas kimia,
kemudian dibiarkan hingga semua tembaga bereaksi dan dicatan perubahan yang
terjadi. Percobaan dilakukan di luar ruangan atau di dalam lemari asam dan
digunakan masker. Campuran dibiarkan dingin setelah semua tembaga berekasi,
lalu ditambahkan 40mL air. Sampel satu ditambahkan 50mL NaOH 2M dan
dipanaskan beberapa saat, kemudian diamati perubahan yang terjadi. Langkah
berikutnya campuran didinginkan dan disaring endapannya, kemudian
dikeringkan dan dipanaskan cawan sekitar 30 menit lalu didinginkan dan
ditentukan massanya. Sampel lain ditambahkan 7 g Na2CO3, kemudian campuran
dipanaskan beberapa saat dan diamati perubahan yang terjadi. Langkah
selanjutnya campuran didinginkan dan disaring endapannya, lalu dikeringkan dan
dipanaskan dengan cawan dan diamati perubahan yang terjadi. Langkah
berikutnya, endapan lalu didinginkan dan ditentukan massanya.

DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Z. 2009. Kimia Dasar. Medan: USU Press.

Aprilyanti, S. 2020. Kimia Terapan (Aplikasi Untuk Teknik Mesin). Purwodadi:

CV. Sarnu Untung.

Fajriani, G. N., W. Sopandi, dan A. Kadarohman. 2019. Miskonsepsi Siswa Yang

Menggunakan Teks Perubahan Konseptual Mengenai Hukum-Hukum

Dasar Kimia. Jurnal Pendidikan Kimia. Vol. 3(1): 30-41.

Harjadi, W. 2018. Stoikiometri Berhitung Kimia Itu Mudah Edisi Kedua. Bogor:

IPB Press.

Haryono, Y., N. Fadiawati, dan L. Tania. 2016. Ketrampilan Proses Sains Materi

Hukum-Hukum Dasar Kimia Berdasarkan Interaksi LKS Dan Gender.

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia. Vol. 5(3): 169-182.

Wasonowati, R. R. T., T. Redjeki, dan S. R. D. Ariani. 2014. Penerapan Model

Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran Hukum-Hukum


Dasar
Kimia Ditinjau Dari Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA SMA

Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia.

Vol. 3(3): 66-75.

Labchem. 2018. Material Safety Data Sheet of Nitric Acid [Serial Online].

www.labchem.com diakses pada 17 November 2020.

Labchem. 2020. Material Safety Data Sheet of Water [Serial Online].

www.labchem.com diakses pada 17 November 2020.

Labchem. 2020. Material Safety Data Sheet of Sodium Carbonate [Serial Online].

www.labchem.com diakses pada 17 November 2020.

Labchem. 2013. Material Safety Data Sheet of Sodium Hydroxide [Serial Online].

www.labchem.com diakses pada 17 November 2020.

Lobachemie. 2016. Material Safety Data Sheet of Copper [Serial Online].

www.lobachemie.com diakses pada 17 November 2020.

Anda mungkin juga menyukai