Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KIMIA ANALISA FARMASI

TITRASI ARGENTOMETRI

Nama : Arika Sepia


Nim : 200101008
Kelas : C

Dosen Pengampuh : Apt. Romsiah, M.Si

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI


PALEMBANG
2022/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan saya berbagai

macam nikmat, sehingga aktivitas hidup saya jalani akan selalu membawa

keberkahan, baik kehidupan dialam dunia ini maupun kehidupan akhirat kelak,

sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin saya capai menjadi lebih mudah

dan penuh manfaat.

Terima kasih sebelumnya saya ucapkan kepada dosen dan teman-teman

sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil,

sehingga makalah ini dapat terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.

Saya menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan serta banyak kekurangan baik dari segi tata bahasa maupun dalam

hal yang pengkosolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian. Untuk itu

besar harapan saya jika ada keritik dan saran dari dosen maupun teman-teman

sekalian yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah saya.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah mudah-

mudahan apa yang saya susun memberikan manfaat baik untuk pribaddi, teman-

teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi judul ini

sebagai tambahan dalam refrensi yang telah ada.

Palembang, 14 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

1. Latar Belakang .........................................................................................1

2. Rumusan Masalah .....................................................................................2

3. Tujuan ........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3

1. Pengertian Argentometri ..........................................................................3

2. Metode Argentometri ................................................................................4

3. Perbedaan Metode Fajans, Mohr dan Volhard .....................................6

4. Indikator Pengendapan ............................................................................6

BAB III PENUTUP ...............................................................................................9

1. Kesimpulan ................................................................................................9

2. Saran ...........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKAN ......................................................................................10


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Titrasi pengendapan merupakan cara titrasi yang didasarkan pada

terbentuknya endapan selama proses titrasi. Titrasi pengendapan adalah salah satu

golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam

yang sukar larut. Reaksi pengendapan adalah suatu reaksi pembentukan endapan

di dalam larutan atau padatan lain selama reaksi kimia. Endapan merupakan zat

padat yang tidak larut dalam cairan tersebut. Endapan dapat terbentuk apabila

konsentrasi senyawa melebihi kelarutan. Prinsip reaksi pengendapan sering

digunakan untuk metode gravimetri. Titrasi pengendapan yang melibatkan

pereaksi pengendapan dengan perak nitrat dikenal dengan sebutan titrasi

argentometri. Prinsip dasarnya ialah reaksi pengendapan yang cepat mencapai

kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang

menggangu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya

reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi. Indikator dipergunakan

untuk menentukan berakhirnya suatu reaksi pengendapan yang terjadi saat proses

titrasi yang ditandai terbentuknya endapan.

Berdasarkan reaksi pengendapannya titrasi pengendapan dibagi atas:

a. Titrasi sulfat oleh larutan ion barium: titrasi ini jarang dilakukan karena

banyak kendala

b. Titrasi Argentometri
2. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan titrasi argentometri ?

b. Apa saja metode yang ada didalam titrasi argentometri ?

c. Perbedaan metode fajans, mohr dan volhard ?

d. Indikator apa saja yang digunakan dalam titrasi argentometri ?

3. Tujuan

a. Mahasiswa mampu memahami analisis titrasi argentometri

b. Mahasiswa mampu memahami titrasi argentometri berdasrkan metode yang

ada

c. Mahasiswa mampu memebedakan metode fajans, mohr dan volhard

d. Mahasiswa dapat membedakan apa saja indikator yang digunakan pada

titrasi argentometri
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Titrasi Argentometri

Titrasi argentometri didasarkan atas terjadinya pengendapan kuantitatif, yang

dilakukan dengan penambahan larutan pengukur yang diketahui kadarnya pada

larutan senyawa yang hendak dititrasi. Titik akhir tercapai bila semua bagian

titran sudah membentuk endapan. Argentometri merupakan metode umum untuk

menetapkan kadar halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk

endapan dengan perak nitrat (AgNo3) pada suasana tertentu. Metode argentometri

disebut juga dengan metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan

pembentukan senyawa yang relatif tidak larut atau endapan. Reaksi yang

mendasari argentometri adalah:

AgNO3 + CL- AgCl(S) + NO3-

Berdasarkan cara penentuan titik akhir titrasi, argentometri dibagi dalam tiga

golongan, yaitu:

a. Metode Fajans

b. Metode Mohr

c. Metode Volhard
2. Metode Argentometri

a. Metode Fajans

Metode K. Fajans merupakan metode yang menggunakan indikator adsorbsi,

sebagai kenyataan bahwa pada titik ekuivalen indikator teradsorbsi oleh endapan.

Pada metode ini digunakan indikator adsorbsi, yang mana pada titik ekivalen,

indikator terabsorbsi oleh endapan. Misalnya titrasi antara ion klorida dengan

larutan standar Ag+ yang reaksinya:

Ag+ (Aq) + Cl- (Aq) AgCl(s) (Putih)

Titrasi tersebut menunjukan proses absorbsi dengan menggunakan indikator yang

bermuatan negatif seperti fluoroscein (FI-). Saat sebelum tercapai titik ekivalen

larutan tersebut memiliki Cl- yang berlebih, sehingga inidkator fluoroscein tidak

diabsorbsi pada permukaan endapan yang menyebabkan permukaan endapan

masih diselimuti oleh ion Cl- yang bebas akibatnya antara endapan dengan FI-

saling tolak menolak. Semua indikator adsorbsi dapat terabsorbsi pada permukaan

endapan karena indikator adsorbsi bersifat ionik. Ion sulfat dengan ion barium

dalam pelarut aseton yaitu thorin atau alizarin yang merupakan indikator adsorbsi

yang sering digunakan untuk proses penitrasian.

b. Metode Mohr

Metode mohr merupakan metode yang digunakan untuk menentukan garam-

garam halida secara langsung. Selain itu juga dalam menentukan kadar klorida

dan bromida dalam suasana netral, misalnya pada sampel air sungai, air laut, air

limbah dan sebagainya. Metode ini dikenal juga sebagai metode pembentukan
endapan berwarna. Larutan baku (titran) yang digunakan adalah AgNO3 (perak

nitrat) dan indikator yang digunakan adalah larutan kalium kromat.

Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau pada

rentang pH 6-10. Dalam suasana asam, perak kromat larut terbentuk dikromat dan

dalam suasana basa akan terbentuk wndapan perak hidroksida. Dengan larutan

yang lebih basa perak oksida akan mengendap. Metode mohr dapat ditetapkan

untuk titrasi bromida dengan ion perak dan juga ion sianida dalam larutan sedikit

basa.

c. Metode Volhard

Metode volhard yaitu metode yang digunakan untuk menetapkan kadar

klorida, bromida dan iodida dalam suasana asam. Metode ini didasarkan pada

pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam nitrat, dengan menggunakan ion

besi (III) untuk meneliti ion tiosionat berlebih. Metode ini dapat dipergunakan

untuk cara titrasi langsung dari perak dari larutan tiosianat standar atau untuk

titrasi tak langsung dari ion klorida. Pada keadaan terakhir ini perak nitrat

berlebihan ditambahkan dan kelebihanya dititrasi dengan tiosianat standad.

Anion-anion yang lain seperti bromida dan iodida dapat ditentukan dengan

prosedur yang sama. Cara volhard secara luas digunakan untuk perak dan klorida

karena kenyataan bahwa titrasi ini dapat dilakukan dalam larutan asam. Perak

dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana asam dengan larutan baku kalium atau

amonium tiosianat yang mempunyai hasil kelarutan 7,1x1013. Kelebihan tiosianat

dapat ditetapkan secara jelas dan garam.


3. Perbedaan Metode Fajans, Mohr dan Volhard

Metode Fajans Metode Mohr Metode Volhard


Prinsip dasar Larutan sampel Titrasi larutan Larutan sampel
Cl-, Br, I- dan ion Cl- oleh Cl-, Br, I-,/SCN-
SCN dititrasi larutan baku diperlakukan
dengan larutan AgNO3, dengan larutan
baku AgNO3 indikator K2CrO4 baku AgNO3
berlebihan,
kelebihannya
dititrasi kembali
dengan KSCN
Metode reaksi Langsung Langsung Langsung
Suasana Netral Netral Asam
Indikator Indikator K2CrO4 Fe3+
absorbsi:
Fluorosein,
difluorosein
Titran AgNO3 AgNO3 KSCN
Titik akhir Larutan pink Endapan merah Larutan merah
titrasi bata bata
Penggunaan Penentuan Cl-, Penentuan Cl-, Penentuan Cl-,
Br-, I-, dan SCN- Br- Br-, I-, dan SCN-

4. Indikator Pengendapan

a. Indikator Fajans

Indikator yang digunakan adalah indikator adsorbsi. Indikator adsorbsi

merupakan zat yang dapat diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan

timbulnya warna. Penyerapan diatur pada titik ekivalen dengan memilih indikator

dan pH larutan. Cara kerja indikator adsorbsi ialah indikator ini asam lemah atau

basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan perak. Misal fluresin

(HFI) pada penetapan Cl. Dalam larutan fluoresein akan mengion. Ion FI inilah

yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan berwwarna merah muda. Titik

akhir titrasi ini diketahui berdasrkan tiga macam perubahan, yaitu (i) endapan

yang semula putih menjadi merah muda dan endapan kelihatan menggumpal, (ii)
Larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih dan (iii) Larutan yang semula

kuning hijau hampir-hampir tidak berwarna lagi. Suatu kusilatan dalam

menggunakan indikator adsorbsi ialah, bahwa banyak diantara zat warna tersebut

membuat endapan perak menjadi peka cahaya (fotosintesis) dan menyebabkan

endapan terurai. Titrasi menggunakan indikator adsorbsi biasanya cepat, akurat

dan terpercaya. Sebaliknya penerapannya agak terbatas karena memerlukan

endapan terbentuk koloid yang juga harus terbentuk dengan cepat.

b. Indikator Mohr

Indikator yang digunakan adalah K2CrO4 yang pada titik akhir titrasi bereaksi

dengan larutan titran membentuk endapan yang berwarna merah bata.

K2CrO4 + 2AgNO3 2KNO3 + AgCrO4 (merah bata)

Dalam penggunaan k2CrO4 sebaiknya pada pH larutan dikoreksi agar berbeda

pada pH netral atau sedkit alkali. Bila pH rendah ion Cr0 42- sebagian berubah

menjadi Cr2O72- oleh karena disosiasi asam yang melepaskan ion H+ yang mana

dapat mengurangi konsentrasi indikator dan menyebabkan tidak timbul endapan

atau terlambat menunjukan titik akhir titrasi. Penggangu dalam penggunaan

indikator ini adalah adanya Pb+ dan Ba+ yang mengenddapkan ion CrO42- menjadi

endapan yang berwarna kuning yang tidak larut oleh ion Ag + berupa PbCrO4 dan

BaCrO4 yang dapat mengurangi dan menggangu titik akhir titrasi.

c. Metode Volhard

Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah indikator Fe3+ (ferri ammonium

nitrat) indikator ini bekerja berdasarkan pembentukan kompleks yang larut antara
Fe3+ dengan ion SCN- membentuk ion kompleks yang sangat kuat warnanya

yaitu merah :

SCN + Fe3+ Fe(SCN)2+ (merah)

Konsetrasi indikator dalam titrasi volhard juga tidak boleh sembarang karena

titran bereaksi dengan titrat maupun indikator, sehingga kedua reaksi itu saling

mempengaruhi.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Titrasi argentometri merupakan titrasi yang menggunakan larutan standar

sekunder perak nitrat AgNO3. Titrasi argentometri dikenal terdapat 3 metode

yaitu Metode Mohr, Metode Volhard dan Metode Fajans. Dalam titrasi yang

melibatkan garam-garam perak ada tiga indikator yang telah sukses

dikembangkan selama ini yaitu metode mohr menggunakan ion kromat, CrO42-

untuk mengendapkan Ag2CrO4 coklat. Metode volhard menggunakan ion Fe3+

untuk membentuk sebuah komoleks yang berwarna dengan ion tiosianat, SCN dan

metode fajans menggunakan indikator adsorbsi.

2. Saran

Dalam melakukan titrasi argentometri haruslah memperhatikan metode apa

yang akan kita gunakan dalam titrasi argentometri tersebut dan memperhatikan

apa titrasi akhir yang seharusnya terjadi saat melakukan titrasi argentometri.
DAFTAR PUSTAKA

Hasri.2021. E-Modul titrasi pengendapan. lmsspada.kemenikbud. diakses pada


tanggal 10 oktober 2022.

Rohmah, jamilatur dan Chylen Setiyo Rini. 2020.Buku Ajar Kimia Analisis.
Sidoarjo:UMSIDA Press.
TITRASI REDOKS

A. Definisi Titrasi Redoks


Semula istilah “oksidasi” diterapkan pada reaksi suatu senyawa yang
bergabung dengan oksigen dan istilah “reduksi” digunakan untuk menggambarkan
reaksi dimana oksigen diambil dari suatu senyawa. Suatu reaksi redoks dapat
terjadi apabila suatu pengoksidasian bercampur dengan zat yang dapat tereduksi.
Dari percobaan masing-masing dapat ditentukan pereaksi dan hasil reaksi serta
koefisiennya masing-masing (Syukri, 1999).
Reduksi–oksidasi adalah proses perpindahan elektron dari suatu oksidator
ke reduktor. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi
terjadinya penurunan bilangan oksidasi. Sedangkan reaksi oksidasi adalah
pelepasan elektron atau reaksi terjadinya kenaikan bilangan oksidasi. Jadi, reaksi
redoks adalah reaksi penerimaan elektron dan pelepasan elektron atau reaksi
penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi. Reaksi redoks secara umum dapat
dituliskan sebagai berikut :
Ared + Boks Aoks + Bred
Jika suatu logam dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung ion logam lain,
ada kemungkinan terjadi reaksi redoks, misalnya:
Ni(s) + Cu2+(l) Ni2+ + Cu(s)
Artinya logam Ni dioksidasi menjadi Ni2+ dan Cu2+ di reduksi menjadi logam Cu.
Demikian pula peristiwa redoks tersebut terjadi pada logam lain seperti
besi.Sepotong besi yang tertutup lapisan air yang mengandung oksigen akan
mengalami korosi (Arsyad, 2001).
Titrasi redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya
adalah reaksi redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung kalau terjadi interaksi
dari senyawa/unsure/ion yang bersifat oksidator dengan unsure/senyawa/ion
bersifat reduktor. Jadi kalau larutan bakunya oksidator, maka analit harus bersifat
reduktor atau sebaliknya (Hamdani, S: 2011).
Titrasi ini didasarkan pada reaksi oksidasi-reduksi antara analit dan titran.
Analit yang mengandung spesi reduktor dititrasi dengan titran berupa larutan
standar dari oksidator atau sebaliknya. Berbagai reaksi redoks data digunakan
sebagai dasar reaksi oksidimetri, misalnya penetapan ion besi(II), Fe2+ dalam
analit dengan menggunakan titran larutan standar cesium(IV), Ce4+ yang
mengikuti persamaan reaksi
Fe2+ +  Ce4+                                       Fe3+ +  Ce3+
Titrasi redoks banyak dipergunakan untuk penentuan kadar logam atau
senyawa yang bersifat sebagai oksidator atau reduktor. Sepertinya akan menjadi
tidak mungkin bisa mengaplikasikan titrasi redoks tanpa melakukan penyetaraan
reaksinya dulu. Selain itu pengetahuan tentang perhitungan sel volta, sifat
oksidator dan reduktor juga sangat berperan. Dengan pengetahuan yang cukup
baik mengenai semua itu maka perhitungan stoikiometri titrasi redoks menjadi
jauh lebih mudah. Perlu diingat dari penyetaraan reaksi kita akan mendapatkan
harga equivalen tiap senyawa untuk perhitungan    (Hamdani, S: 2011).
Titik akhir titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan
membuat kurva titrasi antara potensial larutan dengan volume titrant
(potensiomteri), atau dapat juga menggunakan indicator. Dengan memandang
tingkat kemudahan dan efisiensi maka titrasi redoks dengan indicator sering kali
yang banyak dipilih. Beberapa titrasi redoks menggunakan warna titrant sebagai
indicator contohnya penentuan oksalat dengan permanganate, atau penentuan
alkohol dengan kalium dikromat (Hamdani, S: 2011).
Reaksi redoks secara luas digunakan dalam analisa titrimetri baik untuk
zat anorganik maupun organik. Reaksi redoks dapat diikuti dengan perubahan
potensial, sehingga reaksi redoks dapat menggunakan perubahan potensial untuk
mengamati titik akhir satu titrasi. Selain itu cara sederhana juga dapat dilakukan
dengan menggunakan indicator (Hamdani, S: 2011).

B. Macam-macam Titrasi Redoks


Berdasarkan jenis oksidator atau reduktor yang dipergunakan dalam titrasi
redoks, maka dikenal beberapa jenis titrimetri redoks seperti iodometri, iodimetri
dan permanganometri.
1. Iodimetri dan Iodometri
Titrasi dengan iodium ada dua macam yaitu iodimetri (secara langsung),
dan iodometri (cara tidak langsung). Dalam iodimetri iodin digunakan sebagai
oksidator, sedangkan dalam iodometri ion iodida digunakan sebagai reduktor.
Baik dalam iodometri ataupun iodimetri penentuan titik akhir titrasi didasarkan
adanya I2 yang bebas. Dalam iodometri digunakan larutan tiosulfat untuk
mentitrasi iodium yang dibebaskan. Larutan natrium tiosulfat merupakan standar
sekunder dan dapat distandarisasi dengan kalium dikromat atau kalium iodidat.
Dalam suatu titrasi, bila larutan titran dibuat dari zat yang kemurniannya tidak
pasti, perlu dilakukan pembakuan. Untuk pembakuan tersebut digunakan zat baku
yang disebut larutan baku primer, yaitu larutan yang konsentrasinya dapat
diketahui dengan cara penimbangan zat secara seksama yang digunakan untuk
standarisasi suatu larutan karena zatnya relatif stabil. Selain itu, pembakuan juga
bisa dilakukan dengan menggunakan larutan baku sekunder, yaitu larutan yang
konsentrasinya dapat diketahui dengan cara dibakukan oleh larutan baku primer,
karena sifatnya yang labil, mudah terurai, dan higroskopis (Khopkar, 1990).
Day & Underwood (2002) dalam Steven (2012) mengatakan syarat-syarat larutan
baku primer yaitu :
·         Mudah diperoleh dalam bentuk murni
·         Mudah dikeringkan
·         Stabil
·         Memiliki massa molar yang besar
·         Reaksi dengan zat yang dibakukan harus stoikiometri sehingga dicapai
dasar perhitungan.
Teknik ini dikembangkan berdasarkan reaksi redoks dari senyawa iodine
dengan natrium tiosulfat. Oksidasi dari senyawa iodine ditunjukkan oleh reaksi
dibawah ini
I2 + 2 e → 2 I- Eo = + 0,535 volt
Sifat khas iodine cukup menarik berwarna biru didalam larutan amilosa
dan berwarna merah pada larutan amilopektin. Dengan dasar reaksi diatas reaksi
redoks dapat diikuti dengan menggunaka indikator amilosa atau amilopektin.
Analisa dengan menggunakan iodine secara langsung disebut dengan titrasi
iodimetri. Namun titrasi juga dapat dilakukan dengan cara menggunakan larutan
iodida, dimana larutan tersebut diubah menjadi iodine, dan selanjutnya dilakukan
titrasi dengan natrium tiosulfat, titrasi tidak iodine secara tidak langsung disebut
dengan iodometri. Dalam titrasi ini digunakan indikator amilosa, amilopektin,
indikator carbon tetraklorida juga digunakan yang berwarna ungu jika
mengandung iodine.
Day & Underwood (2002) dalam Steven (2012), larutan standar yang
digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium tiosulfat. Garam
ini biasanya berbentuk sabagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh
distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi
dengan standar primer, larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang
lama. Tembaga murni dapat digunakan sebagi standar primer untuk natrium
tiosulfat.
C. Prinsip Kerja Titrasi Redoks
Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan
penangkapan dan pelepasan elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah elektron
yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang ditangkap
oleh oksidator. Ada dua cara untuk menyetarakan persamaan reaksi redoks yaitu
metode bilangan oksidasi dan metode setengah reaksi (metode ion elektron).
Hubungan reaksi redoks dan perubahan energi adalah sebagai berikut: Reaksi
redoks melibatkan perpindahan elektron; Arus listrik adalah perpindahan elektron;
Reaksi redoks dapat menghasilkan arus listrik, contoh: sel galvani; Arus listrik
dapat menghasilkan reaksi redoks, contoh sel elektrolisis. Sel galvani dan sel
elektrolisis adalah sel elektrokimia.
Persamaan elektrokimia yang berguna dalam perhitungan potensial sel
adalah persamaan Nernst. Reaksi redoks dapat digunakan dalam analisis
volumetri bila memenuhi syarat. Titrasi redoks adalah titrasi suatu larutan standar
oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasi-
reduksi antara analit dengan titran (Steven, 2012).
D. Indikator Redoks
Indikator yang umumnya digunakan untuk digunakan dalam titrasi redoks
adalah amilum, yang membentuk kompleks biru degan iodin. Penampakan warna
dari indicator ini sangat spesifik untuk titrasi ini. Indikator spesifik lainnya ialah
indikator tiosanat yang mana digunakan pada titrasi Fe(III) sebagai partisipan.
Sebagi contoh hilangnya warna merah dari Fe(III) atau kompleks tiosanat
merupakan tanda titik akhir titrasi dengan standar titanium(III).
Indikator redoks yang baik akan memberikan respon terhadap perubahan
potensial elektroda suatu sistem. Indikator ini secara suatu subtansial lebih banyak
digunakan jika dibandingkan dengan indikator yang spesifik. Perubahan indikator
dari bentuk teroksidasi ke bentuk tereduksi tergantung dari perbandingan
kosentrasi.
Perubahan warna indikator redoks haruslah kira-kira 100 kali perubahan
pada perbandingan dari kosentrasi kedua bentuk. Untuk indikator yang
menggunakan peralihan warna, titrasi seharusnya dapat menyebabkan perubahan
potensial sebesar 0.118/n dari suatu sistem.

E. Syarat Indikator redoks


Indikator harus bisa megalami reaksi reduksi atau oksidasi dengan cepat.
Indikator harus dapat mengalami reaksi redoks reversibel dengan cepat sehingga
bila terjadi penumpukan massa titrant atau analit maka sistem tidak akan
mengalami reaksi oksidasi atau reduksi secara gradual. Contoh indikator redoks
adalah ferroin Tris (1, 10 phenanthroline) iron(II) Sulfate yang dipakai untuk
titrasi Besi(II) dengan Ce(IV), dimana bentuk teroksidasi ferooin berwarna biru
muda dan bentuk tereduksinya berwarna merah darah. Dengan syarat reaksi tidak
melibatkan ion poliatomik seperti CrO42-dan tidak melibatkan ion hydrogen.
Indeks 1 untuk setengah reaksi oksidasi dan 2 untuk setengah reaksi
reduksi. Kurva titrasi dibuat dengan mengeplotkan potensial larutan terhadap
volume larutan titrant yang ditambahkan (modifikasi alat dapat dilihat pada
gambar) dimana 1 merupakan elektroda untuk mengukur potensial atau dapat
berupa pH meter, dan 2 merupakan alat untuk tempat titrant. Setelah titrant
ditambahkan maka larutan diaduk dengan stir magnetic agar reaksi berjalan
merata dan cepat.

F. Kurva Titrasi Redoks


Sebelum kita belajar untuk menggambar kurva titrasi redoks maka kita
harus mempelajari terlebih dahulu bagaimana mencari konstanta kesetimbangan
reaksi redoks. Konstanta tersebut dapat dipakai untuk mencari konsentrasi spesies
yang terlibat dalam reaksi redoks pada saat titik equivalent terjadi. Potensial sel
akan benilai “nol” pada saat kesetimbangan tercapai atau dengan kata lain
penjumlahan potensial setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi oksidasi akan
sama dengan “nol”, dengan demikian persamaan Nernst untuk keduanya dapat
disamakan.
Persamaan Nernst untuk reaksi aOks + ne -> bRed dapat dinyatakan
sebagai berikut:
E = Eo – 2.3026RT/nF log [red]b/[Oks]a
Pada 25 C nilai 2.3026RT/F adalah 0.05916/n sehingga persamaan diatas
dapat ditulis lagi menjadi:
E = Eo – 0.05916/n log [red]b/[Oks]a
Pada saat reaksi redoks mencapai kesetimbangan maka nila Ered akan
sama dengan nilai Eoks. Sedangkan hubungan antara energi bebas dengan
konstanta kesetimbangannya adalah sebagai berikut
?Go = -RT ln K atau ?Go=-nFEo
-RT ln K = -nFE
Eo = RT/nF ln K
Secara umum potensial larutan pada titik ekuivalen dapat dicari dengan
persamaan berikut :
E = (n1Eo1 + n2Eo2) / n1+n2
Dengan syarat reaksi tidak melibatkan ion poliatomik seperti CrO42- dan
tidak melibatkan ion hydrogen. Indeks 1 untuk setengah reaksi oksidasi dan 2
untuk setengah reaksi reduksi. Kurva titrasi dibuat dengan mengeplotkan potensial
larutan terhadap volume larutan titrant yang ditambahkan (modifikasi alat dapat
dilihat pada gambar) dimana 1 merupakan elektroda untuk mengukur potensial
atau dapat berupa pH meter, dan 2 merupakan alat untuk tempat titrant. Setelah
titrant ditambahkan maka larutan diaduk dengan stir magnetic agar reaksi berjalan
merata dan cepat. Berikut kurva titrasi antara larutan Besi(II)amonium sulfat
dengan 0.02 M kalium permanganat (analit dibuat dari 95 mL Besi(II)amonium
sulfat kira-kira 0.02 M ditambah dengan 5 mL asam sulfat pekat.
G. Kegunaan Titrasi Redoks
Untuk mengetahui kadar dari zat-zat yang bilangan oksidasinya masih
dapat dioksidasi. Dalam bidang industri, metode ini dapat dimanfaatkan dalam
pengolahan air, dimana secara permanganometri dapat diketahui kadar suatu zat
sesuai dengan sifat oksidasi reduksi yang dimilikinya, sehingga dapat dipisahkan
apabila tidak diperlukan atau berbahaya.

H. Kelebihan Titrasi Redoks


Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena
reaksi ini tidak memerlukan indicator, hal ini dikarenakan larutan KMnO 4 sudah
berfungsi sebagai indicator, yaitu ion MnO4- berwarna ungu, setelah diredukdsi
menjadi ion Mn-tidak berwarna, dan disebut juga sebagai autoindikator.

I. Kekurangan Titrasi Redoks


Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain
terletak pada: Larutan pentiter KMnO4¬ pada buret Apabila percobaan dilakukan
dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan
terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh
pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna
merah rosa.
Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti
H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara
MnO4- dengan Mn2+. MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+Penambahan
KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang
terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah
dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida
yang kemudian terurai menjadi air.     H2C2O4 + O2 ↔ H2O2 + 2CO2↑
 H2O2     ↔  H2O  +  O2↑
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk
titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang
dilaksanakan.
J. Contoh Analisis Bidang Farmasi yang menggunakan Titrasi Redoks
Titrasi redoks banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia karena
berbagai zat organik dan zat anorganik dapat ditentukan dengan cara ini. Namun
demikian agar tirasi redoks ini berhasil dengan baik, maka persyaratan berikut
harus dipenuhi:
1. Harus tersedia pasangan sistem redoks yang sesuai sehingga terjadi pertukaran
elektron secara stokhiometri.
2. Reaksi redoks harus berjalan cukup cepat dan berlangsung secara terukur
(kesempurnaan 99%).
3. Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai.
Salah satu metode yang termasuk dalam titrasi redoks adalah diazotasi
(nitritometri). Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam diazonium
dari gugus amin  aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit, dimana
asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu
asam.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada reaksi diazotasi :
1. Suhu
Titrasi diazotasi sebaiknya dilakukan pada suhu rendah, lebih kecil dari
15°C karena asam nitrit yang terbentuk dari reaksi natrium nitrit dengan asam
tidak stabil dan mudah terurai, dan garam diazonium yang terbentuk pada hasil
titrasi juga tidak stabil.
2. Kecepatan reaksi
Reaksi titrasi amin aromatis pada reaksi diazotasi barjalan agak lambat,
titrasi sebaiknya dilakukan secra perlahan-lahan, dan reaksi diazotasi dapat
dikatalisa dengan penambahan natrium dan kalium bromida sebagai katalisator.
Diazotasi adalah reaksi antara amin aromatis primer dengan asam nitrit yang
berasal dari natrium nitrit dalam suasana asam untuk membentuk garam
diazonium.
Diazotasi ini telah digunakan secara umum untuk penetapan senyawa-
senyawa dalam industri zat warna, senyawa farmasi dan dapat dipakai untuk
penetapan semua senyawa-senyawa yang mengandung gugus amina aromatis
primer.
Pada analisis kuantitatif, sampel dilarutkan dalam suasana asam mineral
berlebih (biasanya asam klorida) dititrasi dengan larutan natrium nitrit. Titik akhir
titrasi dapat ditunjukkan dengan: indikator luar yang berupa pasta kanji iodida;
indikator dalam dengan menggunakan campuran tropeolin OO dan metilen biru;
dapat diamati secara potensiometri.
Iodimetri merupakan titrasi berdasarkan reaksi reduksi-okidasi secara
langsung. Iodium merupakan okdidator yang relativ kuat dimana iodin akan
direduksi menjadi iodida.
Titrasi-titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan elektron antara titran
dan analit. Jenis titrasi ini biasanya menggunakan potensiometri untuk mendeteksi
titik akhir, meskipun demikian penggunaan indikator yang dapat berubah
warnanya dengan adanya kelebihan titran juga sering digunakan.
Analgetik atau obat penghalang rasa sakit adalah zat-zat yang mengurangi
atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (berbeda dengan
anestesi umum).

Anda mungkin juga menyukai