Anda di halaman 1dari 12

BOILER FEED WATER

1. Air Umpan Boiler


Air yang digunakan pada proses pengolahan dan air umpan boiler
diperoleh dari air sungai, air waduk, sumur bor dan sumber mata air lainnya.
Kualitas air tersebut tidak sama walaupun menggunakan sumber air sejenis, hal ini
dipengaruhi oleh lingkungan asal air tersebut. Sumber mata air sungai umumnya
sudah mengalami pencemaran oleh aktivitas penduduk dan kegiatan industri, oleh
sebab itu perlu dilakukan pemurnian. Berikut beberapa spesifikasi standar boiler.

Tabel 1.1. Standar Boiler Feed Water dan Boiler Water


Parameter >20 kg/cm2 21-39 kg/cm2 40-59 kg/cm2 Unit
Total <10 <1,0 <0,5 ppm as
Hardness CaCO3
pH 8,5-9,5 8,5-9,5 8,5-9,5
Dissolved 0,1 0,02 0,01 As ppm
Oxygen
Silica 5 0,5 As ppm SiO2
(Sumber: Fatimura, 2015)

Air yang disuplai ke boiler untuk diubah menjadi steam disebut air umpan.
Dua sumber air umpan boiler adalah kondensat atau steam yang mengembun yang
kembali dari proses dan air makeup (air baku yang sudah diolah) yang harus
diumpankan dari luar ruang boiler dan plant proses. Boiler tekanan tinggi,
digunakan economizer untuk memanaskan awal air umpan menggunakan limbah
panas pada gas buang. Boiler tekanan tinggi memerlukan air umpan boiler dengan
spesifikasi yang telah ditentukan, karena dengan tingginya tekanan material yang
ditinggalkan semakin besar, hal ini tentu mempengaruhi efisiensi boiler.
Air umpan boiler harus memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan agar
tidak menimbulkan masalah pada pengoperasian boiler. Air tersebut harus bebas
dari mineral-mineral yang tidak diinginkan serta pengotor-pengotor lainnya yang
dapat berpengaruh terhadap menurunnya efisiensi kerja dari boiler itu sendiri.
Adanya keharusan tersebut maka feed water harus memenuhi prasyarat tertentu.
Tabel 1.2. Baku Mutu Boiler Feed Water
Parameter Satuan Pengendalian Batas
pH Unit 10,5-11,5
Cunductivity µmhos/cm 5000
TDS ppm 3500
P-Alkalinity ppm -
M-Alkalinity ppm 800
O- Alkalinity ppm 2,5 SiO2
T. Hardness ppm -
Silika ppm 150
Besi ppm 2
Phosphat residual ppm 20-50
Sulfite residual ppm 20-50
pH condensate Unit 8-9
(Sumber: Nalcoh, 2012)

Syarat air boiler tergantung pada tekanan operasi boiler. Semakin tinggi
tekanan operasi boiler semakin tinggi tingkat kemurnian air umpan dan air boiler
yang disyaratkan. Air yang dipompa masuk kembali ke dalam boiler biasa dikenal
dengan nama boiler feed water. Peralatan utama pensuplai feed water, yaitu:
1) Feed water pumps
2) Feed water tank dengan deaerator tank
3) Feed water heaters
Feed water tank berfungsi untuk menampung feed water sebelum dipompa
masuk ke boiler oleh feed water pumps. PLTU dengan berkapasitas kecil, pompa
feed water digerakkan oleh motor listrik, sedangkan pada PLTU berkapasitas besar
mempergunakan turbin uap mini dan untuk meningkatkan efisiensi PLTU,
sebelum dipompa masuk ke boiler, feed water harus dipanaskan terlebih dahulu
hingga mencapai suhu tertentu. Pemanasan tersebut dilakukan dengan heater (heat
exchanger) yang berlangsung secara konduksi dengan memanfaatkan uap panas
yang diambil (diektraksi) dari turbin, jadi selain diteruskan ke kondenser, ada
sejumlah kecil uap dari turbin yang diambil untuk memanaskan feed water heater.
2. Zat Berbahaya dalam Air Umpan Boiler
Sistem air umpan boiler (boiler feed water) harus memenuhi spesifikasi
yang telah ditentukan agar tidak menimbulkan masalah-masalah yang akan
mengahambat pada pengoperasian boiler. Air umpan untuk boiler bisa berasal dari
berbagai macam sumber diantaranya adalah sungai, danau, sumur, dan lain lain.
Biasanya kandungan air dari danau, sungai, dan sumur, memiliki karaktersitik.

Tabel 2.1. Karakteristik Air Danau, Sungai, dan Sumur


Senyawa Satuan Range
Silika (SiO2) ppm 0,4-39
Besi (Fe) ppm 0,0-2,1
Kalsium (Ca) ppm 1,7-79
Magnesium (Mg) ppm 0,4-33
Natrium (Na) ppm 1,4-147
Kalium (K) ppm 0,4-4
Carbonate (CO3) ppm 1-4
Bicarbonate (HCO3) ppm 10-328
Sulfat (SO4) ppm 0,8-560
Klorida (Cl) ppm 2,6-195
Fluoride (F) ppm 0,0-2,5
Nitrat (NO3) ppm 0,0-4,0
Dissolved solids ppm 23-1380
Total hardness as CaCO3 ppm 6-316
Non carbonate hardness ppm 0-197
Color - 0-15
pH - 5,8-8,4
(Sumber: Ramdani, 2012)

Air umpan boiler yang digunakan tersebut harus bebas dari mineral yang
tidak diinginkan serta pengotor-pengotor lainnya yang dapat menurunkan efisiensi
kerja dari boiler. Air umpan yang digunakan itu ada kandungan zat yang
berbahaya saat mengendap atau terakumulasi dalam boiler, beberapa diantaranya
adalah silika, besi, kalsium, magnesium, natrium, asam karbonat, dan oksigen.
2.1. Silika
Silika (SiO2) yang dapat membentuk scale di bawah tekanan 600 psig, di
atas 600 psig, silika mulai menguap. Uap ini berpotensi membentuk endapan pada
diafragma turbin. Uap ini dapat mengakibatkan kerugian energi. Tingkat kerugian
yang terjadi akan tergantung pada banyaknya uap, ketebalan, dan juga derajat
kekasaran dari uap yang dihasilkan. Contohnya jika energi di jalur pertama telah
berkurang sebesar 10%, output dari turbin uap sekitar 3% lebih sedikit.
2.2. Besi
Besi (Fe) adalah senyawa yang tidak larut dalam air. Kadar besi dalam
jumlah banyak tidak ditemukan dalam air alami, tetapi konsentrasi besi yang tinggi
bisa berasal dari pipa-pipa yang berkarat dan pengelupasan kulit tabung boiler.
Besi juga bisa ditemukan dalam kondensat dalam bentuk partikel, karena besi
tidak larut dalam air. Besi ini menyebabkan erosi yang signifikan pada turbin uap.
Besi yang ada di dalam air umpan jika kembali ke boiler akan mengalami
pengendapan dan menyebabkan pembentukan kerak pada boiler dan pipa.
2.3. Kalsium
Kalsium bereaksi dengan sulfat untuk membentuk kalsium sulfat dan juga
membentuk senyawa lain, seperti kalsium bikarbonat, kalsium karbonat, dan
kalsium nitrat. Selama penguapan bahan kimia ini memenuhi dinding boiler
membentuk scale. Laju penguapan meningkat sebanding dengan tingginya suhu.
Scale adalah bahan non konduktor yang menurunkan perpindahan panas dari
tabung boiler. Penumpukan scale juga dapat menyumbat sistem perpipaan.
2.4. Magnesium, Natrium, Asam Karbonat, dan Oksigen
Magnesium juga dapat bereaksi dengan sulfat membentuk magnesium
sulfat. Natrium dapat bergabung dengan ion hidroksida membentuk natrium
hidroksida. Natrium hidroksida dapat menekan bidang pada pipa-pipa boiler dan
turbin uap, sehingga akan menyebabkan korosi. Asam karbonat akan terbentuk
dari reaksi antara gas karbondioksida (CO2) dengan air. Selain itu juga asam
karbonat bisa berasal dari air yang alkalinitasnya tinggi. Asam karbonat akan dapat
menyebabkan korosi. Oksigen juga terdapat pada air umpan yang digunakan.
Oksigen saat bereaksi dengan air dan besi akan membentuk besi hidroksida yang
sangat larut dalam air. Endapan besi yang larut yang terjadi tersebut disebut karat.
3. Permasalahan Boiler karena Boiler Feed Water
Suatu boiler atau pembangkit uap yang dioperasikan tanpa kondisi air yang
baik, cepat atau lambat akan menimbulkan masalah-masalah yang berkaitan
dengan kinerja dan kualitas dari sistem pembangkit uap. Banyak masalah-masalah
yang ditimbulkan akibat dari kurangnya penanganan dan perhatian khusus
terhadap penggunaan air umpan boiler. Akibat dari kurangnya penanganan
terhadap air umpan boiler akan menimbulkan masalah-masalah sebagai berikut:
3.1. Pembentukan Kerak
Terbentuk kerak pada dinding boiler terjadi akibat adanya mineral
pembentukan kerak, misalnya ion-ion kesadahan seperti Ca2+ dan Mg2+ dan akibat
pengaruh gas penguapan. Kerak dapat pula disebabkan oleh adanya mekanisme
pemekatan di dalam boiler karena adanya pemanasan. Jenis-jenis kerak yang
umum dalam boiler adalah kalsium sulfat, senyawa silikat, dan karbonat. Zat-zat
dapat membentuk kerak yang keras dan padat sehingga bila lama penanganannya
akan sulit untuk dihilangkan. Silika diendapkan bersama dengan kalsium dan
magnesium dan membuat kerak semakin keras dan sulit untuk dihilangkan.
Jenis kerak yang dibentuk oleh beberapa senyawa membentuk kerak
berjalan cepat bila air umpan boiler mengandung kalsium bikarbonat. Hadirnya
garam kalsium sulfat (lebih mudah larut dibanding kalsium karbonat) menandakan
perlakuan (treatment) air boiler kurang memadai. Pembentukan kerak oleh garam
magnesium biasanya lebih mudah dicegah dari pada garam kalsium.
Secara normal magnesium mengendap dalam bentuk magnesium
hidroksida. Garam magnesium yang dijumpai pada kerak boiler adalah magnesium
hidroksida, magnesium silikat, dan magnesium fosfat. Kerak magnesium fosfat
tidak terlalu keras tetapi magnesium silikat sangat keras dan terbentuk di daerah
perpindahan panas tinggi. Kerak silikat sangat keras dan menjadi penghalang
perpindahan panas. Konsumsi bahan bakar meningkat tiga kali lebih banyak dari
konsumsi bila jenis kerak normal pada tebal yang sama. Langkah-langkah berikut
ini diterapkan untuk mencegah masalah kerak yang disebabkan oleh komponen
kesadahaan, silika dan lain-lain dalam boiler tekanan rendah adalah penghilangan
kesadahan dengan menggunakan softener dan pengendalian konsentrasi air boiler.
Pencegah masalah yang disebabkan kerak oleh pengotor dalam air umpan,
tindakan berikut harus diambil untuk mengurangi pengotor yang masuk ke boiler
dengan menggunakan alat kontrol pH, penghilangan besi, demineralisasi, dan
sebagainya dari air umpan dan kondensat. Penentuan waktu untuk pembersihan
kimiawi dan penerapan pembersihan secara berkala untuk memeriksa kondisi adesi
kerak pada tabung penguapan yang diambil dari bagian boiler yang bermuatan
panas tinggi. Apabila kerak yang sudah terbentuk diakibatkan lolos nya senyawa-
senyawa pembentuk kerak dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu on line cleaning
yaitu pelunakan kerak-kerak lama dengan bahan kimia selama boiler beroperasi
normal. Off line cleaning (acid cleaning) yaitu melarutkan kerak-kerak lama
dengan asam-asam khusus tetapi boiler harus berhenti beroperasi. Mechanical
cleaning yaitu dengan menggunakan alat seperti sikat, pahat, scrub, dan lain-lain.
3.2. Peristiwa Korosi
Korosi merupakan peristiwa logam kembali ke bentuk asalnya di alam
misalnya besi menjadi oksida besi, alumunium dan lain-lain. Hal ini dapat
disebabkan oleh gas-gas yang bersifat korosif seperti O2, CO2, atau H2S, kerak dan
deposit, perbedaan logam (korosi galvanis), serta pH yang terlalu rendah. Jenis
korosi yang banyak dijumpai pada boiler adalah korosi karena oksigen terlarut.
Ketika film pelindung oksida besi dalam boiler sebagian hancur karena
kualitas air boiler yang buruk, stres termal, dan lain-lain, sel lokal terbentuk antara
permukaan baja karbon terkena dan film oksida besi yang kontak dengan air.
Korosi karena pengendapan produk korosi. Ketika produk korosi, seperti oksida
besi dan oksida tembaga, masuk ke boiler dari air umpan dan condensate line,
bahan tersebut mengendap ditempat dengan sirkulasi air rendah, seperti bagian
bawah drum, atau pada permukaan tabung dengan fluks panas yang lebih tinggi.
Sel yang mengandung oksigen kemudian dibentuk di bawah presipitasi
atau deposisi produk korosi, dan hasil korosi jika ada oksigen hadir. Korosi karena
konsentrasi alkali. Ketika tabung penguapan dengan fluks panas yang lebih tinggi
secara lokal mengalami pemanasan berlebih, air boiler menjadi sangat
terkonsentrasi dibagian tersebut dan baja terkorosi oleh alkali terkonsentrasi,
namun jenis korosi ini jarang ditemukan dalam boiler yang bertekanan rendah.
3.3. Pembentukan Deposit
Deposit merupakan peristiwa penggumpalan zat-zat dalam air umpan
boiler yang disebabkan oleh adanya zat-zat padat tersuspensi contohnya adalah
oksida besi, oksida tembaga, dan lain-lain. Peristiwa tersebut dapat juga
disebabkan karena adanya kontaminsi uap dari produk hasil proses produksi itu
sendiri. Sumber dari deposit di dalam air seperti garam-garam yang terlarut dan
zat-zat yang tersuspensi di dalam air umpan boiler (boiler feed water). Adanya
pemanasan dan adanya zat tersuspensi dalam air umpan boiler pada boiler akan
menyebabkan mengendapnya sejumlah muatan-muatan yang menurunkan daya
kelarutan, jika temperatur pada boiler dinaikkan. Peristiwa tersebut menjelaskan
pertanyaan mengapa kerak dan sludge (lumpur) terbentuk di dalam boiler.
Kerak merupakan bentuk deposit-deposit yang tetap berada pada
permukaan boiler sedangkan sludge merupakan bentuk deposit-deposit yang tidak
menetap atau yang biasanya disebut deposit lunak (Milton, 1990). Pada ketel
bertekanan tinggi, silika sangat mudah mengendap dengan uap dan dapat
membentuk deposit yang menyulitkan pada pengoperasian pada daun turbin.
Pencegahan-pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya
peristiwa deposit-deposit tersebut maka dapat dilakukan beberapa cara yaitu
diantaranya adalah meminimalisasi masuknya mineral-mineral yang dapat
menyebabkan deposit tersebut seperti oksida besi, oksida tembaga dan lain-lain.
Pencegahan korosi yang terjadi pada sebuah sistem kondensat dengan cara
menggunakan proses netralisasi (mengatur pH 8,2-9,2) dapat juga dilakukan
dengan mencegah terjadinya kebocoran udara yang terjadi pada sistem kondensat.
Pencegahan kontaminasi uap yang terjadi selanjutnya menggunakan bahan-bahan
kimia untuk mendispersikan mineral-mineral yang akan menyebabkan deposit.

4. Water Treatment Air Umpan Boiler


Tujuan dilakukannya water treatment untuk air umpan boiler adalah untuk
mengatasi masalah yang terjadi apabila air umpan boiler dimasukkan ke dalam
boiler. Tujuannnya antara lain adalah membantu memastikan umur maksimum
dari boiler yang digunakan tersebut, turbin uap, kondensor, dan pompa, dan juga
untuk mengurangi biaya pemeliharaan dan juga menjaga efisiensi pada boiler.
4.1. Aerifikasi
Proses aerifikasi ini dapat menghilangkan gas yang tidak diinginkan,
seperti karbondioksida dan hidrogen sulfat, dengan cara mencampur air dengan
udara. Pencampuran akan dilakukan dengan menambahkan oksigen ke dalam air,
karbondioksida dan hidrogen sulfida lepas. Peningkatan suhu, waktu aerasi, dan
luas permukaan air yang terjadi dapat menghilangkan kadar gas tersebut.
4.2. Koagulasi
Koagulasi adalah proses penambahan bahan kimia untuk mengurangi
padatan tersuspensi yang ada yang bersifat hardness, kekeruhan, lanau, maupun
koloid. Koagulasi ini dilakukan dalam sebuah alat yaitu clarifier. Beberapa bahan
kimia yang biasa digunakan untuk koagulasi antara lain adalah tawas, natrium
aluminat, chlorinated copperas, ferrie sulfate, silika, dan senyawa organik lainnya.
4.3. Pelunakan
Ada beberapa metode untuk menghilangkan kalsium, magnesium, silika,
dan lumpur (pelunakan), diantaranya adalah dengan menggunakan pelunakan soda
kapur. Kalsium karbonat (kapur) yang ditambahkan ke dalam air umpan adalah
untuk mengendapkan kalsium bikarbonat, kalsium karbonat, dan garam
magnesium hidroksida. Natrium karbonat (soda abu) ditambahkan ke kalsium
klorida dan sulfat kemudian akan bereaksi dengan kalsium karbonat. Proses ini
lebih efisien pada suhu yang panas. Setelah proses soda kapur, hardness yang
tersisa sekitar 17 sampai 25 ppm. Metode hot proses pelunakan fosfat. Fosfat
ditambahkan untuk menghilangkan kalsium dan magnesium. Proses ini
menghasilkan endapan trikalsium fosfat dan magnesium hidroksida. Reaksi kimia
terjadi di atas 212°F dan akan mengurangi hardness sampai mendekati nol.
Metode pelunakan zeolit. Zeolit adalah kelompok senyawa mineral
kristalin yang mempunyai bentuk atom mikroskopis dan berongga. Struktur
internal zeolit membuat zeolit memiliki fungsi sebagai filter dan katalis. Zeolit
yang digunakan pada proses pelunakan air digunakan untuk pertukaran ion
kalsium dan magnesium, dengan ion natrium yang ada dalam zeolit. Kalsium dan
magnesium akan dilewatkan dan akan menjadi limbah, sedangkan zeolit yang
masih tersisa akan di recycle dengan melewatkan natrium klorida melalui softener.
Metode atau proses demineralisasi dapat digunakan untuk menghilangkan
garam-garam mineral yang terionisasi. Kalsium, magnesium, dan natrium, kation
ini dipisahkan di dalam penukar kation hidrogen dengan sulfonat, karboksilat, dan
senyawa hidroksil fenolik. Anion dari bikarbonat, sulfat, klorida, dan silika larut,
lalu akan dikeluarkan oleh nitrogen amino atau kuartener. Metode reverse osmosis.
Reverse Osmosis (RO) yaitu menjalankan air dari larutan yang lebih pekat yang
kurang terkonsentrasi melalui membran semipermeabel dengan keadaan dibawah
tekanan atmosfer. Tekanan diperlukan untuk membalikkan proses osmosis yaitu
dengan cara mengatasi tekanan osmotik yang terjadi. Tekanan osmotik yang cukup
berkaitan dengan konsentrasi. Semakin tinggi konsentrasi garam, maka tekanan
osmotik akan semakin tinggi. Tekanan osmotik termasuk tekanan nyata.
Contohnya, air laut berisi 3,5% atau 35000 mg/l garam. Memiliki tekanan
410 psi (28,3 bar). Sebelum desalting terjadi, sistem reverse osmosis harus ditekan
minimal 410 psi (28,3 bar) untuk mengatasi tekanan osmotik yang ada pada
larutan. Dua tahap RO menjalankan dua sistem RO secara seri dengan produk
(permeat) dari RO tahap 1. RO tahap 1 dijadikan umpan RO tahap 2. RO
dilakukan 2 tahap ketika RO 1 tahap tidak menghasilkan kualitas yang diinginkan.
Zat kimia yang biasa digunakan dalam treatment, diantaranya adalah sulfit,
phosfat, dispersan, dan amina. Sulfit digunakan untuk mengkonsumsi oksigen
terlarut dalam air. Lokasi penyimpanan sulfit yang tepat, yaitu dari bagian dalam,
agar jauh dari aliran umpan untuk meningkatkan waktu reaksi antara sulfit dengan
oksigen. Phosfat yang digunakan untuk bereaksi dengan kalsium dan magnesium
untuk menghasilkan kekerasan yang terkendali (hidroksiapatit dan serpentin) yang
akan dilepas oleh blowdown. Fosfat akan ditambahkan pada boiler bertekanan
rendah dan mempertahankan fosfat sekitar 30-60 ppm sebagai ortho phosfat.
Pengujian fosfat dapat dilakukan dengan penyaringan saat fosfat presipitat
sudah terbentuk. Setiap saat, fosfat akan menetralisir Mg dan Ca. Endapan fosfat
(sludge) harus tersebar secara merata untuk mencegah kenaikan suhu. Lignosulfat
dan dispersan tidak dapat digunakan bersamaan karena bisa bereaksi membentuk
zat yang tidak diinginkan, pH air yang murni mudah menurun karena adanya
karbondioksida. Karbondioksida yang larut dalam air membentuk asam karbonat.
Oksigen juga mudah larut dalam air murni. Amina digunakan untuk menetralkan
karbonat, sehingga pH stabil. Kadar amina yang digunakan dinilai dari rasio
distribusi (DR). Semakin tinggi DR, kadar afintias amina makin besar.

5. Treatment pada Boiler


Adanya berbagai komponen yang ada di dalam air umpan boiler (boiler
feed water), penggunaan boiler feed water untuk boiler menyebabkan adanya
permasalahan pada boiler dan pada peralatan tambahan lainnya seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Cara mencegah hal ini terjadi, treatment air yang sesuai
harus diterapkan untuk setiap sistem boiler. Pengolahan air boiler dibagi menjadi
dua, yaitu pengolah kimia (internal) dan pengolahan mekanis (eksternal).
5.1. External Boiler Water Treatment
Perawatan eksternal (external treatment) adalah segala sesuatu yang
dilakukan pada semua sistem pendukung pada boiler (sistem yang berhubungan
dengan boiler). Maksud dan tujuan dari suatu external treatment adalah untuk
menghasilkan air dengan kualitas yang sesuai dengan persyaratan dari air umpan
boiler (boiler feed water) yang berlaku. Hal ini yang termasuk diantaranya adalah
penghilangan zat tersuspensi, pengurangan atau penghilangan kadar kesadahan,
pengurangan atau penghilangan kadar silica, pengurangan atau penghilangan kadar
oksigen terlarut (dissolved oxygen), dan sebagainya. Beberapa contoh dari fasilitas
external treatment antara lain clarifier, filters, softener, dan juga deaerator.
Ion exchanger treatment yang dilakukan ini, ion terlarut dipisahkan dengan
menggunakan resin pemukar ion untuk menghasilkan kualitas air yang sesuai.
Penghilangan semua ion terlarut disebut dengan demineralisasi. Penukaran ion
kalsium dan magnesium dengan ion natrium disebut dengan softening. Pada
softening komponen kesadahan yaitu Ca2+ dan Mg2+ yang menyebabkan korosi
pada boiler tekanan rendah akan ditukar dengan ion Na+ dengan resin penukar
kation. Ketika raw water dilewatkan pada bed yang mengandung resin ini,
komponen kesadahan dalam raw water ditukar dengan ion Na+ pada resin penukar
ion. Masalah kerak dicegah dengan memasukkan softened water pada boiler,
namun sebenarnya kerak masih dapat terjadi karena kebocoran kesadahan dari
softener sering terjadi akibat kendali operasi yang tidak sesuai (Limbong, 2009).
Demineralizer yang paling popular pada saat ini adalah two beds and one
degasifiers. Tipe ini terdiri dari kolom kation yang berisi asam kuat resin penukar
kation (H-bed), degasifier, dan kolom anion berisi basa kuat resin penukar anion
(OH-bed). Kation pada raw water akan ditukarkan dengan ion hidrogen dalam H-
bed dan karbon dioksida yang dihasilkan yang berasal dari pengurangan pH
dipindahkan ke dekarbonator. Anion ditukar dengan ion OH dalam OH-bed.
Deaerasi pada boiler bertujuan untuk menghilangkan gas terlarut yang
bersifat korosif (oksigen dan karbon dioksida) untuk mencegah masalah korosi
yang terjadi pada sistem boiler tersebut. Prinsip dasar dari peralatan deaerasi
adalah kelarutan gas terlarut pada air menjadi nol pada titik didih air. Metode
deaerasi terbagi dua, yaitu deaerasi vakum dan heating deaerasi. Heating
deaeration dalam hal ini, gas terlarut pada boiler dihilangkan dengan cara
memanaskan feed water hingga suhu jenuh di bawah tekanan di dalam deaerator.
Metode heating deaerasi ini digunakan secara luas pada boiler tekanan
sedang atau tinggi karena oksigen terlarut dalam feed water yang dideaerasi
kurang dari 0,007 mg/l. Vacuum deaeration, deaerator vakum menghilangkan gas
terlarut dalam air dengan mengurangi tekanan di dalam ke tekanan uap air
berdasarkan suhu air. Oksigen terlarut dalam air yang dideaerasi menjadi sekitar
0,1 hingga 0,3 mg/l. sistem ini biasa digunakan pada boiler tekanan rendah.
5.2. Internal Water Treatment
Perawatan internal (internal treatment) adalah pengkondisian air umpan
boiler dengan bahan kimia treatment dan pengaturan lainnya dengan tujuan agar
korosi, pengerakan, deposit dapat dihindari dan kemurnian uap dapat terjaga baik.
Beberapa mekanisme yang akan terjadi dalam internal treatment, antara lain
adalah mereaksikan kesadahan dengan bahan kimia, agar kerak calcium carbonate
yang keras berubah menjadi endapan yang lunak berlumpur sehingga bisa dibuang
melalui blow down. pH atau alkalinity air boiler untuk menghindarkan pengerakan
silika, dan juga penggunaan anti busa (anti foam) untuk mencegah potensi
pembusaan yang akan mengakibatkan terjadinya carry over dan juga menurunkan
kemurnian uap. Beberapa jenis bahan kimia yang umum dipergunakan dalam
internal treatment diantaranya adalah fosfat yang akan bereaksi dengan kesadahan
kalsium untuk menetralisir kesadahan air dengan membentuk hydrat tricalcium.
Fosfat yang berbentuk lumpur dan dapat dibuang melalui blow down secara
terus-menerus atau secara berkala melalui bawah boiler. Natural and synthetic
dispersants (dispersant) yang akan meningkatkan sifat dispersif air boiler.
Beberapa contoh polymeric dispersant adalah polimer alam yaitu lignosulphonates
dan tannin. Polimer sintetik yaitu polyacrylates, maleat acrylate copolymer, maleat
styrene copolymer. Sequestering agents (anti scale) seperti phosphate organic
(phosphonates), polymaleic acid, sulfonated copolymer. Oxygen scavengers
(penangkap oksigen) seperti natrium sulfit, tannin, hidrazin, hidrokuinon atau
pyrogallol berbasis derivatif, hydroxylamine derivatif, asam askorbat derivatif.
Oxygen scavengers ini dikatalisasi ataupun tidak tetap akan mengurangi
kadar oksigen terlarut dalam feed water. Beberapa jenis dari oxygen scavenger ini
juga berfungsi sebagai passivator untuk mempassivasi permukaan logam seperti
hydrazine dan hydroxylamine derivate. Pilihan produk dan dosis yang diperlukan
akan tergantung pada jenis alat mekanis yang akan digunakan (deaeator atau
heating tank). Anti foaming atau anti priming agents adalah campuran bahan aktif
permukaan yang mengubah tegangan pada permukaan cairan, menghilangkan
busa, dan juga untuk mencegah terbawanya air halus partikel dalam uap.
Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air
sampai terbentuk air panas atau steam. Air panas atau steam pada tekanan tertentu
kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Sistem boiler
terdiri dari sistem air umpan (feed water system), sistem steam (steam system) dan
sistem bahan bakar (fuel system). Sistem air umpan (feed water system)
menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan kebutuhan steam yang
dibutuhkan. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan perbaikan.
Sistem steam (steam system) yaitu mengumpulkan dan mengontrol
produksi steam dalam boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik
pengguna. Tekanan steam pada keseluruhan sistem diatur dengan menggunakan
kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar (fuel sistem)
adalah semua peralatan yang digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk
menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada sistem
bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem.

Anda mungkin juga menyukai