Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA ANALIT

LARUTAN
Kelompok : X-A
Anggota :
1. Maulana Adi Wibowo
2. Rizuana Nadifatul M.
3. Angga Septian E.
4. Rio Sanjaya
5. Thea Prastiwi Soedarmodjo

2313 030 025


2313 030 043
2313 030 059
2313 030 065
2313 030 095

Tanggal percobaan
: 17 Oktober 2013
Dosen Pembimbing
: Ir. Elly Agustiani, M.Eng
Asisten Laboratorium : Dennis Farina Nury

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2013

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai istilah larutan


(solution). Larutan tersebut merupakan fasa dalam bentuk cairan. Bagi
kebanyakan masyarakat, larutan diidentikkan dengan sesuatu yang
dicampur dengan air. Namun, dalam pengertian yang sesungguhnya
tentang larutan bahwa larutan merupakan campuran homogen antar dua
atau lebih zat berbeda jenis. Suatu larutan adalah hasil yang homogen
yang diperoleh bila suatu zat (zat terlarut) dilarutkan dalam pelarut (air).
Ada dua komponen utama pembentukan larutan, yaitu zat terlarut dan
pelarut. (Ir. L. Setiono, 1985)
Fasa larutan dapat berupa fasa gas, cair, atau fasa padat bergantung
pada sifat kedua komponen pembentukan larutan. Apabila fase larutan
dan fase zat-zat pembentukannya sama, zat yang berada dalam jumlah
terbanyak umumnya disebut pelarut sedangkan zat lainnya sebagai zat
terlarutnya, misalnya larutan air gula yang terdiridari air sebagaizat
pelarut (solvent) dan gula sebagai zat terlarut (solution).
Dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari, pembuatan larutan
dimanfaatkan untuk membuat suatu reaksi tertentu dan memperlancar
dalam pekerjaan di bidang industri, misalnya saja kalium dikormat
(K2Cr2O7 ).Kalium dikromat merupakan oksidator kuat berwarna merah
jingga dan kalium dikromat sebagai pengoksida yang banyak digunakan
dalam kimia organik, dalam pembuatan klise, mencuci alat-alat gas,
sebagai pencelupan dan pencapan tekstil serta sebagai pengoksidasi
dalam lingkungan H2SO4.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan percobaan untuk membuat
larutan dikromat dengan metode analisa kimia parameter yang diukur
adalah volume (volumetry).
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara membuat suatu larutan homogen kalium dikormat
(K2Cr2O7) dengan konsentrasi 2N sebanyak 100 ml?
2. Apa kegunaan larutan kalium dikormat (K2Cr2O7) dalam industri farmasi?
I.3 Tujuan
Tujuan dalam pecobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui cara membuat suatu larutan larutan homogen
kalium dikormat (K2Cr2O7) dengan konsentrasi 2N sebanyak 100 ml.
2. Untuk mengetahui kegunaan larutan kalium dikormat (K 2Cr2O7)
dalam industri farmasi.
2.4 Manfaat
Manfaat dari percobaan ini ialah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan larutan
2. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat dari kalium dikromat dalam dunia
industri
farmasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Larutan
Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari
duaatau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan
disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih
banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven.
Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam
konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan
pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi. Suatu larutan
dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur tertentu disebut
larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh, larutan tidak jenuh.Fasa
larutan dapat berupa fasa gas, cair atau fasa padat yang bergantung pada
sifat kedua komponen pembentuk larutan. Apabila fasa larutan dan fasa
zat-zat pembentukannya sama, zat yang berada dalam jumlah terbanyak
umumnya disebut pelarut sedangkan zat lainnya sebagai zat terlarutnya
(Prof. Dr. Soekarjo, 1989).
II.1.2 Jenis-Jenis Larutan
Kemungkinan larutan banyak sekali, tetapi yang penting ialah
larutan biner. Dari ini ada 9 kemungkinan yaitu :
a) Larutan gas dalam gas
b) Larutan cairan dalam gas
c) Larutan zat padat dalam gas
d) Larutan gas dalam zat padat
e) Larutan cairan dalam zat padat
f) Larutan zat padat dalam zat padat
g) Larutan gas dalam cairan
h) Larutan cairan dalam cairan
i) Larutan zat padat dalam cairan
Dari ke sembilan kemungkinan ini jenis larutan yang penting ialah a, g,
h, dan i. Penjelasan dari jenis-jenis larutan diatas yaitu :
a)
Larutan Gas dalam Gas
Gas dengan gas selalu bercampur sempurna membentuk larutan. Sifatsifat larutan adalah aditif, asal tekanan total tidak terlalu besar. Dalam hal
ini berlaku Hukum Dalton untuk tekanan total dan Hukum Amagat untuk
volume total.
b)
Larutan Cairan/Zat Padat dalam Gas
Larutan ini terjadi bila cairan menguap atau zat padat menyublim dalam
suatu gas, jadi larutanya berupa uap dalam gas. Jumlah uap yang terjadi
terbatas, karena tekanan uap zatcair dan zat padat tertentu untuk tiap
temperatur.
d/e) Larutan Gas/Cairan dalam Zat Padat
Ada kemungkinan gas dan cairan terlarut dalam zat padat, seperti
larutnya H2 dalam Pd dan benzene dalam iodium
f)
Larutan Zat Padat dalam Zat Padat

g)

Larutan antara zat padat dan zat padat dapat berupa campuran
sebagian atau sempurna.Bila bercampur sempurna, tidak dipengaruhi
temperatur tetapi bila bercampur sebagian dipengaruhi oleh temperature.
Larutan Gas dalam Cairan
Kelarutan gas dalam cairan tergantung jenis gas, jenis pelarut, tekanan
dan temperatur.
Daya larut N2, H2, O2, dan He dalam air kecil, sedang HCl dan NH3
besar. Ini disebabkan karena gas yang pertama tidak bereaksi dengan air,
sedang gas kedua bereaksi membentuk asam klorida dan amonium
hidroksida.Jenis pelarut juga berpengaruh, misalnya N 2,O2, dan CO2 lebih
mudah larut dalam alkohol daripada dalam air, sedang NH 3 dan H2S lebih
mudah larut dalam air daripada dalam alcohol (Prof. Dr. Soekarjo, 1989)..
C=k.P
Menurut hukum Henry, daya larut gas dalam zat cair berbanding
lurus dengan tekanan gas di atas zat cair pada kesetimbangan. Secara
matematis dapat dituliskan :

C
= konsentrasi gas
P
= tekanan kesetimbangan
k
= tetapan, yang besarnya tergantung jenis gas dan satuan C dan P.
Hukum di atas juga berlaku untuk campuran gas.Di sini P adalah tekanan
parsial gas. Jadi :
= k1 . P1
= k2 .P2 dan seterusnya.
CNH3 C total
CNH3 = PNH3 .k
Bila gasnya bereaksi dengan pelarut, seperti NH 3 dalam air, hukum
di atas hanya berlaku untuk NH3 yang tidak beraksi dalam air.
Pengaruh temperature cukup besar, bila temperatur naik daya larut
gas berkurang.
Koefisien daya larut, yaitu banyaknya gas dalam cc (direduksi pada 0 oC
76 cm Hg) yang larut dalam 1 cc pelarut pada temperatur tertentu dan
tekanan 1 atm, harganya makin turun bila temperatur naik (Prof. Dr.
Soekarjo, 1989).
Tabel II.1.1 Koefisien Daya Larut Gas Dalam H2O.
Gas

0oC

10oC

25oC

50oC

100oC

CO2
N2

1,713
0,02354

1,194
0,01861

0,759
0,01434

0,436
0,01088

_
0,0095

H2
O2

0,02148
0,04758

0,01955
0,03802

0,01754
0,02831

0,01608
0,02090

0,0160
0,0170

h) Larutan zat padat dalam cairan


Dalam larut zat padat dalam cairan tergantung jenis zat terlarut, jenis
pelarut, temperatur, dan sedikit tekanan.
Batas daya larutanya ialah konsentrasi larutan jenuh.Konsentrasi larutan
jenuh untuk bermacam-macam zat dalam air sangat berbeda, tergantung
jenis zatnya.Umumnya daya larut zat-zat anorganik dalam air lebih besar
daripada dalam pelarut-pelarut organik.
i) Larutan cairan dalam cairan
Bila dua cairan dicampur, zat ini dapat bercampur sempurna, bercampur
sebagian, atau tidak bercampur.Daya larut cairan dalam cairan
tergantung dari jenis cairan dan temperatur, zat-zat yang mirip daya
larutnya besar.
Contoh :
Benzena

toluena
Air

alkohol
Air

metil alkohol
Air

aseton
Zat-zat yang berbeda tidak dapat bercampur,
Contoh : Air

nitro benzene
Air

kloro benzene
(Prof. Dr. Soekarjo, 1989).
Kenaikan temperatur dapat memperbesar daya larut, seperti pada
fenol-air.Namun halini tidak selalu demikian.(Sukardjo, 1989).Selain itu,
masih ada beberapa macam penggolongan lain teradap larutan.
Berdasarkan banyak jenis zat yang menyusun larutan, dikenal larutan
biner (tersusun dari dua jenis zat); larutan terner (3 jenis zat penyusun);
larutan kuarterner (4 jenis zat penyusun) (Prof. Dr. Soekarjo, 1989).
Menurut sifat hantaran listriknya, dikenal larutan elektrolit (larutan
yang dapat menghantarkan arus listrik), dan larutan non elektrolit (larutan
yang tidak dapat mengantarkan arus listrik). Sedangkan ditinjau dari
kemampuan suatu zat melarut ke dalam sejumlah pelarut pada suhu
tertentu, larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut)
kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan
kata lain, larutan yang partikel-partikelnya tidak tepat habis bereaksi
dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi
apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh
( masih dapat larut).
b. Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute
yang larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau
dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi
dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi
apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c.
Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang
mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan
jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat
terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila
bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh
(mengendap).
(Prof. Dr. Soekarjo, 1989)

II.1.2 Konsentrasi Larutan


Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap
satuan larutanatau pelarut. Pada umumnya konsentrasi dinyatakan dalam
satuan fisik, misalnya satuan berat atau satuan volume atau dalam
satuan kimia, misalnya mol, massa rumus, dan ekivalen. Cara
menyatakan konsentrasi dalam satuan fisik yaitu, persen berat, % W/W,
persen volume % V/V, persen berat-volume %W/V, gram zat terlarut
dalam satu liter larutan, milligram zat terlarut dalam satu milliliter larutan,
parts per mllion, ppm (bagian per sejuta), parts per billion, ppb (bagian
per milliard). Cara menyatakan konsentrasi dalam satuan kimia yaitu,
kemolaran (M), kenormalan (N), keformalan (F), kemolalan (m) dan fraksi
mol (Prof. Dr. Sukardjo, 1989).
II.1.3 Larutan Baku
Larutan baku adalah larutan yang kepekaannya diketahui dengan
tepat dan dapat dibuat melalui dua cara. Kedua cara tersebut masingmasing tergantung dari penggunaan bahan baku. Bahan baku adalah
bahan kimia yang dapat dipergunakan untuk membuat larutan baku
primer (primary standary solution) dan untuk menetapkan kenormalan
larutan baku sekunder (secondary standard solution)(Day& Underwood,
2002).
Menurut Tim Kimia dalam penuntun kimia anorganik (2011),
syarat-syarat yang harus dimiliki bahan baku adalah sebagai berikut;
1. Harus murni atau mudah dimurnikan
2. Harus dapat dikeringkan dan tidak higroskopik
3. Harus mantap dalam keadaan murni maupun dalam larutan
4. Harus dapat larut dalam pelarut yang cocok
5. Harus dapat bereaksi secara stoikiometri dengan larutan yang akan
distandarisasikan atau zat yang akan ditetapkan kadarnya
6. Bobot setara hendaknya besar, agar pengaruh kekurangan ketelitian
sewaktu penimbangan menjadi sekecil-kecilnya.
(Day& Underwood, 2002).
Larutan Baku dibagi menjadi dua jenis yaitu Larutan Baku Primer
dan Larutan Baku Sekunder. Berikut penjelasannya :
1. Larutan Baku Primer
Larutan baku primer berfungsi untuk membakukan atau untuk
memastikan konsentrasi larutan tertentu, yaitu larutan atau pereaksi yang
ketepatan/kepastian
konsentrasinya
sukar
diperoleh
melalui
pembuatannya secara langsung. Larutan yang sukar dibuat secara
kuantitatif ini selanjutnya dapat berfungsi sebagai larutan baku (disebut
larutan baku sekunder) setelah dibakukan jika larutan tersebut bersifat
stabil sehingga dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan
lain atau kadar suatu cuplikan (Prof. Dr. Sukardjo, 1989).
Larutan baku primer harus dibuat seteliti dan setepat mungkin
(secarakuantitatif). Zat yang dapat digunakan sebagai zat baku primer
arus memenuhi persyaratan seperti berikut:
1. Kemurniannya tinggi (pengotornys tidak melebihi 0,02%)

2. Stabil (tidak menyerap H2O dan CO2; tidak bereaksi dengan udara, tidak
mudahmenguap, tidak terurai, mudah dan tidak berubah pada
pengeringan). Zat yang stabil berarti memiliki rumus kimia dan akan
memudahkan penimbangan.
3. Memiliki bobot molekul (BM; Mr) atau bobot ekuivalen (BE) tinggi.
4. Larutannya bersifat stabil.
Dalam hal tingkat kemurnian, reagen yang digunakan untuk
analisis kuantitatif harus mempunyai spesifikasi reagen-analar (AR).
Selain syarat-syarat tersebut harus dipenuhi, kesalahan-kesalahan selama
proses pembuatan seperti pengeringan, pengukuran (penimbangan) dan
pemindahan zat juga harus dihindarkan kecuali karena kesalahan alat,
dengan demikian, larutan yang diperoleh akan terukur secara teliti dan
tepat dan melalui pengemasan atau penyimpanan yang baik akan
bertahan lama (yanneparkeybum, 2010).
Suatu zat yang memenuhi syarat-syarat diatas, dapat dilarutkan
dan menghasilkan larutan baku (molaritas atau normalitasnya) disebut
larutan larutan baku primer.Disamping larutan baku primer, dikenal juga
larutan baku sekunder. Larutan sekunder kebakuannya (kapasitas
molaritasnya) ditetapkan langsung terhadap larutan baku primer, jika
suatu larutan baku sekunder bersifat stabil dan dikemas atau disimpan
dengan benar, maka larutan ini dapat berfungsi sebagai larutan baku dan
langsung dapat digunakan tanpa harus dibakukan lagi (yanneparkeybum,
2010).
Contoh senyawa yang dapat dipakai untuk standar primer adalah:
Arsen trioksida (As2O3) dipakai untuk membuat larutan natrium arsenit
NaASO2 yang dipakai untuk menstandarisasi larutan natrium periodat
NaIO4, larutan iodine I2, dan cerium (IV) sulfat Ce(SO4)2.
Asam bensoat dipakai untuk menstandarisasi larutan natrium etanolat,
isopropanol atau DMF.

Kalium bromat KBrO3 untuk menstandarisasi larutan natrium tiosulfat


Na2S2O3.

Kalium hydrogen phtalat (KHP) dipakai untuk menstandarisasi larutan


asam perklorat dan asam asetat.
Natrium Karbonat dipakai untuk standarisasi larutan H2SO4, HCl dan HNO3.
Natrium klorida (NaCl) untuk menstandarisasi larutan AgNO3
Asam sulfanilik (4-aminobenzene sulfonic acid) dipakai untuk standarisasi
larutan natrium nitrit.
(yanneparkeybum, 2010)
2. Larutan Baku Sekunder
Larutan baku sekunder adalah suatu larutan dimana konsentrasinya
ditentukan dengan jalan pembakuan menggunakan larutan baku primer,
biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: perak nitrat (AgNO 3), KMnO4,
besi (II) sulfat (Fe(SO4)2). Syarat-syarat larutan baku sekunder:
a. Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
b. Mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
c. Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.

d. tidak mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang
diketahui kemurniannya.
e. Zatnya tidak mudah dikeringkan, higrokopis, menyerap uap air,
menyerap CO2 pada waktu penimbangan
(yanneparkeybum, 2010)
Permanganometri adalah titrasi redoks yang menggunakan KMnO 4
(oksidator kuat) sebagai titran. Dalam permanganometri tidak dipeerlukan
indikator , karena titran bertindak sebagai indikator (auto indikator).
Kalium permanganat bukan larutan baku primer, maka larutan KMnO 4
harus distandarisasi, antara lain dengan arsen(III) oksida (As 2O3) dan
Natrium oksalat (Na2C2O4). Permanganometri dapat digunakan untuk
penentuan kadar besi, kalsium dan hidrogen peroksida. Pada penentuan
besi, pada bijih besi mula-mula dilarutkan dalam asam klorida, kemudian
semua
besi
direduksi
menjadi
Fe 2+,
baru
dititrasi
secara
permanganometri.Sedangkan pada penetapan kalsium, mula-mula
.kalsium diendapkan sebagai kalsium oksalat kemudian endapan
dilarutkan dan oksalatnya dititrasi dengan permanganate ( Day&
Underwood, 2002).
Titrasi dengan iodium ada dua macam yaitu iodimetri (secara
langsung), dan iodometri (cara tidak langsung). Dalam iodimetri iodin
digunakan sebagai oksidator, sedangkan dalam iodometri ion iodida
digunakan sebagai reduktor.Baik dalam iodometri ataupun iodimetri
penentuan titik akhir titrasi didasarkan adanya I 2 yang bebas.Dalam
iodometri digunakan larutan tiosulfat untuk mentitrasi iodium yang
dibebaskan.Larutan natrium tiosulfat merupakan standar sekunder dan
dapat distandarisasi dengan kalium dikromat atau kalium iodidat (Day&
Underwood, 2002).
Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses
iodometri adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sabagai
pentahidrat Na2S2O3.5H2O.larutan tidak boleh distandarisasi dengan
penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan
standar primer, larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang
lama.Tembaga murni dapat digunakan sebagi standar primer untuk
natrium tiosulfat (Day& Underwood, 2002).
II.1.4 Analisi Volumetri
Megukur volume larutan adalah jauh lebih cepat dibandingkan
dengan menimbang berat suatu zat dengan suatu metode gravimetri.
Akurasinya sama dengan metode gravimetri, analisi volumetric juga
dikenal sebagai titrimetri, dimana zat yang akan dianalisis dibiarkan
bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan
dalam buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak
diketahui (analit) kemudian dihitung, maka syaratnya adalah reaksi harus
berlangsung secara cepat, reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada
reaksi samping, selain itu jika reagen penitrasi yang diberikan berlebih,
maka harus dapat diketahui dengan suhu indikator (Day& Underwood,
2002).
II.1.5 Kelarutan

Sebutir kristal gula pasir merupakan gabungan dari beberapa


molekul gula. Jika kristal gula itu dimasukkan ke dalam air, maka molekulmolekul gula akan memisah dari permukaan kristal gula menuju ke dalam
air (disebut melarut). Molekul gula itu bergerak secara acak seperti
gerakan molekul air, sehingga pada suatu saat dapat menumbuk
permukaan kristal gula atau molekul gula yang lain. Sebagian molekul
gula akan terikat kembali dengan kristalnya atau saling bergabung
dengan molekul gula yang lain sehingga kembali membentuk kristal
(mengkristal ulang). Jika laju pelarutan gula sama dengan laju
pengkristalan ulang, maka proses itu berada dalam kesetimbangan dan
larutannya disebut jenuh (Prof. Dr. Soekarjo, 1989).
Kristal gula + air larutan gula
Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam
jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara solute yang
terlarut dan yang tak terlarut. Banyaknya solute yang melarut dalam
pelarut yang banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh
disebut kelarutan (solubility) zat itu. Kelarutan umumnya dinyatakan
dalam gram zat terlarut per 100 mL pelarut, atau per 100 gram pelarut
pada temperatur yang tertentu. Jika kelarutan zat kurang dari 0,01 gram
per 100 gram pelarut, maka zat itu dikatakan tak larut (insoluble) (Prof.
Dr. Soekarjo, 1989).
Jika jumlah solute yang terlarut kurang dari kelarutannya, maka
larutannya disebut tak jenuh (unsaturated). Larutan tak jenuh lebih encer
(kurang pekat) dibandingkan dengan larutan jenuh. Jika jumlah solute
yang terlarut lebih banyak dari kelarutannya, maka larutannya disebut
lewat jenuh (supersaturated). Larutan lewat jenuh lebih pekat daripada
larutan jenuh. Larutan lewat jenuh biasanya dibuat dengan cara membuat
larutan jenuh pada temperatur yang lebih tinggi. Pada cara ini zat terlarut
harus mempunyai kelarutan yang lebih besar dalam pelarut panas
daripada dalam pelarut dingin. Jika dalam larutan yang panas itu masih
tersisa zat terlarut yang sudah tak dapat melarut lagi, maka sisa itu harus
disingkirkan dan tidak boleh ada zat lain yang masuk. Kemudian larutan
itu didinginkan hati-hati dengan cara didiamkan untuk menghindari
pengkristalan. Jika tidak ada solute yang memisahkan diri (mengkristal
kembali) selama pendinginan, maka larutan dingin yang diperoleh bersifat
lewat jenuh. Larutan lewat jenuh yang dapat dibuat dengan cara ini
misalnya larutan dari sukrosa, natrium asetat dan natrium tiosulfat (hipo).
Larutan lewat jenuh merupakan suatu sistem metastabil. Larutan ini dapat
diubah menjadi larutan jenuh dengan menambahkan kristal yang kecil
(kristal inti/bibit) umumnya kristal dari solute. Kelebihan molekul solute
akan terikat pada kristal inti dan akan mengkristal kembali (Prof. Dr.
Soekarjo, 1989).
Kelarutan senyawa logam biasa, yaitu senyawa logam golongan IA,
IIA, IB, IIB, Mn, Fe, Co, Ni, Al, Sn, Pb, Sb, Bi, dan NH 4+ adalah seperti pada
tabel berikut:
Tabel II.1.2 Kelarutan Beberapa Senyawa Dalam Air
Nitrat
Semua larut

Senyawa
Nitrit
Asetat
Klorida
Bromida
Iodida
Sulfat
Sulfit
Sulfida

Fosfat
Karbonat
Oksalat
Oksida
Hidroksida

Kelarutan
Semua larut kecuali Ag+
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Bi3+
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+, Cu3+
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+, Bi3+
Semua larut kecuali Ba+, Sr2+, Pb2+, (Ca2+
sedikit larut)
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+,
Ba2+, Sr2+, Ca2+
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
Semua tidak larut kecuali Na +, K+, Ba2+, Sr2+,
Ca2+
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+,
Ba2+, Sr2+, (Ca2+ sedikit larut)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain jenis zat terlarut,


jenis pelarut, temperatur, dan tekanan.
a. Pengaruh Jenis Zat pada Kelarutan
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat
salingbercampur dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya
berbeda umumnya kurang dapat saling bercampur (like dissolves like).
Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar,
sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar.
Contohnya alkohol dan air bercampur sempurna (completely miscible), air
dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedangkan minyak dan
air tidak bercampur (completely immiscible).
b. Pengaruh Temperatur pada Kelarutan
Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi.
Misalnyajika air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang
keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut
menjadi berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada
temperatur yang lebih tinggi. Ada beberapa zat padat yang kelarutannya
berkurang pada temperatur yang lebih tinggi, misalnya natrium sulfat dan
serium sulfat. Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara proses
pelarutan dan proses pengkristalan kembali. Jika salah satu proses

bersifat endoterm, maka proses sebaliknya bersifat eksoterm. Jika


temperatur dinaikkan, maka sesuai dengan azas Le Chatelier.
Kesetimbangan itu bergeser ke arah proses endoterm. Jadi jika proses
pelarutan bersifat endoterm, maka kelarutannya bertambah pada
temperatur yang lebih tinggi. Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat
eksoterm, maka kelarutannya berkurang pada suhu yang lebih tinggi
(Henri Louis Le Chatelier: 1850-1936).
c. Pengaruh tekanan pada kelarutan
Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair
atau padat. Perubahan tekanan sebesar 500 atm hanya merubah
kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl sekitar 5,1 %. Kelarutan gas
sebanding dengan tekanan partial gas itu. Menurut hukum Henry (William
Henry: 1774-1836) massa gas yang melarut dalam sejumlah tertentu
cairan (pelarutnya) berbanding lurus dengan tekanan yang dilakukan oleh
gas itu (tekanan partial), yang berada dalam kesetimbangan dengan
larutan itu. Contohnya kelarutan oksigen dalam air bertambah menjadi 5
kali jika tekanan partial-nya dinaikkan 5 kali. Hukum ini tidak berlaku
untuk gas yang bereaksi dengan pelarut, misalnya HCl atau NH 3 dalam air
(Prof. Dr. Soekarjo, 1989)
II.I.7Daya Hantar Listrik Larutan
Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dapat bersifat
elektrolit ataunonelektrolit. Larutan yang dapat menghantarkan arus
listrik disebut larutan yang bersifat elektrolit. Larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik disebut larutan yang bersifat nonelektrolit.
Pada larutan elektrolit, yang menghantarkan arus listrik adalah ion-ion
yang terdapat di dalam larutan tersebut. Pada elektroda negatif (katoda)
ion positip menangkap elektron (terjadi reaksi reduksi), sedangkan pada
elektroda positip (anoda) ion negatif melepaskan elektron (terjadi reaksi
oksidasi). Jika di dalam larutan tidak terdapat ion, maka larutan tersebut
tidak dapat menghantarkan arus listrik (Henri Louis Le Chatelier: 18501936).
Senyawa elektrolit adalah senyawa yang jika dilarutkan ke dalam
air akan terion (atau terionisasi). Senyawa elektrolit dapat dibedakan
menjadi senyawa elektrolit kuat dan senyawa elektrolit lemah. Senyawa
elektrolit kuat adalah senyawa yang di dalam air terion sempurna atau
mendekati sempurna, sehingga senyawa tersebut semuanya atau hampir
semua berubah menjadi ion. Senyawa yang termasuk senyawa elektrolit
kuat adalah:
a. Asam kuat, contohnya: HCl, HBr, HI, H2SO4, HNO3, HCLO4
b. Basa kuat, contohnya: NaOH, KOH, Ba(OH)2, Sr(OH)2
c. Garam, misalnya: NaCl, KCl, MgCl2, KNO3, MgSO4
(Henri Louis Le Chatelier: 1850-1936).
HCl(g) + H2O(l) H3O+(aq)+ Cl- (aq)
Partikel-partikel yang ada di dalam larutan elektrolit kuat adalah
ion-ion yang bergabung dengan molekul air, sehingga larutan tersebut
daya hantar listriknya kuat. Hal ini disebabkan karena tidak ada molekul
atau partikel lain yang menghalangi gerakan ion-ion untuk

menghantarkan arus listrik, sementara molekul-molekul air adalah


sebagai media untuk pergerakan ion. Misalnya HCl dilarutkan ke dalam
air, maka semua HCl akan bereaksi dengan air dan berubah menjadi ionion dengan persamaan reaksi berikut:
Reaksi ini biasa dituliskan :
HCl(aq) H+(aq) + Cl-(aq)
Senyawa elektrolit lemah adalah senyawa yang di dalam air terion
sebagian atau senyawa tersebut hanya sebagian saja yang berubah
menjadi ion dan sebagian yang lainnya masih sebagai molekul senyawa
yang terlarut. Larutan yang terbentuk daya hantar listriknya lemah atau
kurang kuat karena molekul-molekul senyawa dalam larutan tidak dapat
menghantarkan listrik, sehingga menghalangi ion-ion yang akan
menghantarkan listrik. Senyawa yang termasuk senyawa elektrolit lemah
adalah:
a. Asam lemah, contohnya: HF, H2S, HCN, H2CO3, HCOOH, CH3COOH
b.

Basa lemah, contohnya: Fe(OH)3, Cu(OH)2, NH3, N2H4, CH3NH2,


(CH3)2NH
Misalnya CH3COOH dilarutkan ke dalam air, maka sebagian
CH3COOH akan terion dengan persamaan reaksi seperti berikut:
CH3COOH(s)+H2O( l ) H3O+(aq) + CH3COO(aq)
CH3COOH yang terion reaksinya biasa dituliskan:

CH3COOH(aq) H+(aq)+CH3COO(aq)
Partikel-partikel yang ada di dalam larutan adalah molekul-molekul
CH3COOH yang terlarut dan ion-ion H+ dan CH3COO-. Molekul senyawa
CH3COOH tidak dapat menghantarkan arus listrik, sehinggga akan
menjadi penghambat bagi ion-ion H +dan CH3COO-untuk menghantarkan
arus listrik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa larutan elektrolit
lemah daya hantar listriknya kurang kuat. Senyawa nonelektrolit adalah
senyawa yang di dalam air tidak terion, sehingga partikel-partikel yang
ada di dalam larutan adalah molekul-molekul senyawa yang terlarut
(Henri Louis Le Chatelier: 1850-1936).
Dalam larutan tidak terdapat ion, sehingga larutan tersebut tidak
dapat menghantarkan arus listrik. Kecuali asam atau basa, senyawa
kovalen adalah senyawa nonelektrolit, misalnya: C6H12O6, CO(NH2)2,
CH4, C3H8, C13H10O (Henri Louis Le Chatelier: 1850-1936).

II.I.8 Senyawa Kalium (K)


Nomor atom
: 19
Massa atom
: 39,0983 g/mol
Elektronegativitas menurut Pauling : 0,8
Densitas
: 0.86 g/cm3 pada 0 C
Titik lebur
: 63,2 C
Titik didih
:760 C

Radius Vanderwaals
: 0,235 nm
Radius ionic
: 0.133 (+1)
Isotop
:5
Energi ionisasi pertama
: 418,6 kJ/mol
Ditemukan oleh
: Sir Davy pada tahun 1808
Simbol kimia K berasal dari kata kalium yang berasal dari bahasa
Latin, yang mungkin berakar dari kata Arab qali, yang berarti alkali (basa).
Kalium adalah logam lunak putih keperakan dan merupakan anggota
kelompok alkali dari tabel sistem periodik. Kalium berwarna keperakan
ketika pertama kali dipotong, tetapi dengan cepat akan teroksidasi
sehingga berwarna kusam. Untuk menghindari oksidasi, kalium biasanya
disimpan dalam minyak atau gemuk (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Kalium cukup ringan sehingga mengapung dalam air. Saat terkena
air, unsur ini akan bereaksi dengan melepaskan hidrogen disertai api
berwarna ungu. Sebagian besar kalium terjadi pada kerak bumi sebagai
mineral, seperti feldspar dan tanah liat. Kalium dilepaskan dari mineral
yang lapuk sehingga menjelaskan mengapa terdapat cukup banyak
kalium di laut 0,75 g/liter (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Kalium mempunyai fungsi bagi tubuh manusia maupun
pemanfatanya dalam dunia industri. Kalium atau potassium (K) adalah
mineral yang sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh, Manfaat
kesehatan yang didapat dari kalium termasuk untuk mengatasi stroke,
tekanan darah,gelisah, cemas dan stres, kekuatan otot, metabolisme,
jantung dan juga masalah gangguan ginjal. Namun fungsi atau manfaat
kalium tidak hanya sampai di situ saja, mineral ini juga sangat membatu
untuk keseimbangan air, fungsi elektrolit, sistem saraf, dan manfaat
kesehatan lainnya secara umum yang berkaitan dengan zat atau mineral
kalium. Kalium sangat penting bagi sistem saraf dan kontraksi otot,
kalium juga dimanfaatkan oleh sistem saraf otonom (SSO), yang
merupakan pengendali detak jantung, fungsi otak, dan proses fisiologi
penting lainnya. Kalium ditemukan di hampir seluruh tubuh dalam bentuk
elektrolit dan banyak terdapat pada saluran pencernaan. Sebagian besar
kalium tersebut berada di dalam sel, sebagian lagi terdapat di luar sel.
Mineral ini akan berpindah secara teratur dari dan keluar sel, tergantung
kebutuhan tubuh (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Kekurangan nutrisi jenis apapun dalam tubuh sangat kurang baik
dan kalium bukanlah perpanjangan dalam masalah ini.kekurangan
konsumsi kalium dapat menyebabkan gejala seperti kelelahan dan
kelemahan otot-otot (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Pola makan seimbang harus mengandung banyak kalium yang
wajar, sesuai dengan rekomendasi dari para ahli kesehatan.Untuk daftar
sumber makanan paling penting yang mengandung kalium, mineral ini
bisa di peroleh dari buah jeruk, sayuran dan biji-bijian (Ripani, 2011).
II.I.8 SenyawaKromium(Cr)
Logam kromium bersifat keras, memiliki daya tahan tinggi terhadap
zat-zat kimia dan memiliki kilat tinggi sehingga dipakai sebagai pelapis
pada besi.Tingkat oksidasi utama bagi kromium adalah +2, +3, dan
+6.yang paling stabil adalah +3. senyawa Cr (IV) dan (V) mudah

Nomor Atom

24

Massa Atom

51,9961 g/mol

Nomor Atom

24

Golongan, periode, blok

VI B, 4, d

Konfigurasi elektron

[Ar] 3d5 4s1

Jumlah elektron tiap kulit

2, 8,13, 1

Afinitas electron

64,3 kJ / mol

Ikatan energi dalam gas

142,9 5,4 kJ / mol

Panjang Ikatan Cr-Cr

249 pm

-1

-1.

mengalami proses disproporsional menjadi Cr (III) dan juga Cr (VI). Cr (III)


bersifat reduktor sedangkan Cr (IV) bersifat oksidator, ion kromat
berwarna kuning dan ion dikromat berwarna jingga.Bila nilai pH larutan
kromat dikurangi (ditambah asam), maka larutan berubah warna sampai
munculnya warna jingga dari ion dikromat.Reaksi ini bisa dibalikkn dengan
meningkatnya nilai pH (Swarat, 2003).
Dalam kromat, CrO42- atau dikromat Cr2O72-, anion kromium adalah
heksavalen, dengan keadaan oksidasi +6. Ion-ion ini diturunkan dari
kromium trioksida, CrO3. Ion-ion kromat berwarna kuning, sedangkan
dikromat berwarna jingga. Kromat mudah diubah menjadi dikromat
dengan penambahan asam (Swarat, 2003).
Tabel II.1.3 Sifat Fisik Kromium (Cr)
7,15 g/cm3 (250C)
2180 K, 19070C, 3465
F
Titik Didih
2944 K, 26710C, 4840
F
Entalpi Peleburan
20,5 kJ mol -1
Panas Penguapan
339 kJ mol -1
Entalpi Atomisasi
397 kJ mol -1
0
Kapasitas Kalor (25 C)
23,25 J/mol.K
Konduktivitas Termal
94 W m -1 K -1
Koefisien ekspansi termal 4,9 x 10 -6 K -1
linier
Kepadatan
7,140 kg m -3
Volum Molar
7,23 cm 3
Sifat Resistivitas listrik
12,7 10 -8 m
Massa Jenis
Titik Lebur

Tabel II.1.4 Sifat Kimia Kromium (Cr)

(Swarat, 2003).
Tabel berikut merupakan kelimpahan dari unsur kromiumdalam
berbagai lingkungan. Nilai-nilai yang diberikan dinyatakan dalam satuan
ppb (bagian per miliar; 1 miliar = 10 9), baik dalam hal berat maupun
dalam hal jumlah atom. Nilai kelimpahan sulit untuk ditentukan dengan
pasti, sehingga semua nilai harus diperlakukan dengan hati-hati,
khususnya bagi unsur-unsur yang kurang umum(Ir. L. Setiono, 1989).
Tabel II.1.5. Kelimpahan Unsur Kromium (Cr)

1.
2.
3.
4.
5.

Tempat
Alam semesta
Matahari
Meteorit (karbon)

Ppb berat
15000
20000
3100000

Ppb oleh atom


400
400
1200000

Kerak batu

140000

55000

Air laut

0.6

0.071

Arus

0.02

manusia

30

Pemanfaatan unsur krom yaitu Krom digunakan untuk mengeraskan


baja, pembuatan baja tahan karat dan membentuk banyak alloy (logam
campuran) yang berguna. Kebanyakan digunakan dalam proses pelapisan
logam untuk menghasilkan permukaan logam yang keras dan indah dan
juga dapat mencegah korosi. Khrommemberikan warna hijau emerald
pada kaca. Khrom juga luas digunakan sebagai katalis (Ir. L. Setiono,
1989).
Digunakan dalam plating untuk menghasilkan permukaan yang indah dan
keras, sertauntuk mencegah korosi.
Digunakan untuk memberi warna hijau pada kaca zamrud.
Digunakan sebagai katalis. seperti K2Cr2O7 merupakan agen oksidasi dan
digunakan dalam analisis kuantitatif dan juga dalam penyamakan kulit
Merupakan suatu pigmen, khususnya krom kuning
Digunakan dalam industri tekstil sebagai mordants

6.

Industri yang tahan panas menggunakan kromit untuk membentuk batu


bata dan bentuk, karena memiliki titik lebur yang tinggi, sedang ekspansi
termal, dan stabil struktur Kristal
7. Dibidang biologi kromium memiliki peran penting dalam metabolisme
glukosa.
8. Digunakan untuk aplikasi medis, seperti Cr-51 yang digunakan untuk
mengukur volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah.
9. Digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak, khususnya senyawa
PrCrO4
10. Digunakan dalam pembuatan batu permata yang berwarna. Warna yan
kerap digunakan adalah warna merah, yang diperoleh dari kristal
aluminium oksida yang kedalamnya dimasukkan kromium.
11. Bahan baku dalam pembuatan kembang api.
Hal ini diperoleh dari Hasil pembakaran amonium dikromat, (NH 4)2Cr2O7,
yang berisi pellet dari raksa tiosianat (HgCNS).
12. Pengawet Kayu
Pengawetan kayu untuk perumahan dan gedung adalah suatu proses
memasukkan bahan pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk
meningkatkan daya tahan kayu terhadap serangan organisme perusak
kayu sehingga dapat memperpanjang masa pakai kayu.
13. Baja
Stainless steel merupakan salah satu jenis baja dengan logam induk
besi.Dalam stainless steel terdapat unsur-unsur yang dipadukan
membentuk suatu alloy.Unsur-unsur yang ada dalam baja stainless steel
yaitu krom, nikel, molibden, silikon dan mangan.
14. Pencelupan dan Pewarnaan
Kromium dapat berperan sebagai pewarna, pencelup, dan cat. Dalam
bidang idustri kimia, Kromium berguna sebagai bahan dasar pembuatan
pigmen cat/warna karena Kromium mengandung komponen warna
merah, kuning, orange, dan hijau. Senyawa Kromium:
a. Kromium (II) Oksida (CrO) Kegunaan: pewarna dalam percetakan,
industry tekstil dan keramik.
b. Kromium (III) Klorida (CrCl3) kegunaan: zat pewarna hijau dalam
pembuatan keramik.
c. Kromium (III) Sulfat (Cr2 (SO4)2) Kegunaan: keperluan pelapisan atau
penyepuhan logam dan sebagai pewarna dalam industry tekstil dan
keramik
15. Pembuatan Katalis
Kromium oksida adalah katalis yang penting bagi berbagai reaksi yang
luas. Kromium(VI) oksida, CrO3 diperoleh sebagai endapan merah
kejinggaan pada penambahan asam sulfat kedalam Na2Cr2O7. Secara
termal tidak stabil diatas titik lelehannya dan kehilangan O 2 menghasilkan
Cr2O3. Strukturnya terdiri atas rantai tidak terhingga
16. Pemurnian
Pemurnian (refining) adalah penyesuaian komposisi kotoran dalam
logam kasar. Prinsip pemurnian logam dengan menggunakan reaksi
elektrolisis larutan dengan elektrode yang bereaksi. Logam yang kotor
ditempatkan di anode sedangkan logam murni ditempatkan di katode.
Larutan yang digunakan adalah yang mempunyai kation logam tersebut.

17. Penyamakan Kulit


Dalam proses penyamakan, kulit yang akan disamak dibasahi dengan
larutan dikromat, kemudian direduksi dengan gas SO2 hingga diperoleh
kromi sulfat basa, Cr(OH)SO4. Kolagen, yaitu jenis protein utama dalam
kulit, akan bereaksi membentuk senyawa kompleks kromi, dan senyawa
ini mengakibatkan kulit menjadi bersifat liat, lentur, tahan terhadap
kerusakan biologis
II.I.9 Oksigen (O)
Sifat Fisika dan Kimia yang dimiliki oleh kalium dikromat yaitu :
Nomor atom
:8
Massa atom
: 15,999 g/mol
Elektronegatif menurut Pauling : 3,5
Densitas
: 1,429 kg/m3 pada 20 C
Titik lebur
: -219 C
Titik didih
: -183 C
Radius Vanderwaals
: 0,074 nm
Radius ionic
: 0,14 nm (-2)
Isotop
:4
Energi ionisasi pertama
: 1314 kJ/mol
Energi ionisasi kedua
: 3388 kJ/mol
Energi ionisasi ketiga
: 5300 kJ/mol
Ditemukan oleh
: Joseph Priestly pada tahun 1774
Pada temperatur dan tekanan standar, oksigen berupa gas
tak berwarna dan tak berasa dengan rumus kimia O 2, di mana dua atom
oksigen secara kimiawi berikatan dengan konfigurasi elektron triplet
spin.Ikatan ini memiliki orde ikatan dua dan sering dijelaskan secara
sederhana sebagai ikatan ganda ataupun sebagai kombinasi satu ikatan
dua elektron dengan dua ikatan tiga elektron (Walter Mertz,19232002).
Oksigen triplet merupakan keadaan dasar molekul
O2.Konflgurasi elektron molekul ini memiliki dua elektron tak berpasangan
yang menduduki dua orbital molekul yang berdegenerasi.Kedua orbital ini
dikelompokkan sebagai antiikat (nelemahkan orde ikatan dari tip menjadi
dua), sehingga ikatan oksigen diatomik adalah lebih lemah daripada
ikatan rangkap tiga nitrogen.Dalam bentuk triplet yang normal, molekul O2
bersifat paramagnetik oleh karena spin momen magnetik elektron tak
berpasangan molekul tersebut dan energi pertukaran negatif antara
molekul O2 yang bersebelahan. Oksigen cair akan tertarik kepada magnet,
sedemikiannya pads percobaan laboratorium, jembatan oksigen cair akan
terbentuk di antara dua kutub magnet kuat (Walter Mertz, 19232002).
Oksigen singlet, adalah nama molekul oksigen O 2 yang
kesemuaan spin elektronnya berpasangan. Ia, lebih reaktif terhadap
molekul organik pada umumnya. Secara alami, oksigen singlet umumnya
dihasilkan dari air selama fotosintesis. la, juga dihasilkan di troposfer
melalui fotolisis ozon oleh sinar berpanjang gelombang pendek, dan oleh
sistem kekebalan tubuh sebagai sumber oksigen aktif. Karotenoid pada
organisme yang berfotosintesis (kemungkinan juga ada pads hewan)
memainkan peran yang penting dalam menyerap oksigen singlet dan

mengubahnya menjadi berkeadaan dasar tak tereksitasi sebelum ia


menyebabkan kerusakan pada jaringan (Walter Mertz, 19232002).
Oksigen juga digunaka dalam dunia industri. Sebagian besar dari
produksi oksigen digunakan pada industri baja. Besi tuang yang diperoleh
dari tanur tinggi (besi kasar) mengandung karbon sekitar 3 - 4 %. Kadar
karbon yang terlalu tinggi itu menyebabkan besi tuang kurang kuat dan
rapuh.Kadar karbon dalam besi tuang dikurangi dengan oksidasi yang
terkendali. Sebagian kecil oksigen digunakan bersama-sama dengan gas
asetilen (etuna) untuk mengelas. Pembakaran gas asetilen bisa mencapai
suhu 3000C. Selain itu oksigen cair digunakan sebagai bahan bakar roket
(Ir. L. Setiono, 1989).
Selain pemanfaatn oksigen seperti diatas, berikut manfaat oksigen
lainnya dalam dunia industri :
1. Untuk pernafasan para penyelam, angkasawan, atau penderita penyakit
tertentu.
2. Dalam industri baja, untuk mengurangi kadar karbon dalam besi gubal.
3. Bersama-sama dengan gas asetilena, digunakan untuk mengelas baja.
4. Oksigen cair bersama dengan hydrogen cair digunakan sebagai bahan
bakar roket untuk mendorong pesawat ruang angkasa.
5. Dalam berbagai industri kimia, untuk mengoksidasikan berbagai zat.
6. Digunakan dalam pengolahan besi menjadi baja di tanur terbuka (tanur
oksigen).
7. Berperan dalam aerasi limbah industri.
(Walter Mertz, 19232002).
II.I.10 Kalium Dikromat (K2Cr2O7)
Sifat Fisika dan Kimia yang dimiliki oleh kalium dikromat yaitu :
Wujud
: Padat
Warna
: Oranye
Bau
: Tidak berbau
Nilai pH- pada 100 g/l H2O
: 3.57
Titik lebur
: 3980C
Titik didih
: >5000C
Densitas 20%
: 2.69 g/cm3
bagian terbesar
: 1250 kg/m3
o
Kelarutan Dalam Air(200 C)
: 130 g/l
Penguraian Termal
: ~500oC
Berat Molekul
: 294,2g/mol
Kalium dikromat adalah suatu senyawa yang mempunyai
kegunaan luas bagikehidupan kita sekarangini. Contoh dari penggunaaan
kalium dikromat yang umum kita jumpai yaitu pada industri
penyamakankulit, bahan celup untuk lukisan, hiasan pada porselin,
percetakan, photolithography, warna print, bahanuntuk petasan, bahan
pembuatan korek api, penjernihan minyak kelapa, jalan, spon, dan untuk
baterai sertadepolarisator pada sel kering. Namun dibalik itu semua
kalium dikromat juga mempunyai pengaruh negatif terutama bagi internal
tubuhmanusia.Pengaruh negatif itu diantaranya yaitu merupakan bahan
racun, untuk orang yang bekerja diindustrydapat menyebabkan nanah,

koreng pada tangan, merusak atau menghancurkan selaput lendir dan


sekat padalubang hidung (Budavari, 1984).
Penggunaan lain dari kalium dikromat antara lain penyamakan pada
kulit, bahan celup pada lukisan, hiasanpada porselin, percetakan,
photolithography, warna print, bahan untukpetasan, bahan pembuatan
korekapi, penjernihan minyak kelapa, lajan, spon, dan untuk baterai, serta
depolarisator pada sel kering (Budavari, 1984).
Kalium Dikromat merupakan oksidator kuat dan berbahaya, hablur
berwarna merah jingga beracun, dalam air panaslebih mudah larut
daripada dalam air dingin sehingga lebih mudah menghablurnya.Kalium
dikromat merupakanpengoksidasi yang banyak digunakan dalam Kimia
Oganik, dan dalam pembuatan Klise. Hindari kontak dengan kalium
dikromat karena menyebabkan iritasi pada mata, kulit , saluran
pernapasan dan ginjal (Budavari, 1984).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel percobaan
Variabel percobaan yang digunakan dalam praktikum pembuatan
larutan adalah K2Cr2O7 2N 100ml.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.

1.
2.
3.
4.
5.

III.2 Alat dan Bahan


Alat :
Batang pengaduk
Corong
Gelas Beker
Gelas Ukur
Labu ukur
Neraca analitik
Pipet Tetes
Bahan:
Aquades
Kristal K2Cr2O7
III.3
Prosedur
Percobaan
Prosedur percobaan dalam pembuatan larutan K2Cr2O7 2N 100 ml adalah
sebagai berikut.
Siapkan alat dan bahan
Menimbang padatan K2Cr2O7 sebanyak 9.8 gram sesuai perhitungan yang
diperoleh secara kuantitatif
Memasukkan 9,8 gram padatan K2Cr2O7 ke dalam labu ukur 250 mL
Menambahkan aquades secara bertahap hingga100 mL ke dalam labu
ukur agar padatan K2Cr2O7 bercampur homogen dengan aquades secara
merata
Menambahkan aquades 100 ml dalam 3 tahap masing-masing 25 mL, 50
mL, 25 mL ke dalam labu ukur. Kocok larutan K 2Cr2O7 pada setiap tahap
penambahan aquades

6.

Pastikan larutan K2Cr2O7 (kalium dikromat) menjadi homogen setelah


tahap penambahan aquades akhir dilakukan.

BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan
Tabel IV.1.1 Pembuatan Larutan K2Cr2O7 2N
V K2Cr2O7
(ml)
100 ml

Mr K2Cr2O7

Ekuivale
n

Massa
K2Cr2O7
(gram)

Warna

294

9,8

Jingga

IV.2 Pembahasan
Larutan merupakan campuran yang homogen. Penyusun larutan
dapat berupa gas, cair maupun padat. Larutan terdiri atas dua komponen
penting yaitu zat pelarutyang memiliki proporsi lebih besar dan zat
terlarut yang proporsinya lebih kecil.
Dalam Percobaan ini, aquades bertindak sebagai zat pelarut dan
K2Cr2O7 bertindak sebagai zat terlarut.
Hasil dari percobaan pembuatan larutan K2Cr2O7 diperoleh 9,8 gram
massaK2Cr2O7 yang dibutuhkan dalam pembuatan larutan yang didapat
dari perhitungan yang telah dilakukan. Diketahui volume K2Cr2O7 2N yang
diinginkan adalah 100 ml dengan Mr K2Cr2O7 adalah 294 dan besar
ekuivalen adalah 6. Pengetahuan tentang perhitungan sangat diperlukan
karena kesalahan dalam perhitungan dapat menyebabkan kesalahan
dalam pembuatan larutan.
Larutan yang dihasilkan pada percobaan ini adalah larutan
homogeny dengan warna jingga. Untuk memperoleh larutan yang
homogeny perlu dilakukan penambahan dan pengocokan aquades secara
bertahap. Sedangkan warna jingga yang dihasilkan berasal dari warna asli
padatan K2Cr2O7.
Kita mengetahui bahwa semua yang ada di alam ini memiliki
manfaat yang dapat digunakan untuk kesejahteraan internal maupun
kelompok manusia di muka bumi ini. Begitu pula dengan larutan kalium
dikromat. Dalam dunia industry dan kehidupan sehari-hari, penggunaan
dari kalium dikromat (K2Cr2O7) memberikan manfaat yang banyak dan
diperlukan untuk menunjang proses produksi. Pemanfaatan larutan kalium
dikromat (K2Cr2O7) di dunia industry dan kehidupan sehari-hari yaitu
penyamakan pada kulit, bahan celup pada lukisan, hiasan pada porselin,
percetakan, warna print, bahan untuk petasan, bahan pembuat korek api,
penjernihan minyak kelapa, lajan, spon, dan untuk baterai, serta
depolarisator pada selkering (Budavari, 1984).
Namun dibalik itu semua kalium dikromat (K2Cr2O7) juga mempunyai
pengaruh negatif terutama bagi internal tubuh manusia. Apalagi bila
penggunaan dari kalium dikromat yang tidak terkontrol dan tidak sesuai
prosedur, maka kalium dikromat akan menyebabkan dampak negative

baik bagi pengguna dan lingkungan sekitar. Pengaruh negative itu


diantaranya yaitu merupakan bahan racun, untuk orang yang bekerja di
industry dapat menyebabkan nanah, koreng pada tangan, merusak atau
menghancurkan selaput lender dan sekat pada lubang hidung (Budavari,
1984).
Olehkarena, dalam penggunaan kalium dikromat harus dalam porsi
dan keperluan yang seadanya saja dan dalam pengawasan tenaga ahli
kimia agar tidak menimbulkan dampak yang buruk bagi manusia dan
lingkungan sekitar.
Dalam bidang farmasi, kalium dikromat digunakan untuk
mengindikasi parasetamol yang dicampur dengan HCl(Ahmad, 2012).

BAB V
KESIMPULAN

1.
2.
3.
4.
5.

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat


disimpulkan bahwa :
Dalam pembuatan larutan K2Cr2O7 2N sebanyak 100 ml diperlukan
padatan K2Cr2O7 sebanyak 9,8 gram.
Semakin lama waktu yang digunakan dalam pengocokan pembuatan
larutan K2Cr2O7 (kalium dikromat) maka semakin homogen larutan kalium
dikromat yang terbentuk.
Penambahan aquades secara bertahap akan menghasilkan larutan yang
lebih homogen daripada larutan yang dibuat dengan penambahan
aquades secara langsung.
Larutan yang dihasilkan pada percobaan ini adalah larutan homogen
dengan warna jingga.
Pemanfaatan larutan kalium dikromat (K2Cr2O7) dalam industri farmasi
yaitu kalium dikromat digunakan untuk mengindikasi parasetamol yang
dicampur dengan HCl

Anda mungkin juga menyukai