Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

STRUKTUR MORFOLOGI BAHASA INDONESIA


(Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kajian Bahasa Indonesia SD)

Dosen pengampu:
Dra. Suhartiningsih, M.Pd

Disusun Oleh:
Ilfi Zukhruffin Adn’ (180210204009)
Agil Prasetyo (180210204098)
Kelas: A

Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga makalah Struktur Morfologi Bahasa Indonesia ini dapat terselesaikan
pada waktunya. Terwujudnya makalah ini tidak terlepas dari peran dosen sebelumnya. Untuk
itu kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa dalam mengupas struktur
morfologi ini masih jauh dari kata sempurna. Kiranya tiada lain karena keterbatasan
kemampuan dan pengalaman kami yang belum luas dan mendalam. Oleh karena itu, masukan
dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang. Untuk
mendiskusikan berbagai hal yang dikira belum jelas, kami siap untuk mendiskusikan lebih
lanjut.

Jember, 05 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................... 1
C. TUJUAN .................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
A. DEFINISI MORFOLOGI ........................................................................................................ 2
B. JENIS-JENIS MORFEM ......................................................................................................... 3
1. Morfem Bebas ....................................................................................................................... 3
2. Morfem Terikat ..................................................................................................................... 3
C. PROSES PERULANGAN BAHASA INDONESIA ............................................................... 5
1. Macam-macam Kata Ulang ................................................................................................. 7
2. Makna Kata Ulang ................................................................................................................ 8
BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 10
A. KESIMPULAN ....................................................................................................................... 10
B. SARAN ..................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 11

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu bidang pengkajian bahasa Indonesia yang cukup menarik adalah
bidang tata bentukan atau morfologi. Bidang ini menarik untuk dikaji karena
perkembangan kata-kata baru yang muncul dalam pemakaian bahasa sering
berbenturan dengan kaidah-kaidah yang ada pada bidang tata bentukan ini. Oleh
karena itu perlu dikaji ruang lingkup tata bentukan ini agar ketidaksesuaian antara
kata-kata yang digunakan oleh para pemakai bahasa dengan kaidah tersebut tidak
menimbulkan kesalahan sampai pada tataran makna. Jika terjadi kesalahan sampai
pada tataran makna, hal itu akan mengganggu komunikasi yang berlangsung. Bila
terjadi gangguan pada kegiatan komunikasi maka gugurlah fungsi utama bahasa yaitu
sebagai alat komunikasi. Hal ini tidak boleh terjadi.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, diantaranya:
1. Apakah definisi morfologi?
2. Apa sajakah jenis-jenis morfem?
3. Bagaimanakah proses pengulangan Bahasa Indonesia dalam morfologi?
C. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini:
1. Mengetahui definisi morfologi.
2. Mengetahui jenis-jenis morfem.
3. Mengetahui proses pengulangan Bahasa Indonesia dalam morfologi.

1
BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI MORFOLOGI
Morfologi merupakan bagian dari tata bahasa, yang membahas tentang bentuk-
bentuk kata. Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan bahwa
dalam bahasa ada bentuk (seperti kata) yang dapat “dipotong-potong” menjadi bagian
yang lebih kecil yang kemudian dapat diceraikan menjadi bagian yang lebih kecil lagi
sampai ke bentuk yang, jika dipotong lagi, tidak mempunyai makna. Kata
memperhalus, misalnya, dapat dipotong sebagai berikut. mem-perhalus , per-halus.
Jika halus diceraikan lagi, maka ha- dan – lus secara terpisah tidak mempunyai
makna. Bentuk seperti mem-, per- dan halus disebut morfem. Selain itu, dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa morfem adalah satuan bentuk
bahasa terkecil yang mempunyai makna, secara relatif stabil dan tidak dibagi atas
bagian bermakna lebih kecil.
Menurut Supriyadi (1992) berikut ini dapat lebih memudahkan untuk memahami
morfem.
(1) Bajunya putih.
(2) Baju ini sudah memutih.
(3) Putihkan baju itu.
(4) Ia memutihkan baju itu.
Kata putih, adalah unsur gramatis (telah mengandung makna tersendiri) yang
sama yang terdapat pada setiap kalimat di atas. Unsur itu merupakan unsur gramatis
yang terkecil. Artinya, unsur ini tidak dapat dibagi lagi menjadi unsur-unsurnya yang
bermakna. Unsur pu dan tih tidak bermakna. Karena itu, putih merupakan unsur
gramatis yang terkecil, sedangkan pu dan tih bukan unsur gramatis terkecil.
Berdasarkan perangkat satuannya, putih merupakan satuan morfologis, sedangkan pu
dan tih adalah satuan fonologis. Selain terdapat pada kata-kata di atas, unsur atau
satuan putih tentu sering dijumpai pula kata-kata lainnya, misalnya: pemutih,
diputihkan, memperputih, diperputih, keputihan, terputih, seputih, dan sebagainya.
Unsur atau satuan morfologis seperti itu diklasifikasikan sebagai morfem.
Bagaimana dengan me- atau –kan pada kata-kata di atas, apakah termasuk
morfem juga? Satuan ini belum mengandung makna tersendiri, karena itu, tidak dapat
langsung membentuk kalimat. Satuan seperti ini menurut Santoso (2004) disebut
satuan non-gramatis. Untuk membentuk kalimat, maka satuan nongramatis seperti

2
me- dan –kan harus digabung dengan satuan gramatis lain. Kedua macam satuan itu
yakni gramatis dan non-gramatis disebut morfem. Mengapa yang non-gramatis
termasuk juga morfem? Karena, me- dan –kan mempunyai makna juga yang biasa
disebut dengan istilah makna struktural. Morfem seperti ini berfungsi sebagai
pembentuk kata dasar dan hanya akan berfungsi atau bermakna bila dimbuhkan
kepada kata dasar. Karena itu, morfem semacam ini disebut: “tambahan”, “imbuhan”,
atau “afiks”.
B. JENIS-JENIS MORFEM
Morfem dalam bahasa Indonesia berdasarkan bentuknya ada dua macam yaitu:
1. Morfem Bebas
Menurut Santoso (2004), morfem bebas adalah morfem yang mempunyai potensi
untuk berdiri sendiri sebagai kata dan dapat langsung membentuk kalimat. Dengan
demikian, morfem bebas merupakan morfem yang diucapkan tersendiri; seperti:
gelas, meja, pergi dan sebagainya.
2. Morfem Terikat
Morfem terikat merupakan morfem yang belum mengandung arti, maka morfem
ini belum mempunyai potensi sebagai kata. Untuk membentuk kata, morfem ini harus
digabung dengan morfem bebas. Morfem-morfem ini, selain contoh yang telah
diuraikan pada bagian awal, umpanya: ter-, per-, -i, -an. Di samping itu ada juga
bentuk-bentuk seperti – juang, -gurau, -tawa, yang tidak pernah juga diucapkan
tersendiri, melainkan selalu dengan salah satu imbuhan atau lebih. Tetapi sebagai
morfem terikat, yang berbeda dengan imbuhan, bisa mengadakan bentukan atau
konstruksi dengan morfem terikat yang lain.
Morfem terikat dalam bahasa Indonesia menurut Santoso (2004) ada dua macam
morfem terikat, diantaranya:
a. Morfem terikat morfologis
Yakni morfem yang terikat pada sebuah morfem dasar, adalah sebagai berikut:
− prefiks (awalan): per-, me-, ter-, di-, ber - dan lain-lain
− infiks (sisipan): -el-, -em, -er-
− sufiks (akhiran): -an, kan, -i
− konfiks (imbuhan gabungan senyawa) mempunyai fungsi macam-macam
sebagai berikut.
o Imbuhan yang berfungsi membentuk kata kerja, yaitu: me-, ber-, per-, -
kan, -i, dan ber-an.

3
o Imbuhan yang berfungsi membentuk kata benda, yaitu: pe-, ke-, -an, ke-
an, per-an, -man, -wan, -wati.
o Imbuhan yang berfungsi membentuk kata sifat: ter-, -i, -wi, -iah.
o Imbuhan yang berfungsi membentuk kata bilangan: ke-, se-.
o Imbuhan yang berfungsi membentuk kata tugas: se-, dan se-nya.
Dari contoh di atas menunjukkan bahwa setiap kata berimbuhan akan
tergolong dalam satu jenis kata tertentu, tetapi hanya imbuhan yang merupakan
unsur langsung yang dapat diidentifikasi fungsinya sebagai pembentuk jenis kata.
Untuk lebih jelasnya unsur langsung pembentuk kata dapat dilihat pada diagram
berikut.
Pakaian benda
Ber
Berpakaian kerja

Berkemauan kerja

Kemauan benda

Ber- ke-an man keterangan


(Santoso, 2004)
Dari diagram di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan imbuhan
yang berbeda, morfem dasar yang sama, akan berbeda maknanya. Tetapi
bagaimana jika imbuhannya sama, morfem dasarnya berbeda, apa yang dapat
terjadi? Contoh, akhiran –an pada morfem dasar tepi, darat, lapang; membentuk
kata tepian, daratan, lapangan; ternyata menunjukkan persamaan makna imbuhan,
yaitu tempat. Berarti dengan imbuhan yang sama, morfem dasarnya berbeda, dapat
menghasilkan persamaan makna imbuhan yaitu menghasilkan jenis benda.
b. Morfem terikat sintaksis
Yakni morfem dasar yang tidak mampu berdiri sendiri sebagai kata.
Contohnya:
Anak yang pintar dan sabar itu membaca buku.
Dari deretan morfem yang menjadi unsur kata dalam kalimat di atas, jika
diklasifikasikan berdasarkan morfemnya adalah: anak, pintar, sabar, baca, buku,
adalah morfem bebas. Mem- adalah morfem terikat morfologis. Sedangkan

4
morfem yang, dan morfem dan dalam kalimat di atas belum dapat berdiri sendiri
sebagai kata karena tidak mengandung makna tersendiri. Gejala inilah yang
tergolong morfem terikat sintaksis (Santoso, 2004).
C. PROSES PERULANGAN BAHASA INDONESIA
Proses perulangan atau reduplikasi adalah pengulangan bentuk, baik seluruhnya
maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak.
Hasil pengulangan disebut kata ulang, sedangkan bentuk yang diulang merupakan
bentuk dasar (Ramlan, 1980). Pengulangan merupakan pula suatu proses morfologis
yang banyak terdapat pada bahasa Indonesia. Perhatikan pemakaian kata yang
tercetak miring berikut.
(1) Dia membeli rumah di Makassar.
(2) Rumah-rumah di perkampungan itu akan digusur.
(3) Anak itu membuat rumah-rumahan untuk adiknya.
(4) Perumahan-perumahan yang dibangun oleh pengembang banyak yang tidak
layak huni.
Berpatokan pada pendapat Ramlan di atas, maka jelas bahwa kata ulang yang
terdapat pada kalimat (2), (3), dan (4) semuanya dibentuk dari bentuk atau unsur
dasar rumah. Makna kata pada kalimat (1) dengan kalimat berikutnya berbeda. Pada
kalimat (1) kata rumah berarti satu. Kata rumah-rumah dan perumahan-perumahan
pada kalimat (2) dan (4) berarti banyak atau jamak . Sedangkan kata rumah-
rumahan pada kalimat (3) berarti menyerupai. Perbedaan makna ini disebabkan oleh
adanya rumah dan perumahan sebagai morfem pertama dan rumah, rumahan, dan
perumahan pada morfem kedua. Morfem rumah adalah morfem yang bermakna
leksis, sedangkan morfem kedua merupakan morfem yang bermakna struktural.
Berdasarkan fungsinya, morfem rumah dan perumahan merupakan unsur dasar
atau morfem dasar kata rumah-rumah, rumah-rumahan, dan perumahan-perumahan.
Morfem kedua merupakan unsur pembentuk kata atau morfem pembentuk rumah-
rumah, rumah-rumahan, dan perumahan-perumahan.
Contoh yang disajikan di atas memang mudah untuk menetukan bentuk dasarnya,
tetapi perlu diingat bahwa tidak semua kata ulang dapat dengan mudah ditentukan
bentuk dasarnya. Beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam menentukan bentuk
dasar kata ulang sebagai berikut.
1. Pengulangan pada umumnya tidak mengubah jenis kata. Unsur dasar kata ulang
sejenis dengan kata ulangnya. Dengan prinsip ini, dapat diketahui bahwa bentuk

5
dasar kata ulang yang termasuk jenis kata benda berupa kata benda, bentuk dasar
kata ulang yang termasuk jenis kata kerja berupa kata kerja, demikian pula bentuk
dasar kata ulang kata sifat juga berupa kata sifat.
Contoh:
− anak-anak (kata benda) - bentuk dasarnya anak (kata benda)
− perumahan-perumahan (kata benda) - bentuk dasarnya perumahan (kata
benda)
− melempar-lempar (kata kerja) - bentuk dasarnya melempar (kata kerja)
− menari-nari (kata kerja) - bentuk dasarnya menari (kata kerja)
− cepat-cepat (kata sifat) - bentuk dasarnya cepat (kata sifat)
− kecil-kesil (kata sifat) - bentuk dasarnya sifat (kata sifat)
2. Bentuk dasar dapat berdiri sendiri sebagai kata yang terdapat dalam penggunaan
bahasa Indonesia yang benar.
Contoh:
− rumah – rumahan - bentuk dasarnya rumah bukan rumahan
− mengata – ngatakan - bentuk dasarnya mengatakan atau
mengata bukan ngatakan
− berdesak – desakan - bentuk dasarnya berdesakan bukan
berdesak
− memegang – megang - bentuk dasarnya memegang bukan
megang
Kata-kata ulang yang dicontohkan di atas tidak sulit menentukan bentuk dasarnya,
tetapi coba perhatikan contoh-contoh berikut.
1. tanam-tanaman 2. membagi-bagikan
lempar-melempar berkejar-kejaran
karang-mengarang bersalam-salaman
tembak-menembak dipanas-panasi
tulis-menulis
Pada contoh (1), bentuk dasar kata ulang tanam-tanaman bukan tanam tetapi
tanaman, perulangan diucapkan di muka bentuk dasarnya. Dengan kata lain, bentuk
dasarnya berada pada unsur kedua.
Kata Ulang Bentuk Dasar
lempar-melempar melempar
karang-mengarang mengarang

6
tembak-menembak menembak
tulis menulis menulis
Sedangkan kata ulang pada contoh (2) bentuk dasarnya bukan pada unsur kedua
tetapi pada unsur pertama ditambah akhiran (sufiks) yang terdapat pada unsur kedua,
yaitu seperti berikut.
Kata Ulang Bentuk Dasar
membagi-bagikan membagikan
berkejar-kejaran berkejaran
bersalam-salaman bersalaman
dipanas-panasi dipanasi
1. Macam-macam Kata Ulang
Berdasarkan macamnya, menurut Keraf (1978) bentuk perulangan dalam bahasa
Indonesia terdiri atas empat bentuk seperti berikut.
1. Kata ulang suku kata awal. Dalam bentuk perulangan macam ini, vokal dari suku
kata awal mengalami pelemahan bergeser ke posisi tengah menjadi ê (pepet).
Contoh:
tangga tatangga tetangga
tanaman tatanaman tetanaman
pohon popohon pepohonan
laki lalaki lelaki
luhur luluhur leluhur
2. Kata ulang seluruh kata dasar. Bentuk kata ulang terjadi dengan mengulang seluruh
unsur dasar secara utuh. Kata ulang seperti ini biasa disebut kata ulang utuh.
Contoh:
Buku buku-buku
Bangku bangku-bangku
Rumah rumah-rumah
Pedagang pedagang-pedagang
rumah sakit rumah sakit-rumah sakit
pasangan pasangan-pasangan
3. Kata ulang yang terjadi atas seluruh suku kata, tetapi pada salah satu unsur kata
ulang tersebut mengalami perubahan bunyi fonem. Kata ulang semacam ini biasa
disebut kata ulang salin suara atau kata ulang berubah bunyi. Contoh:
Gerak gerak-gerak gerak-gerik

7
Sayur sayur-sayur sayur-mayur
Balik balik-balik bolak-balik
Porak porak-porak porak-parik
4. Kata ulang yang mendapat imbuhan atau kata ulang berimbuhan. Contoh:
Anak anak-anakan
Main main-mainan
Rajin serajin-rajinnya
Kuda kuda-kudaan
Gila tergila-gila
2. Makna Kata Ulang
Sesuai dengan fungsi perulangan dalam pembentukan jenis kata, makna struktural
kata ulang menurut Keraf (1978) adalah sebagai berikut.
1. Perulangan mengandung makna banyak yang tak tentu. Perhatikan contoh berikut:
− Kuda-kuda itu berkejaran di padang rumput.
− Buku-buku yang dibelikan kemarin telah dibaca.
2. Perulangan mengandung makna bermacam-macam. Contoh:
− Pohon-pohonan perlu dijaga kelestariannya. (banyak dan bermacammacam
pohon)
− Daun-daunan yang ada dipekarangan sekolah sudah menumpuk. (banyak dan
bermacam-macam daun)
− Ibu membeli sayur-sayuran di pasar. (banyak dan bermacam-macam sayur)
− Harga buah-buahan sekarang sangat murah. (banyak dan bermacammacam
buah)
3. Makna lain yang dapat diturunkan dari suatu kata ulang adalah menyerupai atau
tiruan dari sesuatu. Contoh:
− Anak itu senang bermain kuda-kudaan. (menyerupai atau tiruan kuda)
− Mereka sedang bermain pengantin-pengantinan di pekarangan rumah.
(menyerupai atau tiruan pengantin)
− Andi berteriak kegirangan setelah dibelikan ayam-ayaman. (menyerupai atau
tiruan ayam)
4. Mengandung makna agak atau melemahkan ari. Contoh:
− Perilakunya kebarat-baratan sehingga tidak disenangi oleh teman-temannya.
− Sifatnya masih kekanak-kanakan.
− Mukanya kemerah-merahan.

8
5. Menyatakan makna intensitas. Makna intensitas terdiri dari:
a. intensitas kualitatif, contohnya:
− Pukullah kuat-kuat .
− Anak itu belajar sebaik-baiknya.
− Burung itu terbang setinggi-tingginya.
− Agar tidak terlambat, ia berjalan secepat-cepatnya.
b. intensitas kuantitatif, contohnya:
− Kuda-kuda itu berlari kencang.
− Anak-anak bermain bola di pekarangan sekolah.
− Ayah membawa buah-buahan dari Malang.
− Rumah-rumah di kampung itu tertata dengan rapi.
c. Intensitas frekuentatif. Contoh:
− Ia mengeleng-gelengkan kepalanya.
− Ia mondar-mandir saja sejak tadi.
− Anak itu menyanyi sambil memukul-mukul meja.
6. Perulangan pada kata kerja mengandung makna saling atau pekerjaan
yang berbalasan. Contoh:
− Kita harus tolong-menolong.
− Tentara sedang tembak-menembak dengan seru.
− Mereka tendang-menendang dan tinju-meninju saat sedang berkelahi.
− Saat pertama kali bertemu mereka bersalam-salaman lalu berpeluk pelukan
dengan eratnya.
7. Perulangan pada kata bilangan mengandung makna kolektif. Contoh:
− Anak-anak berbaris dua-dua sebelum masuk kelas.

9
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Morfologi merupakan bagian dari tata bahasa, yang membahas tentang bentuk-
bentuk kata. Sedangkan morfem adalah satuan bentuk bahasa terkecil yang
mempunyai makna, secara relatif stabil dan tidak dibagi atas bagian bermakna lebih
kecil.
Morfem dalam bahasa Indonesia berdasarkan bentuknya ada dua macam yaitu :
morfem bebas dan morfem terikat. Dan dalam morfem terikat dibagi lagi menjadi dua
macam yakni morfem terikat morfologis yang meliputi prefiks, sufiks, infiks, konfiks
dan ada pula morfem terikat sintaksis.
Proses perulangan dan reduplikasi ialah pengulangan bentuk, baik seluruhnya
maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Berdasarkan
macamnya, bentuk perulangan dalam bahasa Indonesia terbagi menjadi 4 bentuk
yakni: Kata ulang suku kata awal, kata ulang seluruh kata dasar kata ulang utuh, kata
ulang salin suara atau kata ulang berubah bunyi, dan kata ulang yang mendapat
imbuhan atau kata ulag berimbuhan. Sedangkan sesuai dengan fungsi perulangan
dalam pembentukan jenis kata, makna struktural kata ulang ialah: mengandung makna
banyak yang tak tentu, mengandung makna bermacam-macam, mengandung makna
menyerupai atau tiruan dari sesuatu, mengandung makna agak atau melemahkan arti,
menyatakan makna intensitas, perulangan pada kata kerja mengandung makna saling
atau pekerjaan yang berbalasan, dan perulangan pada kata bilangan mengandung
makna kolektif.
B. SARAN
Setiap kajian bahasa perlu adanya peninjauan kembali guna memperoleh hasil
yang optimal sehingga tidak ada lagi kesalahan yang ditimbulkan dalam kajian
morfologi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Putri, L. (2014). Makalah Morfologi. Dipetik Oktober 08, 2019, dari www.academia.edu:
https://www.academia.edu/30433782/MAKALAH_MORFOLOGI

Tanto, T. A. (t.thn.). Kajian Bahasa Indonesia SD. Dipetik Oktober 07, 2019, dari
www.id.scribd.com: https://id.scribd.com/doc/61414307/Kajian-Bahasa-Indonesia-SD

11

Anda mungkin juga menyukai