1. Sabun Cair
Sabun adalah bahan pembersih untuk membersihkan material yang kotor
dengan menggunakan air. Sabun dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dalam
wujud sabun padat dan sabun cair. Sabun yang dibuat adalah sediaan surfactant
based type skin cleanser berwujud cairan kental transparan. Sediaan tersebut
merupakan suatu campuran yang mengandung surfaktan dan bahan tambahan
lainnya yang digunakan bersama dengan air untuk mencuci dan membersihkan
kotoran yang biasanya berupa lemak. Mekanisme pembersihan sabun cair yakni
dengan menurunkan tegangan permukaan antara kotoran dengan permukaan kulit.
Bagian hidrofilik surfaktan dalam sabun akan mengikat air, sedangkan
bagian hidrofobiknya akan mengikat minyak atau lemak. Surfaktan akan
menyusun diri membentuk misel dengan kotoran yang terjebak di dalamnya,
sehingga ketika pembilasan misel tersebut terbawa air dan kotoran juga akan ikut
terbawa. Sabun adalah surfaktan yang terdiri dari gabungan antara air sebagai
pencuci dan pembersih yang terdapat pada sabun batang dan dalam bentuk sabun
cair. Secara kimia, sabun adalah garam dari asam lemak. Secara tradisional, sabun
merupakan hasil reaksi dari lemak. Secara tradisional, sabun merupakan hasil
reaksi dari lemak dan sodium hidroksida, potasium hidroksida dan sodium
karbonat. Reaksi kimia pada pembuatan sabun dikenal dengan reaksi penyabunan
atau saponifikasi (Gandasasmita, 2009). Berikut reaksi saponifikasi :
CH2 O C(CH2)14CH3
O CH2 OH
O CH2 OH
CH2 O C(CH2)14CH3
σ
ɳ= (4.1)
ɣ
Keterangan:
ɳ = Viskositas
σ = Shear stress
ɣ = Shear rate
Persamaan tersebut menunjukkan peningkatan gaya geser (shear stress)
menaikkan kecepatan geser (shear rate). Akan tetapi, hal ini hanya berlaku pada
cairan tipe Newtonian seperti air, alkohol, gliserin, dan larutan sejati. Cairan tipe
lain seperti emulsi, suspensi, dispersi, atau larutan polimer lainnya umunya
digolongkan sebagai tipe non-Newtonian. Viskositas pada tipe ini tidak berbanding
lurus dengan kecepatan geser. Dispersi hidrokoloid dalam air merupakan salah
satu tipe non-newtonian pseudoplastis. Dalam suatu larutan, molekul-molekul
dengan bobot molekul besar dan memiliki struktur panjang akan saling terpilin
atau mengikat satu sama lain dan terjebak bersama dengan solven yang digunakan.
Adanya gaya geser akan menyebabkan molekul terbebas menyusun
molekulnya sendiri secara searah untuk kemudian mengalir. Sehingga molekul
akan mempunyai tahanan untuk mengalir lebih sedikit dan air yang terperangkap
juga akan terlepas dan mengakibatkan viskositas semula turun.Terdapat fenomena
tiksotropi yang ditunjukkan oleh sistem tersebut, yakni penampakan sistem seperti
sabun yang kaku seperti gel pada saat didiamkan, namun saat ada gaya yang
diberikan, struktur sistem ini akan pecah sehingga sistem mengalami penurunan
viskositas. Saat gaya geser dihilangkan, system kembali menyusun diri seperti
semula dengan membutuhkan waktu dalam satuan menit untuk membentuk semula
bahkan hari tergantung sistemnya untuk melakukan gel-sol-gel recovery.