JAWAB:
1. Makna Leksikal
Makna Leksikal dapat juga disebut makna sebenarnya. Makna
Leksikal merupakan makna yang sesuai dengan hasil observasi indra
yang dimiliki manusia, sehingga makna yang tercipta merupakan
makna yang sebenarnya, apa adanya, dan terdapat dalam kamus
(makna dalam kamus sering disebut dengan makna dasr atau makna
konkret). Makna ini bersifat tetap dan pasti karena mengikuti kamus
yang ada. Kamus yang menjadi acuan dalam bahasa Indonesia yakni
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Misalnya leksem ‘kuda’ merupakan
sejenis binatang berkaki empat yang digunakan sebagai alat
transportasi atau ‘air’ bermakna sejenis barang cair yang biasa
digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Contoh lain makna leksikal:
Makan : (dalam KBBI) – memasukkan makanan pokok ke dalam
mulut serta menguyahnya dan menelannya; arti lainnya –
memakai, memerlukan, atau menghabiskan (waktu, biaya, dan
lain sebagainya).
Lari : (dalam KBBI) – melangkah dengan kecepatan tinggi; arti
lainnya – hilang atau senyap; arti lainnya – pergi (keluar) tidak
dengan cara baik (tidak sah), kabur.
Tidur : (dalam KBBI) – dalam keadaan berhenti (mengaso)
badan dan kesadarannya (biasanya dengan memejamkan
mata).
Meja : (dalam KBBI) – perkakas (perabot) rumah yang
mempunyai bidang datar sebagai daun mejanya dan berkaki
sebagai penyangganya (bermacam – macam bentuk dan
gunanya).
Anak : (dalam KBBI) – keturunn yang kedua; arti lainnya –
manusia yang masih kecil; binatang yang masih kecil; arti
lainnya – orang yang berasal dari atau dilahirkan di (suatu
negeri, daerah dan sebagainya).
Ajar : (dalam KBBI) – petunjuk yang diberikan kepada orang
supaya diketahui (diturut)
Buah : (dalam KBBI) – bagian tumbuhan yang berasal dari
bunga atau pitik (biasanya berbiji).
Mandi : (dalam KBBI) – membersihkn tubuh dengan air dan
sabun (dengan cara menyiramkan, merencamkan diri dalam air
dan sebagainya).
Tenggelam : (dalam KBBI) – masuk terbenam ke dalam air; arti
lainnya – karam (tentang perahu atau kapal).
2. Makna Gramatikal
Sesuai namanya, makna gramatikal merupakan makna yang muncul
akibat dari adanya proses gramatikal atau proses tata bahasa. Proses
gramatikal antara lain: proses kompisisi, proses reduplikasi, proses
afiksasi, serta proses komposisi atau kalimatisasi. Misalnya, proses
aplikasi awalan (prefiks) ber- pada kata ‘baju’, menjadi ‘berbaju’,
melahirkan makna gramatikal ‘mengenakan atau memakai baju’. Lalu
pada kata ‘berkuda’ memiliki makna gramatikal mengendarai kuda.
Contoh lain pada proses komposisi kata dasar ‘sate’ dan ‘lontong’,
menjadi kata ‘sate lontong,’ menimbulkan makna gramatikal ‘sate
bercampur lontong’.
3. Makna Kontekstual
Makna kontekstual merupakan makna dari sebuah kata atau leksem
yang muncul berdasarkan suatu konteks tertentu. Misalnya makna
konteks kata ‘kepala’ akan berbeda antara frasa ‘kepala nenek’,
dengan ‘kepala surat’, maupun ‘kepala sekolah’, atau ‘kepala jarum’,
dan lain sebagainya. Contoh lainnya, Misal pada kalimat ‘tiga kali
empat berapa?’, apabila ditanyakan pada murid sekolah dasar, maka
kalimat tersebut memiliki makna menanyakan hasil perkalian
matematik antara bilangan tiga dan empat. Sedangkan, apabila
pertanyaan tersebut dilontarkan kepada tukang foto, maka kalimat
tersebut memiliki makna kontekstual menanyakan harga cetak foto
ukuran tiga kali empat centimeter.
4. Makna Referensial
Makna referensial memiliki arti, yakni maka yang
memiliki referensi atau acuannya dalam dunia nyata. Misalnya kata
‘saya’, pada kalimat (“Tadi saya bertemu dengan Ani”, Kata Anwar
pada Budi) makna kata ‘saya’ mengacu pada Ani, sedangkan pada
kalimat (“Saya ingin berjumpa dengan dia”, kata Budi) makna kata
‘saya’ mengacu pada Budi.
5. Makna Non-referensial
Makna non-referensial merupakan lawan dari makna referensial.
Makna non-referensial merupakan makna pada kata yang tidak
memiliki acuan di dunia nyata. Sebagai contoh kata ‘dan’, ‘atau’,
‘karena’, ‘maka’, ‘sebab’, ‘jika’. Kata kata tersebut tidak memiliki
acuan yang jelas.
6. Makna Denotatif
Makna denotatif seperti yang telah kita ketahui merupakan makna
asli, makna asal, atau pun makna sebenarnya yang diimiliki sebuah
kata dan tidak memiliki makna tersembunyi lain di dalamnya. Hampir
sama dengan makna leksial, makna denotatif mengacu pada makna
yang ada pada kamus atau literatur bahasa lain. Contoh kata ‘bunga’
memiliki artian denotatif tanaman bunga yang tumbuh di taman.
Contoh lain makna denotatif:
(1) Sikat : (dalam KBBI) – pembersih yang dibuat dari bulu (ijuk,
serabut, dan sebagainya) diberi berdasar dan berpegangan
(bermacam – macam rupa).
(2) Sapu : (dalam KBBI) – alat rumah tangga dibuat dari ijuk (lidi,
sabut, dan sebagainya) yang diikat menjadi berkas, diberi bertangkai
pendek atau panjang untuk membersihkan debu, sampah dan
sebagainya.
7. Makna Konotatif
Makna konotatif merupakan kebalikan dari makna denotative.
Makna konotatif merupakan makna lain yang ditambahkan pada
sebuah kata yang berhubungan dengan nilai rasa seseorang atau
kelompok yang menggunakan kata tersebut. Misalnya, kata ‘kurus’,
‘ramping’, dan ‘kerempeng’ merupakan kata-kata yang bersinonim.
Kata ‘kurus’ mengacu pada keadaan tubuh seseorang yang lebih kecil
dari ukuran normal. Kata ‘ramping’ yang bersinonim dengan kata
‘kurus’ memiliki konotasi positif, yaitu nilai yang mengenakkan, atau
dengan kata lain oerang akan senang apabila dikatakan ramping.
Sedangkan kata ‘kerempeng’ merupakan sinonim kata ‘kurus’ yang
memiliki makna konotatif negative, atau orang akan merasa tidak
senang atau tidak nyama jika dikatakan kerempeng. Contoh lainnya
kata ‘bunga’ yang berarti tanaman yang cantik akan memiliki makna
yang sama dengan kata ‘bunga’ pada frasa ‘bunga desa’ yang
memiliki arti gadis tercantik atau yang menjadi incaran pemuda di
suatu desa.
Contoh lain makna konotatif:
9. Makna Asosiatif
Makna asosiatif merupakan makna kata yang muncul karena adanya
hubungan kata tersebut dengan hal lain di luar bahasa. Misal pada
kata ‘hitam’ yang berasosiasi pada sesuatu yang jahat atau negatif.
Begitu pula dengan kata ‘putih’ yang berasosiasi dengan hal hal yang
suci, kebenaran, ataupun kebaikan.
1.Paragraf Deduktif
2. Paragraf Induktif
3. Paragraf Campuran
-Menghindari konflik
-Pengenalan Isu
-Rangkaian argument
-Pernyataan ajakan
-Penegasan Kembali