DISUSUN OLEH:
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
i
5.1. Strategi Di Tingkat Satuan Pendidikan..........................................................................40
6.1. Keteladanan.......................................................................................................................42
6.2. Pembelajaran.....................................................................................................................43
6.4. Penguatan..........................................................................................................................46
6.5. Pendidikan...........................................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 62
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
secara berulang dan rutin. Oleh karena itu perlu diupayakan cara-
cara pembentukan karakter melalui proses perkuliahan/
pembelajaran.
2
1) Terapi kognitif, misalnya memperbaiki cara berpikir, dengan
cara pengosongan (mengosongkan benak dari berbagai bentuk
pemikiran yang salah, menyimpang, tidak berdasar, baik dari
segi agama maupun akal yang lurus), pengisian (mengisi
kembali benak dengan nilai-nilai baru dari sumber keagamaan,
yang membentuk kesadaran baru, logika baru, arah baru, dan
lensa baru dalam cara memandang berbagai masalah), kontrol
(mengontrol pikiran-pikiran baru yang melintas dalam benak
sebelum berkembang menjadi gagasan yang utuh), dan doa
(pencerahan Ilahi dalam cara berpikir).
2) Terapi mental, dengan cara pengarahan (arah perasaan yang
jelas), penguatan (menguatkan perasaan dalam jiwa, adanya
keyakinan, kemauan, dan tekad sebelum melakukan suatu
tindakan), control (memunculkan kekuatan tertentu yang
berfungsi mengendalikan semua warna perasaan), dan doa
(mengharapkan adanya dorongan Illahi yang berfungsi
membantu semua proses pengarahan, penguatan, dan
pengendalian mental).
3) Perbaikan fisik, dengan cara memadukan tiga unsur (gizi
makanan, olahraga, dan istirahat) dengan baik.
3
dari segala tingkah lakunya yang mengandung unsur keberanian,
ketabahan, kejujuran, dan kesetiaan, atau perilaku dan kebiasaan
yang baik. Karakter ini dapat berubah akibat pengaruh lingkungan,
oleh karena itu perlu usaha membangun karakter dan menjaganya
agar tidak terpengaruh oleh hal-hal yang menyesatkan dan
menjerumuskan. Menurut Dewantara (2009) karakter itu terjadi
karena perkembangan dasar yang telah terkena pengaruh ajar.
Yang dinamakan 'dasar' yaitu bekal hidup atau bakat anak yang
berasal dari alam sebelum mereka lahir, serta sudah menjadi satu
dengan kodrat kehidupan anak (biologis). Sementara kata 'ajar'
diartikan segala sifat pendidikan dan pengajaran mulai anak dalam
kandungan ibu hingga akil baligh, yang dapat mewujudkan
intelligible, yakni tabiat yang dipengaruhi oleh kematangan berpikir.
Jiwa anak yang baru lahir diumpamakan sehelai kertas yang sudah
ditulis dengan tulisan yang agak suram.
Di lingkungan sekolah, pendidikan diberikan kepada anak
didik dalam waktu terbatas, sehingga terbatas pula waktu bagi para
siswa untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan guru. Oleh
sebab itu, guru harus berkonsentrasi memberi perhatian kepada
kepribadian dan fisik anak didik secara terbatas pula. Di dalam
lingkungan keluarga, anak sesungguhnya sudah dididik sejak
dalam kandungan.
4
Masyarakat masih berharap para guru dapat menampilkan perilaku
yang mencerminkan nilai-nilai moral seperti kejujuran, keadilan,
dan mematuhi kode etik profesional. Lickona (1991), sekolah dan
guru harus mendidik karakter, khususnya melalui pengajaran yang
dapat mengembangkan rasa hormat dan tanggung jawab.
5
kreatif dalam proses transformasi kebudayaan ke arah keadaban
demi perbaikan hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh
masyarakat di mana dia hidup.
Sekolah merupakan wahana pengembang pendidikan
karakter memiliki peranan yang sangat penting. Guru dan pendidik
mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam
menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan
bermoral. Guru merupakan teladan bagi siswa dan mempunyai
peran yang sangat besar dalam pembentukan karakter siswa.
Undang-undang no. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
menyatakan bahwa guru sebagai pendidik profesional mempunyai
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini, pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
6
BAB II
7
menyebabkan seseorang memberikan perhatian yang
8
lingkungan (reinforcing), akan tertuju pada titik tersebut.
setiap guru secara sadar datang pada jam 06.30 dan pulang
9
telah memotivasi setiap guru, karyawan, dan siswa untuk
keputusan.
lingkungan sekolah
10
tidak memiliki dasar empirik yang kuat. Ini berbeda dengan
mempertahankan keasliannya.
11
menampilkan corak berkehidupan yang mengakomodasi
sekitar sekolah.
12
tetapi karena lingkungan sekolahnya baik, anak tersebut tumbuh
bahwa apa yang disebut school culture sangat vital perannya bagi
jawab (cerminan dari olah hati): (2) Cerdas (cerminan dan olah
pikir); (3) Sehat dan bersih (cerminan dari olah raga); dan (4) Peduli
1. Kebijaksanaan/Bijaksana (wisdom):
13
bagaimana caranya mempraktikkan nilai-nilai kebaikan.
(respect).
Bertanggungjawab (responsibility)
Tulus (honesty).
Kesopanan (Courtesy/civility).
Toleransi (tolerance).
Keberanian (courage).
Kesabaran (patience).
Percaya-diri (self-confidence).
4. Kontrol-diri (self-control):
Disiplin-diri (self-discipline).
14
gratification) atau tidak cepat puas diri.
Moderat (moderation).
self-control).
5. Cinta (love):
(empathy).
sayang (kindness).
Setia (loyalty).
Pemaaf (forgiveness).
Bersemangat (enthusiasm).
15
Penetapan atau perencanaan yang matang (good-
setting).
principle).
formed conscience).
consistency).
mudah menuduh,
16
(willingness to mistakes and responsibility to them).
baik.
pengembangan karakter.
17
Berusaha keras untuk memelihara motivasi diri para
siswa.
18
keyakinan, nilai, norma, dan kebiasaan-kebiasaan yang merupakan
banding.
19
Keempat, melakukan visualisasi visi dan misi sekolah,
siswa.
20
Kedua: Pihak sekolah membuat aturan-aturan atau disiplin
dengan cara:
yang lain.
21
memasang berbagai visualisasi atau pamflet yang
sekolah.
cara:
lembaga kesiswaan.
cara:
22
melibatkan para karyawan dalam pengambilan
keputusan.
dengan cara:
tidak
a. Kepala Sekolah
23
Semangat yang dimiliki kepala sekolah bagi terwujudnya
budaya sekolah dengan karakter terpuji sangat berpengaruh
terhadap iklim yang akan tercipta di lingkungan sekolahnya.
24
juga bertugas untuk merencanakan dan menyusun program
pelaksanaan pembudayaan dan penanaman karakter di
lingkungan sekolah dalam rentang waktu tertentu. Tim ini
secara periodik melakukan pertemuan untuk
mengkordinasikan dan melakukan evaluasi terhadap semua
kegiatan dan perkembangan pelaksanaan program
pembudayaan karakter di lingkungan sekolah.
c. Guru
Guru mempersiapkan berbagai pilihan dan strategi
untuk menanamkan setiap nilai-nilai, norma-norma, dan
kebiasaan-kebiasaan ke dalam mata pelajaran yang
diampunya. Guru dapat memilih cara-cara tertentu dalam
proses pembelajarannya, seperti menyampaikan berbagai
kutipan yang berupa kata-kata mutiara atau peribahasa yang
berkaitan dengan karakter, ceritera pendek, biografi, tulisan
dari jurnal, kegiatan yang bersifat silang kebudayaan,
bermain peran, diskusi kelompok, membuat karangan
pendek, dan sebagainya. Setiap sekolah hendaknya
menentukan kegiatan khusus yang dapat mengikat para
guru untuk melakukan kegiatan tersebut secara
berkelanjutan.
d. Keluarga
Orang tua/wali murid dapat terlibat dalam kegiatan
pembudayaan dan penanaman karakter melalui beberapa
kegiatan. Orang tua/wali murid secara aktif dapat memantau
perkembangan perilaku anak mereka melalui buku kegiatan
siswa yang sudah disiapkan pihak sekolah. Orang tua/wali
murid secara aktif mengikui kegiatan rutin atau bergilir yang
dilaksanakan pihak sekolah dalam pertemuan-pertemuan
antara orang tua/wali murid dengan wali kelas dan guru-guru
kelas.
25
orang tua/wali murid. Berita berkala itu memuat kegiatan-
kegiatan yang dilakukan pihak sekolah, terutama yang
mendukung terlaksananya pembudayaan dan penanaman
karakter. Tidak kalah pentingnya adalah sumbangan berita
yang berasal dari masing masing orang tua/wali siswa yang
berisi pengalaman yang dialaminya dalam mendidik anak-
anak mereka, baik dari mereka yang memiliki prestasi tinggi
maupun dari mereka merasa kesulitan dalam membimbing
anak anaknya. Di dalamnya juga memuat rubrik yang
memuat konsultasi orang tua/wali siswa tentang perilaku
anak-anak.
e. Komite Sekolah dan Masyarakat
26
memahami atau mengerti arti penting pemodelan yang sehat
bagi para siswa mereka. Ungkapan umum mengatakan
bahwa karakter lebih mudah dipaktekkan dari pada
diajarkan. Pihak sekolah harus memahami betul bahwa
pelajaran atas nilai, norma, dan kebiasaan-kebiasaan
karakter yang pertama bagi para siswa adalah karakter diri
mereka sendiri, yaitu bagaimana kepala sekolah, guru, dan
karyawan bersikap di antara mereka sendiri, memperlakukan
dan melayani orang tua/wali siswa, dan tentu saja ketika
mereka memperlakukan dan melayani para siswa itu sendiri.
b. Pengajaran (Teaching)
27
meliputi mata pelajaran, berbagai kegiatan, dan proyek
sosial. Dalam hal ini guru secara aktif mengajarkan kepada
para siswa mengenai arti penting nilai, norma, dan
kebiasaan kebiasaan karakter terpuji yang menjadi prioritas
sekolah dengan cara mengintegrasikannya ke dalam setiap
mata pelajaran.
28
pembiasaan yang diprogramkan pihak sekolah seperti
pembiasaan tegur, salam, dan sapa, serta jabat tangan,
shalat dhuha (bagi umat Islam), berdoa dalam mengawali
dan mengakhiri suatu kegiatan, dan lain sebagainya.
Penguatan pembudayaan karakter dapat juga berupa
visualisasi atau pemasangan pamflet-pamflet yang
bermuatan nilai, norma, dan kebiasaan kebiasaan karakter,
majalah dinding, dan pemberian penghargaan kepada para
guru, siswa, atau kelas tertentu yang memperlihatkan
prestasi yang berhubungan dengan nilai-nilai karakter
prioritas. Tidak kalah pentingnya untuk mendukung
pembudayaan karakter yang baik adalah penataan fisik
lingkungan sekolah, seperti pertamanan dan lingkungan
yang bersih dan sehat.
29
BAB III
30
3.2. Tujuan Fungsi Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan
guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru
membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup
keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau
menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai
hal terkait lainnya. Pendidikan karakter harus diberikan pada
pendidikan formal khususnya lembaga pendidikan TK/RA, SD/MI,
SMP/MTS, SMA/MA, SMK, MAK dan Perguruan Tinggi melalui
pembelajaran, dan ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan
pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikan formal
adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.
Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang
dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan
bahwa Pendidika nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
31
pergaulan dunia.
32
3) Penyaring
Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah
nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-
nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi
karakter manusia dan warga negara Indonesia agar
menjadi bangsa yang bermartabat.
33
Pertama cara berpikir tentang disiplin dan kedua disiplin
terkait dengan multi dimensi yang berhubungan dengan
pikiran, tindakan dan emosi. Implikasinya sering terjadi
pembahasan yang tumpang tindih atara disipilin dengan
fungsi kematangan individu yang lain seperti kompetensi,
kemandirian,dan pengendalian diri. Kata kunci berbicara
disiplin adalah aktif merujuk pada fungsi independensi dalam
pengembangan diri, mengelolaan diri dan perilaku serta
tindakan atas dasar keputusan sendiri.
34
dan mendidik anak untuk memahami dan mematuhi
aturan akan mendorong anak untuk mematuhi aturan.
Pada sisi lain anak yang tidak pernah dikenalkan pada
aturan akan berperilaku tidak beraturan.
35
mematuhi aturan dalam kehidupan.
Mengembangkan kemampuan siswa
menyesuaikan diri secara sehat.
Mengembangkan kemampuan siswa untuk
mengembangkan kontrol internal terhadap
perilaku sebagai dasar perilaku disiplin.
Menjadi modeling dan mengembangkan
keteladanan.
mengembangkan sistem dan mekanisme
pengukuhan positif maupun negatif untuk
penegakan disiplin di sekolah.
Tujuan Pertanyaan
Proses berkomunikasi, khususnya pengajuan pertanyaan-
pertanyaan yang tepat dan kreatif seharusnya menghasilkan
beberapa hal:
Gambar diri si siswa menjadi lebih kokoh, lebih utuh, dan
lebih kuat karena siswa merasa bahwa pengajarnya
menghargai dirinya dengan pertanyaan yang disajikan.
Siswa terdorong "bertanya dan menggali" lebih jauh topik
yang disajikan atau dipertanyakan, yaitu siswa menjadi
semakin ingin tahu dan berpikir kritis.
Pengajar tidak merampas kemungkinan dan kegairahan
siswa untuk menemukan sendiri jawaban dari permasalahan
yang mereka hadapi, termasuk kemungkinan siswa
mengalami kegagalan memecahkan masalah, sehingga
36
memperkaya perbendaharaan pengalaman mereka.
Tegasnya, pengajar memungkinkan siswa menjadi semakin
kreatif.
Siswa memahami adanya kecerdasan jamak/multiple
intelligence dan dalam jenis kecerdasan mana mereka lebih
kuat atau lebih lemah (semakin kenal diri).
Pengajar dapat mengetahui kedalaman proses nalar dan
afeksi si siswa.
Untuk mencapai tujuan-tujuan di atas, maka pengajar
perlu mengenali jenis-jenis pertanyaan yang dapat diajukan
serta kecenderungan pribadinya untuk menggunakan
dengan sering beberapa jenis pertanyaan yang ada.
Klasifikasi Pertanyaan
Menurut Robert Sun dan Arthur Carin klasifikasi jenis-
jenis pertanyaan dapat dilakukan menurut berbagai cara:
37
LINGKUP NALAR LINGKUP AFEKSI/RASA
Evaluasi = Memberikan penilaian Menyimpulkan/Generalisasi
Sintesa = Menyatukan Menilai lebih mendalam
Analisis = Breakdown Mengorganisir/Menata
Aplikasi= Menerapkan pada Menilai
situasi konkrit Merespon
Pengertian= Memadukan data Menyerap
terpadu, recall
informasi yang
Pengetahuan = dikaitkan
38
Bagaimana Kemungkinan Mengatasinya?
Pertama, bangunlah budaya bertanya dan
berekspresi (buat daftar siapa penanya terbaik, siapa
penanya terbanyak, dan sebagainya).
Kedua, ciptakan sistem yang menghargai dan
memberikan imbalan bagi pertanyaan-pertanyaan
Ketiga, berikan teladan/kepemimpinan untuk
menanyakan pada siswa hal-hal yang memang sang
pengajar tidak ketahui.
39
BAB IV
Keempat proses psikososial (olah hati, olah pikir, olah raga, dan
olahrasa dan karsa) tersebut secara holistik dan koheren memiliki
saling keterkaitan dan saling melengkapi, yang bermuara pada
pembentukan karakter yang menjadi perwujudan dari nilai-nilai
luhur. Secara diagramatik, koherensi keempat proses psikososial
tersebut dapat digambarkan diagram Ven sebagai berikut.
40
National Commission on Character Education di Amerika sebagai
suatu istilah payung yang meliputi berbagai pendekatan, filosofi,
dan program. Pemecahan masalah, pembuatan keputusan,
penyelesaian konflik merupakan aspek yang penting dari
pengembangan karakter moral.
41
4) Ketrampilan pemecahan masalah
5) Kompetensi emosional
6) Hubungan dengan orang lain (Relationships)
7) Perasaan keterikatan dengan sekolah (Attachment to
school)
8) Prestasi akademis
9) Kompetensi berkomunikasi
10)Sikap kepada guru (Attitudes toward teachers).
Otten (2000) menyatakan bahwa pendidikan karakter diintegrasikan
ke dalam seluruh masyarakat sekolah sebagai suatu strategi untuk
membantu mengingatkan kembali siswa untuk berhubungan
dengan konflik, menjaga siswa untuk tetap selalu siaga dalam
lingkungan pendidikan, dan menginvestasikan kembali masyarakat
untuk berpartisipasi aktif sebagai warga negara. yang
42
4.5. Kompetensi Keprofesionalan Yang Berkarakter
Karakter dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni bas
characters (misalnya: ketaatan), beautiful characters (misalnya:
ramah), dan brilliant characters (misalnya: inisiatif/prakarsa).
Seseorang yang memiliki basic characters akan berhasil dalam
suatu komunitas. Beautiful characters menjadikan seseorang
sebagai anggota tim yang baik, sedangkan brilliant characters
mampu mempengaruhi atau memimpin orang lain. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa pembentukan karakter dalam
pendidikan MIPA secara umum dan kimia secara khusus sangat
perlu diupayakan untuk mencetak sumberdaya manusia yang
profesional.
43
dan mengandung kebajikan..
NILAI DESKRIPSI
Religious Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajara agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup
rukun dengan pemeluk agama lain.
Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya.
Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru
dari sesuatu yang telah dimiliki.
Mandiri Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas
Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
44
Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas diri dan kelompoknya.
Cinta Tanah Air Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan
orang lain.
Bersahabat/ Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan
Komunikatif bekerja sama dengan orang lain.
Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran dirinya
Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain
dan masyarakat yang membutuhkan.
Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan
Yang Maha Esa.
45
Pengalaman belajar yang baik adalah dengan cara terpadu. Dalam
hidup kita sehari-hari, kita tidak hanya memiliki satu nilai sepanjang
hari. .
Nilai karakter tidak dapat diajarkan, tapi harus dimunculkan dalam
diri siswa. Adalah suatu kesalahan mengajarkan moralitas, etika,
nilai-nilai karakter sebagai mata pelajaran.
46
BAB V
47
Pramuka; PMR; UKS; Olah
Raga; Seni; OSIS Bimbingan
Konseling
Pemberian layanan bagi
peserta didik yang mengalami
masalah.
48
BAB VI
PENDEKATAN PENDIDIKAN KARAKTER
6.1. Keteladanan
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta
didik secara terus-menerus dan konsisten setiap saat. Contoh
kegiatan ini adalah: Upacara pada hari besar kenegaraan,
pemeriksaan kebersihan badan (kuku, telinga, rambut dan lain-lain)
setiap hari Senin, beribadah bersama/sembahyang bersama setiap
dzuhur (bagi yang beragama Islam) berdoa waktu mulai dan
selesai pelajaran, mengucap salam bila bertemu pendidik/tenaga
kependidikan yang lain, dan sebagainya.
49
6.2. Pembelajaran
a. Di kelas, pembelajaran karakter dilaksanakan melalui proses
belajar setiap materi pelajaran atau kegiatan yang dirancang
khusus. Setiap kegiatan belajar mengembangkan kemampuan
dalam ranah kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor. Oleh karena
itu, tidak selalu diperlukan kegiatan belajar khusus untuk
mengembangkan nilai-nilai pada pendidikan karakter. Meskipun
demikian, untuk pengembangan nilai-nilai tertentu seperti kerja
keras, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, dan gemar membaca dapat dikembangkan melalui
kegiatan belajar yang biasa dilakukan pendidik. Untuk
pengembangan beberapa nilai lain seperti peduli sosial, peduli
lingkungan, rasa ingin tahu, dan kreatif memerlukan upaya
pengkondisian sehingga peserta didik memiliki kesempatan untuk
memunculkan perilaku yang menunjukkan nilai tersebut.
50
c. Di luar satuan pendidikan formal dan nonformal, pembelajaran
karakter dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan
lain yang diikuti oleh seluruh/sebagian peserta didik, dirancang
satuan pendidikan formal dan nonformal sejak awal tahun pelajaran
atau program pembelajaran, dan dimasukkan ke dalam kalender
akademik. Misalnya, kunjungan ke tempat-tempat yang
menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air, menumbuhkan
semangat kebangsaan, melakukan pengabdian kepada masyarakat
untuk menumbuhkan kepedulian dan kesetiakawanan sosial seperti
membantu mereka yang tertimpa musibah banjir, memperbaiki atau
membersihkan tempat-tempat umum, membantu
membersihkan/mengatur barang di tempat ibadah tertentu.
51
Secara mikro pengembangan karakter dibagi dalam empat
pilar, yakni kegiatan belajar-mengajar di kelas, kegiatan keseharian
dalam bentuk pengembangan budaya satuan pendidikan formal
dan nonformal; kegiatan kokurikuler dan/atau ekstrakurikuler, serta
kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat.
52
pembiasaan melalui berbagai tugas dan kegiatan. Oleh sebab itu,
seluruh hal yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dikerjakan oleh
peserta didik adalah pendidikan.
6.4. Penguatan
Penguatan sebagai respon dari pendidikan karakter perlu dilakukan
dalam jangka panjang dan berulang terus-menerus. Penguatan
dimulai dari lingkungan terdekat dan meluas pada lingkungan yang
lebih luas. Di samping pembelajaran dan pemodelan, penguatan
merupakan bagian dari proses intervensi. Penguatan juga dapat
terjadi dalam proses habituasi Hal itu akhirnya akan membentuk
karakter yang akan terintegrasi melalui proses internalisasi dan
personalisasi pada diri masing-masing individu. Penguatan dapat
juga dilakukan dalam berbagai bentuk termasuk penataan
lingkungan belajar dalam satuan pendidikan formal dan nonformal
yang menyentuh dan membangkitkan karakter. Berbagai
penghargaan perlu diberikan kepada satuan pendidikan formal dan
nonformal, pendidik, tenaga kependidikan, atau peserta didik untuk
semakin menguatkan dorongan, ajakan, dan motivasi
pengembangan karakter.
6.5. Pendidikan
Pada dasarnya, penilaian terhadap pendidikan karakter
dapat dilakukan terhadap kinerja pendidik, tenaga kependidikan,
dan peserta didik. Kinerja pendidik atau tenaga kependidikan dapat
dilihat dari berbagai hal terkait dengan dengan berbagai aturan
53
yang melekat pada diri pegawai, antara lain:
(1) hasil kerja: kualitas kerja, kuantitas kerja,
ketepatan waktu penyelesaian kerja, kesesuaian
dengan prosedur;
(2) komitmen kerja: inisiatif, kualitas kehadiran,
kontribusi terhadap keberhasilan kerja, kesediaan
melaksanakan tugas dari pimpinan;
(3) hubungan kerja: kerja sama, integritas,
pengendalian diri, kemampuan mengarahkan dan
memberikan inspirasi bagi orang lain.
Selain penilaian untuk pendidik dan tenaga kependidikan,
penilaian pencapaian nilai-nilai budaya dan karakter juga dapat
ditujukan kepada peserta didik yang didasarkan pada beberapa
indikator. Sebagai contoh, indikator untuk nilai jujur di suatu
semester dirumuskan dengan "mengatakan dengan sesungguhnya
perasaan dirinya mengenai apa yang
dilihat/diamati/dipelajari/dirasakan" maka pendidik mengamati
(melalui berbagai apakah yang dikatakan seorang peserta didik itu
jujur mewakili perasaan dirinya. Mungkin saja peserta didik
menyatakan perasaannya itu secara lisan tetapi dapat juga
dilakukan secara tertulis atau bahkan dengan bahasa tubuh.
Dalam pernyataan kualitatif dan memiliki makna terjadinya
proses pembangunan karakter sebagai berikut ini.
BT: Belum Terlihat, apabila peserta didik belum
memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam
indikator karena belum memahami makna dari nilai itu (Tahap
Anomi).
MT:Mulai Terlihat, apabila peserta didiksudah mulai
memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan
dalam indikator tetapi belum konsisten karena sudah ada
pemahaman dan mendapat penguatan lingkungan terdekat (Tahap
Heteronomi).
MB: Mulai Berkembang, apabila peserta didik sudah
memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam
indikator dan mulai konsisten, karena selain sudah ada
54
pemahaman dan kesadaran juga mendapat penguatan lingkungan
terdekat dan lingkungan yang lebih luas (Tahap Sosionomi).
MK: Membudaya, apabila peserta didik terus menerus
memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara
konsisten karena selain sudah ada pemahaman, kesadaran dan
mendapat penguatan lingkungan terdekat serta lingkungan yang
lebih luas sudah tumbuh kematangan moral (Tahap Autonomi
55
BAB VII
Asesmen
Asesmen dilakukan dengan observasi, dilanjutkan dengan
monitoring pelaksanaan dan refleksi.
Pelaksanaan intervensi dan habituasi dilakukan secara bertahap
tahunan (multiyears). Hal itu dapat dibagi sebagai berikut.
56
Pelatihan dilakukan untuk: guru, orang tua, dan masyarakat
(perangkat desa/kelurahan),
Tahun pertama sampai ketiga, pelatihan dilakukan untuk
guru SD dan orang tua murid SD.
Tahun keempat, pelatihan dilakukan untuk guru SMP dan
SMA serta tenaga kependidikan
Tahun kelima untuk dosen dan tenaga kependidikan.
57
Menyediakan kotak penilaian k
saran dan pengaduan. berkala.
Larangan membawa menyontek
fasilitas komunikasi
pada saat ulangan atau
ujian.
Toleransi Sikap dan tindakan yang Menghargai dan Memberika
menghargai perbedaan memberikan perlakuan pelayanan
agama, suku, etnis, yang sama terhadap terhadap
pendapat, sikap, dan seluruh warga sekolah warga ke
tindakan orang lain yang tanpa membedakan membedak
berbeda dari dirinya. suku, agama, ras, agama, ras
golongan, status sosial, status s
status ekonomi, dan status ekon
kemampuan khas. Memberika
Memberikan perlakuan pelayanan
yang sama terhadap anak be
stakeholder tanpa khusus.
membedakan suku, dalam kelo
agama, ras, golongan, berbeda.
status sosial, dan
status ekonomi.
Disiplin Tindakan yang menunjukkan Memiliki catatan Membiasa
perilaku tertib dan patuh pada kehadiran. tepat waktu
berbagai ketentuan dan Memberikan Membiasa
peraturan. penghargaan kepada mematuhi
warga sekolah yang Mengguna
disiplin. Memiliki tata pakaian pr
tertib sekolah. dengan pr
Membiasakan warga keahlianny
sekolah untuk Penyimpan
berdisiplin. pengeluara
Menegakkan aturan bahan
dengan memberikan program
sanksi secara adil bagi keahlian).
58
pelanggar tata tertib
sekolah.
Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan Menciptakan suasana Menciptaka
upaya sungguh-sungguh kompetisi yang sehat. kompetisi y
dalam mengatasi berbagai Menciptakan suasana Menciptaka
hambatan belajar, tugas dan sekolah yang etos kerja
menyelesaikan tugas dengan menantang dan menyerah,
sebaik-baiknya. memacu untuk bekerja tahan bela
keras. Mencipata
Memiliki pajangan suasana b
tentang slogan atau memacu
motto tentang kerja. kerja.
pajangan
slogan a
tentang g
dan belaja
Kreatif Berpikir dan melakukan Menciptakan situasi Menciptaka
sesuatu untuk menghasilkan yang menumbuhkan belajar y
cara atau hasil baru dari daya berpikir dan menumbuh
sesuatu yang telah dimiliki. bertindak kreatif. pikir dan
kreatif,
Pemberian
menantang
munculnya
karya baru
autentik
modifikasi
Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak Menciptakan situasi Menciptaka
mudah tergantung pada sekolah yang kelas
orang lain dalam membangun memberika
menyelesaikan tugas-tugas, kemandirian peserta kesempata
didik. peserta d
bekerja ma
59
Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan Melibatkan warga Mengambi
bertindak yang menilai sama sekolah dalam setiap kelas seca
hak dan kewajiban dirinya pengambilan melalui m
dan orang lain. keputusan. dan mufak
Menciptakan suasana Pemilihan
sekolah yang menerima kepenguru
perbedaan Pemilihan secara terb
kepengurusan OSIS Seluruh
secara terbuka. kebijakan
musyawara
mufakat.
Mengimple
model-mod
pembelaja
dialogis da
Rasa Ingin Sikap dan tindakan yang Menyediakan media Menciptaka
Tahu selalu berupaya untuk komunikasi atau kelas
mengetahui lebih mendalam informasi (media cetak mengunda
dan meluas dari sesuatu atau ingin tahu.
yang dipelajari, dilihat, dan media elektronik) untuk Eksplorasi
didengar. berekspresi bagi warga secara
sekolah. Tersedia
Memfasilitasi warga komunikas
sekolah untuk informasi
bereksplorasi dalam cetak at
pendidikan, ilmu elektronik)
pengetahuan,
teknologi, dan budaya.
Semangat Cara berpikir, bertindak, dan Melakukan upacara Bekerja sa
Kebangsaa berwawasan yang rutin sekolah. teman se
n menempatkan kepentingan Melakukan upacara berbeda s
bangsa dan negara di atas hari-hari besar status sosi
kepentingan diri dan nasional. Mendiskus
kelompoknya. Menyelenggarakan hari besar
peringatan hari
60
kepahlawanan
nasional.
Memiliki program
melakukan kunjungan
ke tempat bersejarah.
Mengikuti lomba pada
hari besar nasional.
Bersahabat/ Tindakan yang Suasana sekolah yang Pengatura
Komunikatif memperlihatkan rasa senang memudahkan yang m
berbicara, bergaul, dan terjadinya interaksi terjadinya
bekerja sama dengan orang antar warga sekolah. peserta did
lain. Berkomunikasi dengan Pembelaja
bahasa yang santun. dialogis.
Saling menghargai dan Guru me
menjaga kehormatan. keluhan-ke
Pergaulan dengan cinta peserta did
kasih dan rela Dalam ber
berkorban. guru tida
jarak deng
didik.
Cinta Damai Sikap, perkataan, dan Menciptakan suasana Menciptaka
tindakan yang menyebabkan sekolah dan bekerja kelas yang
orang lain merasa senang yang nyaman, Membiasa
dan aman atas kehadiran tenteram, dan warga se
dirinya. harmonis. anti kekera
Membiasakan perilaku Pembelaja
warga sekolah yang tidak bias g
anti kekerasan. Kekerabata
Membiasakan perilaku yang pe
warga sekolah yang sayang.
tidak bias gender.
Perilaku seluruh warga
sekolah yang penuh
kasih sayang.
Gemar Kebiasaan menyediakan Program wajib baca. Daftar b
61
Membaca waktu untuk membaca Frekuensi kunjungan tulisan ya
berbagai bacaan yang perpustakaan. peserta did
memberikan kebajikan bagi Menyediakan fasilitas Frekuensi
dirinya. dan suasana perpustaka
menyenangkan untuk Saling tuka
membaca. Pembelaja
memotivas
mengguna
referensi.
Peduli Sikap dan tindakan yang Pembiasaan Memelihar
Lingkungan selalu berupaya mencegah memelihara kebersihan lingkungan
kerusakan pada lingkungan dan kelestarian Tersedia
alam di sekitarnya dan lingkungan sekolah. pembuang
mengembangkan upaya- Tersedia tempat di dalam ke
upaya untuk memperbaiki pembuangan sampah Pembiasaa
kerusakan alam yang sudah dan tempat cuci energi.
terjadi. tangan. Memasang
Menyediakan kamar perintah
mandi dan air bersih. lampu da
Pembiasaan hemat kran air
energi. Membuat pada setia
biopori di area sekolah. apabila
Membangun saluran digunakan
pembuangan air limbah
dengan baik.
Melakukan pembiasaan
memisahkan jenis
sampah organik dan
anorganik.
Penugasan pembuatan
kompos dari sampah
organik.
Penanganan limbah
hasil praktik (SMK).
Menyediakan peralatan
62
kebersihan.
Membuat tandon
penyimpanan air.
Memprogramkan cinta
bersih lingkungan.
Peduli Sikap dan tindakan yang Memfasilitasi kegiatan Berempati
Sosial selalu ingin memberi bantuan bersifat sosial. sesama te
pada orang lain dan Melakukan aksi sosial. Melakukan
masyarakat yang Menyediakan fasilitas Membangu
membutuhkan. untuk menyumbang. kerukunan
kelas.
Tanggung Sikap dan perilaku seseorang Membuat laporan Pelaksana
jawab untuk melaksanakan tugas setiap kegiatan yang piket seca
dan kewajibannya, yang dilakukan dalam bentuk Peran s
seharusnya dia lakukan, lisan maupun tertulis. dalam
terhadap diri sendiri, Melakukan tugas tanpa sekolah.
masyarakat, lingkungan disuruh. Menunjukkan Mengajuka
(alam, sosial dan budaya), prakarsa untuk pemecaha
negara dan Tuhan Yang mengatasi masalah
Maha Esa. dalam lingkup terdekat.
Menghindarkan
kecurangan dalam
pelaksanaan tugas.
63
sebagai ciptaan Tuhan melalui cara merawatnya dengan baik"
untuk kelas 1-3 lebih sederhana dibandingkan indikator
"mengagumi sistem dan cara kerja organ-organ tubuh manusia
yang sempurna dalam sinkronisasi fungsi organ" untuk kelas 4-6
karena mengagumi sistem dan cara kerja organ lebih tinggi
dibandingkan mengenal dan mensyukuri tubuh dan bagian tubuh.
64
BAB VIII
65
Membangkitkan respon siswa Mengetahui sejauh mana
keingintahuan siswa
Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang
dikehendaki guru
Menyegarkan kembali pengetahuan siswa
66
bekerjasama untuk membangun pengetahuan dengan teman di
dalam kelompoknya.
Praktik masyarakat belajar terwujud dalam:
Pembentukan kelompok kecil
Pembentukan kelompok besar
Mendatangkan 'ahli' ke kelas (tokoh, olahragawan,
dokter, petani, polisi, dan lainnya)
Bekerja dengan kelas sederajat
Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya
Bekerja dengan masyarakat
67
kejadian, kegiatan, dan pengalaman serta berpikir tentang apa
yang siswa pelajari, bagaimana merasakan, dan bagaimana siswa
menggunakan pengetahuan baru tersebut. Refleksi dapat ditulis di
dalam jurnal, bisa terjadi melalui diskusi, atau merupakan kegiatan
kreatif seperti menulis puisi atau membuat karya seni.
68
DAFTAR PUSTAKA
69
Megawangi, R. 2004, Pendidikan karakter, Pustaka Mizan, Bandung.
Mustakim, Bagus, 2011, Pendidikan karakter: Membangun
Delapan Karakter
Emas Menuju Indonesia Bermartabat, Samudra Biru, Yogyakarta.
Pemerintah Republik Indonesia, 2010, Kebijakan Nasional,
Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025, Jakarta.
Puskur, 2011. Panduan pelaksanaan pendidikan karakter, Kementerian
Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat
Kurikulum Dan Perbukuan, Jakarta.
Sofyan Hermintarto, 2010,. Pendidikan Karakter bagi Mahasiswa UNY,
Kantor
Rektorat, Yogyakarta. Sulhan, Najib, 2006, Pembangunan Karakter
Anak: Manajemen Pembelajaran
Guru Menuju Sekolah Efektif, Surabaya Intelektual Club, Surabaya.
Sulhan, Najib, 2010, Pendidikan Berbasis Karakter, Jape Press
Media Utama, Surabaya.
Supriatna, Mamat, 2010, Pendidikan Karakter Melalui Ekstrakurikuler,
Universitas Pendidikan Indonesia, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Jakarta.
Tilaar, HAR. 2002, Pendidikan Kebudayaan, dan Masyarakat Madani
Indonesia, PT. Remaja Rosda Karya. Bandung. Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Depdiknas, Ditjen Dikdasmen, Jakarta. Zuchdi,
Darmiyati, dkk. Pendidikan Karakter dengan Pendekatan
Komprehensif, UNY Press, 2010. Yogyakarta.
70