Anda di halaman 1dari 5

1.

Makna dan Referensi


Menurut Verhaar, Makna dipandang sebagai sifat kata, misalnya kata nasi yang memiliki
makna tertentu. Sedangkan referensi merupakan salah satu sifat makna leksikal, misalnya
kata nasi yang mengacu pada suatu makanan tertentu.

[File Jurnal 2] Menurut Aminuddin (1998: 88) makna referensial adalah denotasi makna
kata yang masih menunjuk pada referen dasar sesuai dengan berbagai fakta maupun ciri
yang dimiliki. Contoh: kursi. Mengacu pada makna kursi yaitu suatu benda yang terbuat
dari kayu, berkaki empat, dan fungsinya digunakan untuk duduk.

[File Jurnal 2] Konsep ini lazimnya berhubungan dengan sesuatu hal yang ada diluar
bahasa yang disebut referen (referent). Makna tidak selalu memiliki referen sehingga
makna lebih bersifat umum atau tidak tentu, sementara referen lebih bersifat khusus atau
tertentu. Apabila seseorang mengatakan computer, kata tersebut tidak menunjukkan
computer tertentu, tetapi semua yang dapat disebut komputer. Referen adalah sesuatu
yang diacu oleh konsep bentuk bahasa yang bersangkutan. Bentuk bahasa berhubungan
langsung dengan konsep fikiran (makna); makna berhubungan langsung dengan referen.
Namun bentuk kebahasaan berhubungan tidak langsung dengan referen. Hubungan ini
disebut dengan referensial.

Bila kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata
itu, maka kata tersebut disebut kata bermakna referensial. Kata meja termasuk kata yang
bermakna referensial karena mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga
yang disebut ’meja’.

Makna dan referensi merupakan salah satu kajian pokok dari semantik leksikal yabg
sangat penting duiketahui oleh para pemakai bahasa. Secara sederhana, makna bisa juga
disebut arti yang terkandung pada sebuah kata ataupun leksem. Pengertian makna sendiri
menurut Aminuddin (2008: 53) adalah hubungan antar bahasa dengan sesuatu di luar
bahasa yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling
dimengerti. Dengan demikian, makna dapat diartikan sebagai hubungan antara arti dan
kata yang dapat membentuk suatu kebahasaan. Misalnya, kata ular memiliki makna
tertentu, yaitu sejenis binatang melata yang tidak berkaki, memiliki tubuh yang agak
bulat dan memanjang, kulitnya bersisik, hidup di tanah atau di air, serta ada yang berbisa
dan ada yang tidak. Selain makna, terdapat juga referensi yang secara sederhana dapat
diartikan sebagai sebuah acuan atau rujukan. Contohnya, kata ular memiliki makna
tertentu, tetapi ular sendiri ternyata juga mempunyai referensi, yaitu kemampuan
kata ular untuk mengacu pada hewan tertentu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
makna dan referensi sendiri merupakan dua hal yang sangat berkaitan erat, meskipun
kedua hal tersebut ternyata adalah berbeda.
Referensi memiliki dua jenis, yaitu referensi ekstralingual dan referensi intralingual.
Referensi ekstralingual karena referen tersebut merupakan sesuatu yang berada di luar
bahasa, misalnya pada “ular yang kamu kejar”. Sedangkan referensi intralingual karena
referen tersebut membawa arti perujukan di dalam tuturan, contohnya seperti pada
kalimat “saya melihat ular di dalam rumah, kemudian saya menangkapnya”.
Referensi sendiri pada kenyataannya memiliki dua jenis, yaitu referensi ekstralingual dan
referensi intralingual. Disebut referensi ekstralingual karena referen tersebut adalah
sesuatu yang berada di luar bahasa, misalnya pada “ular yang kamu kejar”. Kemudian,
bisa disebut referensi intralingual karena referen tersebut membawa arti perujukan di
dalam tuturan. Contohnya pada kalimat, “saya melihat ular di dalam rumah, kemudian
saya menangkapnya.” maka sufiks -nya dalam kata menangkapnya tersebut bereferensi
pada kata ular . Lalu, referensi intralingual sendiri terdiri dari anaforis dan kataforis.
Referensi anaforis adalah referensi yang terdapat pada teks atau kata yang
mendahuluinya, seperti -nya dalam contoh di atas merujuk kembali pada kata ular . Lalu,
referensi kataforis adalah referensi yang terdapat pada teks atau kata yang mengikutinya,
seperti pada kalimat, “Rani membeli sayur di warung, tetapi dia lupa membayarnya.”
maka kata dia pada kalimat tersebut merujuk kepada Rani .

2. Denotasi dan Konotasi


Menurut Verhaar, istilah denotasi adalah makna kata yang nampak dari luar, yang berarti
denotasi merupakan makna sebenarnya pada suatu kata.
Sedangkan istilah konotasi adalah makna yang keluar dari penutur karena penilaian
afektif dan emosional, yang berarti konotasi merupakan makna kiasan pada suatu kata.

DENOTASI
Chaer (2013: 65) menyatakan bahwa makna denotatif pada dasarnya sama dengan makna
referensial sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai
dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau
pengalaman lainnya.
Contoh:
Banyak tumbuh-tumbuhan dan juga hewan laut. Hewan dan tumbuhan laut misalnya
terumbu karang, rumput laut, bintang laut, macam-macam ikan, dan lain-lain. Di sana
semua makhluk hidup berkeliaran dengan bebas. Biota laut merupakan kekayaan alam
Indonesia yang melimpah.
Kalimat ketiga mengandung makna denotatif. Hal ini dijelaskan pada pernyataan kata
berkeliaran. Maksud kata berkeliaran dalam teks tersebut sesuai dengan maksud yang ada
dalam konteks kalimat tersebut. Kata berkeliaran dan berjalan itu memiliki arti yang
sama, yaitu sama-sama bergerak dan melakukan sesuatu. Namun, kata yang sesuai
dengan kalimat tersebut yaitu kata berkeliaran. Hal ini dapat dikatakan kalau makhluk
hidup yang ada di laut seperti ikan, terumbu karang, dan sejenisnya itu tidak bisa
berjalan, tetapi dapat berkeliaran dengan bebas. Berkeliaran yang dimaksud dalam
kalimat tersebut adalah bergerak bebas kesana kemari di dalam laut.

KONOTASI
Djajasudarma (1999: 9) menyatakan bahwa makna konotatif adalah makna yang muncul
dari makna kognitif ke dalam makna kognitif tersebut ditambahkan komponen makna
lain. Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata tersebut mempunyai
“nilai rasa”, baik yang bersifat positif maupun negatif. Jika sebuah kata tidak memiliki
nilai rasa, maka kata tersebut tidak memiliki konotasi. Namun, kata tersebut dapat juga
disebut berkonotasi netral. Artinya, kata yang digunakan tidak memihak pada kata yang
lain. Untuk menentukan apakah kalimat tersebut termasuk makna konotatif atau bukan
dapat dilihat dari keharmonian kata yang digunakan.
Contoh:
Biota laut adalah seluruh makhluk hidup yang berkembang biak di laut. Di Indonesia juga
banyak laut. Laut yang mengiringi pulau-pulau. Biota lautnya antara lain adalah terumbu
karang, ikan, dan tumbuhan-tumbuhan lainnya.
Kalimat kedua mengandung makna konotasi. Kata mengiringi diartikan mengikuti.
Sedangkan, makna sebenarnya yakni mengiringi berarti mengelilingi. Arti yang
sebenarnya dalam teks tersebut yaitu mengelilingi, karena laut tidak bisa mengikuti tetapi
dapat mengelilingi.

Makna denotatif pada dasarnya sama dengan makna referensial sebab makna denotatif
lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut
penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya. Jadi, makna
denotatif ini menyangkut informasiinformasi faktual objektif. Oleh karena itu, makna
denotasi sering disebut sebagai ’makna sebenarnya’(Chaer, 1994). Umpama kata
perempuan dan wanita kedua kata itu mempunyai dua makna yang sama, yaitu ’manusia
dewasa bukan laki-laki’.
Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai ”nilai
rasa”, baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan tidak
memiliki konotasi. Tetapi dapat juga disebut berkonotasi netral. Makna konotatif dapat
juga berubah dari waktu ke waktu. Misalnya kata ceramah dulu kata ini berkonotasi
negatif karena berarti ’cerewet’, tetapi sekarang konotasinya positif.

3. Analisis Ekstensional
Menurut Verhaar, makna ekstensional adalah kata-kata yang merujuk pada hal-hal yang
bermacam-macam, seperti kata perabot merujuk pada perabot yang bermacam-macam,
bisa ‘kursi’, ‘meja’, dsb.

Menurut Aminuddin (1998: 89) makna ekstensional adalah pemaknaan yang bertolak dari
perluasan setiap ciri komponen yang dikandung oleh suatu referen. Sedangkan menurut
Pateda (2001:100) makna ekstensional adalah makna yang mencakup semua ciri objek
atau konsep. Contoh kata ‘ayah’ dapat diartikan sebagai ‘kepala keluarga’, ‘orang tua
laki-laki’, dsb.

Sifat semantik ini diapit oleh tanda petik tunggal di sebelah kiri dan tanda petik tunggal
di sebelah kanannya. Sifat semantik ini tidak hanya merujuk pada kata-kata yang merujuk
pada hal-hal yang bersifat ekstralingual tetapi juga pada macam-macam atau jenis-jenis
dari kata-kata tersebut seperti perabot ‘perlengkapan’, ‘rumah tangga’, dan sebagainya,
sedangkan kursi ‘perabot’, ‘untuk duduk’, ‘berkaki’, ‘bersandaran’, dan sebagainya.
Ekstensional pula diartikan sebagai makna luas. Pendekatan ekstensional pula dapat
dipahami sebagai makna yang meluas.
[File Jurnal 2] Pengertian makna (sense) dalam hal ini dibedakan dengan arti (meaning).
Makna adalah pertautan yang ada diantara unsur-unsur bahasa itu sendiri. Makna
menyangkut intra bahasa.
Sementara itu, arti dalam hal ini hanya menyangkut makna leksikal dari kata- kata itu
sendiri yang cenderung terdapat dalam bahasa kamus sebagai leksem.

Anda mungkin juga menyukai