Anda di halaman 1dari 2

4.

Pembahasan
Pada percobaan saponifikasi ini kami akan membuat produk yaitu sabun
dimana sabun yang dihasilkan itu adalah sabun keras. Sabun keras itu dihasilkan
dari mereaksikan asam lemak dengan suatu senyawa basa yaitu Natrium Hidroksida
(NaOH) yang akan menghasilkan sabun dan gliserol. Namun sesungguhnya tidak
hanya menggunakan Natrium Hidroksida (NaOH) saja dapat mengahasilkan sabun
tetapi juga bisa menggunakan senyawa basa lainnya yaitu dengan menggunakan
senyawa Kalium Hidroksida (KOH), akan tetapi sabun yang akan dihasilkan yaitu
sabun lunak. Karena senyawa basa yang digunakan mempengaruhi jenis sabunnya.
Bahan utama yang digunakan juga untuk membuat sabun adalah minyak
kelapa sawit yang banyak terdapat di pasaran yang kualitasnya masih baru atau
belum pernah digunakan, sebenarnya bisa juga menggunakan minyak bekas namun
akan ada tahapan terlebih dahulu untuk mengurangi kandungan pengotornya
sehingga digunakan minyak yang baru. Dalam reaksi penyabunan biasanya dipakai
lemak yang merupakan gliserida yang terbentuk dari gliserol dan asam-asam jenuh.
Pada percobaan ini kami menggunakan minyak nabati yang merupakan gliserida
yang terbentuk dari gliserol dan asam-asam tak jenuh. Rantai alkil pada minyak
nabati mengandung ikatan tak jenuh sehingga mudah mengalami adisi. Minyak yang
teradisi ini disebut dengan minyak tengik, itulah sebabnya seharusnya minyak yang
dihasilkan pada percobaan ini akan menimbulkan bau, akan tetapi karena
ditambahkan pewangi sehingga hasilnya tidak menimbulkan bau. Selain itu bahan
yang digunakan yaitu senyawa garam dimana kami menggunakan Natrium Klorida
(NaCl) salah satu kegunaan dari NaCl ini adalah sebagai tanda atau pemisah dari
lapisan yang akan terbentuk antara minyak dan sabun sehingga mudah diamati.
Senyawa kimia yang digunakan tadi yaitu Natrium Hidroksida (NaOH) dan
Natrium Klorida (NaCl) terlebih dahulu dilakukan pengenceran dengan
menggunakan aquadest sehingga bisa direaksikan dengan minyak kelapa sawit tadi.
Setelah masing-masing dilakukan pengenceran selanjutnya akan direaksikan
dengan minyak yang telah dipanaskan sampai temperatur 80OC dengan terus
dilakukan pengadukan selama proses reaksi dan proses pemanasan, namun dalam
penambahan bahan baku tadi ke dalam minyak tidak langsung secara bersamaan
tetapi melalui dua tahapan. Tahapan pertama itu menambahkan NaOH.
Temperatur optimum terbentuknya sabun itu sendiri pada temperatur 80OC.
Sehingga penambahan senyawa NaOH itu pada temperatur minyak 60OC karena
Natrium Hidroksida (NaOH) itu memiliki sifat eksoterm yang akan menghasilkan
atau melepaskan panas, jika dimasukkan pada temperatur optimumnya maka akan
mempengaruhi prosesnya yang akan terjadi yaitu temperaturnya akan melebihi
temperatur optimumnya sehingga akan mempengaruhi proses reaksinya.
Tahapan kedua pada proses reaksi tersebut adalah penambahan Natrium
Klorida (NaCl), pewarna dan pewangi non alcohol pada temperatur optimumnya.
Penambahan ini dilakukan pada temperatur optimumnya karena sifatnya tidak
eksoterm sehingga tidak akan mempengaruhi temperatur optimumnya. Penambahan
pewangi non alcohol karena dimungkinkan alkohol akan bereaksi membentuk
senyawa baru yaitu senyawa ester dan alasan penggunaan pewangi non alcohol pada
percobaan kali ini adalah untuk mendapatkan sifat sabun yang tidak transparan.
Proses pembuatan sabun ini reaksinya tidak menggunakan katalis
dikarenakan reaksinya berlangsung secara cepat dan NaOH memiliki sifat eksoterm.
Pada percobaan ini dilakukan pengadukan secara terus menerus agar terbentuknya
buih-biuh yang itulah cikal bakal terbentuknya sabun, namun pada percobaan ini
sedikit mengalami kegagalan karena secara fisik sabunnya belum terbentuk
sempurna dikarenakan waktu yang kami lakukan tidak sampai waktu normalnya
dimana waktu normalnya itu 0,5-1 jam. Kegagalan secara fisik maksudnya disini
adalah sabun yang terbentuk itu tidak terlalu padat namun sudah membentuk solid
atau padatan yang secara kasat mata seperti layaknya padatan namun sedikit lunak.
Sabun yang dihasilkan pada percobaan kami ini adalah sebesar 76,8020 gr
yang mana minyak sayur sebagai bahan utama yang digunakan sebesar 80 gr secara
praktik hasilnya tidak terlalu jauh dari jumlah minyak sayur yang digunakan dan
sehingga gliserol yang dihasilkan pun tidak terlalu banyak karena jumlah sabun
yang terbentuk itu cukup banyak, hanya saja sabunynya tidak terlalu keras seperti
sabun yang diharapkan, kesalahan tersebut juga bisa dikarena kesalahan human
error. Salah satu indikator human error dapat dilihat dari hasil material balance
secara teoritis dan praktik yang sedikit berbeda yaitu sebesar 0,672 perbedaannya.
Hal ini dikarenakan kemungkinan gliserolnya ikut terambil saat melakukan
penimbangan sabun sehingga pada proses perhitungan terjadi perbedaan.

Anda mungkin juga menyukai