MODUL IV
Asidi – alkalimetri
Oleh
Nama : Irma Utami Siregar
Nim : 44 1418001
Kelas : Pendidikan Kimia A
Kelompok : III (Tiga)
Rekan Kerja :
1. Sumitro Hida
2. Sri Rahayu Latif
3. Suliyana Ibrahim
4. Windi Makatemu
5. Setiawati S. Abas
6. Ririn S. Sabora
Jurusan kimia
Fakultas matematika dan ipa
Universitas negeri gorontalo
2019
PERCOBAAN IV
A. Judul
Asidi – Alkalimetri
B. Tujuan
Menentukan kadar atau konsentrasi larutan asam dengan larutan basa yang sudah
diketahui konsentrasinya atau sebaliknya.
C. Dasar Teori
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan
reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang
melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan
pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya (Underwood,1986 ).
Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran. Titran
ditambahkan sedikit demi sedikit (dari dalam buret) pada titrat (larutan yang dititrasi) sampai
terjadi perubahan warna indikator baik titrat maupun titran biasanya berupa larutan. Saat
terjadi perubahan warna indikator, maka titrasi dihentikan. Saat terjadi perubahan warna
indikator dan titrasi diakhiri disebut dengan titik akhir titrasi dan diharapkan titik akhir titrasi
sama dengan titik ekivalen. Semakin jauh titik akhir titrasi dengan titik ekivalen maka
semakin besar kesalahan titrasi dan oleh karena itu, pemilihan indikator menjadi sangat
penting agar warna indikator berubah saat titik ekivalen tercapai. Pada saat tercapai titik
ekivalen maka pH-nya 7 (netral).
Suatu metode titrimetri untuk analisis didasarkan pada suatu reaksi kimia seperti.
aA + tT produk
dimana a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reagen T. reagen T yang
disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit (secara inkremental),
biasanya dari dalam buret, dalam ben tuk larutan yang konsentrasinya
diketahui (Khopkar, 1984).
Salah satu contoh metode analisis titrimetri adalah digunakan pada reaksi asam-basa.
Tirasi asam basa merupakan teknikyang banyak digunakan untuk menetapkan secara tepat
konsentrasinya dari suatu larutan asam atau basa. Titrasi ini pada dasarnya merupakan reaksi
penetralan dan biasa juga disebut aside-alkalimetri. Jika larutan ng asam disebut asidimetri
dan jika larutan bakunya adalah basa disebut alaklimetri. Dalam titrasi asam basa, jumlah
relative asam dan basa yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen ditentuk an dengan
perbandingan jumlah mol asam (H+) dan jumlah mol basa (OH-) yang bereaksi.
Misalanya:
HCl + NaOH NaCl + H2O
Reaksi ionnya:
H3O+ + OH- H2 O
Pada saat tercapai titik ekivalen, penambahan sedikit asam atau basa akan
menyebabkan perubahan pH yang sangat besar. Perubahan pH yang besar ini seringkali
dideteksi dengan zat yang disebut indicator, yaitu suatu senyawa organic yang akan berubah
warnanya dalam rentang pH tertentu (Lukum, 2005).
Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku
basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan
larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa.
Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang
ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna.
Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai
titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-
pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan
titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator
asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi
meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan
perubahan warna indikator. Kadua cara di atas termasuk analisis titrimetri atau volumetrik.
Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik lebih sering digunakan dari pada
titrimetrik. Akan tetatpi, dilihat dari segi yang yang keta, “titrimetrik” lebih baik, karena
pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi.
Rekasi-reaksi kima yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetrik asam-basa
adalah sebagai berikut :
o Jika HA meruapakn asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa, maka
reksinya adalah : HA + OH→A- + H2O
o Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka
reaksinya adalah ; BOH + H+ → B+ = H2O
Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip reaksi titrasi asam basa
adalah reaksi penetralan, yakni ; H+ + OH -→ H2O dan terdiri dari beberapa kemungkinan
yaitu reaksi-rekasi antara asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dan basa lemah, asam
lemah dan basa kuat, serta asam lemah dan basa lemah. Khusus reaksi antara asam lemah dan
basa lemah tidak dapat digunakan dalam analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang
terbentuk akan terhidrolisis kembali sehingga titik akhir titrasi tidak dapat diamati. Hal ini
yang menyebabkan bahwa titran biasanya merupakan larutan baku elektrolit kuat seperti
NaOH dan HCl (Underwood, 1986).
D. Alat dan Bahan
1. Alat
No Nama Alat Kategori Gambar Fungsi
Digunakan untuk
meneteskan sejumlah
larutan yang sangat
teliti, tepat terukur,
1 Buret (50 mL) 1
volume variable dan
biasa digunakan pada
metode titrasi atau
volumetri.
Digunakan untuk
Gelas Piala tempat larutan dan
3 (300 mL dan 40 1 dapat juga untuk
mL) memanaskan larutan
kimia.
Digunakan untuk
tempat zat yang akan
Erlenmeyer (250 dititrasi (sampel).
4 1
mL) Kadang-kadang boleh
juga digunakan untuk
memanaskan larutan
Digunakan untuk
mengukur volume zat
Gelas Ukur (50 mL
5 1 kimia dalam bentuk
dan 10 ml)
cair. Alat ini
mempunyai skala,
tersedia bermacam-
macam ukuran
Untuk meneteskan
8 Pipet Tetes 1 bahan atau cairan tetes
demi tetes.
Digunakan sebagai
9 Kaca Arloji 1 wadah untuk zat padat
yang akan ditimbang
Di gunakan untuk
10 Batang Pengaduk 1
mengaduk larutan
Digunakan sebagai
tempat untuk
11 Corong 1
menyaring larutan atau
memasukan larutan
kewadah yang
mulutnya kecil.
Untuk memindahkan
12 spatula 1 padatan ke neraca
analitik
2. Bahan
No Nama Bahan Kategori Sifat Fisik Sifat Kimia
- Berat molekul: 90,03584 - Didapatkan dari reaksi
gr/mol. pemanasan gula
- Berat jenis: 2,408 (sukrosa) dengan
Asam Oksalat gr/cm3. oksigen.
1 Khusus
(C2H2O4) - Bentuk: Padatan Kristal C12H22O11 + 18 O 6
- Tak berwarna (COOH)2 + 5 H2O
- Larut dalam air panas - Memiliki afinitas yang
dan dingin. besar terhadap air.
- Dapat menggantikan
hidrogen dalam
reaksinya dengan logam
aktif. dan membentuk
garam sulfat.
- Dapat digunakan
sebagai pembersih
logam
- Beracun
- Rumus molekul: NaOH - NaOH sangat mudah
- Densitas dan fase: 2.100 menyerap gas CO2
g cm−3, cairan - Senyawa ini sangat
- Titik lebur: 318°C mudah larut dalam air
Natrium
- Titik didih: 1390°C - Merupakan larutan basa
2 Hidroksida Khusus
- Penampilan: Cairan kuat
(NaOH)
higroskopis tak - Sangat korosif terhadap
berwarna. jaringan Organik
- Tidak Berbau
-
Asam Oksalat
• Perubahan warna
menjadi warna pink
• Konsentrasi NaOH
c. Penentuan Asam asetat dalam cuka
Asam Cuka
2. Asidimetri
o Membuat larutan baku primer boraks
boraks
HCl
1. Alkalimetri
a. Membuat larutan baku primer asam
oksalat
- Menimbang padatan asam oksalat sebanyak Berat asam oksalat = 1,578 gram
1,578 gr dengan neraca analitik
- Melarutkan dengan 100 ml aquadest di Padatan oksalat larut sempurna
dalam gelas kimia dan berwarna bening
Mencatat volume NaOH yang digunakan sampai Volume awal NaOH= 0,8 ml
terjadi perubahan warna pada larutan ketika terjadi perubahan warna
Melakukan percobaan ke-2 sampai percobaan -Warna larutan berubah
ke-4 dan mencatat volume kedua NaOH yang
-Volume ke-2 NaOH= 0,5 ml
digunakan
ketika terjadi perubahan warna
ungu muda
Membilas buret dengan HCl dan memasukkan NaOH berada dalam buret,
HCl ke dalam buret. Kemudian menjepit buret volume awal NaOH sebelum
pada statif dan klem digunakan adalah 50 ml
Menimbang gelas ukur kosong, kemudian Berat sampel asam cuka 4,892 gr
memasukkan asam cuka ke dalam gelas ukur lalu
menimbangnya kembali menggunakan neraca
analitik
Mengencerkan larutan asam cuka dengan 100 ml Larutan asam cuka menjadi encer
aquadest di dalam labu ukur. Kemudian dan homogeny
mengocoknya sampai larutan menjadi homogen
Mencatat volume NaOH yang digunakan sampai Volume NaOH awal yang
terjadi perubahan warna pada larutan digunakan sebanyak 0,7 mol
Melarutkan dengan alkohol di dalam gelas kimia Padatan boraks larut sempurna
dengan mengaduk larutan
Mengencerkan larutan di dalam labu ukur 250 Larutan boraks encer dan
ml dengan cara mengocoknya sampai larutan homogen larutan berwarna
menjadi homogen bening
Membilas buret dengan HCl dan mengisi HCl HCl berada dalam buret
dalam buret sampai batas 50 ml di dalam buret
kemudian menjepit buret pada statif dan klem
Melakukan titrasi dengan meneteskan HCl dari Warna larutan berubah dari
dalam buret ke dalam erlenmyer yang berisi warna orange menjadi warna
larutan boraks tetes demi tetes sampai terjadi peach
perubahan warna
Mencatat volume HCl yang digunakan sampai Volume HCl yang digunakan
terjadi perubahan warna pada larutan pada percobaan awal adalah 2 ml
2. Perhitungan :
V asam oksalat = 5 ml
0,8+0,5 1,4
V NaOH = = = 0,7
2 2
5 ml x 0,1 N = 0,7 M x ?
5 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑁
N basa = 0,7 𝑚𝑙
0,5
N basa = 0,7 = 0,71 N
V asam = 5 ml
0,7+0,5 1,2
V basa = = = 0,6 ml
2 2
Alkalimetri
Alkalimetri merupakan suatu teknik analisis untuk mengetahui kadar
keasaman suatu zat dengan menggunakan larutan standar basa, basa yang digunakan
biasanya adalah Natrium Hidroksida NaOH.Dalam percobaan ini diperlukan larutan
standar primer,dimana larutan standar primer adalah larutan baku yang dibuat dengan
menimbang zatnya lalu melarutkan sampai volume tertentu. Dalam percobaan ini
akan ditentukan konsentrasi NaOH dengan menggunakan asam oksalat(H2C2O4)
sebagai larutan standar primernya.
• Pembuatan larutan baku asam oksalat 0,1 N
Selama proses titrasi yaitu penetesan NaOH dari buret, labu erenmeyer harus tetap
di kocok. Pengocokan larutan bertujuan untuk mempercepat proses kelarutan NaOH
untuk bereaksi dengan Asam osalat karena salah satu faktor yang mempengaruhi
kelarutan adalah tekanan. Pengocokan erlenmeyer mendorong peroses larutnya NaOH
dalam asam oksalat untuk mendapatkan hasil titrasi yang tepat. Pada titik ekivalen,
larutan mulai terjadi perubahan warna. Hal ini menandakan bahwa mol asam = mol
basa. Sehiingga pada titik akhir titrasi telah terjadi perubahan warna dalam jangka
waktu tertentu dan proses titrasi harus dihentikan. Namun pada percobaan ini titik
ekivalen tidak di dapatkan karena tidak adanya ketelitian yang lebil dalam mengamati
perubahan warna pada titratnya sehingga melewati titik ekivalen. Dalam proses ini
didapatkan volume NaOH yang digunakan dalam titrasi adalah 0,8 ml dan untuk
duplo 0,5 ml.
Langkah pertama yang harus dilakukan pada percobaan ini adalah menimbang
botol terlebih dahulu kemudian memasukan 5 ml asam cuka kedalam botol tersebut
setelah itu ditimbang kembali botol yang sudah terisi tersebut.
Asidimetri merupakan suatu metode pengukuran kadar kebasaan suatu zat yang
menggunakan larutan asam sebagai standar. Standar asam yang sering digunakan adalah
asam klorida (HCl). Dalam percobaan ini akan ditentukan konsentrasi HCl dengan
menggunakan Boraks (Na2B4O7.10H2O) sebagai larutan standar primernya.
Pada penentuan konsentrasi NaOH dengan larutan baku asam oksalat, titik akhir
titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna yaitu dari bening menjadi merah muda.
Sedangkan pada penentuan asam asetat dalam asam cuka titik akhir titrasi ditandai
dengan adanya perubahan warna yaitu dari warna merah muda.
DAFTAR PUSTAKA
Lukum, Astin P. 2005. Bahan Ajar Dasar-dasar Kimia Analitik. Gorontalo: UNG.