Anda di halaman 1dari 8

Pembentukan Kata-kata Bahasa Indonesia

There is an English version of this document.

Ada banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata dibentuk
dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Untuk memahami cara
pembentukan kata-kata tersebut kita sebaiknya mengetahui lebih dahulu beberapa konsep dasar
dan istilah seperti yang dijelaskan di bawah ini. Untuk mempersingkat dan memperjelas
pembahasannya, kami menggunakan kata-kata yang tidak bersifat gramatikal atau teknis untuk
menjelaskan kata-kata tersebut sebanyak mungkin. Kami tidak membahas tentang infiks (sisipan
yang jarang digunakan), reduplikasi dan kata-kata majemuk yang berafiks.

Definisi Istilah

kata dasar (akar kata) = kata yang paling sederhana yang belum memiliki imbuhan, juga dapat
dikelompokkan sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk dasar (kompleks), tetapi perbedaan
kedua bentuk ini tidak dibahas di sini.

afiks (imbuhan) = satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila ditambahkan pada
kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri sendiri
dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar. Istilah afiks termasuk prefiks, sufiks dan
konfiks.

prefiks (awalan) = afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk kata
baru dengan arti yang berbeda.

sufiks (akhiran) = afiks (imbuhan) yang melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata
baru dengan arti yang berbeda.

konfiks (sirkumfiks / simulfiks) = secara simultan (bersamaan), satu afiks melekat di depan kata
dasar dan satu afiks melekat di belakang kata dasar yang bersama-sama mendukung satu fungsi.
kata turunan (kata jadian) = kata baru yang diturunkan dari kata dasar yang mendapat
imbuhan.

keluarga kata dasar = kelompok kata turunan yang semuanya berasal dari satu kata dasar dan
memiliki afiks yang berbeda.

Afiks Bahasa Indonesia yang Umum

prefiks: ber-, di-, ke-, me-, meng-, mem-, meny-, pe-, pem-, peng-, peny-, per-, se-, ter-

sufiks: -an, -kan, -i, -pun, -lah, -kah, -nya

konfiks: ke - an, ber - an, pe - an, peng - an, peny - an, pem - an, per - an, se - nya
Penggunaan Afiks

Mempelajari proses pembentukan kata-kata dan metode pembubuhan afiks merupakan


kunci untuk memahami makna kata-kata turunan dan belajar membaca teks Bahasa Indonesia.
Sebagian besar kata yang terdapat dalam surat kabar dan majalah Indonesia berafiks. Jika
seseorang mengerti makna kata dasar, ia dapat mengerti makna sebagian besar kata yang berasal
(diturunkan) dari kata dasar itu dengan menggunakan kaidah umum untuk masing-masing jenis
afiks.

Jika kita dapat menerima sedikit kekeliruan dalam penggunaan afiks, kita dapat
menyederhanakan pembahasan tentang afiks (imbuhan). Dalam mengklasifikasikan jenis kata
(nomina, verba, adjektiva, dan lain-lain) kami menggunakan kaidah pengklasifikasian kata
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Edisi Kedua - 1991) yang disusun dan diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia.
Penjelasan di bawah adalah untuk menguraikan hasil penambahan afiks (imbuhan) kepada kata
dasar, bukan untuk menjelaskan bilamana afiks digunakan. Dalam kamus ini tidak diuraikan
tentang asal kata dasar (etimologi). Perlu diperhatikan bahwa penjelasan di bawah ini lebih
berhubungan dengan perbuatan (aksi) dalam suatu kalimat - siapa yang melakukan aksi itu, hasil
perbuatan, arah perbuatan atau tindakan dan apakah tindakan itu merupakan fokus utama dalam
kalimat atau bukan.

Frekuensi Penggunaan Afiks

Dalam kamus ini terdapat 38.308 entri (tidak termasuk singkatan, akronim dan entri
kata majemuk) dimana 22.022 berafiks dan 16.286 tidak berafiks. Menurut persentase, 57%
berafiks dan 43% tidak. Dengan kata lain, untuk tiap 9 entri dalam kamus ini, 5 kata berafiks dan
4 kata lainnya tidak.

Pada tahun 1998, secara tidak formal, kami menganalisis 10.000 kata Bahasa Indonesia
dari terbitan yang umum di Indonesia. Dari 10.000 kata tersebut, terdapat 2.887 atau kira-kira
29% kata berafiks dan 7.113 atau 71% tidak. Dengan kata lain, untuk tiap 100 kata di surat kabar
atau majalah, Anda mungkin dapat menemukan 29 kata yang berafiks dan 71 kata tidak berafiks.
Tingkat penggunaan masing-masing afiks diuraikan di bawah ini.

Aplikasi Afiks

ber- : menambah prefiks ini membentuk verba (kata kerja) yang sering kali mengandung arti
(makna) mempunyai atau memiliki sesuatu. Juga dapat menunjukkan keadaan atau kondisi
atribut tertentu. Penggunaan prefiks ini lebih aktif berarti mempergunakan atau mengerjakan
sesuatu. Fungsi utama prefiks "ber-" adalah untuk menunjukkan bahwa subyek kalimat
merupakan orang atau sesuatu yang mengalami perbuatan dalam kalimat itu. Banyak verba
dengan afiks "ber-" mempunyai kata yang sama dengan bentuk adjektiva dalam Bahasa Inggris.
Sekitar satu dari tiap 44 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.

me-, meng-, menge-, meny, mem-: menambah salah satu dari prefiks ini membentuk verba
yang sering kali menunjukkan tindakan aktif di mana fokus utama dalam kalimat adalah pelaku,
bukan tindakan atau obyek tindakan itu. Jenis prefiks ini sering kali mempunyai arti
mengerjakan, menghasilkan, melakukan atau menjadi sesuatu. Prefiks ini yang paling umum
digunakan dan sekitar satu dari tiap 13 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki salah
satu dari prefiks ini.
di- : Prefiks ini mempunyai pertalian yang sangat erat dengan prefiks "me-." Prefiks "me-"
menunjukkan tindakan aktif sedangkan prefiks "di-" menunjukkan tindakan pasif, di mana
tindakan atau obyek tindakan adalah fokus utama dalam kalimat itu, dan bukan pelaku. Sekitar
satu dari tiap 40 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.

pe- : Prefiks ini membentuk nomina yang menunjukkan orang atau agen yang melakukan
perbuatan dalam kalimat. Kata dengan prefiks ini juga bisa memiliki makna alat yang dipakai
untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada kata dasarnya. Apabila kata dasarnya berupa kata
sifat, maka kata yang dibentuk dengan prefiks ini memiliki sifat atau karakteristik kata dasarnya.
Sekitar satu dari tiap 110 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.

ter- : Sekitar satu dari tiap 54 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.
Penambahan afiks ini menimbulkan dua kemungkinan.

(1) Jika menambahkan ke kata dasar adjektif, biasanya menghasilkan adjektif yang
menyatakan tingkat atau kondisi paling tinggi (ekstrim) atau superlatif. (misalnya: paling besar,
paling tinggi, paling baru, paling murah)

(2) Jika menambahkan ke kata dasar yang bukan adjektif, umumnya menghasilkan verba
yang menyatakan aspek perfektif, yaitu suatu perbuatan yang telah selesai dikerjakan. Afiks ini
juga bisa menunjukkan perbuatan spontanitas, yaitu suatu perbuatan yang terjadi secara tiba-tiba
atau tidak disengaja (misalnya aksi oleh pelaku yang tidak disebutkan, pelaku tidak mendapat
perhatian atau tindakan natural). Fokus dalam kalimat adalah kondisi resultan tindakan itu dan
tidak memfokuskan pada pelaku perbuatan atau bagaimana kondisi resultan itu tercapai.

se-: menambah prefiks ini dapat menghasilkan beberapa jenis kata. Prefiks ini sering dianggap
sebagai pengganti “satu” dalam situasi tertentu. Sekitar satu dari tiap 42 kata yang tertulis dalam
Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini. Penggunaan paling umum dari prefiks ini adalah sebagai
berikut:

1. untuk menyatakan satu benda, satuan atau kesatuan (seperti “a” atau “the” dalam
Bahasa Inggris)

2. untuk menyatakan seluruh atau segenap

3. untuk menyatakan keseragaman, kesamaan atau kemiripan

4. untuk menyatakan tindakan dalam waktu yang sama atau menyatakan sesuatu yang
berhubungan dengan waktu
-an : menambah sufiks ini biasanya menghasilkan kata benda yang menunjukkan hasil suatu
perbuatan. Sufiks ini pun dapat menunjukkan tempat, alat, instrumen, pesawat, dan sebagainya.
Sekitar satu dari tiap 34 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini.

-i : menambah sufiks ini akan menghasilkan verba yang menunjukkan perulangan, pemberian
sesuatu atau menyebabkan sesuatu. Sufiks ini sering digunakan untuk memindahkan perbuatan
kepada suatu tempat atau obyek tak langsung dalam kalimat yang mana tetap dan tidak mendapat
pengaruh dari perbuatan tersebut . Sufiks ini pun menunjukkan di mana dan kepada siapa
tindakan itu ditujukan. Sekitar satu dari tiap 70 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia
memiliki sufiks ini.

-kan: menambah sufiks ini akan menghasilkan kata kerja yang menunjukkan penyebab, proses
pembuatan atau timbulnya suatu kejadian. Fungsi utamanya yaitu untuk memindahkan perbuatan
verba ke bagian lain dalam kalimat. Sekitar satu dari tiap 20 kata yang tertulis dalam Bahasa
Indonesia memiliki sufiks ini.
-kah : menambah sufiks ini menunjukkan bahwa sebuah ucapan merupakan pertanyaan dan
sufiks ini ditambahkan kepada kata yang merupakan fokus pertanyaan dalam kalimat. Sufiks ini
jarang digunakan.

-lah : sufiks ini memiliki penggunaan yang berbeda dan membingungkan, tetapi secara singkat
dapat dikatakan bahwa sufiks ini sering digunakan untuk memperhalus perintah, untuk
menunjukkan kesopanan atau menekankan ekspresi. Hanya sekitar satu dari tiap 400 kata yang
tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini.

ke-an : Konfiks ini yang paling umum digunakan dan sekitar satu dari tiap 65 kata yang tertulis
dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini. Konfiks ini adalah untuk:

1. membentuk nomina yang menyatakan hasil perbuatan atau keadaan dalam pengertian umum
yang menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan kata dasar

2. membentuk nomina yang menunjuk kepada tempat atau asal

3. membentuk adjektif yang menyatakan keadaan berlebihan

4. membentuk verba yang menyatakan kejadian yang kebetulan

pe-an, peng-an, peny-an, pem-an : penggunaan salah satu dari keempat konfiks ini biasanya
menghasilkan suatu nomina yang menunjukkan proses berlangsungnya perbuatan yang ditunjuk
oleh verba dalam kalimat. Sekitar satu dari tiap 75 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia
memiliki konfiks ini.

per-an : menambah konfiks ini akan menghasilkan sebuah nomina yang menunjukkan hasil
suatu perbuatan (bukan prosesnya) dan dapat juga menunjukkan tempat. Artinya sering
menunjuk kepada suatu keadaan yang ditunjuk oleh kata dasar atau hasil perbuatan verba dalam
kalimat. Keadaan ini mirip dengan yang diperoleh dengan menggunakan konfiks “ke-an”, tetapi
biasanya kurang umum dan lebih konkrit atau spesifik. Sekitar satu dari tiap 108 kata yang
tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini.
se - nya : Konfiks ini seringkali muncul bersama-sama dengan kata dasar tunggal atau kata dasar
ulangan untuk membentuk adverbia yang menunjukkan suatu keadaan tertinggi yang dapat
dicapai oleh perbuatan kata kerja (misalnya: setinggi-tingginya = setinggi mungkin).

-nya : Ada penggunaan “-nya” sebagai sufiks murni yang mengubah arti kata dasarnya, tetapi hal
ini merupakan konsep yang agak rumit dan kurang umum dan tidak dibahas di sini. contoh:
biasanya = usually; rupanya = apparently

-nya, -ku, -mu: satuan-satuan ini bukan merupakan afiks murni dan semuanya tidak dimasukkan
sebagai entri dalam kamus ini. Pada umumnya satuan-satuan ini dianggap sebagai kata ganti
yang menyatakan kepemilikan yang digabungkan dengan kata dasar yang mana tidak mengubah
arti kata dasar. Misalnya, kata “bukuku” = buku saya, “bukumu” = buku Anda, “bukunya” =
buku dia atau buku mereka. Selain sebagai kata ganti yang menyatakan kepemilikan, satuan “-
nya” pun dapat memiliki fungsi untuk menunjukkan sesuatu. Misalnya, “bukunya” berarti “buku
itu”, bila “-nya” berfungsi sebagai penunjuk.

Penggunaan “-nya” baik sebagai kata ganti maupun penunjuk (bukan sebagai sufiks murni)
adalah sangat umum dan sekitar satu dari tiap 14 kata tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki
satuan ini. Penggunaan “-ku” dan “-mu” bervariasi sesuai dengan jenis tulisan. Dua jenis kata
ganti ini sangat umum digunakan dalam komik, cerpen dan tulisan tidak resmi lainnya, dan
jarang digunakan dalam tulisan yang lebih formal seperti surat kabar dan majalah berita

Sumber : http://indodic.com/affixindo.html

Anda mungkin juga menyukai