Anda di halaman 1dari 15

Tsuuyaku

24 Maret 2020
Kode Etik Penerjemahan Lisan

Kode Etik Penerjemah: Himpunan etika


profesi penerjemahan yang harus dipegang
teguh oleh para penerjemah terutama
penerjemah tersumpah/profesional.

Tujuan: Agar para penerjemah lisan


bertanggungjawab dalam melaksanakan
profesinya.
Kode Etik

Dari kata “kode” yang berarti sandi, yaitu


ketentuan atau petunjuk yang sistematis;
dan kata “etik” atau etika dari bahasa
Yunani “ethos” yang berarti watak atau
moral.

Menurut Pujiyanti (2013:39) kode etik adalah


pola tingkah laku yang didasarkan pada
pertimbangan moral dan/atau sosial.
Jenis Kode Etik

Kode etik menetapkan standar perilaku


profesional yang harus ditaati dalam rangka
menjaga integritas profesi dan memberi jaminan
standar profesional untuk pengguna layanan
bahasa dan masyarakat luas.
Beberapa poin yang ada yaitu:
1. Keakuratan (Accuracy)
2. Menjaga kerahasiaan klien (Confidentiality)
3. Tidak memihak (Impartiality)
1. Keakuratan (Accuracy)

Peran terpenting seorang interpreter:


Menyampaikan pesan dalam BSa seakurat
mungkin tanpa ada penambahan maupun
pengurangan makna pesan yang dapat
mengurangi keakuratannya.
Keakuratan merupakan parameter utama,
baik dalam hal teknis maupun moral seorang
interpreter.
Tiga tahap yang harus dilampaui seorang
interpreter untuk mencapai keakuratan
secara teknis:
1. Mengerti dan memahami BSu secara utuh
2. Mengalihbahasakan BSu ke BSa sebaik
mungkin
3. Menyampaikan kepada pendengar dalam
BSa dengan baik sehingga pendengar akan
merasa seolah mendengar langsung dari
penutur dan bukan dari penerjemah
2. Menjaga Kerahasiaan Klien
(Confidentiality)

Penerjemah tidak diperkenankan untuk


memberitahukan kepada orang lain segala
pengetahuan dan informasi yang ia dapatkan
dari proses interpreting.
Hal ini sesuai dengan Kode Tanggungjawab
Profesional Interpreter yang berbunyi
“Interpreters and translators shall protect the
confidentiality of all privileged or other
confidential information which they obtain
during the course of their professional duties”
Kerahasiaan informasi klien adalah prioritas
bagi seorang penerjemah.
Sebagai contoh, akan berbahaya apabila
seorang interpreter yang terlibat dalam
konferensi tertutup antar kepala negara dalam
isu sensitif seperti perang, lalu membocorkan
informasi ini pada pihak ketiga yang
mempunyai kepentingan politis.
Untuk itu maka sewajarnya seorang interpreter
yang bertugas memiliki sertifikat sebagai
penerjemah tersumpah.
3. Tidak Memihak (Impartiality)

Penerjemah memiliki kode etik untuk tidak


memihak pada salah satu kliennya. Sebagai
contoh dalam kasus penerjemahan lisan di
persidangan, penerjemah tidak sepatutnya
menunjukkan simpati kepada klien. Hal ini
dapat mempengaruhi keakuratan
penyampaian pesan yang seharusnya
menjadi fokus utama dari penerjemah. Untuk
itulah, diperlukan ketidakberpihakan pada
kedua belah pihak yang bermediasi.
Kode Etik HPI (Himpunan Penerjemah
Indonesia)

Penerjemah berjanji:
a. Menjunjung tinggi dan menerapkan asas-asas
Pancasila
b. Menerapkan standar kinerja yang tinggi guna
mencapai hasil yang terbaik dengan perilaku yang
etis dan praktik bisnis yang sehat
c. Menolak pekerjaan yang:
1) Isinya melanggar peraturan perundang-
undangan, kecuali atas perintah pihak yang
berwenang dan penerjemah yang bersangkutan
diberi kekebalan hukum;
Kode Etik HPI (Himpunan Penerjemah
Indonesia)

2) Tidak sesuai dngan tingkat kemampuan yang


disyaratkan;
3) Menempatkan diri penerjemah berada pada
situasi benturan kepentingan
d. Tidak memanipulasi pesan yang terkandung di
dalam bahasa sumber sedeikian rupa sehingga
menyebabkan arti dalam bahasa sasaran menjadi
sama sekali berbeda. Pengecualian dapat diberikan
terhadap pekerjaan penerjemahan yang memerlukan
manipulasi pesan sebagai bentuk kreativitas yang
sah dan secara tegas dinyatakan dalam lingkup
pekerjaan yang diberikan kepada penerjemah
Kode Etik HPI (Himpunan Penerjemah
Indonesia)

e. Menerima pekerjaan yang sesuai dengan


pengetahuan dan keampuan yang dimiliki dengan
penuh tanggungjawab untuk memberikan yang
terbaik
f. Selalu menjaga profesionalisme dan menjunjung
integritas dalam berhubungan dengan pihak
manapun
g. Dalam hubungan kerja antar penerjemah:
1) Saling menghormati dan tidak melakukan
persaingan yang tidak sehat;
2) Memupuk kerjasama dan solidaritas
Kode Etik HPI (Himpunan Penerjemah
Indonesia)

h. Dalam hubungan kerja dengan klien:


1) Menjamin kepentingan klien dalam materi
yang diterjemahkan sebagaimana penerjemah
menjaga kepentingan diri sendiri
2) Menaati tenggat waktu penyerahan
pekerjaan yang sudah disepakati dengan klien;
3) Menghormati hak-hak klien dan tidak
mencampuri urusan antara klien dan pihak
lain;
Kode Etik HPI (Himpunan Penerjemah
Indonesia)

4) Menjaga kerahasiaan informasi yang terkandung


dalam materi yang diterjemahkan, sepanjang klien
menganggap informasi tersebut rahasia
i. Sepanjang menyangkut kompetensi, berusaha
mengalihkan pesan dari bahasa sumber ke dalam
bahasa sasaran dengan baik dan benar, dengan
memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1) Menguasai bahasa sumber (baik bahasa asing
maupun bahasa daerah) dan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, dengan tingkat
penguasaan yang tinggi;
Kode Etik HPI (Himpunan Penerjemah
Indonesia)

2) Memiliki pengetahuan yang memadai


tentang pokok bahasan dan peristilahannya
dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran;
3) Mempunyai akses pada sumber informasi
dan bahan referensi serta mempunyai
pengetahuan yang memadai mengenai peranti
pendukungnya; dan
4) Terus menerus berupaya menjaga,
meningkatkan, memperluas, dan memperdalam
pengetahuan tentang penerjemahan

Anda mungkin juga menyukai