Anda di halaman 1dari 7

Nama : Dian Ardhitia

NBI : 162170009

Kelas : Gengogaku

Semantik

Menurut KBBI semantik berarti ilmu tentang makna kata dan kalimat; pengetahuan
mengenai seluk-beluk dan pergeseran arti kata. Istilah Semantik sendiri berasal bahasa
Yunani Sema (Nomina) ‘tanda’: atau dari verba samaino ‘menandai’, ‘berarti’. Istilah tersebut
digunakan oleh para pakar bahasa untuk menyebut bagian ilmu bahasa yang mempelajari
makna. Sedangkan untuk definisi umumnya semantik adalah cabang linguistik yang
mempelajari arti/makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi
lain. Dengan kata lain, Semantik adalah pembelajaran tentang makna.

Semantik mencakup bidang yang sangat luas, baik dari segi struktur dan fungssi
bahasa. Tetapi,dalam hal ini ruang lingkup semantik terbatas pada hubungan ilmu makna
itu sendiri di bidang linguistik

Semantik Kata

 Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar. Makna wajar ini adalah makna
yang sesuai dengan apa adanya sesuai dengan indera manusia yang bbersifat
faktual. Kata yang mengandung makna denotatif mudah dipahami karena tidak
mengandung makna yang rancu walaupun masih bersifat umum. Makna yang
bersifat umum ini maksudnya adalah makna yang telah diketahui secara jelas oleh
semua orang dan makna pada kalimat yang denotatif tidak mengalami perubahan
makna. Kata makan, misalnya, bermakna memasukkan sesuatu ke dalam mulut,
dikunyah, dan ditelan. Makna makan seperti itu adalah makna denotatif.
Contoh lain : Tidur, lelaki, wanita dll.
 Makna Konotatif
kridalaksana (1993) “aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan
atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicara (penulis)
dan pendengar (pembaca)”. Dengan kata lain Makna Konotatif adalah makna yang
tidak langsung menunjukkan hal, benda, atau obyek yang diacunya, biasanya
mengandung nilai rasa, kenangan, dan tafsiran terhadap obyek lain, pemakaian
makna yang tidak sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan
makna denotasi yang mengalami penambahan. Sebuah kata disebut mempunyai
makna konotatif apabila kata itu mempunyai “nilai rasa”, baik positif maupun negatif.
Jika tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan tidak memiliki konotasi, tetapi dapat
juga disebut berkonotasi netral.
Contohnya :
- Burung garuda karena dijadikan lambang negara republik Indonesia maka
menjadi bernilai rasa positif sedangkan makna konotasi yang bernilai rasa negatif
seperti burung gagak yang melambangkan keburukan seperti membawa sial atau
malapetaka.
- Jika disodori amplop, segala urusan akan beres (= uang sogokan).
 Onomatope
Menurut KBBI Onomatope adalah kata tiruan bunyi. Istilah ini berasal dari bahasa
Yunani (onoma = nama) dan (poieō, = "saya buat" atau "saya lakukan") sehingga
artinya adalah "pembuatan nama" atau "menamai sebagaimana bunyinya". Bunyi-
bunyi ini mecakup antara lain suara hewan, suara-suara lain, tetapi juga suara-
suara manusia yang bukan merupakan kata, seperti suara orang tertawa.
Contoh:
Suara hewan: menggonggong, mendesis, mengeong dll
Suara lain: tercebur (byur)
Suara manusia: tertawa (ha-ha-ha)
 Idiom
Idiom adalah ungkapan bahasa berupa gabungan kata (frase) yang maknanya sudah
menyatu dan tidak dapat ditafsirkan dengan makna unsur yang membentuknya.
Contoh:
- selaras dengan, berbicara tentang, terima kasih atas, berdasarkan pada/kepada.
- membanting tulang, bertekuk lutut, mengadu domba, menarik hati (Idiom-idiom
tersebut tidak dapat diubah dengan kata-kata yang lain)
 Kiasan
Kiasan berasal dari kata dasar kias. Kata kiasan adalah kata-kata yang berbunga-
bunga, bukan dalam arti kata yang sebenarnya; kata kiasan dipakai untuk memberi
rasa keindahan dan penekanan pada pentingnya hal yang disampaikan.
Contoh:
-Tanggal tua (kondisi keuangan sedang tipis)
- buah bibir (bahan pembicaraan)
- tebal muka (tidak punya rasa malu)
-Gulung tikar (Bankrut)
Kanyouku
Kanyouku adalah istilah idiom dalam bahasa Jepang. Kanyouku bisa terbentuk dari
berbagai macam unsur pembentuk seperti kata kerja, kata sifat, dan kata benda. Serta jenis
makna, diantaranya perasaan atau emosi, watak/perilaku, unsur perbuatan/kegiatan, derajat,
budaya dan sebagainya.

Berikut klasifikasi dan analisis kanyouku yang terdapat dalam buku cerita Torokko,
Hana karya Akutagawa Ryunosuke.

Doushi Kanyouku (N+V)

私は思わず息を呑んだ。

(Ryunosuke, 1985:119)

Watashi wa omowazu iki o nonda.

‘Saya secara tidak sadar terkejut.’

Kanyouku pada data terbentuk dari frasa 息を呑む iki o nomu ‘terkejut’ yaitu dari
kata 息 iki ‘nafas’ dan kata 呑む nomu ‘menelan’, serta partikel を o. Verba 呑んだ nonda ‘telah
menelan’ merupakan bentuk lampau dari verba 呑む nomu yang ditandai dengan afiks –
ta/da. Sehingga jika diterjemah secara leksikal memiliki makna ‘telah menelan nafas’.
Menurut Ishii (1998 : 95), kanyouku 息を呑む iki o nomu memiliki makna :

思いがけないできごとにあって、はっとする。

omoi ga kenaideki koto ni atte, hatto suru.

‘Terkejut karena sesuatu yang tidak terduga, terkejut.’

Kanyouku pada data termasuk dalam kelompok I yaitu yang menyatakan


makna emosi, perasaan, dan indra perasa. Emosi dan perasaan dalam hal ini yaitu
perasaan seseorang yang terkejut. Kalimat pada data [4] menyatakan bahwa seseorang
secara tidak sadar telah terkejut karena terjadi suatu hal yang tidak terduga.

[5] ぼんやり空を眺めながら、途方に暮れて立っていました。

(Ryunosuke, 1985:144)

Bonyari sora o nagame nagara, tohou ni kurete tatteimashita.

‘Sedang termenung memandang langit, berdiri karena bingung.’


Kanyouku pada data terbentuk dari frasa 途方に暮れる tohou ni kureru ‘bingung’ yaitu
terdiri dari kata 途おh方 tohou ‘tujuan’ dan kata 暮れる kureru ‘menjadi gelap’ serta partikel
に ni. Verba 暮れ て kurete merupakan bentuk –te dari verba 暮れ る kureru, sehingga jika
diterjemahkan secara leksikal berarti ‘tujuan menjadi gelap’. Menurut Ishii
(1998:729), kanyouku 途方に暮れる tohou ni kureru memiliki makna :

どうしたらよいかわからなくてこまりはてる。

Doushitara yoika wakaranaku komari hateru.

‘Menjadi sangat bingung, tidak tahu bagaimana sebaiknya’.

Berdasarkan penjelasan makna di atas, kanyouku pada data [5] termasuk


dalam kelompok IVyang menyatakan makna keadaan. Makna kanyouku dalam hal ini yaitu
kedaan seseorang yangbingung karena bagaimana sebaiknya. Jika dilihat dari konteksnya
pada data menyatakan keadaan seseorang yang hanya berdiri termenung menatap langit
karena bingung tidak tahu harus berbuat apa.

白は犬殺しに目を配りながら、じりじり後すざりを始めました。

(Ryunosuke, 1985:201)

Shiro wa inugoroshi ni me o kubari nagara, jirijiri ato suzari o hajimemashita.

‘Shiro sambil memperhatikan orang yang membunuh anjing, perlahan-lahan mulai mundur
ke belakang.‘

Kanyouku pada data terbentu dari frasa 目を配る me o kubaru ‘memperhatikan’ yaitu
terdiri dari kata 目 me ‘mata’ dan kata 配 る kubaru ‘membagikan’, serta partikel を o,
sehingga jika diterjemahkan secara leksikal berarti ‘membagikan mata’. Menurut Ishii
(1998:974), kanyouku ini memiliki makna :

あちこちをよく見て、注意する。

achi kochi o yoku mite, chui suru.

‘Sering melihat kesana kemari, memperhatikan.’

Kanyouku pada data termasuk dalam kelompok III yang menyatakan


makna aksi atauperbuatan. Aksi atau perbuatan yang ditunjukan dalam hal ini
yaitu memperhatikan keadaan sambil melirik kesana-kemari untuk siaga. Kalimat pada data
[10] menyatakan bahwa Shiro melirik kesana kemari untuk memperhatikan orang yang
melakukan pembunuhan anjing sambil perlahan-lahan mundur ke belakang.

Keiyoushi Kanyouku (N+Adj)


この分でのぼって行けば、地獄からぬけ出すのも、存外わけがないかも知れません。

(Ryunosuke, 1985:110)

Kono bun de nobotte ikeba, jigoku kara nuke dasu no mo, zongai wake ga
naikamoshiremasen.

‘Jika anda pergi mendaki saat ini, keluar dari nerakapun, mungkin gampang dari yang saya
pikir.’

Kanyouku pada data terbentuk dari frasa 訳がない wake ga nai ‘gampang, mudah’,
yaitu terdiri dari kata 訳 wake ‘alasan, sebab’ dan kata ない nai ‘tidak ada’, serta partikel
が ga, sehingga jika diterjemahkan secara leksikal berarti ‘tidak ada alasan’. Menurut Ishii
(1998:1066), kanyouku ini memiliki makna :

1. かんたんだ。なんでもない。たやすい。(わけないとも言う)。

Kantan da. Nandemonai. Tayasui .(wakenai to mo iu).

‘Mudah. Tidak ada apa-apa. Gampang.’

2. なんでもないようすだ。かんたんだ。

Nandemonai yousu da. Kantanda.

‘Tidak ada yang terjadi. Mudah.’

Kanyouku pada data termasuk pada kelompok IV yang menyatakan makna keadaan,
nilaidan derajat. Keadaan dalam hal ini yaitu menunjukan sesuatu
yang ‘gampang/mudah’ dilakukan. Kalimat pada data menyatakan bahwa seseorang
mengatakan tentang suatu hal yang gampang dari yang dia pikirkan tentang keluar dari
neraka jika mendaki (saat ini).

Meishi Kanyouku (N+N)

この見知らない小娘を 頭ごなしに叱りつけてでも, 又元の通り窓の戸をしめさせたのに相違なかったの


である。

(Ryunosuke, 1985:118)

Kono mishirarenai ko musume o atama go nashi ni shikari tsukete demo, mata moto no
mawari mado no to o shimesaseta ni soui nakatta no de aru.

‘Walaupun sudah menegur anak perempuan yang tidak dikenal ini dengan keras, dilain
waktu menyuruh untuk menutup menutup jendela seperti semula tidak ada bedanya.’
Kanyouku pada data terebntuk dari frasa 頭ご無しに atama go nashi ni ‘mengekang,
dengan keras’, yaitu terdiri dari kata 頭 atama ‘kepala’ dan kata 無 し nashi ‘tidak ada’,
serta partikel に ni, sehingga jika diterjemahkan secara leksikal berarti ‘tidak ada kepala’.
Menurut Ishii (1998:73),kanyouku ini memiliki makna :

あいての言うこともいきかないで、はじめからおさえつけるように言うこと。

aite no iu koto mo ikikanaide, hajime kara osae tsukeru you ni iu koto.

‘Tidak mendengarkan apa yang dikatakan lawan bicara, dari awal mengekang atau
menahan.’

Berdasarkan jenis maknanya, kanyouku pada data termasuk dalam kelompok II yang
menyatakan makna perilaku, sifat, dan watak. Ungkapan dalam hal ini yaitu mengacu pada
perilaku seseorang yang mengekang atau bertindak keras. Kalimat pada data menyatakan
bahwa seseorang yang telah menegur anak perempuan yang tidak dikenal dengan keras
namun ketika diminta kembali untuk menutup jendela sama sekali tidak berubah atau tidak
mendengarkan apa yang dikatakan orang itu.

Kotowaza
Kotowaza adalah kata-kata bijak atau pepatah kuno yang memiliki banyak kegunaan
praktis. Kebanyakan kotowaza kuno berasal dari Cina, tetapi beberapa ada pula yang
datang dari sejarah Jepang sendiri, negara-negara asing lainnya, atau telah dibuat dari
ekspresi yang lebih modern.

Sebuah peribahasa Jepang terbagi menjadi beberapa bentuk:

– Kata-kata bijak (言い習わし iinarawashi),

– Frase idiomatik (惯用 句 kan’yōku),

– Empat karakter idiom (四字 熟语 yojijukugo).

===============================

Contoh peribahasa jepang:

1. Kiku wa ichiji no haji.. Kinaku wa issho no haji..

Kau bertanya itu membutuhkan rasa malu sementara,, kau tak bertanya itu harus
menahan rasa malu seumur hidup

2. Ishi no ue ni mo san-nen (石の上にも三年, Tiga tahun duduk di atas batu)

Duduk selama 3 tahun di atas batu yang sama akan membuat batu tersebut menjadi
hangat. Setelah melewati masa-masa sulit, kesabaran akan membuahkan keberhasilan.
3. Kappa no kawa nagare (河童の川流れ, Kappa hanyut di sungai)

Kappa adalah makhluk legenda yang berwarna hijau dengan piring di atas kepala.
Kappa pandai sekali berenang, namun masih bisa tenggelam. Sama halnya dengan orang
yang sangat pandai, namun bisa membuat kesalahan.

4. Nasake wa hito no tame narazu ( 情 け は 人 の 為 な ら ず , Kebaikan tidak hanya


menguntungkan orang lain)

Kebaikan terhadap orang lain akhirnya akan menguntungkan diri sendiri. Orang yang
sungguh-sungguh berbaik hati kepada orang lain, akhirnya akan menerima keberuntungan.

Peribahasa ini sering salah diartikan sebagai, “Bila berbaik hati terhadap orang lain,
orang tersebut menjadi tergantung akan bantuan orang lain, oleh karena itu dilarang berbaik
hati secara berlebihan kepada orang lain.”

5. Neko ni koban (猫に小判|, Kucing diberi uang emas)

Kucing tidak akan gembira walaupun diberi uang emas, karena uang sama sekali
tidak ada nilainya bagi kucing.

Sama halnya dengan memberikan hadiah barang yang sangat mahal, namun orang
tersebut tidak mengerti kegunaannya.

Anda mungkin juga menyukai