Anda di halaman 1dari 14

FM-UII-AA-FKA-07/R2

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

MATERI/BAHAN MATA KULIAH


Fakultas : TEKNOLOGI INDUSTRI Pertemuan ke : delapan
Jurusan/Program : TEKNIK KIMIA Modul ke : I
Studi
Kode Mata Kuliah : 61200121 Jumlah :
Halaman
Nama Mata Kuliah : KIMIA DASAR Mulai Berlaku : 2009
Dosen : Dra. Kamariah Anwar, MS

Materi : Larutan

Definisi :
Larutan adalah campuran homogen yang
terdiri
dari dua komponen atau
lebih
Larutan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

1.Larutan Gas
Dua jenis gas atau lebih yang tidak saling bereaksi satu
sama lain bercampur secara homogen. Sebagai contoh
adalah udara, ini merupakan larutan gas yang terdiri dari :
Nitrogen, Oksigen, Karbondioksida, Argon, dan gas-gas
lain dalam jumlah relative kecil.

2. Larutan Cair
Larutan ini dapat terjadi dari :
Gas yang larut dalam suatu cairan.
Cairan yang larut dalam suatu cairan lain.
Zat padat yang larut dalam suatu cairan.

Apabila cairan yang digunakan untuk melarutkan adalah


air, maka larutan tersebut disebut larutan berair.
3. Larutan Padat

Zat padat terdispersi dalam atom atau molekul


penyusun yang lain.

Larutan padat sangat penting karena merupakan


bagian besar apa yang disebut alloy, yaitu
gabungan dua unsur logam atau lebih yang
mempunyai sifat-sifat logam.

Contoh :
suatu alloy yang terdiri dari larutan padat tembaga
dalam perak adalah mata uang perak Sterling.
Dalam suatu larutan dikenal adanya dua
istilah, yaitu :

Zat terlarut (solute)


Zat pelarut (solvent)

Pada umumnya dalam suatu larutan, zat yang


berada dalam jumlah yang lebih banyak disebut
sebagai pelarut, sedang yang berada dalam
jumlah yang sedikit, disebut zat terlarut.
Namun demikian, kadang-kadang kedua istilah
tersebut dapat dibalik, sebagai contoh misalnya
: larutan H2SO4 90%.
Besaran-besaran dalam
Larutan
1. Fraksi-mol : simbol X
n1 n2
X1 X2
n1 n2 n1 n2
X1 + X2 = 1

Contoh : dalam suatu larutan alkohol dalam air,


terkandung 1 mol alkohol dan 3 mol air, maka fraksi mol
alkohol adalah sedang fraksi mol air

2. Molaritas : simbol M
M = mol solute/ liter larutan

Misalnya larutan HCl 6 M, artinya 6 mol HCl dilarutkan


kedalam air sedemikian hingga volume larutan menjadi 1
liter.
3. Normalitas : simbol N
N = grek (gram ekuivalen) solute/liter larut.
Misalnya larutan KMnO4 0,25 N, artinya setiap liter
larutan
mengandung 0,25 gram ekuivalen garam KMnO4.

4. Molalitas : simbol m
m = mol zat terlarut/kg pelarut
Misalnya HCl 6 m, artinya 6 mol HCl dalam 1 kg pelarut .

5. Prosen :
Diberi symbol %, dan dibedakan antara lain :
a. Persen berat per volume (%b/v)
% b/v = gram zat terlarut dalam 100 ml larutan.
Misalnya larutan H2O2 3% artinya dalam 100 ml larutan
terkandung
3 gram H2O2.
b. Persen volume per volume (%v/v atau % volum):
% v/v = ml zat terlarut dalam 100 ml larutan
Misalnya larutan alkohol 12% volume, berarti 12 ml
alkohol dalam
100 mL larutan
c. Persen berat per berat (% b/b atau % brt):

% berat = gram suatu zat terlarut dalam 100 gram


larutan.
Misalnya : larutan K2CrO4 2% berat, artinya 2 gram garam
K2CrO4
dalam 100 gram larutan
Sifat-sifat larutan

Larutan selalu terdiri dari zat terlarut dan zat pelarut,


sehingga sifat dari suatu larutan selalu akan ditentukan
oleh sifat dari campuran tersebut.

Penambahan zat terlarut pada zat pelarut akan


menurunkan kecenderungan lepasnya molekul-molekul
zat pelarut, sehingga akan menyebabkan penurunan
tekanan uap larutan, penurunan titik beku, kenaikan titik
didih dan tekanan osmosa

Penurunan tekanan uap secara kuantitatif dinyatakan


dalam hukum Roult
Po = tekanan uap pelarut murni
P = tekanan uap larutan
X2 = mol-fraksi zat terlarut
Sifat Koligatif
Larutan
Solute non valatil, misalnya sukrosa atau
NaCl bila ditambahkan kedalam solven
murni akan menyebabkan : penurunan
tekanan uap, kenaikan titik didih dan
penurunan titik beku dari solven murni
tersebut.
Larutan ideal dan Hukum Roult
Larutan ideal : larutan dimana interaksi
diantara mol-mol yang tidak sejenis sama dengan
interaksi diantara mol-mol yang sejenis. Sifat-sifat
larutan ideal dinyatakan dengan Hukum Roult.
Dalam larutan ideal A-B maka tekanan uap masing-
masing komponen diatas larutan adalah :

dimana
:
Tekanan uap komponen A dan
B

Tekanan uap murni komponen A dan


B

Fraksi-mol komponen A dan B


Contoh :

Hitunglah tekanan uap masing-masing komponen


dan
tekanan total pada suhu 50oC dari larutan yang
terdiri
dari :
100 cm3 C6 H14 (d = 0,6544 g/cm3 )
100 cm3 C7H16 (d = 0,6838 g/cm3)

Diket : tekanan uap murni : C6H14 = 523 mmHg


C7H16 = 416 mmHg
Penurunan tekanan uap oleh solute non volatil

Bila dalam suatu larutan biner hanya solven-nya yang


volatil,
maka tekanan uap partial dari solven akan menjadi
tekanan uap
dari larutan.
Plar = Xsolv . Posolv
= (1 Xsolut) Posolv
Posolv - Plart = Xsolut . Posolv
P = Xsolut . Posolv
Untuk larutan yang encer Xsolut m (molalitas)

Atau : Xsolut = k . m (k=konstante)


Sehingga P = k m Po
Pada T tertentu maka kPo = KVP P = KVP x m

Kvp disebut = konstante penurunan tekanan uap molal


.
Misalnya : H O pada 25oC, K = 0,438 mmHg mol-1 kg
Kenaikan Titik Didih dan Penurunan Titik Beku

Tf = Kf m

Tb = Kb m
Osmose : aliran mol-mol solven dari solven murni ke
Osmotic Pressure
dalam larutan, atau dari larutan encer kedalam
larutan yang lebih
pekat, bila ke dua zat cair tersebut dipisahkan
dengan
membran semi permeable.

Tekanan osmose adalah tekanan yang harus


dipergunakan
untuk menyamakan aliran mol-mol solven pada
kedua arah
Hukum Vant V = nRT
melalui
Hof :membran
:
semi permeable.
n
= RT = MRT
V

Anda mungkin juga menyukai