Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………… 1


Daftar Isi ………………………………………………………………. 2

BAB I : Pendahuluan …………………………………………………. 3

1.1 Latar Belakang................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 3

1.3 Tujuan................................................................................................ 3

BAB II : Pembahasan

2.1. Kelarutan.......................................................................................... 4

2.2. Hasil Kali Kelarutan......................................................................... 4

2.3. Hubungan Kelarutan (s) dan Hasil Kali kelarutan (Ksp)................. 5

2.4. Pengaruh Penambahan Ion Senama................................................ 5

2.5. Meramalkan Pengendapan.............................................................. 6

BAB III : Penutup

3.1 Kesimpulan........................................................................................ 7
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemampuan garam-garam larut dalam air tidaklah sama, ada garam yang mudah larut dalam
air seperti natrium klorida dan ada pula garam yang sukar larut dalam air seperti perak klorida
(AgCl). Apabila natrium klorida dilarutkan ke dalam air, mula-mula akan larut. Semakin banyak
natrium klorida ditambahkan ke dalam air, semakin banyak endapan yang diperoleh. Larutan yang
demikian itu disebut larutan jenuh artinya pelarut tidak dapat lagi melarutkan natrium klorida.
Perak klorida sukar larut dalam air, tetapi dari hasil percobaan ternyata jika perak klorida
dilarutkan dalam air diperoleh kelarutan sebanyak mol dalam setiap liter larutan.
Berdasarkan contoh diatas dapat diketahui bahwa selalu ada sejumlah garam yang dapat larut
didalam air. Bagi garam yang sukar larut dalam air, larutan akan jenuh walau hanya sedikit zat
terlarut dimasukkan, sebaliknya bagi garam yang mudah larut dalam air, larutan akan jenuh
setelah banyak zat terlarut dilarutkan. Ada sejumlah maksimum garam sebagai zat terlarut yang
selalu dapat dilarutkan kedalam air. Jumlah maksimum zat terlarut dalam pelarut disebut
kelarutan.
Hasil kali kelarutan ialah hasil kali konsentrasi ion-ion dari larutan jenuh garam yang sukar
larut dalam air, setelah masing-masing konsentrasi dipangkatkan dengan koefisien menurut
persamaan ionisasinya.Garam-garam yang sukar larut seperti, AgCl, HgF2. Jika dimasukkan
dalam air murni lalu diaduk, akan terlarut juga walaupun hanya sedikit sekali. Karena garam-
garam ini adalah elektrolit, maka garam yang terlarut akan terionisasi, sehingga dalam larutan
akan terbentuk suatu kesetimbangan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penjelasan mengenai Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)?
2. Bagaimana hubungan antara Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan?
3. Bagaimana pengaruh penambahan Ion senama?
4. Bagaimana meramalkan Pengendapan?
1.3. Tujuan

1. Mengetahui penjelasan mengenai Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.


2. Mengetahui hubungan antara Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.
3. Mengetahui pengaruh penambahan Ion senama.
4. Mengetahui cara meramalkan Pengendapan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Kelarutan (s)
Kemampuan garam larut dalam air berbeda-beda. Natrium klorida (NaCI) termasuk salah
satu contoh garam yang mudah larut dalam air. Apabila NaCI dilarutkan dalam air, mula-mula
akan larut. Namun, jika semakin banyak NaCI yang ditambahkan ke dalam air, NaCI menjadi
tidak larut karena terbentuk endapan. Kondisi ketika NaCI tidak dapat larut lagi dalam air
disebut larutan jenuh.
Istilah kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimum zat terlarut dalam
sejumlah tertentu pelarut/larutan pada suhu tertentu. Istilah kelarutan diberi simbol s
(solubility). Satuan Kelarutan dinyatakan dalam mol/liter atau mol L-1. Jadi, kelarutan sama
dengan kemolaran dalam larutan jenuhnya. Khususnya untuk zat yang sukar larut. Jadi,
kelarutan (s) sama dengan molaritas (M). Hubungan kelarutan, volume dan jumlah mol dan
massa (gram)adalah sebagai berikut :
Dimana :
s = kelarutan (mol/L)
v = volume (L)
n = jumlah mol
Contoh soal :
1. Sebanyak 4,35 mg Ag2CrO4 dapat larut dalam 100 ml air.
Nyatakan kelarutan Ag2CrO4 tersebut dalam mol/L . (Ar O = 16; Cr = 52; Ag = 108)
Jawab :
Mol Ag2CrO4 = Massa Ag2CrO4 / Mr Ag2CrO4
= 4,35 x 10-3 gram / 332 gram/mol
= 1,31 x 10-5 mol
Kelarutan (s) = mol / volume
= 1,31 x 10-5 mol / 1 x 10-1 L
= 1,31 x 10-4 mol/L

2.2. Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Hasil kali kelarutan (Ksp) adalah hasil kali konsentrasi ion-ion dalam larutan jenuh
dipangkatkan koefisien masing-masing. Dalam suatu larutan jenuh dari suatu elektrolit yang
sukar larut, terdapat kesetimbangan antara zat padat yang tidak larut dan ion-ion zat itu yang
larut. Karena zat padat tidak mempunyai molaritas, maka tetapan kesetimbangan reaksi di atas
hanya melibatkan ion-ionnya saja, dan tetapan kesetimbangannya disebut tetapan hasil kali
kelarutan(Ksp) (James E. Brady, 1990).
Perak kromat Ag2CrO4 merupakan contoh garam yang sangat sukar larut dalam air. Jika
dimasukkan sedikit kristal garam itu ke dalam segelas air lalu diaduk, kita akan melihat bahwa
sebagian besar dari garam itu tidak larut (mengendap didasar gelas) atau mudah sekali jenuh.
Apakah setelah mencapai keadaan jenuh proses melarut berhenti? Ternyata tidak.
Melalui percobaan telah diketahui bahwa dalam larutan jenuh tetap terjadi proses melarut,
tetapi pada saat yang sama terjadi pula proses pengkristalan dengan laju yang sama. Dengan
kata lain, dalam keadaan jenuh terdapat kesetimbagan antara zat padat tak larut dengan
larutannya. Harga K[AxBy] sangat kecil karena merupakan senyawa ion yang sukar larut. Oleh
karena itu, harga K[AxBy] dianggap tetap konstan sehingga disebut tetapan hasil kali
kelarutan.
Kesetimbangan dalam larutan jenuh perak kromat (Ag2CrO4) adalah :
Ag2CrO4 (s) ⇄ 2Ag+(aq) + CrO4-2 (aq)
Dari reaksi tersebut data ditentukan persamaan tetapan keseimbangan Ag2CrO4 yaitu: Kc =
[Ag+]2[ CrO4-2]
[Ag2CrO4]
Tetapan keseimbangan dari kesetimbangan antara garam atau basa yang sedikit larut
disebut tetapan hasil kali kelarutan (solubility product constant) yang dinyatakan dengan
lambang Ksp. Karena [Ag2CrO4] konstan, maka kita dapat menuliskan persamaan tetapan
hasil kali kelarutan untuk Ag2CrO4, yaitu :
Ksp = [Ag+]2[ CrO4-2]
Secara umum, persamaan keseimbangan larutan garam AxBy dengan kelarutan s adalah :
AxBy(s) ⇄ XAy+(aq) + YB-x (aq)
Maka Ksp = [Ay+]x [Bx-]y karena [AxBy] konstan
Keterangan :
X dan Y adalah koefisien
-x dan +y adalah muatan dari ion A dan B
Contoh soal menuliskan persamaan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) :
Tulislah persamaan tetapan hasil kali kelarutan dari senyawa:
• AgCl
• Al(OH)3
Jawab :
• AgCl (s) ⇄ Ag+ (aq) + Cl- (aq)
Ksp = [Ag+][Cl-]
• Al(OH)3 (s) ⇄ Al+3 (aq) + 3OH-(aq)
Ksp = [Al+3] [OH-] 3

2.3.Hubungan Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Perhatikanlah kembali kesetimbangan yang terjadi dalam larutan jenuh Ag2CrO4 :


Ag2CrO4 (s) ⇄ 2Ag+(aq) + CrO42-(aq)
Konsentrasi kesetimbangan ion Ag+ dan ion CrO42- dalam larutan jenuh dapat dikaitkan
dengan kelarutan Ag2CrO4 , yaitu sesuai dengan stoikiometri reaksi perbandingan koefisien
reaksinya.
Dengan demikian, nilai tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) Ag2CrO4 dapat dikaitkan
dengan nilai kelarutannya (s), sebagai berikut :
Jika kelarutan Ag2CrO4 dinyatakan dengan s maka konsenterasi ion Ag+ dalam larutan itu
sama dengan 2s dan konsentrasi ion CrO42- sama dengan s
Ag2CrO4 (s) ⇄ 2Ag+(aq) + CrO42-(aq)
s 2s s
Ksp = [Ag+]2[ CrO42-]
= ( 2s )2 (s)
= 4s3
Keterangan :
X dan Y = koefisien
x dan y = muatan dari ion
s = kelarutan (mol/L)
Contoh:
Pada suhu tertentu, kelarutan AgIO3 adalah 2 × 10–6 mol/L, tentukan harga tetapan hasil
kali kelarutannya!
Jawab:
Adapun jika suatu larutan jenuh akan dicari kelarutan (s) nya dengan mengetahui nilai
ksp, dengan cara sebagai berikut :
Untuk Jumlah ionnya :
1. 2 : Ksp = s2
2. 3 : Ksp = 4s3
3. 4 : Ksp = 27s4
4. 5 : Ksp = 108s5
2.4.Pengaruh Penambahan Ion Senama
Barium karbonat (BaCO3) merupakan salah satu endapan yang sukar larut dalam air, tetapi jika
ditambahkan asam klorida (HCl) kepada larutan yang mengandung endapan BaCO3, maka
keseimbangan berikut ini akan terjadi dalam larutan:
Mula-mula BaCO3 terurai menjadi ion-ionnya :
BaCO3(s) ⇄ Ba2+(aq) + CO32-(aq)
Ketika ditambahkan asam klorida, maka akan terjadi reaksi antara ion H+ dari HCL dengan ion
CO3- dari BaCO3.
H+(aq) + CO32-(aq) ⇄ HCO3-(aq)
HCO3- yang terbentuk secara berkelanjutan bereaksi dengan ion H+ lagi sehingga terbentuk
H2CO3 yang tidak stabil dan terurai menjadi H2O dan CO2.
H+(aq) + HCO3-(aq) ⇄ H2CO3(aq) ⇄ H2O(g) + CO2(g)
Keseimbangan-keseimbangan pada reaksi di atas dapat dinyatakan dengan hasil kali kelarutan.
Ksp = [Ba2+][CO32-] = 8,1.10-9
Harga tetapan ion asam karbonat ada 2 yang diturunkan dari reaksi ion :
H2CO3(aq) ⇄ H+(aq) + HCO3-(aq)
HCO3-(aq) ⇄ H+(aq) + CO32-(aq)
Sehingga :
K1 = [H+][CO32-] = 5,61. 10-11 dan K2 = [H+][HCO3-] = 4,31. 10-7
[HCO3-] [H2CO3]Oleh karena harga K yang rendah dari kedua tetapan ion asam karbonat,
maka ion hydrogen akan segera bergabung dengan ion karbonat yang terdapat dalam larutan
(hasil peruraian BaCO3) dengan mula-mula terbentuk ion hydrogen karbonat kemudian
membentuk asam karbonat yang pada akhirnya akan terurai menjadi air dan gas
karbondioksida yang biasanya keluar dari system. Jika ion H+ yang ditambahkan cukup
banyak, maka keseimbangan akan bergeser kearah kanan dan akhirnya BaCO3 terurai dan
melarut.
Contoh soal :
Jika larutan MgCl2 0,3 M ditetesi larutan NaOH, pada pH berapakah endapan Mg(OH)2 mulai
terbentuk? (Ksp Mg(OH)2 = 3 × 10–11)
Jawab:
Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+][OH-]2
2 x 10-11 = 3 x 10-1 [OH-]2
[OH-]2 = 10-10
[OH-] = 10-5
pOH =5
pH = 14 – pOH
pH = 14 – 5
pH =9

2.5.Meramalkan Pengendapan
Harga Ksp suatu elektrolit dapat dipergunakan untuk memisahkan dua atau lebih larutan
yang bercampur dengan cara pengendapan. Proses pemisahan ini dengan menambahkan suatu
larutan elektrolit lain yang dapat berikatan dengan ion-ion dalam campuran larutan yang akan
dipisahkan. Karena setiap larutan mempunyai kelarutan yang berbeda-beda, maka secara
otomatis ada larutan yang mengendap lebih dulu dan ada yang mengendap kemudian, sehingga
masing-masing larutan dapat dipisahkan dalam bentuk endapannya.
Syarat terjadinya pengendapan dalam larutan jenuh :
} Jika [Ay+]x [Bx-]y < Ksp AxBy , larutan belum jenuh.
Qsp < Ksp
} Jika [Ay+]x [Bx-]y = Ksp AxBy , larutan tepat jenuh atau mulai mengendap.
Qsp = Ksp
} Jika [Ay+]x [Bx-]y > Ksp AxBy , larutan lewat jenuh atau sudah mengendap.
Qsp> Ksp

Contoh soal :
Ion CrO42- ditambahkan dalam larutan yang mengandung ion Sr2+ dengan konsentrasi 1.10-
3 M. Jika konsentrasi ion Sr2+ dianggap konstan:
Apakah akan terbentuk endapan jika konsentrasi ion CrO42- yang ditambahkan adalah 5.10-2
M (Ksp SrCrO4 = 4.10-5)
Hitung konsentrasi ion CrO42- pada saat mulai membentuk endapan SrCO4.
Jawab :
Hasil kali konsentrasi ion Sr2+ dengan ion CrO42- adalah
(Sr2+)(CrO42-) = (1.10-3)(5.10-2)
= 5.10-5
5.10-5 > 4.10-5
Qsp > Ksp = maka terbentuk endapan SrCrO4
Endapan mulai terbentuk saat konsentrasi ion :
Ksp = [Sr]2+ [CrO4] 2-
[CrO4] 2- = Ksp / [Sr]2+
= 4.10-5 / 1.10-3
= 4.10-2 M

BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Kemampuan garam larut dalam air berbeda-beda. Natrium klorida (NaCI) termasuk salah
satu contoh garam yang mudah larut dalam air. Apabila NaCI dilarutkan dalam air, mula-mula
akan larut. Namun, jika semakin banyak NaCI yang ditambahkan ke dalam air, NaCI menjadi
tidak larut karena terbentuk endapan. Kondisi ketika NaCI tidak dapat larut lagi dalam air
disebut larutan jenuh. Istilah kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimum zat
terlarut dalam sejumlah tertentu pelarut/larutan pada suhu tertentu. Istilah kelarutan diberi
simbol s (solubility). Satuan Kelarutan dinyatakan dalam mol/liter atau mol L-1. Jadi,
kelarutan sama dengan kemolaran dalam larutan jenuhnya. Khususnya untuk zat yang sukar
larut. Jadi, kelarutan (s) sama dengan molaritas (M).
Hasil kali kelarutan (Ksp) adalah hasil kali konsentrasi ion-ion dalam larutan jenuh
dipangkatkan koefisien masing-masing. Dalam suatu larutan jenuh dari suatu elektrolit yang
sukar larut, terdapat kesetimbangan antara zat padat yang tidak larut dan ion-ion zat itu yang
larut. Karena zat padat tidak mempunyai molaritas, maka tetapan kesetimbangan reaksi di atas
hanya melibatkan ion-ionnya saja, dan tetapan kesetimbangannya disebut tetapan hasil kali
kelarutan (Ksp)

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kehadiran Tuhan Yang Mahakuasa, karena atas berkat dan
karunianya, saya dapat menyelesaikan makalah Kimia tentang “Sistem Koloid”ini. Makalah ini
saya buat untuk memenuhi mata pelajaran Kimia. Melalui makalah ini, saya berharap agar kita
dapat lebih memahami dan mengerti mengenai sistem koloid. Saya menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar saya dapat
menyusun makalah lebih baik lagi kedepannya. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih banyak
kepada ibu guru, yang telah memberi tugas makalah ini.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………… 1


Daftar Isi ………………………………………………………………. 2

BAB I : Pendahuluan …………………………………………………. 3

1.1 Latar Belakang.................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 3

1.3 Tujuan................................................................................................ 3

BAB II : Pembahasan

2.1. Sistem Koloid................................................................................. 4

2.2. Sifat – sifat Koloid ......................................................................... 4

2.3. Pembuatan Sistem Koloid……………………………................. 5

2.4. Proses Penjernian Air……………................................................ 5

2.5. Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari ............................................ 6

BAB III : Penutup

3.1 Kesimpulan........................................................................................ 7

BAB 1
PENDAHULUAN
1.2. Latar Belakang
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen
namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1-100nm). Bersifat homogen
berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan
kepadanya, sehingga tidak terjadi pengendapan.
Sistem koloid dapat kita temui dalam lingkungan kita sehari-hari. Contohnya saja; susu,
agar-agar, awan, dan udara merupakan beberapa contoh diantaranya yang dapat kita temui
dengan mudah dilingkuangan kita sehari-hari. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam
kimia indrustri karena kepentingannya tersebut
1.2. Rumusan Masalah
1. Pengertian tentang apa itu system Koloid?
2. Apa saja jenis-jenis system Koloid?
3. Apa saja sifat-sifat yang dimiliki system koloid?
4. Cara pembuatan system koloid?
5. Peranan system koloid dalam kehidupan sehari-hari?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui penjelasan mengenai Sistem Koloid.


2. Mengetahui jenis-jenis Sistem Koloid.
3. Mengetahui sifat-sifat yang dimiliki Sistem Koloid.
4. Mengetahui cara pembuatan Sistem Koloid.
5. Mengetahui peranan Sistem Koloid dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Sistem Koloid
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan
dan suspensi (campuran kasar), contohnya lem, kanji, santan, dan jeli. Analisis sistem koloid
diawali oleh percobaan Thomas Graham. Thomas Graham menemukan bahwa berbagai larutan
misalnya HCl dan NaCl mudah berdifusi, sedangkan zat-zat seperti kanji, gelatin dan putih
telur sangat lambat atau sama sekali tidak berdifusi. Ia menemukan waktu difusi relatif untuk
berbagai zat. Oleh karena zatyang mudah berdifusi biasanya berbentuk kristal dalam keadaan
padat, Graham menyebutnya kristaloid. Sedangkan, zat-zat yang sukar berdifusi disebutnya
koloid. Istilah koloid berasal dari bahasa Yunani, yaitu “kolla” dan “oid”. Kolla berarti lem
sedangkan oid berarti seperti. Dalam hal ini yang dikaitkan dengan lem adalah sifat difusinya,
sebab sistem koloid mempunyai nilai difusi yang rendah seperti lem. Untukmemahami sistem
koloid, kita dapat membandingkan tiga jenis campuran yaitu campuran kopi dalam air,
campuran garam dalam air dan campuran susu dalam air.
Ketika kita mencampurkan kopi dalam air, ternyata kopi tidak larut dalam air. Walaupun
campuran ini diaduk, lambat laun kopi akan memisah (mengalami sedimentasi). Campuran
seperti ini kita sebut suspensi. Suspensi bersifat heterogen, tidak kontinu, sehingga merupakan
sistem dua fase. Ukuran partikel tersuspensi lebih besar dari 100 nm. Suspensi dapat
dipisahkan dengan penyaringan.Di lain pihak, jika kita mencampurkan garam dalam air,
ternyata garam larut dalam air dan diperoleh larutan garam. Di dalam larutan, zat terlarut
tersebar dalam bentuk partikel yang sangat kecil sehingga tidak dapat dibedakan lagi
mediumnya walaupun menggunakan mikroskop ultra. Larutan bersifat kontinu dan merupakan
sistem satu fase (homogen). Ukuran partikel zat terlarut kurang dari 1 nm ( 1nm = 10-9 m)
larutan bersifat stabil (tidak memisah) dan tidak dapat disaring.
2.2.Jenis-jenis Sistem Koloid
Sistem koloid tersusun atas fase terdispersi yang tersebar merata pada mediumpendispersi. Fase
terdispersi maupun medium pendispersi dapat berupa gas, cair, ataupun padat. Tetapi campuran gas
dengan gas tidak membentuk sistem koloid, sebab semua gas akan bercampur homogen dalam
segala perbandingan. Sistem koloiddapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
a) Sol
Sol mempunyai fase terdispersi padat. Sol terdiri atas:
1. Sol padat dengan medium pendispersi padat.
Contoh: paduan logam, gelas berwarna, dan intan.
2. Sol cair atau sol dengan medium pendispersi cair.
Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat.
3. Sol gas atau aersol padat dengan medium pendispersi gas.
Contoh: asap, debuh di udara

b) Emulasi
Mempunyai fase terdispersi cair. Emulasi tediri atas:
1. Emulasi padat atau gel dengan medium pendispersi padat.
Contoh: keju, mentega, agar-agar.
2. Emulasi cair atau emulasi dengan medium pendispersi cair.
Contoh: susu, mayones, dan krim tangan.
3. Emulasi gas atau aersol cair dengan medium pendispersi gas.
Contoh: kabut, awan, dan hairspray.
c) Buih
Buih mempunyai fase terdispersi gas. Buih terdiri atas:
1. Buih padat dengan medium pendispersi padat.
Contoh: batu apung, karet busa, dan styrofoam.
2. Buih cair atau buih dengan medium pendispersi cair.
Contoh: buih sabun dan putih telur.
2.2. Sifat-sifat Koloid
Suatu campuran digolongkan kedalam sistem koloid apabila memiliki sifat-sifat yang berbeda
dari larutan sejati. Beberapa sifat fisik yang membedakan sistem koloid dari larutan sejati
seperti berikut ini1.
1. Efek Tyndall
Bila cahaya menembus melalui celah-celah rumah kita, tampak sinar matahari dihamburkan
oleh partikel-partikel debu. Partikel debu berukuran koloid, partikelnya sendiri tidak dapat
dilihat oleh mata, yang tampak adalah cahaya yang dihamburkan oleh debu. Hamburan
cahaya ini yang dinamakan efek tyndal.
Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893) seorang ahli fisika Inggris. Oleh
karena itu sifat ini disebut efek tyndall. Efek tyndall dapat digunakan untuk membedakan
koloid dari larutan sejati, sebab atom, molekul atau ion yang membentuk larutan tidak dapat
menghamburkan cahaya akibat ukurannya terlalu kecil. Efek tyndall (hamburan cahaya)
oleh suatu campuran menunjukan bahwa campuran tersebut adalah suatu koloid, dimana
ukuran partikel-partikelnya lebih besardari ukuran partikel dalam larutan, sehingga dapat
menghamburkan cahaya.
2. Gerak Brown
Jika mikroskop optik diarahkan pada suatu dispersi koloid dengan arah tegak lurus terhadap
berkas cahaya yang dilewatkan maka akan tampak partikel-partikel koloid. Akan tetapi,
partikel yang tampak bukan sebagai partikel dengan bentuk yang tegas melainkan bintik-
bintik terang. Dengan mengikuti gerakan bintik-bintik cahaya, Anda dapat melihat bahwa
partikel koloid bergerak terus menerus secara acak menurut jalan yang zig-zag.Gerakan
acak partikel koloid dalam suatu medium disebut gerak Brown. Sesuai dengan nama
seorang pakar botani Inggris, Robert Brown yang pertama kali melihat gejala ini pada tahun
1827.Robert Brown tidak dapat menjelaskan mengapa partikel koloid dapat bergerak acak
dan berliku. Akhirnya, pada 1905, gerakan seperti itu dijelaskan secara matematika oleh
Albert Einstein. Einstein menunjukkan bahwa partikel yang bergerakdalam suatu medium
akan menunjukkan suatu gerakan acak seperti gerak Brown akibat tumbukan antarpartikel
yang tidak merata.
3. Adsorpsi
Apabila partikel-partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka pertikel-
partikel zat cair atau gas tersebut akan terakumulasi pada permukaan zat padat tersebut.
Fenomena ini disebut adsorpsi. Beda halnya dengan absorpsi. Absorpsiadalah fenomena
menyerap semua partikel ke dalam sol padat bukan di atas permukaannya, melainkan di
dalam sol padat tersebut. Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi
partikel-partikel pada permukaannya, baik partikel netral atau bermuatan (kation atau anion)
karena mempunyai permukaan yang sangat luas.
4. Elektroforesis
Sistem koloid bersifat stabil, hal ini disebabkan adanya muatan listrik pada permukaan
partikel koloid yang berasal dari zat asing yang teradsorpsi dipermukaan koloid. Adanya
muatan listrik tertentu pada partikel-partikel terdispersi dalam sistem koloid menyebabkan
adanya gaya tolak menolak antarpartikel sehingga partikel tersebut saling berjauhan.
Dengan kata lain, sistem dispersi pada koloid bersifat stabil.
5. Koagulasi
Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa sistem dispersi koloid merupakan
sistem yang stabil akibat adanya gaya tolakan antarpartikel yang bermuatan sejenis. Oleh
karena itu, prinsip penetralan muatan partikel koloid dapat digunakan untuk menurunkan
kestabilan koloid dengan cara penggumpalan, dan proses ini dikenal dengan istilah
koagulasi. Koloid dapat digunakan untuk menurunkan kestabilan koloid dengan
carapenggumpalan, dan proses ini dikenal dengan istilah koagulasi. Koagulasi adalah
penggumpalan partikel koloid sehingga terjadi endapan. Dengan adanya koagulasi, zat
terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi terjadi kerena pemanasan, penambahan
elektrolit dan pencampuran dua koloid yang berbeda muatan.
6. Dialysis
Pemurnian koloid selain dengan cara elektroforesis dapat juga dilakukan dengan cara
dialisis yaitu suatu teknik pemurnian berdasarkan pada perbedaan ukuran partikelnya.
Dialisis dilakukan dengan cara menempatkan dispersi koloid dalam kantung yang terbuat
dari membran seperti selofan, perkamen dan membran yang sejenis. Selanjutnya merendam
kantung tersebut dalam air yang mengalir atau air yang dialirkan. Oleh karena ion-ion atau
molekul memiliki ukuran lebih kecil dari partikel koloid, maka ion-ion itu dapat berdifusi
melalui membran lebih cepat daripada partikel koloid, sehingga partikel koloid akan tetap
berada didalam kantung membran.Prinsip dialisis digunakan untuk membantu pasien gagal
ginjal. Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan zat yang tidak berguna yang dihasilkan tubuh
yang terdapat dalam darah. Salah satu zat yang dikeluarkan tubuh adalah urea. Zat ini
biasanya dikeluarkan melalui urin. Jika ginjal tidak berfungsi dengan baik, urea akan
menumpul dalam darah sehingga mengakibatkan kematian. Orang yang gagal ginjal dapat
menjalani cuci darah. Dalam hal ini fungsi ginjal diganti oleh mesin dialisator. Prinsip
dialisis biasa digunakan untuk memisahkan tepung tapioka dari ion-ion sianida yang
terkandung dalam singkong.
2.3. Pembuatan Sistem Koloid
1. Cara Kondensasi
Cara kondensasi adalah cara pembuatan partikel koloid dari partikel larutan sejati, dengan
kata lain pembentukan agregat berukuran koloid dari partikel kecil seukuran molekul atau
ion. Cara ini umumnya dilakukan melalui reaksi kimia. Ada tiga jenis reaksi yang dapat
menghasilkan koloid yaitu reaksi hidrolisis, reaksi redoks, dan reaksi metatesis.
2. Cara Dispersi
Cara dispersi adalah cara pembuatan partikel koloid dari partikel yang lebih besar.
Beberapa metode yang biasa digunakan dengan cara dispersi adalah cara mekanik, cara
peptisasi, cara homogenisasi, dan cara busur listrik Bredig.

2.4. Koloid dalam kehidupan sehari-hari


Sifat karakteristik kolid yang penting, yaitu sangat bermanfaat untuk mencampur zat-zat yang
tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala besar.
Oleh karena sifat tersebut, sistem koloid menjadi banyak kita jumpai dalam industri (aplikasi
koloid untuk produksi cukup luas). Tetapi selain industri, sistem koloid juga banyak dapat kita
jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari, contohnya pada tabel berikut.

BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan
Dari pembahasan diatas kita dapat mengetahui atau mengambil kesimpulan sebagai berikut.
 Sistem koloid adalah campuran zat yang bersifat heterogen yang pertikelnya lebih besar dari
larutan sejati tetapi lebih kecil dari suspensi kasar, dan merupakan sistem dua fase yaitu fase
terdispersi dan fase kontinu.
 Jenis-jenis koloid terbagi tiga yaitu:Sol-Emulasi-Buih
 Sifat-sifat koloid sebagai berikut:- Gerak Brown -Efek Tyndall –Adsorpsi -Elektorforensis-
Koagulasi-Dialisis

Anda mungkin juga menyukai