Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA 2


(STK3218)

PERCOBAAN IV
KESETIMBANGAN : HASIL KALI KELARUTAN
DOSEN PEMBIMBING : PRIMATA MARDINA, Ph.D

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V (LIMA)

MUHAMMAD ZAIDAN NAUFAL 1910814210003


DWI RESA LAMANDAU 1910814310005
AGITA PURNAWILDA 1910814320007

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA
BANJARBARU

2020
ABSTRAK

Kesetimbangan kimia merupakan suatu keadaan dimana suatu reaksi bolak-balik


berlangsung terus-menerus tetapi tidak ada perubahan yang dapat diamati. Hasil kali kelarutan atau
Ksp dapat ditentukan dari hasil kali konsentrasi ion-ion yang terlarut dalam larutan tersebut
dimana pada suhu tertentu terjadi kesetimbangan antara konsentrasi ion-ion tersebut dengan
padatannya. Tujuan dari percobaan ini adalah membuat larutan jenuh CaCO 3, menentukan
kelarutan garam CaCO3 dan menentukan hasil kali kelarutan garam CaCO 3. Percobaan ini
dilakukan dengan melarutkan padatan CaCO3 dalam akuades, kemudian menambahkan 5 mL HCl
0,001 N, 10 mL NaOH 0,001 N dan 3 tetes indikator metil merah. Larutan dititrasi dengan HCl
0,001 N dan volume titran dicatat. Ksp CaCO 3 kemudian dihitung dan dibandingkan dengan harga
Ksp teoritis. Kelarutan CaCO3 yang didapat dengan perhitungan adalah 12,6 x 10-5 M. Hasil kali
kelarutan CaCO3 yang didapat pada percobaan ini adalah 15,87 x 10 -9 M2. Harga Ksp yang didapat
lebih besar dari harga Ksp teoritis, yaitu sebesar 4,8 x 10 -9 M2. Ketidaksesuaian nilai Ksp yang
diperoleh dapat disebabkan adanya pengaruh suhu ruangan yang tidak sesuai yaitu pada 25 oC dan
larutan CaCO3 yang digunakan kurang jenuh, padatan masih dapat larut sehingga nilai Ksp yang
didapat lebih kecil dari nilai Ksp teoritis.

Kata kunci : hasil kali kelarutan, kelarutan, kesetimbangan kimia, larutan jenuh

IV-i
PERCOBAAN IV
KESETIMBANGAN: HASIL KALI KELARUTAN

4.1 PENDAHULUAN

4.1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah membuat larutan jenuh CaCO 3,
menentukan kelarutan garam CaCO3 dan menentukan hasil kali kelarutan garam
CaCO3.

4.1.2 Latar Belakang


Kelarutan adalah jumlah zat terlarut membentuk suatu larutan jenuh
dengan pelarutannya pada suhu tertentu. Kelarutan zat-zat yang ada berbeda-beda
antara satu dengan yang lainnya pada konsentrasi yang sama. Pada umumnya,
kelarutan suatu zat tertentu tergantung temperatur dan ion-ionnya..
Pemahaman yang baik dalam menentukan titik keseimbangan sangat
diperlukan untuk membuat suatu larutan atau reaksi yang tepat sehingga dapat
menentukan kesetimbangan dari harga Ksp yang didapat. Proses yang dapat
dilakukan untuk menentukan harga Ksp adalah titrasi, yaitu hasil konsentrasi ion-
ion yang masing-masing dipangkatkan koefisien reaksi dalam larutan jenuh.
Dalam dunia industri, kelarutan dan hasil kali kelarutan diaplikasikan
misalnya dalam pembuatan pasta gigi yaitu penambahan senyawa fluorida,
pencetakan negatif film dalam industri fotografi, dan pembuatan garam dapur.
Melalui percobaan ini praktikan dapat memahami prinsip dan faktor yang
mempengaruhi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp). Oleh karena itu, aplikasi
kelarutan dan hasil kali kelarutan ini dalam dunia industri cukup banyak maka
percobaan hasil kali kelarutan ini perlu dilakukan.

IV-1
4.2 DASAR TEORI

Kesetimbangan larutan mirip dengan kesetimbangan antara zat cair atau


zat padat yang mudah menguap dalam bejana tertutup. Dalam kedua hal, partikel-
partikel dari fasa pekat cenderung untuk keluar dan menyebarkan ke volume yang
lebih luas tetapi terbatas. Dalam dua hal, kesetimbangan adalah kompromi
dinamik dimana kecepatan keluarnya partikel dari fasa pekat sama dengan
kecepatan baliknya. Dalam kesetimbangan penguapan kondensasi diasumsikan
bahwa uap di atas. Fasa pekat awalnya adalah gas ideal. Larutan dimana cukup zat
terlarut lebih dilarutkan untuk mencapai kesetimbangan pelarutan-pengendapan
antara zat padat dan bentuk terlarutnya disebut larutan jenuh (Oxtoby, 2001).
Ksp disebut konstanta hasil kelarutan (solubility product constant), yaitu
hasil kali konsentrasi tiap ion yang dipangkatkan dengan koefisien yang masing-
masing. Ksp senyawa dapat ditentukan dari percobaan laboratorium dengan
mengukur kelarutan atau massa senyawa yang dapat larut dalam tiap liter larutan
sampai keadaan tepat jenuh. Dalam keadaan itu, kemampuan pelarut telah
maksimum untuk melakukan pelarutan dan mengingatkan zat-zat terlarut.
Kelebihannya zat terlarut walaupun sedikit akan menjadi endapan. Larutan tepat
jenuh dapat dibuat dengan memasukkan zat ke dalam pelarut, sehingga lewat
jenuh. Endapan disaring dan ditimbang untuk menghitung massa yang terlarut
(Syukri,1999)
Kelarutan zat terlarut diketahui dari konsentrasi dalam larutan jenuhnya,
biasanya dinyatakan dalam banyaknya mol zat terlarut nya per liter larutan jenuh.
Seperti halnya kesetimbangan asam-basa, akan kita ketahui bahwa kesetimbangan
kelarutan (dengan begitu pula kelarutan zat pelarut) sangat dipengaruhi oleh
kehadiran ion senama. Kesetimbangan kelarutan dari zat-zat terlarut tertentu juga
dipengaruhi secara serentak oleh reaksi asam-basa. Inilah sebabnya mengapa
beberapa zat terlarut yang tidak larut dalam air mudah larut dalam larutan asam.
Faktor lain yang dapat meningkatkan kelarutan zat terlarut ialah bentukan ion
kompleks (Petrucci, 1987).

IV-2
IV-3

Berikut adalah tabel konstanta hasil kali kelarutan senyawa pada suhu
25oC (Syukri, 1999) :

Senyawa Ksp Senyawa Ksp


-23
Al(OH)3 2 x 10 Mn(OH)2 4,5 x 10-14
BaCO3 8,1 x 10-9 Hg2Cl2 2 x 10-6
BaCrO4 2,4 x 10-10 N2S 2 x 10-21
BaF2 1,7 x 10-6 Ag2CO3 8,2 x 10-12
CaCO3 4,8 x 10-9 AgCl 1,7 x 10-10
CaSO4 3,6 x 10-29 Fe(OH)3 2 x 10-35
CuS 8,5 x 10-36 AgCN 1,6 x 10-16
Fe(OH)2 1,9 x 10-12 Sn(OH)2 5 x 10-17
AgCrO4 2,1 x 10-7 Zn(OH)2 4,5 x 10-17
PbCl2 1,8 x 10-14 ZnS 1,2 x 10-23
PbCrO4 2,7 x 10-11 Bi2S3 1,6 x 10-72
Ag3PO4 1 x 10-31 Ca3(PO4) 1,3 x 10-23
PbSO4 1,8 x 10-31 AgI 8,5 x 10-17
Si3(PO4)2 6 x 10-39 HgS 1,6 x 10-54
Mg(OH)2 7 x 10-29 Cu2S 2 x 10-15

Kesetimbangan berlangsung apabila larutan jenuh dari garam yang sedikit larut
bersentuhan dengan garam yang belum larut. Misalnya beberapa garam yang
sedikit larut dibenamkan dalam gelas air. Karena zat padat ion itu hanya dapat
sedikit larut dalam air, hanya kuantitas kecil akan larut dan menghasilkan ion-ion
dalam larutan. Persamaan berikut ini dapat dituliskan untuk kesetimbangan antara
fase padat dari garam yang tidak larut dan ion-ionnya dalam larutan (Keenan,
1992) :

AgCl(s) ⇋ Ag+(aq) + Cl-(aq) …(4.1)

Tetapan kesetimbangan untuk reaksi pelarutan ini adalah :

K C =¿ ¿ …(4.2)
IV-4

Untuk suatu larutan jenuh perak klorida, pengaruh zat padat yang tidak larut,
AgCl(s) berapa saja adalah konstan, tidak bergantung banyaknya zat yang tidak
terlarut yang terdapat pada penjenuhan:

[AgCl(s)] = k …(4.3)

Substitusi k untuk [AgCl(s)] dalam rumus Kc dan menata ulang rumus itu
menghasilkan:

(Kc) (k) = [Ag+] + [Cl-] …(4.4)

Hasil kali dua tetapan, (Kc) (k), dinyatakan sebagai tetapan Ksp, yang disebut
tetapan hasil kali kelarutan. Untuk AgCl tetapan itu sama dengan hasil kali
konsentrasi ion Ag+ dan Cl- dalam mol/liter larutan jenuh. Dalam persamaan umum,
persamaan kesetimbangan pelarut sebagai berikut:

AmBn⇋ mAn+ + nBm- …(4.5)

dan rumus Ksp-nya adalah

Ksp = [An+]m [Bm-]n …(4.6)

Daya larut suatu zat dalam zat lain dipengaruhi oleh jenis zat pelarut, jenis
zat terlarut, temperatur dan tekanan. Zat dengan struktur kimia yang mirip,
umumnya dapat tercampur baik, sedangkan yang tidak biasanya sukar bercampur.
Pengaruh temperatur tergantung dari panas pelarutan. Bila panas pelarutan (∆H)
negatif, daya laut daya larut turun dengan naiknya temperature. Bila panas
pelarutan (∆H) positif, daya larut naik dengan naiknya temperatur (Sukardjo,
2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan padatan kristalin, yaitu
(Underwood dan Day, 2002) :
IV-5

1. Suhu
Kebanyakan garam anorganik akan bertambah kelarutannya apabila suhu
dinaikkan.
2. Pelarut
Kebanyakan garam anorganik lebih larut dalam air daripada dalam pelarut
organik. Air mempunyai momen di kutub besar dan tertarik kedua kation dan
anion untuk membentuk ion terhidrat.
3. Pengaruh ion sama
Sebuah endapan biasanya lebih larut dalam air murni daripada dalam sebuah
larutan yang mengandung salah-satu ion dalam endapan.
4. Pengaruh ion aneka ragam
Banyaknya endapan menunjukkan peningkatan kelarutan apabila garam yang
tidak mengandung ion yang sama dengan endapan yang ada dalam larutan.
Larutan bergantung pada jenis zat yang terlarut, ada yang mudah dan ada
juga yang sedikit larut. Faktor yang mempengaruhi kelarutan zat yang sedikit larut
adalah apabila pembentukan pasangan yang terjadi dalam larutan, konsentrasi
larutan atau ion bebas cenderung menurun, ini berarti banyaknya zat yang
diperlukan untuk memenuhi rumus Ksp meningkat. Kelarutan meningkat apabila
pembentukan pasangan ion. Jika ion berperan serta dalam kesetimbangan asam-
basa atau ion kompleks dalam membahas segala gejala, seperti pengaruh garam,
nilai KSP yang didasarkan pada konsentrasi polar beragam tergantung pada
lingkungan ionnya, nilai Ksp bergantung suhu (Petrucci, 1987).
Nilai Ksp yang didasarkan pada konsentrasi satu molar logam tergantung
pada lingkungan ion. Tetapi untuk rumus tetapan hasil kali kelarutan dan nilai
Ksp dianggap tidak berubah, sebagaimana halnya tetapan keseteimbangan
lainnya, nilai Ksp bergantung pada suhu titik keadaan kesetimbangan dapat
didekati dari dua arah. Jika kesetimbangan dimulai dengan ion dalam larutan yang
menghasilkan zat murni yang tidak terlarut maka prosesnya dinamakan reaksi
pengendapan. Kita rumuskan besaran yang dinamakan koefisien reaksi Q dan
membanding nilai dengan tetapan kesetimbangan K. Kesimpulan umum mengenai
pengendapan dari larutan adalah (Petrucci, 1987).
IV-6

1. Pengendapan terjadi jika Q > Ksp.


2. Pengendapan tidak terjadi jika Q < Ksp
3. Larutan tepat jenuh Q = Ksp.

Secara umum hasil kali kelarutan senyawa adalah hasil kali konsentrasi
molar dari ion-ion penyusunnya dimana masing-masing dipangkatkan dengan
koefisien stoikiometrinya dalam persamaan kesetimbangan. Karena setiap unit
AgCl hanya mengandung satu ion Ag+ dan Cl-. Persamaan hasil kali kelarutannya
mudah dituliskan. Garam larut seperti NaCl dan KNO 3 mempunyai nilai Ksp yang
sangat besar (Chang, 2005).
Kesetimbangan kimia merupakan proses dinamis bila laju reaksi maju dan
laju reaksi balik sama dan konsentrasi reaktan dan produk tidak lagi berubah
seiring berjalannya waktu. Maka tercapailah kesetimbangan kimia (chemical
equilibrium). Kesetimbangan antara dua fase zat yang sama dinamakan
kesetimbangan fisika (physical equilibrium) karena perubahan terjadi hanyalah
fisis. Sistem kesetimbangan dibagi dua yaitu (Chang, 2005) :
1. Kesetimbangan homogen (homogenic equilibrium) berlaku untuk semua
reaksi yang spesifik reaksi pada fase yang sama. Contoh dari kesetimbangan
fase gas homogen adalah penguraian N2O4.
2. Kesetimbangan heterogen (heterogeneous equilibrium) yang fase reversible
yang melibatkan reaktan dan produk yang fasenya berbeda. Sebagai contoh
ketika kalsium karbonat dipanaskan dalam wadah tertutup. Kesetimbangan
berikut akan tercapai :

CaCO3(s) ⇋ CaO(s) + CO2(g) …(4.7)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan,yaitu


(Apriyanto, 2011) :
a. Konsentrasi
- Jika konsentrasi suatu zat ditingkatkan, kesetimbangan bergeser
menjauhi zat tersebut.
IV-7

- Jika konsentrasi suatu zat dikurangi, kesetimbangan bergeser mendekati


zat tersebut.
- Perubahan konsentrasi hanya menggeser arah reaksi, tidak
mempengaruhi nilai Kc.
b. Tekanan
- Jika tekanan ditambah, kesetimbangan bergeser ke jumlah koefisien yang
kecil.
- Jika tekanan dikurangi, kesetimbangan bergeser ke jumlah koefisien yang
besar.
- Perubahan tekanan hanya menggeser arah reaksi, tidak mengubah Kc.
c. Volume
- Jika volume diperbesar, kesetimbangan bergeser ke jumlah koefisien
yang besar.
- Jika volume diperkecil, kesetimbangan bergeser ke jumlah koefisien
yang kecil.
- Perubahan volume hanya menggeser arah reaksi, tidak mengubah Kc.
d. Suhu
- Jika suhu dinaikkan, kesetimbangan bergeser ke reaksi endoterm.
- Jika suhu diturunkan, kesetimbangan bergeser ke reaksi eksoterm.
- Jika reaksi bergeser ke kanan, Kc bertambah dan jika reaksi bergeser ke
kiri, Kc berkurang.
e. Katalis
Hanya mempercepat tercapainya kesetimbangan, tidak dapat mengubah
komposisi zat-zat dalam kesetimbangan.

Metil merah memiliki rumus molekul C15H15N3O2 dan massa molarnya


264,30 g/mol. Metil merah dapat larut dalam air, tersedia dan sudah terlarut
didalam alkohol dan asam asetat. Interval Ph dari metil merah diantaranya pH 4,4
(merah) dan 6,2 (kuning) (Keenan,1992).
Air memiliki rumus molekul yaitu H2O. Air memiliki bentuk fisik cairan
dan tidak memiliki warna (bening). Air juga memiliki pH yang netral yaitu 7. Air
memiliki titik didih sebesar 100℃ dan titik lelehnya 0℃. Densitas air sebesar
IV-8

0,998 g/mL dan berat molekulnya sebesar 18 g/mol. Air dapat larut dalam asam
asetat, aseton, ammonia, ammonium klorida, etanol, gliserol, asam klorida,
methanol dan asam nitrit. Air tidak memiliki bau. Pada saat tidak digunakan
disimpan ditempat yang tertutup dan jauhkan dari matahari dan bahan-bahan yang
tidak cocok (Labchem, 2013).
Kalsium karbonat memiliki rumus molekul yaitu CaCO3. CaCO3 berbentuk
solid, serbuk putih dan tidak memiliki bau. Titik lebur kalsium karbonat adalah
825℃. Kalsium karbonat memiliki densitas sebesar 2,93 g/cm 3 dan massa
molekulnya 100,0 g/mol. Kalsium karbonat dapat larut dalam air (H 2O)
(Labchem, 2014).
4.3 METODOLOGI PERCOBAAN

4.3.1 Alat dan Rangkaian Alat


Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pipet volume (5 mL
dan 10 mL), pipet gondok 25 mL, gelas ukur 100 mL, gelas beker 250 mL,
erlenmeyer 250 mL, gelas arloji, neraca analitik, pengaduk kaca, propipet, buret,
corong, pipet tetes, sudip, statif dan klem.

Rangkaian Alat
Keterangan:
2 1. Statif dan klem
2. Buret
1
3. Erlenmeyer 250 mL

Gambar 4.1 Rangkaian Alat Titrasi

4.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah 0,02 gram
padatan CaCO3, larutan baku HCl 0,001 N, larutan baku NaOH 0,001 N, indikator
metil merah dan akuades.

4.3.3 Prosedur Kerja


CaCO3 padat ditimbang sebanyak 0,02 gram dengan gelas arloji
menggunakan neraca analitik. Kemudian CaCO3 padat dilarutkan dengan 250 mL
akuades dalam gelas beker dan diaduk hingga homogen. Larutan jenuh CaCO3
diambil sebanyak 25 mL dengan pipet gondok lalu dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan lautan baku HCl 0,001 N sebanyak 5 mL,
larutan baku NaOH 0,001 N sebanyak 10 mL dan 3 tetes indikator metil merah.
Larutan baku HCl 0,001 N dimasukkan ke dalam buret lalu larutan campuran

IV-9
IV-10

garam CaCO3, larutan HCl, larutan NaOH dan indikator metill merah dititrasi
dengan larutan HCl dari buret. Titrasi dihentikan jika larutan telah berubah warna
dari kuning menjadi merah muda. Volume HCl yang digunakan dicatat. Langkah
sebelumnya diulangi sebanyak dua kali. Volume HCl 0,001 N sebagai titran
dirata-ratakan. Ksp CaCO3 dihitung lalu dibandingkan dengan ksp teoritisnya.
IV-11

4.3.4 Diagram Alir

CaCO3
- Ditimbang sebanyak 0,02 gram dengan neraca analitik
- Dimasukkan ke dalam gelas beker 250 mL
- Ditambahkan 250 mL akuades
- Diaduk hingga homogen
Larutan CaCO3
- Diambil 25 mL menggunakan pipet gondok
- Dimasukkn ke dalam erlenmeyer 250 mL
HCl 0,001 N
- Ditambahkan 5 mL ke dalam larutan jenuh CaCO3
NaOH- 0,001 N
Ditambahkan 10 mL ke dalam larutan jenuh CaCO3

Indikator metil merah


- Ditambahkan sebanyak 3 tetes
HCl 0,001 N
- Dimasukkan ke dalam buret sebagai titran

Larutan hasil campuran


- Dititrasi dengan larutan baku HCl 0,001 N hingga berubah warna dari
kuning menjadi merah muda
- Dicatat volume HCl yang digunakan
- Diulangi sebanyak 2 kali
- Dirata-ratakan volume HCl yang digunakan
- Dihitung ksp CaCO3 dan dibandingkan dengan ksp teoritis

Hasil

Gambar 4.2 Diagram Alir Kesetimbangan Hasil Kali Kelarutan


4.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 4.1 Hasil Pengamatan pada Larutan
No. Prosedur percobaan Hasil
1. CaCO3 ditimbang sebanyak 0,02 gram Warna larutan bening
dengan neraca analitik, lalu dimasukkan ke
dalam gelas beker 250 mL kemudian
dilarutkan dengan akuades sebanyak 250
mL
2. Larutan CaCO3 diambil dengan pipet Warna larutan bening
gondok sebanyak 25 mL dan dimasukkan
ke dalam erlenmeyer 250 mL
3. HCl 0,001 N ditambahkan sebanyak 5 mL Warna larutan bening
4. NaOH 0,001 N ditambahkan sebanyak 10 Warna larutan bening
mL
5. Indikator metil merah ditambahkan Warna larutan campuran
sebanyak 3 tetes dari bening menjadi kuning
6. Larutan baku HCl 0,001 N dimasukkan ke VHCl = 50 mL
dalam buret, larutan hasil campuram Warna larutan berubah
dititrasi hingga terjadi perubahan warna menjadi merah muda
7. Volume HCl 0,001 N dicatat V1 = 12,6 mL
V2 = 10,4 mL
V3 = 10,9 mL
8. Volume HCl rata-rata V = 11,3 mL

4.4.2 Pembahasan
Larutan garam yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan jenuh
CaCO3. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk membuat larutan jenuh suatu
garam CaCO3, menentukan kelarutan garam CaCO3 dan menentukan hasil kali
kelarutan garam CaCO3. Hasil dari perhitungan hasil kali kelarutan CaCO3 pada
percobaan ini diharapkan sama dengan Ksp secara teoritis, yaitu 4,8 x 10 -9
(Syukri, 1999). Sehingga hasil yang didapat merupakan suatu larutan yang didapat
dengan larutan tepat jenuh. Larutan tepat jenuh sendiri merupakan larutan yang

IV-12
IV-13

mengandung zat terlarut yang dapat larut dan tidak dapat larut. Untuk menentukan
hasil kali kelarutan ditentukan dengan mengalikan ion-ion sesame yaitu C 2+ dan
CO32- dan meningkatkan konsentrasinya dengan koefisien masing-masing ion.
Reaksi yang terjadi adalah :

CaCO3(s) ⇋ Ca2+(aq) + CO32- (aq) …(4.8)

Apabila hasil kai ion-ion yang ada pada larutan melebihi dari harga Ksp disebut
larutan lewat jenuh, maka akan timbul endapan pada larutan tersebut. Percobaan
ini melibatkan adanya suatu reaksi yang kesetimbangannya adalah heterogen,
yakni kesetimbangan yang sitemnya memiliki lebih dari satu fase.
Awal dari percobaan ini adalah dimasukkannya 25 mL larutan CaCO 3 ke
dalam erlenmeyer dan ditambahkan larutan baku HCl 0,001 N sebanyak 5 mL.
Tujuan dicampurkannya HCl 0,001 N ke dalam larutan jenuh CaCO3 adalah
kesetimbangan yang dihasilkan dapat dicapai dalam suatu reaksi dimana dapat
dketahui dari perhitungan konsentrasi kelarutan CaCO3. Selain itu penambahan
HCl 0,001 N ke dalam larutan CaCO3 akan membuat larutan CaCO3 mudah larut
dikarenakan CaCO3 termasuk garam karbonat dan alkali tanah yang memiliki
kelarutan yang sangat kecil (Oxtoby, 2001). Berikut adalah reaksi yang terjadi :

CaCO3 (aq) + 2HCl(l) → CaCl2(aq) + H2O(l) + CO2(g) …(4.9)

Larutan asam amino CO32- yang telah terpisah dari larutan ion Ca 2+ akan
diikat oleh ion H+ yang akan membentuk H2CO3 yang akan terurai menjadi CO2
dah H2O. sehingga hal ini akan membuat kesetimbangan bergeser kekanan. Hal
ini juga menyebabkan CaCO3 larut. Penambahan HCl 0,001 N pada larutan
CaCO3 ini menghasilkan garam CaCl2, H2O dan CO2. HCl 0,001 N yang digunakan
pada reaksi ini akan berlebih yang kemudian akan bereaksi dengan bahan yang
bersifat basa, yaitu NaOH. Adapun reaksi yang terjadi antara HCl sisa dengan
NaOH adalah :
IV-14

HCl(l) + NaOH(l) → NaCl(aq) + H2O(l) …(4.10)

Penambahan larutan NaOH 0,001 N bertujuan untuk mentralkan larutan


campuran yang membentuk garam netral, yaitu NaCl dan H2O. Saat proses
pencampuran ditambahkan 3 tetes indikator metil merah. Indikator metil merah
adalah indikator asam yang berfungsi untuk mengetahui apakah suatu zat bersifat
asam atau basa. Metil merah mempunyai trayek perubahan warna dari merah ke
kuning dengan range pH 4,2-6,2 (Keenan, 1992), maka diketahui bahwa larutan
tersebut bersifat basa, karena larutan berwarna kuning. Setelah dititrasi, larutan
berubah warna dari kuning menjadi merah muda, berarti larutan telah mencapai
titik ekuivalen. Titik ekuivalen adalah titik dimana perbandingan jumlah asam
yang beraksi sama dengan jumlah basa yang bereaksi (Keenan, 1992). Titrasi
bertujuan untuk membuat larutan campuran menjadi netral. Tittrasi dilakukan
pada setiap campuran larutan. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :

CaCO3(aq) + 2HCl(aq) + 2NaOH(aq) ⇋ CaCl2(aq) + Na2CO3(aq) + 2H2O (l) …(4.11)

Berdasarkan hasil pengamatan, volume titran yang diperoleh adalah 12,6


mL ; 10,4 mL dan 10,9 mL. jadi kelarutan CaCO3 yang didapat dari volume rata-
rata sebesar 12,6x 10-5 M dan Ksp sebesar 15,87 x 10-9 M2. Sedangkan Ksp teoritis
dari CaCO3 sebesar 4,8 x10-9 M2 (Syukri, 1999). Larutan ini termasuk larutan
lewat jenuh karena berdasarkan percobaan Ksp lebih besar daripada Ksp
teoritisnya. Ketidaksamaan nilai Ksp yang diperoleh dikarenakan adanya endapan
CaCO3 padat didasar gelas beker. Saat pengadukan larutan yang menyebabkan
proses pelarut tidak efektif sehingga mempengaruhi hasil titrasi dari perhitungan
kelarutan CaCO3. Selain itu suhu juga mempengaruhi. Suhu yang tidak sesuai
dengan suhu ruangan yaitu 25℃ akan mempengaruhi Ksp CaCO3 yang didapat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu suhu, ukuran zat
terlarut, volume pelarut dan pengadukan. Suhu apabila dinaikkan biasanya akan
membantu dalam proses pengendapan titrasi. Ukuran zat terlarut, semakin luas
permukaan partikel zat akan mempengaruhu tumbukan antara partikel-partikel zat
IV-15

terlarut dan partikel-partikel air. Volume pelarut akan mempengaruhu proses


pelarutan suatu zat. Semakin banyak volume pelarut yang digunakan, semakin
cepat pula zat akan melarut. Pengadukan merupakan cara yang dapat dilakukan
agar proses pelarutan suatu zat berjalan cepat (Underwood dan Day, 2002).
4.5 PENUTUP

4.5.1 Kesimpulan
kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah larutan merupakan
larutan yang partikel-partikelnya tepat habis bereaksi dengan pelarutnya.
Kelarutan CaCO3 yang didapat dari percobaan ini adalah 12,6 x 10 -5, sedangkan
Ksp CaCO3 yang didapat ialah 15,87 x 10-9 M2. Berapa faktor yang mempengaruhi
kelarutan ialah temperature, pengaruh ion sejenis, sifat alami pelarut, pH,
pengaruh hidrolisis dan pengaruh ion kompleks.

4.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah agar massa gram
yang digunakan divariasikan. Contohnya seperti 0,01 gram dan 0,009 gram
CaCO3. Serta memvariasikan pH zat pelarut. Hal tersebut agar praktikan lebih
mengetahui nilai-nilai hasil kali kelarutan dan perbedaan massa dan pH.

IV-16
DAFTAR PUSTAKA

Apriyanto. 2011. Implementasi Model Pembelajaran Pemecahan Masalah


dengan
Bantuan Tutor Sebaya Dalam Pembelajaran Kimia Kelas XI IPA 1 di
MAN Sabdodadi Bantul Tahun Pelajaran 2009/2010. Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti. Erlangga. Jakarta.

Keenan, W. Charles. 1992. Kimia untuk Universitas Edisi Keenam. Erlangga.


Jakarta.

Labchem. 2017. MSDS Water.

www.labchem.com

Diakses pada 25 November 2020

Labchem. 2017. MSDS Calsium Carbonate.

www.labchem.com

Diakses pada 25 November 2020

Oxtoby, D. W. 2001. Kimia Modern. Erlangga. Jakarta

Petrucci, Ralph. H. 1985. Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga.
Jakarta.

Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Rhineka Cipta. Jakarta.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. ITB. Bandung.

DP.IV-1
DP.IV-2

Underwood, A. L. dan Day, R. A. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga.


Jakarta.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Diketahui :
VCaCO3 = 25 mL
MHCl = 0,001 M
VHCl = 5 mL
MNaOH = 0,001 M
VNaOH = 10 mL
V titran 1 = 12,6 mL
V titran 2 = 10,4 mL
V titan 3 = 10,9 mL
V titran rata-rata = 11,3 mL

Ditanya : Kelarutan dan Ksp CaCO3 …?


Jawab :
0,001mol
- HCl yang bereaksi dengan NaOH sisa = 11,3 mL x
1000mL
= 11,3 x 10-6 mol

- NaOH yang sisa = 11,3 x 10-6 mol


0,001mol
- NaOH yang ditambahkan = 10 mL x
1000mL
= 10 x 10-6 mol

- NaOH yang bereaksi dengan HCl sisa = 10 x 10-6 mol – 11,3 x 10-6
mol
= -1,3 x 10-6 mol

- HCl yang tersisa = -1,3 x 10-6 mol

LP.IV-1
LP.IV-2

0,001mol
- HCl yang ditambahkan = 5 mL x
1000mL
= 5 x 10-6 mol

- HCl yang bereaksi dengan CaCO3 = (5 x 10-6 mol -(-1,3 x 10-6))


mol
= 6,3 x 10-6 mol

6,3 x 10−6 mol


- Jumlah mol CaCO3 =
2
= 3,15 x 10-6 mol

- Kepekatan CaCO3 = 3,15 x 10-6 mol


25 x 10-3 L
= 12,6 x 10-5 M

- Jadi, kelarutan CaCO3 = 12,6 x 10-5 M

- Ksp CaCO3 = [Ca2+] [CO32-]


= [12,6 x 10-5 M] x [12,6 x
10-5 M]
= 15,87 x 10-9 M2

- Ksp CaCO3 teoritis = 4,8 x 10-9 M3 (Syukri, 1999)


Jadi, Ksp CaCO3 yang diperoleh > Ksp CaCO3 teoritis.

Anda mungkin juga menyukai