ANALITIK DASAR
“PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM SAMPEL
DENGAN TITRASI ARGENTOMETRI”
DISUSUN OLEH:
NAMA : GIBRAN SYAILLENDRA WISCNU MURTI
NIM : K1A021068
KELAS :B
HARI/TANGGAL : JUMAT, 11 MARET 2022
ASISTEN : VIKRI FADILLA
ii
PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM SAMPEL DENGAN
TITRASI ARGENTOMETRI
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat melakukan titrasi pengendapan (argentometri);
2. Mahasiswa dapat menentukan kadar Cl dalam garam dapur dan limbah
cair dengan metode argentometri.
1
2
adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi
dengan ion Cl dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl
(Kisman, 1988).
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan
bereaksi dengan indikator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat
CrO42- dimana dengan indikator ini ion perak akan membentuk endapan
berwarna cokelat kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati.
Indikator lain yang bisa dipakai adalah tiosianida dan indikator adsorbsi.
Berdasarkan jenis indikator dan teknik titrasi yang dipakai maka titrasi
argentometri dapat dibedakan atas Argentometri dengan metode Mohr,
Volhard, atau Fajans. Selain menggunakan jenis indikator diatas maka kita
juga dapat menggunakan metode potensiometri untuk menentukan titik
ekuivalen. (Kisman, 1988).
Metode mohr (pembentukan endapan berwarna) dapat digunakan untuk
menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan
standar AgNO3 dan penambahan K2CrO4 sebagai indikator. Titrasi dengan
cara ini harus dilakukan dengan suasana netral atau dengan sedikit alkalis pH
6,5-9,0. Jenis titrasi ini endapan indikatornya harus lebih larut dibandingkan
endapan utama yang terbantuk selama titrasi. Indikator tersebut biasanya
digunakan pada titrasi sulfat dengan BaCl2, dengan titik akhir terbentuknya
endapan garam Ba yang berwarna merah bata. Perak kromat dalam suasana
asam larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa terbentuk
endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Metode volhard digunakan dalam penentuan ion Cl-, Br-, dan I dengan
penambahan larutan standar AgNO3. Indikator yang dipakai adalah Fe3+
dengan titran NH4CN untuk menetralkan kadar garam perak dengan titrasi
kembali setelah ditambah dengan larutan standar berlebih. Kelebihan AgNO3
dititrasikan dengan larutan standar KSCN. Indikator yang digunakan adalah
Fe3+ dimana kelebihan larutan KSCN akan diikat oleh ion Fe3+ membentuk
warna merah darah dari FeSCN. Metode volhard dalam menentukan ion
klorida harus dalam suasana asam karena pada suasana basa ion Fe3+ akan
terhidrolisis (Khopkar, 1990). Metode fajans (indikator absorpsi) sama
seperti pada cara mohr, hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang
digunakan. Indikator yang digunakan dalam cara ini adalah indikator absorpsi
3
seperti cosine atau fluoresein menurut macam anion yang diendapkan oleh
Ag+. Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah. pH
bergantung pada macam anion dan indikator yang dipakai (Khopkar, 1990).
Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen, antara lain
dengan memilih macam indikator yang dipakai dengan pH (Harjadi, 1990).
Metode liebig adalah metode titrasi argentometri yang titik akhir titrasinya
menunjukkan kekeruhan. Cara ini dapat digunakan untuk menentukan
sianida. Metode penentuan kuantitatif karbon dan hidrogen senyawa organik.
Hidrogen diubah menjadi air dan karbon menjadi karbon dioksida yang
kemudian diserap dan ditimbang. Metode uji tembaga asetat- benzidina
asetat, pengujian ion sianida berdasarkan reaksi redoks tembaga dengan
adanya ion sianida (Fessenden, 1999).
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah buret 50 mL, labu
takar 100 mL, labu takar 1000 mL, gelas ukur 50 mL, corong, penangas
air, botol semprot, kertas saring, dan gelas arloji.
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah kertas pH
universal, perak nitrat, natrium klorida, kalium kromat, sampel garam
dapur, sampel air limbah.
4
5
7
8
9
10
14
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad. (2001). Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Ilmiah. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Baroroh, U. L. (2004). Diktat Kimia Dasar I. Banjarbaru: Universitas Lambung
Mangkurat.
Basset, J. (1994). Kimia Analisis Kuantitatif Organik. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Day and Underwood. (2000). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Damayanti, I. (2015). Pembangunan Laboratorium Virtual Kimia Farmasi
Berbasis Web. Bandung: Unikom.
Fessenden, R. J., dan Fessenden, J.S. (1999). Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Gandjar, I. G. (2007). Kima Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hayyuningtyas, A. (2015). Penurunan Kadar Cl pada Air Sumur DIII Teknik Kimia
Setelah Melewati Demineralized Water dengan Metode Titrasi Argentometri.
Semarang: Undip.
Khopkar, S.M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Kisman, S. (1988). Analisis Farmasi. Yogyakarta: Univesitas Gajah Mada.
Melinda, A. (2015). Laporan Praktikum Kimia Analisis Argentometri. Diakses
tanggal 17 Maret 202 melalui link:
https://www.academia.edu/19160743/Laporan_Praktikum_Kimia_Analisis_
Argentometri.
Parwatha, M. O. A. (2010). Buku Kerja dan Petunjuk Praktikum Analisa Air.
Program Studi D3 Analis Kesehatan STIKES Wira Medika PPNI Bali.
Raymond, C. (1991). Essential Chemistry. New York: McGraw-Hill.
Rifai, H. (2013). Asas Pemeriksaan Kimia. Padang: UI Press.
Robertson, J. (1973). Manual Of Nutrition. New York: Her Majesty's Stationery
Office.
Susanti, S. (2003). Analisis Kimia Farmasi Kuantitatif. Makassar: Fakultas Farmasi
Universitas Muslim Indonesia.
Underwood, R. A. (1992). Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.
15
LAMPIRAN
PEMBUATAN REAGEN
1. Pembuatan AgNO3 0,1 N
Diketahui:
V = 100 mL = 0,1 L
N = 0,1 N
Mr AgNO3 = 169,87 gram/mol
Valensi =1
Ditanya: massa gram
Jawab:
gram
N = × valensi
Mr x V
gram
0,1 = ×1
169,87 x 0,1
gram = 0,1 x 169,87 x 0,1
gram = 1,6987 gram
gram ≈ 1,699 gram
16
17
berat/massa
5% =
0,01
massa = 5% x 0,01
massa = 0,05 gram
JAWABAN PERTANYAAN
1. Tulis reaksi-reaksi yang terjadi pada percobaan ini?
Ag(NO3) + NaCl → AgCl + NaNO3
2AgNO3 + K2CrO4 → Ag2CrO4 + 2KNO3
2NaCl + K2CrO4 →Na2CrO4 + 2KCl
2. Mengapa kalium kromat dapat digunakan sebagai indikator dalam titrasi
pengendapan NaCl menggunakan AgNO3? (Ksp AgNO3 = 1.56 x 10-10, Ksp
Ag2CrO4 = 9 x 10-12)
Karena ion pada kalium kromat dapat membentuk endapan dan memberi
warna ketika terjadi reaksi dengan perak perak nitrat saat keadaan
mencapai kesetimbangan
3. Metode titrasi argentometri apa yang digunakan dalam percobaan ini?
Metode mohr
4. Mengapa titrasi di atas harus dilakukan dalam suasana netral?
Karena jika dilakukan pada suasana basa atau asam, akan dihasilkan
senyawa yang tidak diinginkan. Jika terjadi pada suasana basa, akan
terbentuk endapan perak hidroksida. Jika terjadi pada suasana asam, akan
terbentuk endapan dikromat.
5. Bagaimana cara memilih indikator pada titrasi argentometri?
• Indikator harus bisa mengendapkan
• Indikator harus bisa membentuk endapan berwarna
• Indikator harus bisa berubah warna ketika mencapai kesetimbangan
• Harus terjadi perubahan warna secara cepat