Anda di halaman 1dari 30

Laporan Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik

MODUL IV

Asidi – alkalimetri
Oleh
Nama : Irma Utami Siregar
Nim : 44 1418001
Kelas : Pendidikan Kimia A
Kelompok : III (Tiga)
Rekan Kerja :
1. Sumitro Hida
2. Sri Rahayu Latif
3. Suliyana Ibrahim
4. Windi Makatemu
5. Setiawati S. Abas
6. Ririn S. Sabora

Jurusan kimia
Fakultas matematika dan ipa
Universitas negeri gorontalo
2019
PERCOBAAN IV
A. Judul
Asidi – Alkalimetri
B. Tujuan
Menentukan kadar atau konsentrasi larutan asam dengan larutan basa yang sudah
diketahui konsentrasinya atau sebaliknya.
C. Dasar Teori
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan
reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang
melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan
pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya (Underwood,1986 ).
Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran. Titran
ditambahkan sedikit demi sedikit (dari dalam buret) pada titrat (larutan yang dititrasi) sampai
terjadi perubahan warna indikator baik titrat maupun titran biasanya berupa larutan. Saat
terjadi perubahan warna indikator, maka titrasi dihentikan. Saat terjadi perubahan warna
indikator dan titrasi diakhiri disebut dengan titik akhir titrasi dan diharapkan titik akhir titrasi
sama dengan titik ekivalen. Semakin jauh titik akhir titrasi dengan titik ekivalen maka
semakin besar kesalahan titrasi dan oleh karena itu, pemilihan indikator menjadi sangat
penting agar warna indikator berubah saat titik ekivalen tercapai. Pada saat tercapai titik
ekivalen maka pH-nya 7 (netral).
Suatu metode titrimetri untuk analisis didasarkan pada suatu reaksi kimia seperti.
aA + tT produk
dimana a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reagen T. reagen T yang
disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit (secara inkremental),
biasanya dari dalam buret, dalam ben tuk larutan yang konsentrasinya
diketahui (Khopkar, 1984).

Salah satu contoh metode analisis titrimetri adalah digunakan pada reaksi asam-basa.
Tirasi asam basa merupakan teknikyang banyak digunakan untuk menetapkan secara tepat
konsentrasinya dari suatu larutan asam atau basa. Titrasi ini pada dasarnya merupakan reaksi
penetralan dan biasa juga disebut aside-alkalimetri. Jika larutan ng asam disebut asidimetri
dan jika larutan bakunya adalah basa disebut alaklimetri. Dalam titrasi asam basa, jumlah
relative asam dan basa yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen ditentuk an dengan
perbandingan jumlah mol asam (H+) dan jumlah mol basa (OH-) yang bereaksi.
Misalanya:
HCl + NaOH NaCl + H2O
Reaksi ionnya:
H3O+ + OH- H2 O
Pada saat tercapai titik ekivalen, penambahan sedikit asam atau basa akan
menyebabkan perubahan pH yang sangat besar. Perubahan pH yang besar ini seringkali
dideteksi dengan zat yang disebut indicator, yaitu suatu senyawa organic yang akan berubah
warnanya dalam rentang pH tertentu (Lukum, 2005).
Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku
basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan
larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa.
Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang
ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna.
Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai
titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-
pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan
titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator
asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi
meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan
perubahan warna indikator. Kadua cara di atas termasuk analisis titrimetri atau volumetrik.
Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik lebih sering digunakan dari pada
titrimetrik. Akan tetatpi, dilihat dari segi yang yang keta, “titrimetrik” lebih baik, karena
pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi.
Rekasi-reaksi kima yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetrik asam-basa
adalah sebagai berikut :
o Jika HA meruapakn asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa, maka
reksinya adalah : HA + OH→A- + H2O
o Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka
reaksinya adalah ; BOH + H+ → B+ = H2O
Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip reaksi titrasi asam basa
adalah reaksi penetralan, yakni ; H+ + OH -→ H2O dan terdiri dari beberapa kemungkinan
yaitu reaksi-rekasi antara asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dan basa lemah, asam
lemah dan basa kuat, serta asam lemah dan basa lemah. Khusus reaksi antara asam lemah dan
basa lemah tidak dapat digunakan dalam analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang
terbentuk akan terhidrolisis kembali sehingga titik akhir titrasi tidak dapat diamati. Hal ini
yang menyebabkan bahwa titran biasanya merupakan larutan baku elektrolit kuat seperti
NaOH dan HCl (Underwood, 1986).
D. Alat dan Bahan
1. Alat
No Nama Alat Kategori Gambar Fungsi
Digunakan untuk
meneteskan sejumlah
larutan yang sangat
teliti, tepat terukur,
1 Buret (50 mL) 1
volume variable dan
biasa digunakan pada
metode titrasi atau
volumetri.

Labu Takar (100 Digunakan dalam


2 1
mL dan 1000 mL) pengenceran sampel

Digunakan untuk
Gelas Piala tempat larutan dan
3 (300 mL dan 40 1 dapat juga untuk
mL) memanaskan larutan
kimia.
Digunakan untuk
tempat zat yang akan
Erlenmeyer (250 dititrasi (sampel).
4 1
mL) Kadang-kadang boleh
juga digunakan untuk
memanaskan larutan
Digunakan untuk
mengukur volume zat
Gelas Ukur (50 mL
5 1 kimia dalam bentuk
dan 10 ml)
cair. Alat ini
mempunyai skala,
tersedia bermacam-
macam ukuran

Untuk mengukur bahan


6 Neraca Analitik 2 (sampel), atau zat
kimia

Untuk menahan buret


7 Statif dan Klem 1 pada saat proses titrasi
sedang berlangsung

Untuk meneteskan
8 Pipet Tetes 1 bahan atau cairan tetes
demi tetes.

Digunakan sebagai
9 Kaca Arloji 1 wadah untuk zat padat
yang akan ditimbang

Di gunakan untuk
10 Batang Pengaduk 1
mengaduk larutan

Digunakan sebagai
tempat untuk
11 Corong 1
menyaring larutan atau
memasukan larutan
kewadah yang
mulutnya kecil.

Untuk memindahkan
12 spatula 1 padatan ke neraca
analitik

Sebagai tempat larutan


13 Botol reagen 1 atau menyimpan
larutan

Untuk menutup bototl


14 Aluminium foil 1
reagen

Untuk melabeli reagen


15 Label 1
larutan

Sebagai tempat bahan-


16 Lemari asam 2 bahan kimia asam
tinggi

2. Bahan
No Nama Bahan Kategori Sifat Fisik Sifat Kimia
- Berat molekul: 90,03584 - Didapatkan dari reaksi
gr/mol. pemanasan gula
- Berat jenis: 2,408 (sukrosa) dengan
Asam Oksalat gr/cm3. oksigen.
1 Khusus
(C2H2O4) - Bentuk: Padatan Kristal C12H22O11 + 18 O 6
- Tak berwarna (COOH)2 + 5 H2O
- Larut dalam air panas - Memiliki afinitas yang
dan dingin. besar terhadap air.
- Dapat menggantikan
hidrogen dalam
reaksinya dengan logam
aktif. dan membentuk
garam sulfat.
- Dapat digunakan
sebagai pembersih
logam
- Beracun
- Rumus molekul: NaOH - NaOH sangat mudah
- Densitas dan fase: 2.100 menyerap gas CO2
g cm−3, cairan - Senyawa ini sangat
- Titik lebur: 318°C mudah larut dalam air
Natrium
- Titik didih: 1390°C - Merupakan larutan basa
2 Hidroksida Khusus
- Penampilan: Cairan kuat
(NaOH)
higroskopis tak - Sangat korosif terhadap
berwarna. jaringan Organik
- Tidak Berbau
-

- Rumus molekul: - Trayek pH 8,2 – 10


C20H14O4 - Merupakan indikator
- Penampilan: Padatan dalam analisa kimia
Kristal tak berwarna - Tidak dapat bereaksi
- Massa jenis: 1,227 dengan larutan yang
Indikator
3 Khusus - Berbentuk larutan direaksikan, hanya
fenoftalin (PP)
- Merupakan asam lemah sebagai indikator
- Larut dalam air - Larut dalam 95% etil
alkohol
- Asam dwiprotik
- Tidak berwarna saat
asam
- Berwarna merah rosa
saat basa
- Rumus molekul: - Melarut dengan mudah
CH3COOH dalam air
- Massa molar: 60.05 - Bersifat higroskopik
g/mol dan korosif
- Densitas dan fase: 1.049 - Asam asetat merupakan
g cm−3, cairan 1.266 g asam lemah.
cm−3, padat - Asam asetat merupakan
- Titik lebur: 16.5 °C monobasic.
Asam cuka
4 Umum (289.6 ± 0.5 K) - Asam asetat merubah
(CH3COOH)
(61.6°F)[1] latmus biru menjadi
- Titik didih: 118.1°C merah.
(391.2 ± 0.6 K) - Asam asetat
(244.5°F) membebaskan CO2 dari
- Penampilan: Cairan karbonat.
higroskopis tak - Asam asetat menyerang
berwarna. logam yang melibatkan
hidrogen.
- Cairan bening tak - Pelarut polar
berwarna - Merupakan ion H+ ,
Aquadest
5 Umum - Titik didih 1000 C yang berasosiasi dengan
(H2O)
- Titik lebur 00C (273,15 OH-
K)
- Massa atom=36,45 - HCl akan berasap tebal
gr/mol pada udara lembab
- Massa jenis= 3,21 - Merupakan oksidator
6 HCl Khusus
gr/cm3 kuat
- Titik leleh=-101oC - Racun bagi pernapasan
- Energy ionisasi= - Dapat larut dalam alkali
1250bkj/mol hidroksida kloroform
- Berbau tajam dan eter
- Penampilan: putih padat - Boraks umumnya larut
- Massa molar: 381,37 dalam air
- Densitas:1,73 g/cm3 - Boraks juga bersifat
Boraks
7 khusus (padat) basa lemah dengan Ph
(Na2B4O7.10H2O)
- Titik lebur:743oC (9,15-9,20)
- Titik didih 1575o C - Boraks tidak larut
dalam alkohol
E. Prosedur Kerja
1. Alkalimetri
a. Membuat larutan baku primer asam oksalat 0,1 M

Asam Oksalat

- Menimbang sebanyak 1,576 gr


- Melarutkan dalam Aquadest hingga
mencapai 250 mL

Larutan Asam Oksalat 0,1


N

b. Penentuan konsentrasi NaOH dengan larutan baku asam oksalat

Larutan baku asam oksalat 0,1 M

Membersihkan buret dengan larutan NaOH yang akan


dipakai, kemudian diisi dengan larutan NaOH tersebut

Memasukkan larutan baku asam oksalat ke dalam dua


labu erlenmeyer

Menambahkan 4 tetes indikator fenoftalein

Melakukan titrasi sampai terjadi perubahan warna

Mencatat volume akhir NaOH yang dipakai

Menentukan konsentrasi NaOH

• Perubahan warna
menjadi warna pink
• Konsentrasi NaOH
c. Penentuan Asam asetat dalam cuka

Asam Cuka

Mengambil 5 mL dan memasukkan ke dalam labu takar 100


mL

Mengencerkan dengan aquades hingga tanda batas

Mengambil 25 mL dan memasukkan ke dalam labu


Erlenmeyer

Menambahkan indikator PP 3 tetes

Menitrasi dengan NaOH hingga terjadi perubahan warna

Menghitun persen berat asam asetat dalam cuplikan

• Mencatat volume NaOH yang digunakan


Perubahan warna
menjadi warna
pink Melakukan titrasi secara duplo
• Volume NaOH

2. Asidimetri
o Membuat larutan baku primer boraks

boraks

Menimbang sebanyak 19,07 gram


melarutkan dengan aquadest hingga mencapai 250 ml

Larutan boraks 250 ml


o Penentuan konsentrasi HCl dengan larutan baku boraks

HCl

Memasukkan ke dalam 2 labu erlenmeyer

Menambahkan beberapa indicator metal orange

melakukan titrasi sampai terjadi perubahan warna

mencatat volume yang telah dipakai untuk


menitrasi dalam boraks

mengulangi proses titrasi secara duplo

Volume 1 : 2 ml (berwarna peach)

Volume 2 : 2 ml (berwarna peach)


F. Hasil Pengamatan dan Perhitungan
1. Hasil pengamatan
No. Perlakuan Hasil Pengamatan

1. Alkalimetri
a. Membuat larutan baku primer asam
oksalat
- Menimbang padatan asam oksalat sebanyak Berat asam oksalat = 1,578 gram
1,578 gr dengan neraca analitik
- Melarutkan dengan 100 ml aquadest di Padatan oksalat larut sempurna
dalam gelas kimia dan berwarna bening

- Mengencerkan larutan di dalam labu ukur Larutan homogen


dengan mengocoknya sampai larutan
homogen
- Larutan dipindahkan di dalam botol reagen Larutan berada dalam botol
reagen

b. Penentuan konsentrasi NaOH dengan


larutan baku
Membilas buret dengan NaOH dan NaOH NaOH berada dalam buret sampai
diisi dalam buret. Kemudian menjepit buret batas garis miniskus
pada statif dan klem
Memasukkan 5 ml asam oksalat ke dalam Warna asam oksalat tetap
Erlenmeyer dan menambahkan 3 tetes berwarna bening
indikator fenolftalein
Melakukan titrasi dengan menetaskan NaOH ke Warna larutan berubah dari
dalam Erlenmeyer berisi asam oksalat tetes demi berwarna bening menjadi
tetes sampai terjadi perubahan warna berwarna ungu muda

Mencatat volume NaOH yang digunakan sampai Volume awal NaOH= 0,8 ml
terjadi perubahan warna pada larutan ketika terjadi perubahan warna
Melakukan percobaan ke-2 sampai percobaan -Warna larutan berubah
ke-4 dan mencatat volume kedua NaOH yang
-Volume ke-2 NaOH= 0,5 ml
digunakan
ketika terjadi perubahan warna
ungu muda

c. Penentuan asam asetat dalam cuka

Membilas buret dengan HCl dan memasukkan NaOH berada dalam buret,
HCl ke dalam buret. Kemudian menjepit buret volume awal NaOH sebelum
pada statif dan klem digunakan adalah 50 ml

Menimbang gelas ukur kosong, kemudian Berat sampel asam cuka 4,892 gr
memasukkan asam cuka ke dalam gelas ukur lalu
menimbangnya kembali menggunakan neraca
analitik

Mengencerkan larutan asam cuka dengan 100 ml Larutan asam cuka menjadi encer
aquadest di dalam labu ukur. Kemudian dan homogeny
mengocoknya sampai larutan menjadi homogen

Menuangkan larutan asam cuka sebanyak 5 ml Warna larutan asam cuka


ke dalam Erlenmeyer dan menambahkan 3 tetes berwarna bening
indikator pp

Melakukan titrasi dengan menetaskan NaOH Warna larutan berubah dari


dari buret ke dalam Erlenmeyer berisi asam warna bening menjadi ungu
cuka. Tetes demi tetes sampai terjadi perubahan violet

Mencatat volume NaOH yang digunakan sampai Volume NaOH awal yang
terjadi perubahan warna pada larutan digunakan sebanyak 0,7 mol

Mengulangi percobaan 4 sampai percobaan 6 Warna larutan percobaan kedua


kemudian mencatat volume kedua NaOH yang menjadi berwarna ungu violet,
digunakan dan volume kedua NaOH yang
digunakan adalah 0,5 ml
2 Asidimetri

a. Membuat larutan baku primer boraks

Menimbang padatan boraks sebanyak 4,7675 gr Berat boraks sebanyak 4,7675 gr


dengan menggunakan neraca analitik

Melarutkan dengan alkohol di dalam gelas kimia Padatan boraks larut sempurna
dengan mengaduk larutan

Mengencerkan larutan di dalam labu ukur 250 Larutan boraks encer dan
ml dengan cara mengocoknya sampai larutan homogen larutan berwarna
menjadi homogen bening

Menuangkan larutan ke dalam botol reagen Larutan boraks berada dalam


botol reagen

b. Penentuan konsentrasi HCl dengan asam


oksalat

Membilas buret dengan HCl dan mengisi HCl HCl berada dalam buret
dalam buret sampai batas 50 ml di dalam buret
kemudian menjepit buret pada statif dan klem

Memasukkan larutan boraks kedalam Warna larutan boraks berubah


Erlenmeyer sebanyak 5 ml dan menambahkan 3 dari bening menjadi warna
tetes indikator metil orange orange

Melakukan titrasi dengan meneteskan HCl dari Warna larutan berubah dari
dalam buret ke dalam erlenmyer yang berisi warna orange menjadi warna
larutan boraks tetes demi tetes sampai terjadi peach
perubahan warna

Mencatat volume HCl yang digunakan sampai Volume HCl yang digunakan
terjadi perubahan warna pada larutan pada percobaan awal adalah 2 ml

Mengulangi percobaan 2 sampai percobaan 4 Volume HCl kedua yang


kemudian mencatat volume kedua dari HCl yang digunakan adalah 2 ml dan
digunakan larutan berubah warna menjadi
warna peach yang sebelumnya
berwarna orange

2. Perhitungan :

1. Larutan baku NaOH dengan asam oksalat

Dik : N asam oksalat = 0,1 N

V asam oksalat = 5 ml

0,8+0,5 1,4
V NaOH = = = 0,7
2 2

Dit : N NaOH .....?

Penye : V asam X N asam = V basa X N basa

5 ml x 0,1 N = 0,7 M x ?

5 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑁
N basa = 0,7 𝑚𝑙

0,5
N basa = 0,7 = 0,71 N

2. Asam cuka (CH3COOH)

Dik : N basa = 0,71 N

V asam = 5 ml

0,7+0,5 1,2
V basa = = = 0,6 ml
2 2

Dit : N asam = .....?

Penye : V asam X N asam = V basa + N basa


5 ml X ? = 0,6 ml X 0,71 N

0,6 𝑚𝑙 𝑋 0,71 𝑁 0,426


N asam = = = 0,0852 N
5 𝑚𝑙 5

3. Berat CH3COOH → CH3COO- + H+


gr = V x N x BE x FP
𝑚𝑟 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
BE = = = 60 gr/ek
𝑛 1 𝑚𝑜𝑙/𝑒𝑘

gr CH3COOH : 5 ml x 0,0852 x 60 gr/ek


: 0,005 x 0,0852 N x 60
: 1,02556 x 20 = 0,5112 gr
4. Larutan baku HCl dengan boraks
dik : N boraks = 0,1 N
V boraks = 5 ml
2+2 4
V HCl = = 2 = 2 ml
2

dit : N HCl …???


penye : V asam x N asam = V basa x N basa
2 ml x ? = 5 ml x 0,1
5 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑁
N asam = = 0,25 N
2 𝑚𝑙
G. Pembahasan
Pengenceran yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu senyawa
dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, ;azim dipakai yaitu aquadest
dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat
menurunnya kadar kepekatan atau tingkat komsentrasi dari senyawa yang
dilarutkan/diencerkan.
Dalam praktikum ini, kita akan menentukan berat cuplikan dalam sampel,
untuk alkalimetri, kita akan menentukan persen berat asam asetat dalam cuplikan
cuka.

Alkalimetri
Alkalimetri merupakan suatu teknik analisis untuk mengetahui kadar
keasaman suatu zat dengan menggunakan larutan standar basa, basa yang digunakan
biasanya adalah Natrium Hidroksida NaOH.Dalam percobaan ini diperlukan larutan
standar primer,dimana larutan standar primer adalah larutan baku yang dibuat dengan
menimbang zatnya lalu melarutkan sampai volume tertentu. Dalam percobaan ini
akan ditentukan konsentrasi NaOH dengan menggunakan asam oksalat(H2C2O4)
sebagai larutan standar primernya.
• Pembuatan larutan baku asam oksalat 0,1 N

Untuk alkalimetri diawali dengan pembuatan larutan baku primer asam


oksalat dengan cara menimbang asam oksalat dan dilarutkan dengan aquades sampai
250 ml. Kemudian larutan baku primer ini digunakan untuk standarisasi larutan
NaOH.

Pembakuan yang melibatkan NaOH ini menggunakan teknik titrasi, NaOH


diteteskan pada larutan asam oksalat yang berada dalam labu erlenmeyer. Sebelum
melakukan proses titrasi, sebelumnya asam oksalat ditetesi indikator PP. Indikator PP
berasal dari asam lemah yang memiliki perbedaan warna antara ion dan molekulnya
sehingga ketika dalam keadaan basa, indikator ini akan mengalami perubahan warna
bening ke warna peach. Penambahan indikator PP ini bertujuan untuk memberikan
warna pada larutan pada titik akhir titrasi, Proses penetesan ini dilakukan secara
perlahan untuk mendapatkan hasil akhir volume titrasi. reaksi yang terbentuk dalam
proses ini yaitu:
2 NaOH + (COOH)2 → (COONa)2 + H2O

Selama proses titrasi yaitu penetesan NaOH dari buret, labu erenmeyer harus tetap
di kocok. Pengocokan larutan bertujuan untuk mempercepat proses kelarutan NaOH
untuk bereaksi dengan Asam osalat karena salah satu faktor yang mempengaruhi
kelarutan adalah tekanan. Pengocokan erlenmeyer mendorong peroses larutnya NaOH
dalam asam oksalat untuk mendapatkan hasil titrasi yang tepat. Pada titik ekivalen,
larutan mulai terjadi perubahan warna. Hal ini menandakan bahwa mol asam = mol
basa. Sehiingga pada titik akhir titrasi telah terjadi perubahan warna dalam jangka
waktu tertentu dan proses titrasi harus dihentikan. Namun pada percobaan ini titik
ekivalen tidak di dapatkan karena tidak adanya ketelitian yang lebil dalam mengamati
perubahan warna pada titratnya sehingga melewati titik ekivalen. Dalam proses ini
didapatkan volume NaOH yang digunakan dalam titrasi adalah 0,8 ml dan untuk
duplo 0,5 ml.

Gambar perbedaan titrasi 1 NaOH dan titrasi 2 NaOH


• Penentuan Asam Asetat dalam cuka.

Langkah pertama yang harus dilakukan pada percobaan ini adalah menimbang
botol terlebih dahulu kemudian memasukan 5 ml asam cuka kedalam botol tersebut
setelah itu ditimbang kembali botol yang sudah terisi tersebut.

Langkah yang selanjutnya adalah menuangkan cuplikan semuanya kedalam labu


ukur 100 ml setelah itu di encerkan dengan aquadets kemudian diimpitkan dan
dikocok. Setelah melakukan pengenceran yang terjadi adalah larutan berubah menjadi
bening. Dalam percobaan ini 5 ml larutan cuka dimasukkan ke dalam erlenmeyer
yang larutannya berwarna bening, kemudian ditambahkan tiga tetes indikator
fenoftalin, larutan tidak terjadi perubahan. Kemudian larutan tersebut dititrasi dengan
larutan baku NaOH, larutan menjadi warna ungu muda, proses perubahan warna
terjadi pada titrasi pertama volume 0,7 ml dan titrasi kedua yaitu 0,5 ml. Titiik akhir
titrasi adalah titik dimana telah terjadi perubahan warna pada larutan dan titrasi
dihentikan setelah terjadinya perubahan warna pada larutan. Namun lagi – lagi pada
percobaan ini praktikan tidak teliti dalam melihat perubahan yang terjadi. Sehingga
pada titrasi 1 dan 2 mengalami perbedaan volume.

Gambar perbedaan titrasi 1 dan titrasi 2 titrasi NaOH


Asidimetri

Asidimetri merupakan suatu metode pengukuran kadar kebasaan suatu zat yang
menggunakan larutan asam sebagai standar. Standar asam yang sering digunakan adalah
asam klorida (HCl). Dalam percobaan ini akan ditentukan konsentrasi HCl dengan
menggunakan Boraks (Na2B4O7.10H2O) sebagai larutan standar primernya.

• Pembuatan larutan baku boraks 0,1 N


Dalam membuat larutan boraks 0,1 N pertama yang dilakukan adalah menibang boraks
dan melarutkanya kedalam labu ukur sebanyak 250 ml. Kemudian mengambil 5 ml larutan
boraks kedalam erlenmeyer dan menambahkan 3 tetes indikator metil orens ke dalam 5 mil
larutan boraks yang ada dalam erlenmeyer. Larutan yang awalnya berwarna bening, setelah di
teteskan indikator metil orens terjadi perubahan warna dari bening menjadi orens muda.
Sebelumnya yang bertindak sebagai titran dalam percobaan asidimetri ini adalah HCl. Jadi
HCl sebelumnya sudah berada dalam buret untuk kemudian diteteskan ke dalam erlenmeyar
yang berisi larutan boraks tadi.
Pada percobaan ini dama halnya dengan alkalimetri, tetes demi tetes di masukan
kedalam erlenmeyer dan melihat perubahan warna yang terjadi. Perubahan warna yang
tadinya berwarna orens muda berubah menjadi peach. Perubahan warna menandakan bahwa
titik akhir titrasi sudah tercapai. Dan pada percobaan ini titik ekivalen didapatkan bersamaan
dengan titik akhir titrasi. Titik ekivalen adalah sebuah kondisi dimana mol titran sama dengan
mol titrat. Perubahan warna terjadi pada volume 2 ml pada titrasi awal dan diplonya.

Reaksi yang terjadi adalah

Na2B4O7.10H2O(aq) + HCl(aq) 2NaCl(aq) + 4H3BO3(aq) + 5H2O(l)


Gambar larutan boraks yang sudah berubah warna
H. Kesimpulan

Dalam percobaan, menggunakan indikator asam basa yang sesuai memungkinkan


asumsi bahwa titik akhir titrasi tepat berada pada titik ekivalennya.Konsentrasi atau
kadar larutan asam dapat dihitung atau ditentukan dengan menggunakan larutan basa
yang sudah di ketahui konsentrasinya atau sebaliknya.Titik ekivalen tercapai apabila
umlah mol asam sama dengan jumlah mol basa yang ditandai dengan adanya perubahan
warna.

Pada penentuan konsentrasi NaOH dengan larutan baku asam oksalat, titik akhir
titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna yaitu dari bening menjadi merah muda.
Sedangkan pada penentuan asam asetat dalam asam cuka titik akhir titrasi ditandai
dengan adanya perubahan warna yaitu dari warna merah muda.
DAFTAR PUSTAKA

Khopkar.1984. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.

Lukum, Astin P. 2005. Bahan Ajar Dasar-dasar Kimia Analitik. Gorontalo: UNG.

Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai