Puji Syukur kehadirat Alloh SWT. yang telah melimpahkan rahmat, karunia, taufik
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Implementasi
Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas di Sekolah Dasar”. Terimakasih tak lupa saya
sampaikan kepada Ibu Adzimatnur Muslihasari, S.si., M.pd. selaku dosen pengampu mata
kuliah Belajar dan Pembelajaran.
Saya sangat berharap semoga makalah ini bisa menambah wawasan terutama tentang
implementasi Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas di Sekolah Dasar. Saya juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini bermanfaat dan bisa menjadi wawasan. Sebelumnya saya mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... 1
DAFTAR ISI..................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Berbasis Kelas 6
1. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)……………………………….. 6
2. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Berbasis Kelas………………. 7
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
karakter bangsa yang dimaksud adalah religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan
integritas. Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-
prinsip nilai-nilai moral universal, holistik, terintegritas, parsitipatif, kearifan lokal,
kecakapan abad XXI, adil dan inklusif, selaras dengan perkembangan peserta didik dan
terukur (Hendrawan, et al. 2017).
Pembelajaran adalah wahana yang dirancang oleh pendidik secara sadar untuk
mencapai tujuan pendidikan. Pembelajaran terwujudkan dalam interaksi belajar-mengajar
yang dinamis dan diarahkan kepada pencapaian tujuan, yaitu perubahan perilaku dan pribadi
peserta didik yang optimal. Perubahan yang terjadi pada peserta didik itu ditampilkan dalam
karakter, sebagai perilaku yang dilandasi nilai-nilai kehidupan yang sangat luhur.
(Koesoema, et al. 2017).
Setiap proses pembelajaran melibatkan mata pelajaran tertentu atau tema yang sedang
dilaksanakan, metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, serta pengelolaan kelas.
Dalam rangkaian penyelenggaraan proses belajar mengajar di kelas guru memiliki
kesempatan leluasa untuk mengembangkan karakter siswa. Guru dapat memilih bagian dari
mata pelajarannya atau tema pelajaran untuk diintegrasikan dengan pengembangan karakter
siswa. Metode belajar yang dipilihpun dapat menjadi media pengembangan karakter. Ketika
mengelola kelas guru berkesempatan untuk mengembangkan karakter melalui tindakan dan
tutur katanya selama proses pembelajaran berlangsung. (Koesoema, et al. 2017).
Gerakan PPK dapat dilaksanakan dengan berbasis struktur kurikulum yang sudah ada
dan mantap dimiliki oleh sekolah, yaitu pendidikan karakter berbasis kelas, budaya sekolah,
dan masyarakat/ komunitas (Albertus, 2015). Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis
kelas meliputi mengintegrasikan proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi kurikulum
dalam mata pelajaran, baik itu secara tematik maupun terintegrasi dalam mata pelajaran,
memperkuat manajemen kelas, pilihan metodologi, dan evaluasi pengajaran,
mengembangkan muatan lokal sesuai dengan kebutuhan daerah. (Koesoema, et al. 2017).
4
B. Batasan Masalah
1. Apa pengertian PPK Berbasis Kelas?
2. Bagaimana implementasi PPK Berbasis Kelas?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami PPK Berbasis Kelas.
2. Melaksaksanakan implementasi PPK Berbasis Kelas.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
practice) dalam penerapan pendidikan karakter. Dampak dari penerapan ini adalah terjadi
perubahan pembelajaran sehingga prestasi mereka pun juga meningkat. Kemendikbud
pada tanggal 16 September 2016 mengemukakan bahwa, sebagian besar sekolah yang
diundang dalam diskusi Praktik Baik Sekolah Pelaksana Penguatan Pendidikan Karakter
melakukan pembiasaan dengan penumbuhan dan pembudayaan nilai-nilai karakter yaitu
yang disepakati oleh masing-masing sekolah. Kerja sama dan komitmen dari kepala
sekolah, guru dan orang tua umumnya menjadi faktor kunci keberhasilan pelaksanaan
pendidikan kkarakter di masing-masing sekolah tersebut.
Ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai
yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK (Hendrawan, 2016). Kelima
nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai beikut:
1. Religius
Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan
individu dengan Tuhan, individu dengan sesama dan individu dengan alam semesta
(lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencitai dan
menjaga keutuhan ciptaan.
2. Nasionalis
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa,
lingkungan fisik, sosial dan budaya, ekonomi dan politik bangsa, menmepatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
7
Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga
kekayaan bangsa, rela berkorban, unggul dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga
lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keberagaman budaya, suku dan agama.
3. Mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada
orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisaiskan
harapan, mimpi dan cita-cita.
Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya
juang, profesional, kreatif, keberanian dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
4. Gotong Royong
Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen
atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, solidaritas, empati, anti
diskriminasi, anti kekerasan dan sikap kerelawanan.
5. Integritas
Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen
moral, anti korupsi, keadilan, tanggungjawab, keteladanan, dan menghargai martabat
individu (terutama penyandang disabilitas).
8
Pengembangan Nilai-Nilai Karakter
9
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis kelas dilakukan dengan :
a. Mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran secara tematik
atau terintegrasi dalam mata pelajaran sesuai dengan isi kurikulum.
10
B. Implementasi PPK Berbasis Kelas Bagi Siswa Sekolah Dasar
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di sekolah merujuk pada lima nilai utama
yang meliputi; (1) religius; (2) nasionalis; (3) mandiri; (4) gotong royong; (5) integritas.
Dari lima pendidikan karakter ini dikembangkan nilai-nilai karakter yang lain seperti
tanggungjawab, disiplin, kerja sama , toleransi dan sebagainya. Adapun beberapa
kegiatan yang dipersiapkan dan dilakukan guru di kelas adalah sebagai berikut:
11
b. mendesain RPP yang memuat fokus penguatan karakter dengan memilih metode
pembelajaran dan pengelolaan (manajemen) kelas yang relevan;
c. melaksanakan pembelajaran sesuai skenario dalam RPP;
d. melaksanakan penilaian otentik atas pembelajaran yang dilakukan; dan e.melakukan
refleksi dan evaluasi terhadap keseluruhan proses pembelajaran.
15
5. PPK Melalui Gerakan literasi
Gerakan literasi merupakan kegiatan mengasah kemampuan mengakses,
memahami, mengolah, dan memanfaatkan informasi secara kritis dan cerdas berlandaskan
kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara untuk menumbuhkembangkan
karakter seseorang menjadi tangguh, kuat, dan baik. Dalam konteks kegiatan PPK berbasis
kelas, kegiatan-kegiatan literasi dapat diintegrasikan ke dalam kegiatan pembelajaran dan
mata pelajaran yang ada dalam struktur kurikulum. Setiap guru dapat mengajak peserta
didik membaca, menulis, menyimak, dan mengomunikasikan secara teliti, cermat, dan
tepat tentang suatu tema atau topik yang ada di berbagai sumber, baik buku, surat kabar,
media sosial, maupun media-media lain.
Dalam hubungan ini diperlukan ketersediaan sumber-sumber informasi di
sekolah, antara lain buku, surat kabar, dan internet. Oleh sebab itu, keberadaan dan
peranan pojok baca, perpustakaan sekolah, dan jaringan internet menjadi penting untuk
mendukung pelaksanaan pembelajaran. Kreativitas guru merupakan faktor penting dalam
menyajikan program dan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara secara
cerdas, agar peserta didik dapat menginternalisasi nilai-nilai positif yang terkandung di
dalamnya. Pembiasaan membaca buku non-pelajaran selama lima belas menit sebelum
pelajaran dimulai, sebagaimana diatur dalam Permendikbud No. 23 tentang Penumbuhan
Budi Pekerti perlu menjadi salah satu alternatif untuk menumbuhkan dan memulai gerakan
literasi di sekolah.
16
6. PPK Melalui Layanan Bimbingan dan Konseling
Guru BK sangat berperan dalam Penguatan Pendidikan Karakter , yang dapat
dilakukan melalui pendampingan dan program bimbingan dan konseling. Guru BK
hendaknya tidak terfokus hanya membantu peserta didik yang bermasalah, akan tetapi
membantu semua peserta didik dalam pengembangan ragam potensi, meliputi
pengembangan aspek akademik, karier, pribadi, dan sosial. Bimbingan dan konseling di
sekolah dilaksanakan secara kolaboratif dengan para guru mata pelajaran, tenaga
kependidikan, maupun orang tua dan pemangku kepentingan lainnya. Keutuhan layanan
bimbingan dan konseling diwujudkan dalam landasan filosofis bimbingan dan konseling
yang memandirikan, berorientasi perkembangan, dengan komponen-komponen program
yang mencakup (1) layanan dasar, (2) layanan responsif, (3) perencanaan individual dan
peminatan, dan (4) dukungan sistem (sesuai Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014
tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah).
Lima nilai utama PPK yaitu religius, nasionalis, gotong royong, mandiri, dan
integritas sangat sejalan dengan filosofi bimbingan dankonseling yang memandirikan.
Peran dan tanggung jawab bimbingan dan konseling dalam PPK adalah pengembangan
perilaku jangka panjang yang menyangkut lima nilai utama tersebut sebagai kekuatan nilai
pada pribadi individu di dalam mengembangkan potensi di bidang belajar, karier, pribadi,
dan sosial.
17
1. Nilai Religiusitas
Implementasi PPK berbasis kelas pada siswa sekolah dasar dapat berupa
pengintepretasian dalam progran pengembangan diri, pengintegrasian dalam mata
pelajaran, pengintegrasian dalam budaya sekolah. Pengintegrasian dalam pengembangan
diri dibedakan menjadi kegiatan rutin, dimana implementasi nilai religi dapat berupa
berdoa di awal proses belajar mengajar, sholat dzuhur berjamaah dan hafalan surat
pendek serta asmaul husna, bagi yang beragama Islam. Kegiatan berdoa menjadi
kegiatan rutin bagi siswa sekolah dasar, aktivitas ini sekaligus mengamalkan Pancasila
sila ke satu yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dalam pengembangan diri dapat pula melalui kegiatan spontan, Agus Wibowo
(2012) dalam Utami (2014) mengungkapkan bahwa kegiatan spontan yaitu kegiatan yang
dilakukan spontan ketika siswa melakukan hal yang kurang baik dengan cara
memperingati atau meluruskan hal tersebut dan memberikan penhargaan kepada siswa
yang melakukan hal yang baik untuk memotivasi siswa agar mempertahankan perbuatan
tersebut dan termotivasi siswa agar mempertahankan perbuatan tersebut dan termotivasi
untuk melakukan hal yang lebih baik lagi. Kegiatan spontan dilakukan dengan mengajak
siswa untuk melakukan ibadah, mengingatkan siswa untuk tidak lupa membawa
perlengkapan ibadah, mendoakan teman yang sednag sakit dan menghagai pendapat
orang lain tanpa memandang siapapun itu serta membiasakan memberikan pujian kepada
siswa.
18
itu nilai religius juga terintegrasi dengan nilai toling menolong dan saling menyanyangi
sesama saudara dengan membantu tugas keluarga
2. Nilai Nasionalis
19
persatuan dan kebebasan bangsa. Nasionalisme memuat beberapa prinsip yaitu: kesatuan,
kebebasan, kesamaan, kepribadian, dan prestasi. Dengan demikian jiwa nasionalisme
pada sswa atau peserta didik dapat tertanamkan sejak dini.
3. Nilai Mandiri
Pada anak usia dini, kemandirian dapat juga diimplementasikan ketika awal
masuk sekolah dasar, setiap siswa harus berpisah dengan orang tua kandung dan
memberikan ruang kepada guru sebagai orang tua di sekolah. Guru selain sebagai
pendidik, juga berperan sebagai orang tua di sekolah. Dalam konteks ini, diharapkan
setiap guru mampu mampu melakukan pendekatan secara intensif kepada seluruh peserta
didiknya.
20
4. Nilai Gotong Royong
Nilai gotong royong dapat diartikan sebagai bagaimana siswa dapat bekerja
sama, bahu membahu di dalam kelas. Prinsip gotong royong merupakan salah satu ciri
khas atau karakteristik dari bangsa Indonesia. Hal lain yang mendukung keberterimaan
perilaku gotong royong juga dapat dinyatakan pada pancasila yaitu sila ke- 3 “Persatuan
Indonesia “. Gotong royong merupakan suatu istilah asli Indonesia yang berarti bekerja
bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Sikap Gotong Royong pada
siswa harus ditanamkan lebih dini (Djamari, 2016).
5. Nilai Integritas
Integritas secara rinci dapat dijelaskan sebagai upaya siswa agar selalu
dianggap bertanggung jawab dan selalu dipercaya baik melalui perkataan maupun
perbuatan. Sumaatmadja, (2005) menjelaskan bahwa pada prinsipnya anak sebagai
individu dan calon anggota masyarakat merupakan potensi yang berkembang dan dapat
dikembangkan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa setiap individu memiliki empat dasar
mental yaitu meliputi dorongan ingin tahu (sense of curiosity), minat (sense of interest),
dorongan ingin melihat (sense of reality), dorongan menemukan sendiri hal-hal dan
gejala-gejala dalam kehidupan (sense of discovery). Dasar mental tadi merupakan modal
yang sangat berharga bagi pelaksanaan dan penyelenggaran pendidikan. Oleh karena itu,
harus dipupuk dan dikembangkan secara positif bagi kepentingan anak sendiri.
Selanjutnya sebagai anggota masyarakat, dasar mental yang dimiliki harus dibina ke arah
tanggungjawab anak tersebut sebagai insan sosial. Kewajaran kehidupan mereka dapat
dikatakan normal, bila dasar mental mereka serasi dengan kondisi dan situasi kehidupan
sosialnya.
21
ini menunjukkan adanya rasa tanggung jawab siswa pada tugas yang diberikan sebagai
seorang siswa sekolah dasar.
22
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Dalam implementasi PPK berbasis kelas, kegiatan yang dipersiapkan dan dilakukan guru
di kelas adalah sebagai berikut:
Penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Pelu diadakan perbaikan yang
progresif demi kesempurnaan makalah ini, dapat berupa sumber yang digunakan, tata bahasa
dan kalimat maupu nstruktur dan format kepenulisannya. Untuk itu diperlukan kritis dan
saran yang membangun.
23
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, Robiatul. 2016. Profesionalitas Guru dan Pendidikan Karakter (Kajian Empiris di
SDN Kabupaten Balangan). Lampung: Universitas negeri Lampung Mangkurat
Aulia, L. Rani. 2016. Implementasi Nilai Religius Dalam Pendiidkan Karakter Bagi Peserta
Didik di Sekolah Dasar Juara Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Hendrawan. Saryono, Djoko. Supriyono. 2016. Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan
Karakter Tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Koesoema, Doni. Suhardi, Didik. Muhammad, Hamid. 2017. Modul Pelatihan Penguatan
Pendidikan Karakter Bagi Guru. Vol. 2. Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan
Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Utami, A. Titi. 2014. Pelaksanaan Nilai Religius Dalam Pendidikan Karakter di SD Negeri 1
Kutowinangun Kebumen. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Widodo, Joko. Kalla, Jusuf. 2014. Kerta Nyata 2 Tahun Kerja Nyata JOKOWI-JK.
24