Kelompok 1
Anggota: - Abdul Hamid A
- Jajang Setiawan
- - Ria Irawan
MENU
1. 2. 3. 4. 5.
6. 7.
back
2. Dua bentuk yang sama atau lebih bila memiliki makna yang
berbeda merupakan dua morfem yang berbeda.
1. Melihat
1. Me-
2. Mem- 2. Membina
3. Men- 3. Mendengar
4. Meny- 4. Menyusul
5. Meng- 5. Mengambil
6. Menge- 6. mengecat
back
7. Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan bahasa yang lebih besar,
(klausa dan kalimat) apabila maknanya berbeda secara polisemi adalah juga
merupakan morfem yang sama.
Morfem sebenarnya adalah barang abstrak, karena ada dalam konsep. Sedangkan yang kongkret, yang ada dalam
pertuturan adalah alomorf, yang tidak lain bisa disebut realisasi dari morfem itu. Dan pada umumnya sebuah
morfem hanya memiliki sebuah alomorf. Tetapi, ada juga morfem yang direalisasikan dengan bebarapa alomorf.
Disamping istilah morfem dan alomorf, ada juga istilah morf. Morf dalam kajian morfologi adalah bentuk yang
belum diketahui statusnya. Tetapi di sumber lain disebutkan bahwa morf adalah morfem yaang mempunyai
beberapa struktur fonologik. Misalnya morfem MeN- yang mempunyai struktur fonologik mem-, men-, meny-,
meng-, menge-, dan me-. Semua bentuk itu masing-masing disebut morf, yang semuanya merupakan alomorf dari
morfem MeN-.
JENIS MORFREM
Morfem dalam kajian morfologi dibedakan dengan beberapa morfem berdasarkan kriteria tertentu, seperti kebebasan,
keutuhan, makna, dan sebagainya. Yang diantarnya adalah sebagai berikut:
berdasarkan kebebasan
Berdasarkan kemungkinan
morfem suprasegmental
Morfem segemntal adalah
adalah morfem yang
morfem yang dibentuk oleh
terbentuk dari nada, tekanan,
fonem-fonem segmental,
durasi, dan intonasi. Tetapi
yakni morfem yang berupa
dalam bahasa indonesia tidak
bunyi yang dapat
ditemukan morfem
disegmentasikan. Misalnya
suprasegmental ini; tetapi
morfem [lihat], [ter], [sikat],
terdapat di bahasa cina, thai,
dan[-lah].
dan burma.
back
Berdasarkan kehadirannya
Morfem dasar
Morfem dasar biasanya digunakan sebagai dikotomi atau digabungkan dengan morfe afiks. Seperti bentuk
[beli], [juang], dan [kucing] adalah morfem dasar. Akan tetapi, morfem asar ini ada juga yang termasuk
morfem bebas, seperti [beli], [kucing], dan [pulang]; dan ada pula morfem dasar yang termasuk morfem
terikat, seperti [juang], [henti], dan [tempur].
Sebuah morfem dasar dapat menjadi bentuk dasar atau dasar (base)
dalam suatu proses morfologi. Artinya, morfem dasar tersebut
dapat diberi afiks dalam proses yang disebut afiksasi, dapat diulang
dalam proses reduplikasi, dan dapat digabung dengan morfem yang
lain yang disebut proses komposisi atau pemanjemukan.
back
Bentuk dasar
Istilah bentuk dasar atau dasar (base) biasanya digunakan untuk menyebut sebuah
bentuk yang menjadi dasar dalam suatu proses morfologi. Bentuk dasar ini bisa
berupa morfem tunggal, tetapi dapat pula berupa gabungan morfem. Upamanya
pada kata berbicara yang tergabung dari morfem [ber-] dan morfem [bicara], maka
morfem [bicara] adalah bentuk dasar dari kata berbicara tersebut, yang sekligus
morfem tersebut adalah morfem dasar. Pada kata dimengerti bentuk dasarmya adalah
mengerti, dan pada kata keanekaragaman bentuk dasarnya adalah aneka ragam. Pada
bentuk reduplikasi rumah-rumah bentuk dasarnya adalah rumah, dan pada bentuk
berlari-lari bentuk dasarnya adalah berlari, serta pada bentuk kemerahan-merahan
bentuk dasarnya adalah kemerahan. Lalu, pada bentuk komposisi sate ayam bentuk
dasarnya adalah sate, pada ayam betina bentuk dasarnya adalah ayam, dan pada
bentuk pasar induk bentuk dasarnya adalah pasar.
back
Pangkal
Pangkal atau stem biasanya digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses pembentukan kata
inflektif, atau pembubuhan afiks inflektif. Hal ini bisanya banyak terjadi pada bahasa-bahasa fleksi, seperti
bahasa arab, itali, jerman, dan bahasa prancis. Dalam bahasa indonesia proses pembentukan kata inflektif
hanya terjadi pada proses pembentukan verba transitif, yakni verba yang berprefiks me- (yang dapaat
diganti dengan di-, prefiks ter-, dan prefiks zero. Misalnya, pada kata membeli pangkalnya adalah beli,
pada kata mendaratkan pangkalnya adalah daratkan, dan pada kata menangisi pangkalnya adalah bentuk
tangisi.
back
Akar
Akar (root) digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi. Artinya, akar
adalah bentuk yang tersisa setelah semua afiksnya ditinggalkan. Misalnya pada kata memberlakukan setelah
semua afiksnya ditinggalkan (yaitu prefiks mem-, prefiks ber-, dan sufiks kan) dengan cara tertentu, maka
yang tersisa adalah akar laku. Akar laku ini tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi tanpa merusak maknanya.
Contoh lainnya, kata keberterimaan kalau semua afiksnya ditinggalkan akan tersisa akarnya yaitu bentuk
terima. Bentuk terima ini pun tidak dapat dianalisis lebih jauhlagi tanpa merusak maknanya.
back
Leksem
Leksem dalam kajian linguistik bisa digunakan dalam dua bidang, yaitu bidang morfologi dan
bidang semantik. Dalam kajian morfologi leksem digunakan untuk mewadahi konsep bentuk
yang akan menjadi kata melalui roses morfologi. Upamanya bentuk PUKUL (dalam konveksi
bidang morfologi leksem harus ditulis menggunakan huruf kapital semua) adalah sebuah leksem
yang akan menurunkan kata-kata seperti memukul, dipukul, terpukul, pukul, pemukul, pukulan,
dan pemukulan. Sedangkan dalam kajian semantik leksem adalah satuan bahasa yang memiliki
sebuah makna. Jadi, bentuk-bentuk seperti kucing, membaca, matahari, membanting tulang, dan
sumpah serapah adalah sebuah leksem.
MORFEM AFIKS
1. Prefiks, yaitu afiks yang dibubuhkan di kiri bentuk dasar, yaitu ber-, me-, per-, di-, ter-, se-, dan ke-.
2. Infiks, yaitu afiks yang dibubuhkan di tengah kata, dan biasanya terdapat pada suku awal kat. Yaitu el-, -em-,
dan er-.
3. Sufiks, adalah afaiks yang dibubuhkan di kanan bentuk dasar, yaitu kan, -i, -an, dan nya.
4. Konfiks, yaitu afiks yang dibubuhkan di kiri dan kanan bentuk bentuk dasar secara bersamaan, karena konfiks
ini merupakan satu kesatuan afiks. Yaitu ke-an, ber-an, pe-an, per-an, dan se-nya.
5. Dalam bahasa indonesia ada bentuk kata yang berklofiks, yaitu kata yang dibubuhi afiks pada kiri dan
kanannya; tetapi pembubuhannya itu tidak sekaligus, melainkan bertahap. Kata yang berklofiks dalam bahasa
indonesia adalah yang berbentuk me-kan, me-i, memper, memper-kan, memper-i, ber-kan, di-kan, di-i, diper-,
diper-kan, diper-i, ter-kan, ter-i, ter-per, teper-kan, dan teper-i.
6. Dalam ragam non baku ada yang disebut afiks nasal yang direalisasikan dengan nasal m-, n-, ny-, ng-, dan
nge-. Kridalaksana (1989) menyebut afiks nasal ini dengan istilah simulfiks. Contohnya: nulis, nyisir, ngambil,
dan ngecat.
Good bye