Anda di halaman 1dari 13

Nama :Dillon Detara(7)/9.

1. Sebutkan, jelaskan, dan beri contoh tentang makna kata !


2. Jelaskan tentang kalimat utama, kalimat penjelas, dan ide
pokok/gagasan utama !
3. Sebutkan dan jelaskan tentang paragraf !
4. Jelaskan tentang simpulan/kesimpulan !
5. Teks Persuasif
a.Pengertian teks persuasi
b.ciri-ciri teks persuasi
c.Struktur teks persuasi
d.contoh teks persuasi

JAWAB:

1.Makna kata dapat diartikan sebagai maksud yang terkandung dari


sebuah kata

1. Makna Leksikal
Makna Leksikal dapat juga disebut makna sebenarnya. Makna
Leksikal merupakan makna yang sesuai dengan hasil observasi indra
yang dimiliki manusia, sehingga makna yang tercipta merupakan
makna yang sebenarnya, apa adanya, dan terdapat dalam kamus
(makna dalam kamus sering disebut dengan makna dasr atau makna
konkret). Makna ini bersifat tetap dan pasti karena mengikuti kamus
yang ada. Kamus yang menjadi acuan dalam bahasa Indonesia yakni
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Misalnya leksem ‘kuda’ merupakan
sejenis binatang berkaki empat yang digunakan sebagai alat
transportasi atau ‘air’ bermakna sejenis barang cair yang biasa
digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Contoh lain makna leksikal:
 Makan : (dalam KBBI) – memasukkan makanan pokok ke dalam
mulut serta menguyahnya dan menelannya; arti lainnya –
memakai, memerlukan, atau menghabiskan (waktu, biaya, dan
lain sebagainya).
 Lari : (dalam KBBI) – melangkah dengan kecepatan tinggi; arti
lainnya – hilang atau senyap; arti lainnya – pergi (keluar) tidak
dengan cara baik (tidak sah), kabur.
 Tidur : (dalam KBBI) – dalam keadaan berhenti (mengaso)
badan dan kesadarannya (biasanya dengan memejamkan
mata).
 Meja : (dalam KBBI) – perkakas (perabot) rumah yang
mempunyai bidang datar sebagai daun mejanya dan berkaki
sebagai penyangganya (bermacam – macam bentuk dan
gunanya).
 Anak : (dalam KBBI) – keturunn yang kedua; arti lainnya –
manusia yang masih kecil; binatang yang masih kecil; arti
lainnya – orang yang berasal dari atau dilahirkan di (suatu
negeri, daerah dan sebagainya).
 Ajar : (dalam KBBI) – petunjuk yang diberikan kepada orang
supaya diketahui (diturut)
 Buah : (dalam KBBI) – bagian tumbuhan yang berasal dari
bunga atau pitik (biasanya berbiji).
 Mandi : (dalam KBBI) – membersihkn tubuh dengan air dan
sabun (dengan cara menyiramkan, merencamkan diri dalam air
dan sebagainya).
 Tenggelam : (dalam KBBI) – masuk terbenam ke dalam air; arti
lainnya – karam (tentang perahu atau kapal).

2. Makna Gramatikal
Sesuai namanya, makna gramatikal merupakan makna yang muncul
akibat dari adanya proses gramatikal atau proses tata bahasa. Proses
gramatikal antara lain: proses kompisisi, proses reduplikasi, proses
afiksasi, serta proses komposisi atau kalimatisasi. Misalnya, proses
aplikasi awalan (prefiks) ber- pada kata ‘baju’, menjadi ‘berbaju’,
melahirkan makna gramatikal ‘mengenakan atau memakai baju’. Lalu
pada kata ‘berkuda’ memiliki makna gramatikal mengendarai kuda.
Contoh lain pada proses komposisi kata dasar ‘sate’ dan ‘lontong’,
menjadi kata ‘sate lontong,’ menimbulkan makna gramatikal ‘sate
bercampur lontong’.

3. Makna Kontekstual
Makna kontekstual merupakan makna dari sebuah kata atau leksem
yang muncul berdasarkan suatu konteks tertentu. Misalnya makna
konteks kata ‘kepala’ akan berbeda antara frasa ‘kepala nenek’,
dengan ‘kepala surat’, maupun ‘kepala sekolah’, atau ‘kepala jarum’,
dan lain sebagainya. Contoh lainnya, Misal pada kalimat ‘tiga kali
empat berapa?’, apabila ditanyakan pada murid sekolah dasar, maka
kalimat tersebut memiliki makna menanyakan hasil perkalian
matematik antara bilangan tiga dan empat. Sedangkan, apabila
pertanyaan tersebut dilontarkan kepada tukang foto, maka kalimat
tersebut memiliki makna kontekstual menanyakan harga cetak foto
ukuran tiga kali empat centimeter.

4. Makna Referensial
Makna referensial memiliki arti, yakni maka yang
memiliki referensi atau acuannya dalam dunia nyata. Misalnya kata
‘saya’, pada kalimat (“Tadi saya bertemu dengan Ani”, Kata Anwar
pada Budi) makna kata ‘saya’ mengacu pada Ani, sedangkan pada
kalimat (“Saya ingin berjumpa dengan dia”, kata Budi) makna kata
‘saya’ mengacu pada Budi.

5. Makna Non-referensial
Makna non-referensial merupakan lawan dari makna referensial.
Makna non-referensial merupakan makna pada kata yang tidak
memiliki acuan di dunia nyata. Sebagai contoh kata ‘dan’, ‘atau’,
‘karena’, ‘maka’, ‘sebab’, ‘jika’. Kata kata tersebut tidak memiliki
acuan yang jelas.
6. Makna Denotatif
Makna denotatif seperti yang telah kita ketahui merupakan makna
asli, makna asal, atau pun makna sebenarnya yang diimiliki sebuah
kata dan tidak memiliki makna tersembunyi lain di dalamnya. Hampir
sama dengan makna leksial, makna denotatif mengacu pada makna
yang ada pada kamus atau literatur bahasa lain. Contoh kata ‘bunga’
memiliki artian denotatif tanaman bunga yang tumbuh di taman.
Contoh lain makna denotatif:
(1) Sikat : (dalam KBBI) – pembersih yang dibuat dari bulu (ijuk,
serabut, dan sebagainya) diberi berdasar dan berpegangan
(bermacam – macam rupa).

 Sikat gigi merek X diklaim oleh produsennya sebagai sikat gigi


yang direkomendasikan oleh empat dari lima dokter gigi di
dunia.
 Noda rendang di bajuku sulit hilang meski telah aku rendam
semalaman dan aku sikat berkali – kali.

(2) Sapu : (dalam KBBI) – alat rumah tangga dibuat dari ijuk (lidi,
sabut, dan sebagainya) yang diikat menjadi berkas, diberi bertangkai
pendek atau panjang untuk membersihkan debu, sampah dan
sebagainya.

 Setiap pagi dan sore hari, ia rutin menyapu halaman rumahnya.


 Sapu yang dibeli Dita di pasar tadi ternyata kualitasnya jelek,
buktinya baru dipakai beberapa jam ijuknya sudah lepas
kemana – mana.
 Sapu terbang hanya ada di dongeng – dongen sihir seperti
Harry Potter karangan J.K. Rowling.

7. Makna Konotatif
Makna konotatif merupakan kebalikan dari makna denotative.
Makna konotatif merupakan makna lain yang ditambahkan pada
sebuah kata yang berhubungan dengan nilai rasa seseorang atau
kelompok yang menggunakan kata tersebut. Misalnya, kata ‘kurus’,
‘ramping’, dan ‘kerempeng’ merupakan kata-kata yang bersinonim.
Kata ‘kurus’ mengacu pada keadaan tubuh seseorang yang lebih kecil
dari ukuran normal. Kata ‘ramping’ yang bersinonim dengan kata
‘kurus’ memiliki konotasi positif, yaitu nilai yang mengenakkan, atau
dengan kata lain oerang akan senang apabila dikatakan ramping.
Sedangkan kata ‘kerempeng’ merupakan sinonim kata ‘kurus’ yang
memiliki makna konotatif negative, atau orang akan merasa tidak
senang atau tidak nyama jika dikatakan kerempeng. Contoh lainnya
kata ‘bunga’ yang berarti tanaman yang cantik akan memiliki makna
yang sama dengan kata ‘bunga’ pada frasa ‘bunga desa’ yang
memiliki arti gadis tercantik atau yang menjadi incaran pemuda di
suatu desa.
Contoh lain makna konotatif:

 Lagu ‘Gugur Bunga’ diciptakan untuk menghormati dan


mengenang jasa para bunga bangsa yang gugur di medan
(Artinya: Lagu ‘Gugur Bunga’ diciptakan untuk menghormati
dan mengenang jasa para pahlawan yang gugur di medan
perang.)
 Dia merupakan tangan kanan pimpinan organisasi tersebut,
sehingga kemampuannya tidak perlu diragukan lagi. (Artinya:
Dia merupakan orang kepercayaan pimpinan organisasi
tersebut, sehingga kemampuannya tidak perlu diragukan lagi.)
 SMA 3 Jayakarsa menyapu bersih semua medali emas di ajang
Olimpiade Sains Nasional (OSN) tahun ini (Artinya: SMA 3
Jayakarsa memenangkan semua medali emas di ajang
Olimpiade Sains Nasional (OSN) tahun ini.)
 Ari berkeringat dingin menunggu giliran wawancara kerjanya
siang ini. (Artinya : Ari gugup menunggu giliran wawancara
kerjanya siang ini.)
 Rubah itu tertangkap tangan ketika akan memangsa telur –
telur ayam milik warga. (Rubah itu tertangkap langsung saat
kejadian ketika akan memangsa telur – telur ayam milik warga.)
8. Makna Konseptual
Makna konseptual merupakan makna yang dimiliki oleh sebuah kata
yang terlepas dari konteks maupun asosiasi apapun. Dengan kata lain
makna konseptual merupakan makna yang terkandung pada kata
yang berdiri sendiri. Misal kata ‘sawah’ memiliki makna ladang atau
tempat untuk bercocok tanam padi.

9. Makna Asosiatif
Makna asosiatif merupakan makna kata yang muncul karena adanya
hubungan kata tersebut dengan hal lain di luar bahasa. Misal pada
kata ‘hitam’ yang berasosiasi pada sesuatu yang jahat atau negatif.
Begitu pula dengan kata ‘putih’ yang berasosiasi dengan hal hal yang
suci, kebenaran, ataupun kebaikan.

10. Makna Kata


Makna kata merupakan makna yang bersifat umum, gambaran kasar,
dan tidak jelas. Makna ini menjelaskan beberapa kata sebagai kata
yang bermakna lazim atau sama. Sebagai contoh pada kalimat
‘tangannya terkilir karena jatuh’ dan ‘lengannya terkilir karema
jatuh’, pada kalimat kalimat tersebut kata ‘tumit’ dan ‘kaki’ memiliki
makna yang serupa atau dalam istilah lain kata kata tersebut
bersinonim.

11. Makna Istilah


Makna istilah merupakan kebalikan dari makna kata. Makna istilah
bersifat jelas, tidak meragukan, serta hanya digunakan pada suatu
bidang keilmuan ataupun kegiatan tertentu saja. Misal kata ‘lengan’
dan ‘tangan’ pada ilmu kedokteran, keduanya merupakan bagian
anatomi tubuh tang berbeda. Istilah ‘lengan’ mengacu pada bagian
tubuh mulai dari bagian siku sampai ke pangkal bahu, sedangkan
istilah ‘tangan’ mengacu pada bagian tubuh mulai dari jari jari tangan
hingga ke siku.
12. Makna Idiom
Makna idiom atau makna idiomatic merupakan makna kata yang
terdapat pada kelompok kata tertentu, di mana makna yang
terbentuk berbeda dengan makna asli dari kata tersebut. Asal usul
kemunculan makna kata tersebut atau frasa tersebut tidak diketahui.
Pengertian makna idiom hampir mirip dengan makna konotasi.
Sebagai contoh pada frasa ‘ringan tangan’ bukan berarti tangan
tersebut harus memiliki bobot yang ringan, melainkan penggunaan
frasa tersebut mengacu pada sifat ‘yang suka menolong’.

13. Makna Peribahasa


Makna peribahasa memiliki pengertian yang mirip dengan makna
idiom, yakni makna yang timbul karena pembentukan frasa atau
kumpulan kata tertenu. Bedanya dengan makna idiom, makna
peribahasa  memiliki asal usul yang masih dapat ditelusuri. Contoh
makna peribahasa terdapat pada kalimat ‘dua orang tersebut bagai
anjing dan kucing’, ‘frasa anjing dan kucing’ memiliki makna ‘tidak
pernah akur’, makna ini masih berasosiasi bahwa hewan kucing dan
anjing pada kenyataannya memang selalu berkelahi ketika bertemu.
Contoh lain pada frasa ‘selebar daun kelor’, frasa tersebut bermakna
sempit atau kecil, makna ini berasosiasi pada kenyataan jika daun
kelor merupakan daun yang kecil.
Jenis-Jenis Makna Kata menurut Goeffrey Leech
Geoffrey Leech menggolongkan makna kata menjadi tujuh jenis, yang
meliputi: makna konotatif, makna stilistik, makna afektif, makna
refleksi, makna kolokatif, makna konseptual, serta makna tematik.

14. Makna Konotatif


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, makna konotatif
merupakan makna lain yang ditambahkan pada sebuah kata yang
berhubungan dengan nilai rasa seseorang atau kelompok yang
menggunakan kata tersebut. Misal pada kata ‘wanita’ dan
‘perempuan’, di masyarakat pengguunaan kata ‘wanita’ memiliki
konotasi positif, sedangkan kata ‘perempuan’ memiliki konotasi yang
negatif.

15. Makna Stilistik


Makna stilistika merupakan makna yang timbul karena gaya
pemilihan kata sehubungan dengan perbedaan sosial (strata) dan
bidang kegiatan di dalam masyarakat. Sebagai contoh penggunaan
kata ‘rumah’, ‘pondok’, ‘vila’, ‘keraton’, ‘gubuk’, ‘kediaman’, dan
‘resindensi’. Kata kata tersebut secara umum memiliki artian tempat
tinggal manusia, akan tetapi kata ‘keraton’ penggunaannya ditujukan
untuk tempat tinggal raja dan ratu, kata ‘vila’ digunakan untuk
tempat tinggal selama liburan. ‘gubuk’ digunakan untuk ‘tempat
tinggal sederhana’, dan lain sebagainya. Perbedaan penggunaan kata
kata tersebut menimbulkan makna yang berbeda.

16. Makna Afektif


Makna afektif merupakan makna yang berhubungan dengan
perasaan pembicara  terhadap lawan bicara atau objek yang
dibicarakan. Makna afektif akan lebih terlihat perbedaannya dengan
makna lain bila digunakan secara lisan. Sebagai contoh kalimat
‘mohon tenang’ dan ‘tutup mulut kalian’ memiliki pesan yang sama,
yakni meminta seseorang untuk diam. Namun, kalimat ‘mohon
tenang’ memiliki makna yang terdengar halus,
sedangkan kalimat ‘tutup mulut kalian’ memiliki makna dengan
konteks yang lebih kasar.

17. Makna Refleksi


Makna refleksi merupakan makna yang muncul pada saat penutur
merespon apa yang dia lihat. Makna refleksi akan lebih ekspresif
ketika digunakan secara lisan, contoh makna refleksi seperti: aduh,
wah, oh, astaga, ah, yah.
18. Makna Kolokatif
Makna kolokatif merupakan makna yang timbul pada kata kata
bersinonim, namun penggunaan masing masing kata yang
bersinonim tersebut memiliki ciri ciri tertentu. Misalnya kata
‘tampan’ dan ‘cantik’ memiliki makna yang sama, yakni memiliki
rupa  yang indah atau dikagumi. Akan tetapi kata ‘tampan’ identik
dengan pria, sedangkan kata ‘cantik’ identik dengan wanita.

19. Makna Konseptual


Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, makna konseptual
merupakan makna yang dimiliki oleh sebuah kata yang terlepas dari
konteks maupun asosiasi apapun. Dengan kata lain makna
konseptual merupakan makna yang terkandung pada kata yang
berdiri sendiri. Misal kata ‘kuda’ memiliki makna hewan mamalia
berkaki empat yang dimanfaatkan sebagai moda transportasi.

20. Makna Tematik


Makna tematik merupakan makna yang disampaikan menurut cara
penuturannya atau pun cara penataan pesannya, yang meliputi
urutan, fokus, dan penekanan. Nilai komunikatif tersebut
dipengaruhi pula oleh penggunaan kalimat aktif dan kalimat pasif.
Sebagai contoh pada kalimat ‘Mata kuliah apa yang diajarkan oleh
Pak Anang?’ merupakan kalimat tanya yang menekankan pada objek.
Sedangkan pada kalimat ‘Siapakah yang mengajar mata kuliah
Bahasa Indonesia?’ merupakan kalimat tanya yang menekankan
pada subjek.
Jenis Jenis Makna Kata menurut Dr. Muhammad Mukhtar Umar
Dr. Muhammad Mukhtar Umar mengggolongkan makna kata
menjadi lima jenis, yang meliputi: makna dasar atau makna asasi,
makna tambahan, makna gaya bahasa (style), makna nafsi atau
makna objektif, serta makna ihaa’i.
21. Makna Dasar atau Makna Asasi
Makna dasar atau makna asasi sering disebut pula sebagai makna
awal atau makna utama. Makna dasar merupakan makna pokok dari
suatu kata. Misal pada kata ‘wanita’ yang memiliki makna dasar
‘manusia, bukan laki-laki, dan dewasa’.

22. Makna Tambahan


Makna tambahan merupakan makna yang timbul di luar makna
dasarnya. Misal pada kata ‘wanita’ memilki makna tambahan
‘makhluk yang lembut perasaannya, labil jiwanya, dan emosional’
atau dapat juga dimaknai sebagai ‘makhluk yang pintar memasak
dan suka berdandan’

23. Makna Gaya Bahasa (Style)


Makna gaya bahasa merupakan makna yang timbul karena
menggunaan bahasa tersebut. Penggunaan bahasa meliputi
penggunaan bahasa untuk sastra, penggunaan bahasa resmi, baha
pergaulan dan lain sebagainya. Misal dalam bahasa Inggris,
penggunaan kata ‘Dad’ digunakan untuk panggilan mesra dari
seorang anak untuk ayahnya, sedangkan ‘father’ digunakan sebagai
panggilan hormat dan sopan pada ayahnya, sehingga meskipun
bersinonim kata ‘dad’ terkesan lebih intim dibandingkan kata
‘father’, jika dalam bahasa Indonesia penggunaan kata ‘dad’ dan
‘father’ memiliki konteks yang sama dengan penggunaan kata ‘ayah’
dan ‘ayahanda’.

24. Makna Nafsi atau Makna Objektif


Makna nafsi atau makna objektif merupakan makna yang timbul
karena perbedaan lafadz.Makna ini mengacu pada kata kata dalam
bahasa yang membedakan pelafalan kata, seperti bahasa Arab dan
bahasa Cina, di mana perbedaan pelafalan suatu kata mempengaruhi
makna yang timbul.
25. Makna Ihaa’i
Makna Ihaa’I merupakan makna yang berkaitan dengan sudut
pandang penggunaannya. Secara ringkas, makna yang masuk dalam
makna ihaa’I antara lain: makna kontekstual, makna kiasan atau
makna peribahasa, dan lain sebagainya.

2. Kalimat utama adalah sebuah kalimat yang di dalamnya


terdapat gagasan utama, gagasan pokok, ide pokok, pikiran
pokok, ataupun ide utama, pada suatu paragraph.
Kalimat penjelas adalah kalimat yang berisi penjabaran
dari kalimat utama.
Gagasan utama atau gagasan pokok adalah inti atau pokok dari
sebuah pembahasan.

3. Paragraf adalah suatu rangkaian kalimat yang memiliki suatu


gagasan utama.

1.Paragraf Deduktif

Paragraf deduktif adalah paragraf gagasan utamanya terletak


di kalimat awal paragraf.

2. Paragraf Induktif

Paragraf induktif adalah paragraf yang letak kalimat atau gagasan


utamanya terletak di akhir paragraf

3. Paragraf Campuran

Pengertian paragraf campuran adalah sebuah paragraf yang


gagasan utamanya terletak pada kalimat pertama dan kalimat
terakhir
4. Kesimpulan adalah suatu proposisi (kalimat yang disampaikan)
yang diambil dari beberapa premis (ide pemikiran) dengan
aturan-aturan inferensi (yang berlaku). Bisa dibilang juga
Kesimpulan merupakan sebuah gagasan yang tercapai pada
akhir pembicaraan.
5. Teks Persuasif

 Teks persuasif adalah sebuah teks yang bersifat membujuk.

Ciri-Ciri Teks Persuasif

-Berisi data dan fakta

-Argumen harus meyakinkan pembaca

-Berisikan kata-kata bujukan

-Menghindari konflik

Struktur Teks Persuasif

-Pengenalan Isu

-Rangkaian argument

-Pernyataan ajakan

-Penegasan Kembali

Contoh Teks Persuasif

Buanglah Sampah pada Tempatnya


Pengenalan Isu
Sampah merupakan isu yang cukup meresahkan di Indonesia.
Rasanya masih terlalu banyak sampah kecil berserakan di sekitar kita.
Terkadang banyak orang menyepelekan bahwa sampah kecil itu
tanpa mengetahui dampak yang akan ditimbulkannya. Sekecil apa
pun, sampah ya sampah.
Rangkaian Argumen
Sampah yang kita buang di mana saja tidak akan hilang sendiri.
Apalagi jika sampah tersebut merupakan sampah anorganik atau
sampah yang tidak dapat diuraikan oleh tanah.
Namun, bukan berarti kita dapat membuang sampah organik ke
mana saja. Sampah terurai tetap tidak akan menghilang secara
instan. Membuang sampah di mana saja tetap berisiko mengundang
penyakit yang tidak diinginkan.
Belum lagi dampak langsung yang membuat kita tidak nyaman.
Baunya akan sampai ke hidung kita juga yang membuangnya.
Sebelum mengeluh, keluhkanlah diri sendiri yang tidak membuang
sampah ke tempatnya.
Pernyataan Ajakan
Oleh karena itu, buanglah sampah pada tempatnya. Sesederhana itu,
maka berbagai dampak negatifnya akan terhindarkan. Hargailah
orang-orang yang selama ini berjasa menjaga kebersihan. Mereka
bangun dan bekerja jauh lebih awal dari kita, kedinginan, kelelahan,
karena ulah kita yang membuang sampah sembarangan.
Penegasan Kembali
Menghargai mereka sama dengan kita menghargai diri sendiri karena
saat kita membuang sampah sembarangan, kita akan menjadi pribadi
yang kotor seperti sampah itu sendiri. Mari buang sampah pada
tempatnya dan jagalah kebersihan.
 

Anda mungkin juga menyukai