Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALITIK DASAR
“PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM SAMPEL
DENGAN TITRASI ARGENTOMETRI”

DISUSUN OLEH:
NAMA : GIBRAN SYAILLENDRA WISCNU MURTI
NIM : K1A021068
KELAS :B
HARI/TANGGAL : JUMAT, 11 MARET 2022
ASISTEN : VIKRI FADILLA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
LABORATORIUM KIMIA ANALITIK
PURWOKERTO
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii


PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM SAMPEL DENGAN TITRASI
ARGENTOMETRI............................................................................................... 1
I. TUJUAN ....................................................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 1
III. PROSEDUR PERCOBAAN ......................................................................... 4
3.1 Alat .......................................................................................................... 4
3.2 Bahan ....................................................................................................... 4
3.3 Skema Kerja ............................................................................................ 4
IV. DATA DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 7
4.1 Data Pengamatan ..................................................................................... 7
4.2 Data Perhitungan ..................................................................................... 8
4.3 Pembahasan ............................................................................................. 9
V. KESIMPULAN ............................................................................................. 14
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 14
5.2 Saran ........................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15
LAMPIRAN ......................................................................................................... 16

ii
PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM SAMPEL DENGAN
TITRASI ARGENTOMETRI
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat melakukan titrasi pengendapan (argentometri);
2. Mahasiswa dapat menentukan kadar Cl dalam garam dapur dan limbah
cair dengan metode argentometri.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Argentometri adalah analisis prosedur yang melibatkan pengukuran
massa. Pada reaksi argentometri terbentuk endapan AgCl (perak klorida).
Endapan adalah padatan yang tidak larut dan terpisah dari larutan. Reaksi
pengendapan biasanya melibatkan komponen ionik. Salah satu tipe analisis
gravimetrik adalah terlibatnya pembentukan, pemisahan, dan penentuan
massa dari endapan. Bahan yang tidak diketahui komposisinya dilarutkan
dalam air, kemudian berubah menjadi endapan dengan direaksikan dengan
bahan lain. Bentuk endapan biasanya dapat disaring, dikeringkan, atau
ditimbang (Raymond, 1991).
Argentometri adalah salah satu metode analisis kuantitatif untuk
menentukan kadar suatu zat dalam larutan yang didasarkan pada reaksi
pengendapan dengan larutan standar AgNO3. Metode-metode dalam
argentometri antara lain adalah metode mohr, metode volhard, metode liebig,
dan metode fajans (Arsyad, 2004). Titrasi argentometri adalah titrasi dengan
menggunakan perak nitrat sebagai titrat dimana akan terbentuk garam perak
yang sukar larut (Susanti, 2003). Argentometri merupakan metode umum
yang digunakan untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa lain.
Metode argentometri disebut juga pengendapan karena memerlukan
pembentukan senyawa yang relatif tidak larut atau endapan (Gandjar, 2007).
Dalam argentometri, yang dimaksudkan dengan larutan normal adalah
larutan yang ekivalen dengan 1 mol ion Ag+ tiap 1 mol AgNO3. Satu grek
dalam metode ini merupakan kemampuan suatuzat untuk mengikat atau
melepaskan ion perak (Ag+). Pada argentometri, sampel yangdigunakan
biasanya merupakan senyawa halogen (Cl, Br, I). Senyawa halogen jika
bereaksi dengan AgNO3 maka akan membentuk endapan. Misalnya perak
klorida akan mengendap dalam bentuk gumpalan karena koagulasi bahan
koloid. Endapan itu mudah disaring dan dicuci dengan air yang mengandung
asam nitrat. Penggunaan asam nitrat bertujuan untuk mencegah peptisasi
endapan dan akan menguap ketika endapan itu dikeringkan. Perak klorida
biasanya disaring dengan kaca masir atau porselen berpori dan dikeringkan
pada suhu 110 – 130°C (Underwood, 1992).
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak
mudah larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai

1
2

adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi
dengan ion Cl dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl
(Kisman, 1988).

Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(aq)

Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan
bereaksi dengan indikator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat
CrO42- dimana dengan indikator ini ion perak akan membentuk endapan
berwarna cokelat kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati.
Indikator lain yang bisa dipakai adalah tiosianida dan indikator adsorbsi.
Berdasarkan jenis indikator dan teknik titrasi yang dipakai maka titrasi
argentometri dapat dibedakan atas Argentometri dengan metode Mohr,
Volhard, atau Fajans. Selain menggunakan jenis indikator diatas maka kita
juga dapat menggunakan metode potensiometri untuk menentukan titik
ekuivalen. (Kisman, 1988).
Metode mohr (pembentukan endapan berwarna) dapat digunakan untuk
menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan
standar AgNO3 dan penambahan K2CrO4 sebagai indikator. Titrasi dengan
cara ini harus dilakukan dengan suasana netral atau dengan sedikit alkalis pH
6,5-9,0. Jenis titrasi ini endapan indikatornya harus lebih larut dibandingkan
endapan utama yang terbantuk selama titrasi. Indikator tersebut biasanya
digunakan pada titrasi sulfat dengan BaCl2, dengan titik akhir terbentuknya
endapan garam Ba yang berwarna merah bata. Perak kromat dalam suasana
asam larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa terbentuk
endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Asam : 2CrO42- + 2H+ ⇌ CrO72- + H2O


Basa : 2Ag+ + 2OH- ⇌ 2AgOH2
2AgOH ⇌ Ag2O + H2O (Khopkar, 1990).

Metode volhard digunakan dalam penentuan ion Cl-, Br-, dan I dengan
penambahan larutan standar AgNO3. Indikator yang dipakai adalah Fe3+
dengan titran NH4CN untuk menetralkan kadar garam perak dengan titrasi
kembali setelah ditambah dengan larutan standar berlebih. Kelebihan AgNO3
dititrasikan dengan larutan standar KSCN. Indikator yang digunakan adalah
Fe3+ dimana kelebihan larutan KSCN akan diikat oleh ion Fe3+ membentuk
warna merah darah dari FeSCN. Metode volhard dalam menentukan ion
klorida harus dalam suasana asam karena pada suasana basa ion Fe3+ akan
terhidrolisis (Khopkar, 1990). Metode fajans (indikator absorpsi) sama
seperti pada cara mohr, hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang
digunakan. Indikator yang digunakan dalam cara ini adalah indikator absorpsi
3

seperti cosine atau fluoresein menurut macam anion yang diendapkan oleh
Ag+. Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah. pH
bergantung pada macam anion dan indikator yang dipakai (Khopkar, 1990).
Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen, antara lain
dengan memilih macam indikator yang dipakai dengan pH (Harjadi, 1990).
Metode liebig adalah metode titrasi argentometri yang titik akhir titrasinya
menunjukkan kekeruhan. Cara ini dapat digunakan untuk menentukan
sianida. Metode penentuan kuantitatif karbon dan hidrogen senyawa organik.
Hidrogen diubah menjadi air dan karbon menjadi karbon dioksida yang
kemudian diserap dan ditimbang. Metode uji tembaga asetat- benzidina
asetat, pengujian ion sianida berdasarkan reaksi redoks tembaga dengan
adanya ion sianida (Fessenden, 1999).
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah buret 50 mL, labu
takar 100 mL, labu takar 1000 mL, gelas ukur 50 mL, corong, penangas
air, botol semprot, kertas saring, dan gelas arloji.

3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah kertas pH
universal, perak nitrat, natrium klorida, kalium kromat, sampel garam
dapur, sampel air limbah.

3.3 Skema Kerja


3.3.1 Pembuatan Reagen
a. Pembuatan AgNO3 0,1 N
AgNO3

- ditimbang sejumlah 1,699 gram dan dimasukkan ke


dalam labu takar 100 mL;
- ditambahkan aquades hingga tanda batas;
- dikocok hingga homogen;
Larutan AgNO3

b. Penentuan kadar klor aktif


NaCl

- ditimbang sebanyak 0,293 gram menggunakan neraca


analisis dan dimasukkan ke dalam gelas piala;
- ditambahkan aquades secukupnya ke dalam gelas
kimia untuk mengencerkan NaCl dan diaduk dengan
pengaduk hingga homogen;
- dimasukkan larutan NaCl tersebut ke dalam labu
takar 500 mL, kemudian diencerkan dengan
ditambahkan aquades sampai tanda batas;
- dikocok hingga homogen;
- dipindahkan ke dalam sauatu botol bersih.
Larutan Standar

4
5

c. Pembuatan indikator kalium kromat 5%


Kalium Kromat

- dilarutkan 0,05 gram ke dalam sedikit air;


- ditambahkan larutan perak nitrat (AgNO3) sampai
terbentuk endapan merah;
- dibiarkan 12 jam, kemudian disaring dan diencerkan
dengan air suling menjadi 10 mL;
Larutan K2CrO4 5%

3.3.2 Standarisasi AgNO3 dengan menggunakan larutan NaCl


AgNO3 dan NaCl

- diisi buret dengan larutan AgNO3 sampai penuh;


- diukur 10 mL larutan NaCl dan dimasukkan ke dalam
labu erlenmeyer;
- ditambahkan indikator larutan K2CrO4 sebanyak 5 tetes
ke dalam labu erlenmeyer yang berisi larutan NaCl tadi,
kemudian dikocok agar bercampur;
- dititrasi larutan dalam labu erlenmeyer tersebut dengan
menggunakan larutan AgNO3 setetes demi setetes
melalui buret sampai terjadi perubahan warna larutan
dari kuning menjadi merah;
- dilakukan langkah di atas sebanyak 2x pengulangan, dan
dicatat volume AgNO3 yang diperlukan dari buret.
Volume AgNO3
6

3.3.3 Menetapkan kadar/kemurnian NaCl dalam garam dapur dengan


menggunakan metode Mohr
Garam Dapur

- ditimbang sebanyak 0,2 gram dalam gelas kimia dengan


menggunakan neraca analitik;
- ditambahkan aquades secukupnya ke dalam gelas kimia
untuk mengencerkan garam dapur kotor tersebut, dan
diaduk dengan menggunakan perngaduk agar homogen;
- dimasukkan larutan garam dapur kotor tersebut ke dalam
labu takar 500 mL, kemudian larutan tersebut
diencerkan dengan menambahkan aquades sampai tanda
batas;
- dikocok hingga homogen;
- dipindahkan ke dalam botol bersih;
- diambil 10 mL kemudian dimasukkan ke dalam
erlenmeyer;
- ditambahkan indikator larutan K2CrO4 sebanyak 5 tetes
ke dalam erlenmeyer;
- dikocok hinggah homogen;
- dititrasi menggunakan larutan ANO3;
- diulangi percobaan 6-8 sebanyak 3x pengulangan;
- dicatat volume AgNO3
Larutan K2CrO4 5%

3.3.4 Penentuan kadar klorida dalam limbah cair


Air Laut

- diencerkan 5 mL dalam labu ukur 50 mL;


- diambil 10 mL larutan yang sudah diencerkan;
- ditambah dengan 5 tetes indikator K2CrO4 5%;
- dititrasi dengan AgNO3 sampai terjadi endapan merah
bata;
- dilakukan percobaan sebanyak 2x;
- dihitung kadar Cl dalam air laut tersebut.
Kadar Cl
IV. DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
4.1.1 Standarisasi AgNO3 dengan menggunakan larutan NaCl

No. Perlakuan Pengamatan


Dimasukkan 10 mL NaCl ke
1. Tidak berwarna
dalam labu erlenmeyer
Ditambahkan 5 tetes K2CrO4
2. Berwarna kuning
dan dikocok
Larutan dititrasi dengan
3. Berwarna merah
AgNO3 hingga berubah warna
Percobaan dilakukan secara V1 = 1,1 mL
4. duplo dan dicatat volume AgNO3 V2 = 0,8 mL
Vrata-rata = 0,95 mL

4.1.2 Menetapkan kadar/kemurnian NaCl dalam garam dapur dengan


menggunakan metode Mohr

No. Perlakuan Pengamatan


Larutan garam dapur
1. ditambah aquades sampai Terbentuk 2 fasa
tanda batas
Diambil 10 mL dan
2. dimasukkan ke dalam Larut
erlenmeyer
Ditambahkan 5 tetes K2CrO4
3.
dan dikocok
4. Dititriasi dengan AgNO3 Fasa terpisah
Titrasi dilakukan secara duplo V1 = 1 mL
5. dan dihitung volume rata-rata V2 = 1 mL
yang digunakan Vrata-rata = 1 mL

7
8

4.1.3 Penentuan kadar klorida dalam limbah cair

No. Perlakuan Pengamatan


Diambil 10 mL air laut dan
1. dimasukkan ke dalam Bening
erlenmeyer
Ditambahkan 5 tetes K2CrO4
2. Berwarna kuning
dan dikocok
3. Dititriasi dengan AgNO3 Berwarna merah
Titrasi dilakukan secara duplo V1 = 0,1 mL
4. dan dihitung volume rata-rata V2 = 0,5 mL
yang digunakan Vrata-rata = 0,3 mL

4.2 Data Perhitungan


4.2.1 Standarisasi AgNO3 dengan menggunakan larutan NaCl
V1 x N1 = V2 x N2
10 x 0,01 = 0,95 mL x N2
= 0,1052 N
4.2.2 Menetapkan kadar/kemurnian NaCl dalam garam dapur dengan
menggunakan metode Mohr
VAgNO3 x NAgNO3 x BaCl
%NaCl = x 100%
VSampel
1 x 0,01 x 35,5
%NaCl = x 100%
10
%NaCl = 3,55%
4.2.3 Penentuan kadar klorida dalam limbah cair
VAgNO3 x NAgNO3 x BaCl
%NaCl = x 100%
VSampel
0,3 x 0,01 x 35,5
%NaCl = x 100%
10
%NaCl = 1,065 %
4.3 Pembahasan
Titrasi adalah metode laboratorium untuk analisis kimia
kuantitatif digunakan menentukan konsentrasi analit yang
teridentifikasi (zat yang akan dianalisis). Sebuah reagen disebut sebagai
titran atau titrator disiapkan sebagai larutan standar konsentrasi dan
volume diketahui (Basset, 1994). Titrasi Argentometri merupakan
titrasi pengendapan. Titrasi pengendapan merupakan reaksi titran
dengan titrat membentuk endapan yang sukar larut seperti misalnya ion
klorida dititrasi dengan larutan perak nitrat (AgNO3) membentuk
endapan perak klorida (AgCl) berwarna putih. Pengendapan dalam
titrasi pengendapan dipengaruhi oleh pH maupun adanya komplekson
(Parwatha, 2012). Titrasi diklarifikasikan menjadi beberapa macam,
yaitu:
a. Titrasi asam basa
b. Titrasi redoks
c. Titrasi kompleksometri
d. Titrasi pengendapan (Argentometri)
(Day dan Underwood, 2002).
Titrasi pengendapan atau titrasi argentometri melibatkan reaksi
terbentuknya endapan-endapan. Kelemahannya adalah sulit mencari
indikator yang cocok. Kurva titrasi sama dengan kurva titrasi pada asam
basa, dimana melibatkan volume peniter, tetapi perbedaannya adalah
terlibatnya nilai Ksp atau konstanta pengendapan. Indikator dalam
titrasi pengendapan antara lain berdasarkan tiga metode yaitu
(Damayanti, 2015):
1. Metode Mohr
Metode ini dikenal juga sebagai metode pembentukan
endapan berwarna. Metode ini menggunakan ion kromat.
Pengendapan indikator terjadi pada atau dekat titik kesetaraan
titrasi. Titrasi ini terbatas untuk larutan dengan pH 6-10. Dengan
larutan yang lebih basa perak oksida akan mengendap. Metode
mohr dapat diterapkan untuk titrasi bromida dengan ion perak dan
juga ion sianida dalam larutan sedikit basa. Titrasi balik dapa
dilakukan dengan menambahkan klorida berlebih pada sampel
perak dan kelebihannya dititrasi dengan indikator ion kromat.
2. Metode Volhard
Metode ini dikenal dengan metode pembentukan kompleks
berwarna. Didasarkan pada pengendapan perak tiosinat dalam
larutan asam nitrat dengan menggunakan ion besi (III) untuk
mendeteksi kelebihan ion tiosianat. Reaksi:
Ag+ + SCN- → AgSCN
Fe3+ + SCN- → FeSCN2+

9
10

Metode ini digunakan untuk penentuan titrasi langsung perak


dengan larutan tiosianat standar. Titrasi tidak langsung dapat
dilakukan dengan menambahkan perak nitrat berlebih dan
kelebihannya dititrasi dengan tiosianat standar. Bromidan dan
iodida dapat ditentukan dengan cara ini begitu pula dengan oksalat,
karbonat dan arsenat tetapi dengan PH yang lebih tinggi dan
penyaringan garam perak yang terbentuk dan dilarutkan dalam
asam nitrat dan perak ditentukan dengan tiosianat.
3. Indikator Adsorpsi/metode fajans
Indikator adsorpsi ini terjadi aapbila suatu senyawa organik
yang berwarna diadsorpsi pada permukaan suatu endapan, dapat
terjadi modifikasi struktur organiknya dan warna dapat berubah
dan dapat digunakan untuk mendeteksi titik akhir. Indikator yang
umum digunakan adalah flueresein. Mekanisme yang terjadi
adalah bila perak nitrat ditambahkan ke dalam larutan natrim
klorida, partikel perak klorida yang sangat halus akan
mengadsorpsi sejumlah ion kloidal perak klorida bermuatan
negatif. Partikel ini menarik ion positif dari larutan untuk
membentuk lapisan adsorpsi sekunder yang terikat lebih longgar.
Jika perak nitrat terus ditambah, ion ini akan menggatikan ion
klorida. Maka partikel akan bermuatan positif. Jika fluoresein
ditambahkan dengan muatan negatif tidak akan diserap oleh perak
klorida selama ion klorida masih berlebih. Setelah berlebih, akan
timbul agregat warna merah muda menandakan terjadinya ikatan
antara perak dan fluoresein.
4. Titrasi argentometri dengan metode volhard memiliki kelebihan
yaitu titik akhirnya ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan.
Kekurangan metode ini yaitu hanya menghasilkan titik akhir titrasi
yang memuaskan apabila pemberian pereaksi pada saat mendekati
titik akhir dilakukan perlahan-lahan dan tidak dapat dilakukann
pada larutan amonia alkalis (Rifai, 2013).
Standarisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan
standar sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi
dengan larutan standar primer (Baroroh, 2004). Larutan standar adalah
larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan
kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutanstandar primer
dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah
larutanstandar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan
suatu zat tertentudengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari
massa - volum larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar
yang dipersiapkan denganmenimbang dan melarutkan suatu zat tertentu
11

dengan kemurnian relatif rendahsehingga konsentrasi diketahui dari


hasil standardisasi (Underwood, 1992).
Percobaan ini pertama-tama dilakukan dengan menstandarisasi
AgNO3 dengan menggunakan larutan NaCl. Langkahnya yaitu diisi
buret dengan larutan AgNO3 sampi penuh kemudian diukur 10 mL
larutan NaCl dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Ditambahkan
indikator larutan K2CrO4 sebanyak 5 tetes ke dalam labu erlenmeyer
yang berisi larutan NaCl tadi, kemudian dikocok hingga homogen.
Setelah itu, campuran dititrasi dengan larutan AgNO3 sampai keadaan
setimbang yang ditandai dengan campuran berwarna merah dan
terdapat endapan (Melinda, 2015). Percobaan dilakukan secara duplo.
Didapatkan volume percobaan pertama 1,1 mL dan percobaan kedua
0,8 mL, maka didapatkan volume rata-rata yang digunakan sebanyak
0,95 mL. Pada titrasi ini terjadi reaksi:

Ag(NO3) + NaCl → AgCl + NaNO3


(Hayyuningtyas, 2015)

Gambar 4.3.1 Hasil standarisasi AgNO3

Percobaan selanjutnya yaitu dilakukan untuk menetapkan kadar


atau kemurnian NaCl dalam garam dapur dilakukan dengan metode
Mohr. Cara kerja dengan metode mohr ini adalah mula-mula pertama
garam dapur kotor ditimbang sebanyak 0,2 gram dan diencerkan
dengan aquades dan diaduk homogen. Pengadukan ditujukan untuk
mempercepat reaksi sehingga pengenceran atau pelarutan dapat
berjalan secara cepat dan tidak memakan banyak waktu. Lalu enceran
tersebut dimasukkan ke labu takar 500 ml dan diencerkan kembali.
Larutan tersebut diambil 10 mL dan dimasukkan ke dalam labu
elenmeyer. Setelah itu ditambahkan indikator K2CrO4 sebanyak 5 tetes
12

dan dikocok sampai homogen. Penambahan K2CrO4 menghasilkan


reaksi sebagai berikut:

2NaCl + K2CrO4 → Na2CrO4 + 2KCl


(Hayyuningtyas, 2015).

Gambar 4.3.2 Hasil penetapan kadar/kemurnian NaCl dalam garam


dapur dengan metode Mohr

Hasil yang dapat dilihat yaitu campuran berubah warna yang


semula bening menjadi kekuningan karena indikator K2CrO4. Setelah
itu campuran dititrasi dengan larutan AgNO3 dan dihentikan ketika
campuran sudah berubah warna menjadi merah (Melinda, 2015).
Percobaan dilakukan sebanyak 2 kali. Volume percobaan pertama
adalah 1 mL dan percobaan kedua 1 mL sehingga rata-rata yang
didapatkan adalah 1 ml. Dari perhitungan yang dilakukan, diketahui
kadar kemurnian NaCl pada garam dapur adalah sebanyak 3,55%. Hal
ini tidak sesuai dengan referensi karena seharusnya garam dapur adalah
garam olahan yang mengandung sekitar 97-99% natrium klorida. Hal
ini mungkin diakibatkan adanya kesalahan dalam praktikum
(Robertson, 1973). Pada proses titrasi terjadi reaksi berikut:

Ag(NO3) + NaCl → AgCl + NaNO3


(Hayyuningtyas, 2015)

Percobaan terakhir yaitu menentukan kadar klorida dalam limbah


cair (air laut). Penentuan kadar klorida disini ditentukan dengan cara
titrasi argentometri menggunakan metode mohr. Caranya yaitu
sebanyak 5 mL air laut diencerkan dalam labu ukur 5 mL dan diambil
10 mL larutannya. Sebanyak 10 mL larutan tersebut ditambahkan
dengan 5 tetes indikator K2CrO4 5%. Perubahan warna yang terjadi
13

yaitu dari semula jernih menjadi kekuningan. Setelah itu, dititrasi


dengan menggunakan larutan AgNO3 dan titrasi dihentikan ketika
sudah terbentuk endapan merah atau campuran berubah warna menjadi
merah (Melinda, 2015). Percobaan dilakukan dua kali dan dicari rata-
rata volume AgNO3 untuk kemudian dihitung kadar klorida yang ada
pada sampel air laut tersebut.

Gambar 4.3.3 Hasil penentuan kadar klorida dalam limbah cair

Volume rata-rata yang digunakan adalah sebanyak 0,3 ml.


Setelah dilakukan perhitungan, kadar klorida dalam limbah cair
ditemukan sebanyak 1,065%.
V. KESIMPULAN
4.4 Kesimpulan
1. Dalam argentometri yang dimaksudkan dengan larutan normal
adalah larutan yang ekivalen dengan 1 mol ion Ag+ tiap 1 mol
AgNO3. Satu grek dalam metode ini merupakan kemampuan suatu
zat untuk mengikat atau melepaskan ion perak (Ag+). Pada
argentometri, sampel yangdigunakan biasanya merupakan
senyawa halogen (Cl, Br, I). Senyawa halogen jikabereaksi dengan
AgNO3 maka akan membentuk endapan.
2. Kadar NaCl garam dapur 3,55% dan kadar NaCl air laut 1,065%
4.5 Saran
Sebelum melaksanakan praktikum percobaan, dipastikan semua
alat dan bahan harus bersih agar tidak memengaruhi hasil percobaan.
Serta praktikan harus selalu berkonsentrasi, fokus, dan teliti dalam
melakukan tiap tindakan selama percobaan. Hal ini bertujuan agar hasil
percobaan yang dilakukan lebih akurat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad. (2001). Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Ilmiah. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Baroroh, U. L. (2004). Diktat Kimia Dasar I. Banjarbaru: Universitas Lambung
Mangkurat.
Basset, J. (1994). Kimia Analisis Kuantitatif Organik. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Day and Underwood. (2000). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Damayanti, I. (2015). Pembangunan Laboratorium Virtual Kimia Farmasi
Berbasis Web. Bandung: Unikom.
Fessenden, R. J., dan Fessenden, J.S. (1999). Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Gandjar, I. G. (2007). Kima Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hayyuningtyas, A. (2015). Penurunan Kadar Cl pada Air Sumur DIII Teknik Kimia
Setelah Melewati Demineralized Water dengan Metode Titrasi Argentometri.
Semarang: Undip.
Khopkar, S.M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Kisman, S. (1988). Analisis Farmasi. Yogyakarta: Univesitas Gajah Mada.
Melinda, A. (2015). Laporan Praktikum Kimia Analisis Argentometri. Diakses
tanggal 17 Maret 202 melalui link:
https://www.academia.edu/19160743/Laporan_Praktikum_Kimia_Analisis_
Argentometri.
Parwatha, M. O. A. (2010). Buku Kerja dan Petunjuk Praktikum Analisa Air.
Program Studi D3 Analis Kesehatan STIKES Wira Medika PPNI Bali.
Raymond, C. (1991). Essential Chemistry. New York: McGraw-Hill.
Rifai, H. (2013). Asas Pemeriksaan Kimia. Padang: UI Press.
Robertson, J. (1973). Manual Of Nutrition. New York: Her Majesty's Stationery
Office.
Susanti, S. (2003). Analisis Kimia Farmasi Kuantitatif. Makassar: Fakultas Farmasi
Universitas Muslim Indonesia.
Underwood, R. A. (1992). Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.

15
LAMPIRAN
PEMBUATAN REAGEN
1. Pembuatan AgNO3 0,1 N
Diketahui:
V = 100 mL = 0,1 L
N = 0,1 N
Mr AgNO3 = 169,87 gram/mol
Valensi =1
Ditanya: massa gram
Jawab:
gram
N = × valensi
Mr x V
gram
0,1 = ×1
169,87 x 0,1
gram = 0,1 x 169,87 x 0,1
gram = 1,6987 gram
gram ≈ 1,699 gram

2. Pembuatan larutan standar NaCl 0,01 N sebanyak 500 mL


Diketahui:
V = 500 mL = 0,5 L
N = 0,01 N
Mr = 58,5 gram/mol
Valensi =1
Ditanya: massa gram
Jawab:
gram
N = × valensi
Mr x V
gram
0,01 = ×1
58,5 x 0,5
gram = 0,01 x 58,5 x 0,5
gram = 0,2925 gram
gram ≈ 0,293 gram

3. Pembuatan indikator kalium kromat 5%


Diketahui:
V = 10 mL = 0,01 L
konsentrasi = 5 %
Ditanya: massa gram
Jawab:
berat/massa
% b/v =
volume

16
17

berat/massa
5% =
0,01
massa = 5% x 0,01
massa = 0,05 gram

JAWABAN PERTANYAAN
1. Tulis reaksi-reaksi yang terjadi pada percobaan ini?
 Ag(NO3) + NaCl → AgCl + NaNO3
2AgNO3 + K2CrO4 → Ag2CrO4 + 2KNO3
2NaCl + K2CrO4 →Na2CrO4 + 2KCl
2. Mengapa kalium kromat dapat digunakan sebagai indikator dalam titrasi
pengendapan NaCl menggunakan AgNO3? (Ksp AgNO3 = 1.56 x 10-10, Ksp
Ag2CrO4 = 9 x 10-12)
 Karena ion pada kalium kromat dapat membentuk endapan dan memberi
warna ketika terjadi reaksi dengan perak perak nitrat saat keadaan
mencapai kesetimbangan
3. Metode titrasi argentometri apa yang digunakan dalam percobaan ini?
 Metode mohr
4. Mengapa titrasi di atas harus dilakukan dalam suasana netral?
 Karena jika dilakukan pada suasana basa atau asam, akan dihasilkan
senyawa yang tidak diinginkan. Jika terjadi pada suasana basa, akan
terbentuk endapan perak hidroksida. Jika terjadi pada suasana asam, akan
terbentuk endapan dikromat.
5. Bagaimana cara memilih indikator pada titrasi argentometri?
• Indikator harus bisa mengendapkan
• Indikator harus bisa membentuk endapan berwarna
• Indikator harus bisa berubah warna ketika mencapai kesetimbangan
• Harus terjadi perubahan warna secara cepat

Anda mungkin juga menyukai