Anda di halaman 1dari 24

BENTUK KATA DAN MAKNA KATA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Ghaida Zukhruf Tsaniyatsnaini, M.Pd.

Disusun Oleh:
Baiq Siti Aisyah : 53020180052
Asmaul Fauziyah : 53020180054
Eva Yuliana : 53020180056

ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019

1|Page
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan berkatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah BENTUK KATA
DAN MAKNA KATA ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam kami haturkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan ke
zaman terang benderang.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Bu Ghaida Zukhruf T..M.pd,
selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan
bimbingan kepada kami. Dan juga terimakasih kepada rekan-rekan yang telah ikut
memberikan partisipasi dan dukungannya kepada kami.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini dapat memberikan
pengetahuan dan pengalaman kepada para pembaca. Dengan keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman, oleh karena itu kami berharap pembaca dapat memberikan saran dan
kritik yang bersifat membangun kepada kami demi kesempurnaan makalah yang kami
susun, agar kedepannya bisa menjadi lebih baik.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Salatiga, Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... ii


Daftar Isi ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................
C. Tujuan..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................
A. Pengertian Fonem........................................................................
B. Pengertian Makna Kata ..............................................................
C. Pembagian Kata...........................................................................
D. Pengertian Makna Kata...............................................................
BAB III PENUTUP.........................................................................................
A. Simpulan .....................................................................................
B. Saran............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penguasaan bahasa Indonesia mempunyai peran yang sangat penting di era modernisasi saat
ini. Penggunaan bahasa yang baik dan benar baik secara individu maupun secara kelompok
adalah salah satu usaha kita dalam melestarikan bahasa Indonesia. Bahasa indonesia ini
merupakan alat komunikasi yang resmi yang digunakan oleh seluruh penduduk nusantara.

Saat ini banyak orang yang menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasi sehari-hari,
namun mereka belum begitu mengerti tentang bentuk dan makna kata yang sesuai dengan EBI.
Hal ini dimungkinkan karena faktor kurangnya pendidikan dan faktor lingkungan.

Pembelajaran dan penerapan bahasa Indonesia secara baik dan benar itu sangat penting. Hal
itu dilakukan untuk membangun kelestarian bahasa Indonesia, serta meningkatkan sistem
komunikasi dan informasi dengan tepat, sebagai langkah awal perlu adanya pembekalan
penguasaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar yang sesuai dengan EBI. Oleh karena itu
kami rasa sangat penting untuk membahas “Bentuk dan Makna kata” di dalam bahasa Indonesia,
dengan harapan supaya dapat memajukan sistem komunikasi dan informasi bangsa dan Negara,

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian fonem, morfem?
2. Ada beberapa pembagian jenis kata?
3. Apa pengertian makna kata? pembagian dan perubahan makna kata?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian fonem, morfem.
2. Untuk mengetahui beberapa pembagian jenis kata.
3. Untuk mengetahui pengertian makna kata, pembagian dan perubahan makna kata.

4
PEMBAHASAN

BENTUK DAN MAKNA KATA

Dalam berbicara atau menulis kita mengungkapkan gagasan yang berupa pendapat,
perasaan, permintaan dan lain-lain. Gagasan itu kita sampaikan dalam bentuk kalimat-kalimat.
Setiap kalimat mengandung kata-kata karena kata-kata itulah yang mengandung arti. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa gagasan yang kita sampaikan itu diwakili kata-kata yang
disusun dalam kalimat-kalimat. Satuan bentuk terkecil adalah fonem dan kata yang terbesar
adalah karangan. Diantara satuan kata terkecil dan terbesar itu terdapat bentuk morfem, kata,
frasa, kalimat, dan alenia.

Morfologi adalah bagian dari tata bahasa yang membahas bentuk kata. Kata adalah unsur
bahasa yang diucapkan atau dituliskan dan merupakan perwujudan dari kesatuan perasaan
ataupun pikiran, yang dapat digunakan dalam berbahasa. Dalam ilmu linguistik, kata juga
diartikan sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk bebas, yang dapat berdiri
sendiri, dan terbuat dari morfem tunggal ataupun morfem gabungan.1

A. Morfem

Morfem adalah satuan bentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna secara relatif stabil
dan tidak dapat dibagi lagi menjadi bagian bermakna yang lebih kecil. Merfem juga merupakan
bagian dari tata bahasa yang membicarakan tentang bentuk kata. Morfem dapat ditemukan
dengan cara melakukan pemotongan pada suatu bentuk bahasa (kata). Contohnya pemotongan
pada kata memperkecil berikut.2

 Mem-perkecil
 Per-kecil

Jika kecil dipotong lagi, ke- dan cil- tidak memiliki makna. Bentuk seperti mem-, per-, dan kecil
disebut morfem. Berdasarkan proses pembentukannya morfem terdiri atas tiga jenis, yaitu
morfem bebas, morfem terikat, dan morfem unik.

1
Aina Prihantini, Master Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2015), hlm. 15.

2
Ibid, hlm. 15.

5
 Morfem Bebas

Morfem yang secara potensial dapat berdiri sendiri dalam suatu bangun kalimat disebut
morfem bebas. Contoh: buka, cari, cat, dan sebagainya.

 Membuka ← buka
 Pencarian ← cari
 Mengecat ← cat

Berdasarkan contoh tersebut dapat dilihat bahwa suatu morfem bebas otomatis adalah bentuk
kata. Berdasarkan bentuknya, morfem dibagi menjadi empat jenis, yaitu kata dasar, kata
berimbuhan , kata ulang, dan kata majemuk.

a) Kata dasar

Kata dasar adalah kata yang bentuknya asli, belum ditambah, diulang, atau digabung dengan
kata lain. Contohnya: rumah, baju, buku, dan lain-lain.3

b) Kata berimbuhan

Kata imbuhan adalah bentuk terikat yang apabila ditambahkan pada kata dasar atau bentuk
dasar akan mengubah makna gramatikal. Dalam pengertian lain, imbuhan atau afiks juga
diartikan sebagai bentuk atau morfem terkait yang dipakai yntuk menurunkan kata imbuhan.
Imbuhan (Afiks) dalam bahasa Indonesia terdiri dari empat jenis, yaitu prefiks, infiks, sufiks, dan
konfiks. 4

 Prefiks atau Awalan

Imbuhan yang ditambahkan pada bagian awal sebuah kata dasar atau bentuk dasar.
Dalam Bahasa Indonesia awal meliputi: me-, ber-, ter-, ke-, se-, di-, per-.

 Awalan me-
 Menghasilkan sesuatu, contoh: mengadon (menghasilkan adonan), menggulai
(menghasilkan gulai).

3
Ibid, hlm. 17.
4
Ibid, hlm. 18.

6
 Melakukan pekerjaan, contoh: melihat (melakukan pekerjaan dengan indra
penglihatan), mencatat (melakukan pekerjaan dengan membuat catatan)
 Melakukan pekerjaan dengan alat seperti yang disebut pada kata dasarnya.
Contoh : memaku (meletakkan dengan paku), mencangkul (menggalih tanah
dengan cangkul).
 Membuat jadi, contoh: mendekat (membuat jadi dekat), membesar (membuat
jadi besar)
 Mengambil, contoh: mencabut (mengambil dengan cara menarik), menarik
(mengambil dengan cara mengeluarkan).
 Mengeluarkan bunyi, contoh: mendengkur (mengeluarkan bunyi “kur-kur”),
mendesis (mengeluarkan suara desisan).
 Mengeluarkan atau menampilkan, contoh: menjerit (mengeluarkan suara keras
melengking), menari (menampilkan tarian).
 Menjadi, contoh : merugi (menjadi rugi), menghijau (menjadi hijau).
 Berlaku seperti atau menjadi, contoh : menjamur (menjadi berjamur, menjadi
seperti jamur), meraja (bersikap layaknya raja).
 Awalan ter-
 Dapat, contoh : terangkai (dapat dirangkai), terangkat (dapat diangkat).
 Tidak sengaja, contoh : trbawa (tidak sengaja dibawa), terambil (tidak sengaja
diambil).
 Paling, contoh : terdepan (paling depan), terpintar (paling pintar).
 Awalan ke-
 Urutan atau tingkat, contoh : kesatu (urutan nomor satu).
 Yang di-, contoh : kekasih (orang yang dikasihi), kehendak (seseuatu yang
dihendaki).
 Awal se-
 Satu, contoh : seliter (satu liter).
 Seluruh atau segenap, contoh : sedesa (seluruh desa).
 Sebanding sama atau serupa, contoh : sebesar (sama besar dengan).
 Sama waktu ata pada waktu, contoh : sedatang (begitu [ia] datang).
 Sebanyak atau seberapa, contoh : sepuas (seberapa [hati kita] puas).

7
 Awalan di-
Awalan di- tidak akan mengalami perubahan jika digabung dengan kata dasar apapun.
 Tulis + di = ditulis
 Daki + di = didaki
 Awalan per-
 Jadikan lebih, contoh : pertebal (jadikan lebih tebal)
 Jadikan atau anggap sebagai, contoh : perbudak (anggap sebagai budak)
 Bagi, contoh : pertiga (bagi tiga)
 Awalan ber-
 Memiliki, contoh : bernyali (memiliki nyali)
 Mengenakan atau memakai, contoh : bersepatu (memakai sepatu)
 Bersifat atau dalam keadaan, contoh : bergembira (dalam keadaan gembira)
 Memperoleh atau mendapat, contoh : beruntung (mendapat untung)
 Melakukan sesuatu, contoh : berbaris (melalukan kegiatan berderet)
 Melakukan pekerjaan terhhadap diri sendiri, contoh : bercermin (mrlihat diri
sendiri dalam cermin)
 Memanggil, contoh : berbapak (menyebut sebagai bapak)
 Himpunan atau kelompok, contoh : berdua (terdiri atas dua )
 Menyatakan sesuatu yang berulang-ulang, contoh : brrgetar (bergerak
berulang-ulang).
 Infiks atau Sisipan
Infiks adalah afiks yang disispkan ditengah kata dasar. Dalam pemakaian Bahasa,
infiks tidak produktif, artinya infiks tidak banyak digunakan karena kesanggupannya
melekat pada kata dasar amat terbatas. Sisipan tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu –el-, -
em-, dan –er-. 5
 Arti sisipan –el-, -em-, dan –er-.
 Banyak dan bermacam-macam, contoh : gunung (gemunung), gertak
(gemertak), gigi (gerigi)
 Intensitas atau frekuensi, contoh : getar (gemetar), gulung (gemulung), guruh
(gemuruh)

5
Ibid, hlm. 24.

8
 Mempunyai sifat, contoh : patuk (pelatuk), gembung (gelembung), tunjuk
(telunjuk)
 Sufiks atau Akhiran
Sufiks adalah afiks yang terletak pada akhir kata dasar. Akhiran dalam Bahasa
Indonesia meliputi –kan,-i ,-an, dan –nya.6
 Arti akhiran –kan
Secara umum, akhiran –kan membentuk kalimat perintah. Contoh: Biasakan
membaca koran setiap pagi! dan Perhatikan penjelasan guru dengan baik!
 Sebagai alat atu membuat dengan, contoh: Hunuskan pisau (menggunakan
pisau sebagai alat hunus), bulatkan adonan (membuat adonan dengan bentuk
bulat)
 Menyebabkan atau menjadikan sesuatu, contoh: hijaukan (menyebabkan jadi
berwarna hijau), jauhkan (menjadikan sesuatu jauh)
 Suatu pekerjaan yang dilakukan untuk orang lain, contoh: jahitkan
(melakukan perkerjaan menjahit untuk orang lain)
 Akhiran –i
Secara umum, akhiran –I membentuk kalimat perintah. Contoh: gulai minuman itu!
Dan semangati adikmu!
 Menyebabkan sesuatu jadi, contoh: cederai lututnya (menyebabkan lutut jadi
cedera)
 Intensitas (pekerjaan yang berulang-ulang), contoh: kuliti (membeset kulit
berkali-kali), pukuli (memukul berkali-kali)
 Akhiran –an
Secara umum, akhiran –an berfungsi untuk membentuk kata benda. Contoh: jalanan
basah karena hujan. Kilauan bintang terlihat pada malam hari.
 Tempat, contoh: sekolahan (tempat bersekolah)
 Alat, contoh: timbangan (alat menimbang), ayunan (alat mengayun)
 Hal atau cara, contoh: lamaran (menyatakan suatu hal tentang pinangan)
 Akibat atau hasil perbuatan, contoh: didikan (menyatakan hasil didikan),
sulingan (hasil dari penyulingan)

6
Ibid, hlm. 25.

9
 Sesuatu yang di-, contoh: jalinan (suatu yang dijalin), warisan (sesuatu yang
diwariskan)
 Seluruh atau kumpulan, contoh: lautan (kumpulan air asin yang sangat luas),
manisan (segala sesuatu yang rasanya manis)
 Menyerupai, contoh: mobil-mobilan (menyerupai mobil)
 Tiap-tiap, contoh: bulanan (tiap-tiap bulan)
 Menyerupai sifat, contoh: bayangan (bersifat membayang), dataran (bersifat
datar)
 Akhiran –nya
 Membentuk kata benda, contoh: tenggelamnya perahu nelayan disebabkan
oleh gelombang yang tinggi.
 Memberi tekanan pada bagian kalimat, contoh: kalau sakit, minumlah
obatnya!
 Membentuk kata keterangang, contoh: rupanya anak manis itu adikmu.
 Konfiks atau imbuhan gabungan
Konfiks adalah afiks yang berupa gabungan awalan dan akhiran. Konfiks dalam
bahasa Indonesia ini meliputi: ber-kan, ber-an, pe-an, per-an, per-kan, per-i, me-kan,
me-i, memper-kan, memer-i, di-kan, di-i, diper-kan, diper-i, ter-kan, ter-i, ke-an, se-nya. 7
 Konfiks ber-kan
 Menggunakan sebagai alat, contoh: bersenjatakan (bambu) → menggunakan
(bambu) sebagai senjata
 Menjadikan sebagai, contoh: berdasarkan (pancasila) → menjadikan
(pancasila) sebagai dasar
 Konfiks ber-kan
 Jumlah pelakunya banyak, contoh: berdatangan (banyak yang datang),
berjatuhan (banyak yang jatuh)
 Perbuatan yang diulang-ulang, contoh: bergulingan (berguling berkali-kali)
 Hubungan antara dua pihak, contoh: berhadapan (bertemu muka dengan pihak
lain), bersamaan (serpa dengan pihak lain)
 Timbal balik, contoh: berpandangan (saling memandang)
7
Ibid, hlm. 27.

10
 Konfiks pe-an
 Hal, contoh: pelajaran (perihal yang diajarkan)
 Proses atau perbuatan, contoh: peradangan (proses meradang), perambahan
(perbuatan merambah)
 Hasil, contoh: perasaan (hasil merasakan)
 Tempat, contoh: pelabuhan (tempat berlabuh)
 Konfiks per-an
 Tempat, contoh: perpustakaan (tempat koleksi buku), percetakan (tempat
mencetak)
 Daerah, contoh: perbukitan (daerah yang berbukit-bukit)
 Hasil perbuatan, contoh: pertigaan (hasil dari sesuatu yang dibagi tiga),
peraturan (hasil dari mengatur)
 Perihal, contoh: perdagangan (perihal dagang)
 Banyak, contoh: persyaratan (hal-hal yang menjadi syarat), peralatan
(berbagai alat perkakas)
 Konfiks per-kan
 Jadikan bahan, contoh: perdebatan (jadikan bahan berdebat)
 Jadikan agar, contoh: perkenalkan (jadikan agar kenal)
 Konfiks per-i
 Lakukan agar menjadi, contoh: perbaiki (lakukan agar menjadi baik)
 Agar melakukan sesuai apa yang disebutkan pada kata dasarnya, contoh:
persetujui (usul itu) → lakukan persetujuan (pada usul itu)
 Konfiks me-kan
 Menyebabkan jadi, contoh: meruntuhkan (menyebabkan jadi runtuh)
 Perbuatan melakukan sesuatu untuk orang lain, contoh: membelikan (ayah
baju) → membeli (baju) untuk (ayah)
 Melakukan suatu perbuatan, contoh: mengumpulkan (melakukan suatu
pengumpulan)
 Konfiks me-i
 Membuat jadi, contoh: menerangi (membuat jadi terang)

11
 Memberi atau membubuhi, contoh: menggarami (membubuhi garam),
menggulai (memberi gula)
 Melakukan atau berbuat sesuatu pada atau di-, contoh: menanami (sawah) →
melakukan pekerjaan menanam di (sawah), mengolesi (roti) → melakukan
perbuatan mengoles pada roti
 Melakukan sesuatu secara berulang-ulang (menembaki (berulang-ulang
menembak)
 Merasakan sesuatu pasa, contoh: menyukai (merasa suka [ke]pada)
 Konfiks memper-kan
 Menjadikan sebagai bahan, contoh: mempermainkan (melakukan sebagai
bahan permainan)
 Menjadikan agar, contoh: memperhubungkan (menjadikan agar terhubung)
 Konfiks memper-i
 Membuat agar jadi lebih, contoh: memperdalami (membuat agar jadi lebih
dalam)
 Melakukan sesuatu, contoh: mempersenjatai (melakukan persenjataan)
 Konfiks di-kan
Funsi konfiks ini adalah membentuk kata kerja pasif, sebagai kebalikan kata dari kata
kerja aktif berimbuhan gabung me-kan. Contoh: menggunakan (digunakan),
memberikan (diberikan).
 Konfiks diper-kan
Fungsi konfiks ini adalah membentuk kata kerja pasif, senagai kebalikan dari kata
kerja aktif berimbuhan gabung memper-kan. Contoh: mempertemukan
(dipertemukan).
 Konfiks diper-i
Fungsi konfiks ini juga kebalikan dari konfiks memper-i. contoh: mempersenjatai
(dipersenjatai), memperbaiki (diperbaiki).
 Konfiks ter-kan
 Dapat dilakukan, contoh: terpecahkan (dapat dipecahkan)
 Tidak sengaja dilakukan, contoh: terhanyutkan (tidak sengaja hanyut)
 Konfiks ter-i

12
 Dapat dilakukan, contoh: terlampaui (dapat dilampaui)
 Tidak sengaja terjadi, contoh: ternodai (tidak sengaja terkena noda)
 Konfiks ke-an
 Tempat atau daerah kekuasan, contoh: kerajaan (daerah yang diperintah oleh
raja)
 Hal atau perihal, contoh: kecelakaan (perihal celaka)
 Dikenai suatu hal atau menderita suatu hal, contoh: kesusahan (menderita
susah)
 Perbuatan yang tidak sengaja dilakukan, contoh: ketiduran (tidak sengaja
tidur)
 Sifat atau keadaan, contoh: kebaikan (sifat baik)
 Ketertiban (keadaan serba teratur)
 Konfiks se-nya
Imbuhan se-nya pada umumnya disertai dengan kata ulang (reduplikasi), contoh:
setinggi-tingginya, sepandai-pandainya. Pada imbuhan ini juga menyatakan makna
tingkat paling tinggi ilmu yang dicapai, contoh: seluas-luasnya (tingkat paling luas
yang dapat dicapai).
c) Kata ulang
d) Kata majemuk
Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan arti.8
 Morfem Terikat
Morfem yang tidak mempunyai potensi untuk berdiri sendiri dan selalu terikat
dengan morfem lain untuk membentuk suatu ujaran disebut morfem terikat. Contoh:
mem-, pe-an, menge-, dan sebagainya.
 Membuka → morfem terkait : mem-
 Pencarian → morfem terkait : pe-an
 Mengecat → morfem terkait : menge-

Berdasarkan tempat terkaitnya pada sebuah morfem dasar, morfem terikat dapat
dibagi mnjadi empat bagian, yaitu: prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks. Sedangkan

8
Asul Wianto, Kitab Bahasa Indonesia, (Yogyakarta, Jogja Bangkit Pablisher, 2012), hlm. 20.

13
berdasarkan fungsinya morfem terkait terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: morfem
pembentuk kata kerja, morfem pembentuk kata benda, dan morfem pembentukan kata
sifat.

a. Kata kerja (Verba)


Kata kerja adalah semua kata yang menyatakan perbuatan atau laku. Pada
umumnya, kata kerja dapat diikuti oleh frasa “dengan…”. Contoh: lari (dengan cepat),
makan (dengan lahap), dan sebagainya.
 Jenis Kata Kerja
1) Kata Kerja Struktural
Jika dilihat dari strukturnya, ada dua macam kata kerja, yaitu sebagai berikut:
 Kata kerja dasar: kata kerja yang belum diberi imbuhan. Contoh: baca,
tulis, tanam, beli, dan sebagainya.
 Kata kerja berimbuhan: kata kerja yang terbentuk dari kata dasar (bisa
berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau jenis kata lainnya) yang
diberi imbuhan. Imbuhan yang lazim digunakan pada pembentukan
kata kerja antara lain:
- awalan me-, contoh: melayang, merindu
- awalan ber-, contoh: berpihak, bermain
- awalan di-, contoh: didengar
- awalan ter-, contoh: terkejut
- awalan per-, contoh: perlambat
- akhiran –kan, contoh: ambilkan
- akhiran –i, contoh: garami, datamhi.
2) Kata Kerja Sistimatis
Ada empat jenis kata kerja jika dilihat secara sistematis, diantara yaitu:
 Kata kerja yang menyatakan tindkan atau perbuatan, Contoh:
menanam, berjemur.
 Kata kerja yang menyatakan pengalaman batin, sikap, emosi, atau
perasan. Contoh: berani, bangga.
 Kata kerja yang menyataka proses atau perubahan disuatu keadaan
pada keadaan yang lain. Contoh: terbit, menguap, menghitam.

14
 Kata kerja yang menyatakan keadaan lahiriah. Contoh: menggigil,
berbekas.
b. Kata Benda
Kata benda adalah kata yang mencakup semua nama benda dan segala sesuatu
yang dibendakan. Kata benda dapat diikuti oleh frasa yang… atau yang sangat… contoh:
baju (yang bagus), roti (yang sangat enak).
 Ciri-ciri kata benda
 Berawalan pe-, contoh: pelajar, pelaut.
 Berakhiran –an, contoh: pakaian, makanan.
 Berimbuhan gabungan pe-an, contoh: pembangunan.
 Berimbuhan gabungan per-an, contoh: persahabatan.
 Berimbuhan gabungan ke-an, contoh: kelayakan.
 Jenis kata benda
 Kata benda yang jumlahnya dapat dihitung
Pada jenis kata benda yang jumlahnya dapat dihitung didepan kata benda
terbesut biasanya diletakkan kata bantu bilangan, seperti seorang, seekor, satu,
dua, dan sebagainya. Ada beberapa jenis diantaranya:
1. Orang, meliputi:
- Nama diri, contoh: Weni, Laras, Dian.
- Nama perkerabatan, contoh: ibuk, bapak, adik, kakak.
- Nama pangkat, pekerjaan, atau jabatan, contoh: lurah, penulis,
petani.
- Nama gelar, contoh: professor, dokter.
2. Hewan, contoh: kerbau, kambing.
3. Tumbuhan atau alam, contoh: kelapa, wortel.
4. Benda alam, contoh: gunung, sungai, laut.
5. Hal atau proses, contoh: perundangan, hukuman, pembangunan.
6. Hasil, contoh: binaan, karangan.
 Kata kerja yang jumlahnya tidak terhitung
Pada jenis kata benda ini hendaknya diletakkan kata keterangan ukuran
satuan, seperti km (kilometer), ton, liter, kubik, dan sebagainya; kata yang

15
menyatakan wadah, seperti karung, gelang, truk, dan sebagainya; atau kata
keterangan, seperti (se-ikat), (se-potong), (se-iris), dan sebagainya. Kelompok
yang termasuk kata kerja tidak dapat dihitung, antara lain:
- Bahan, contoh: semen, tepung.
- Zat, contoh: air, asap, bensin.
 Kata benda yang menyatakan nama khas
Pada jenis kata benda yang menyatakan nama khas di depannya tidak dapat
ditambahi kata bilangan, contoh: Jayapura, Toba, Asia, Belanda, dan
sebagainya.
c. Kata Sifat (Adjektiva)
Kata sifat adalah kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan pada suatu benda.
Kata sifat juga diartikan sebagai kata yang memberi keterangan atau yang menerangkan
kata benda. Kata sifat dapat diikuti oleh kata keterangan sangat dan dapat dibentuk
menjadi kata ulang berimbuhan gabungan se-nya. Contoh:
- Harum (sangat harum, seharum-harumnya)
- Kecil (sangat kecil, sekecil-kecilnya).
 Ciri-ciri kata sifat
 Kata sifat berada dibelakan kata benda yang disifatinya. Contoh: kamar
sempit, gunung tinggi, the panas, dan sebagainya.
 Kata sifat yang berada di depan kata benda jika ada dalam gabungan kata
yang serupa idiom (dalam arti kiasan). Contoh: tebal muka, ringan tangan,
panjang tangan, dan sebagainya.
 Kata sefat berada kata benda jika menyatakan makna perbandingan. Contoh:
merah delima, manis madu, biru langit, dan sebagainya.
 Taraf perbandingan
Kata sifat sering kali digunakan dalam tingkat-tingkat perbandingan untuk
membandingkan suatu keadaan dengan keadaan yang lain. Contoh: adapun taraf
perbandingannya itu ialah:
 Tingkat biasa (gradus positivus), contoh: cepat, hijau, panjang.
 Tingkat lebih (gradus comparativus), contoh: lebih baik, lebih manis.
 Tingkat paling (superlativus), contoh: paling dekat, paling hitam.

16
 Morfem Unik
Morfem unik adalah morfem yang hanya mampu berkombinasi dengan satu
satuan tertentu. Contoh: gulita, siur, petas.
- Gulita ← pada kombinasi: gelap gulita.
- Siur ← pada kombinasi: simpang siur.
- Petas ← pada kombinasi: beras petas.
B. MAKNA KATA

Makna kata adalah hubungan antara bentuk bahasa dan barang (hal) yang di acunya.
Makna berbeda dengan informasi. Makna menyangkut keseluruhan masalah dalam ujaran
(intralingual), sedangkan informasi hanya menyangkut masalah luar ujaran (ekstralingual).
Makna menyangkut semua komponen konsep yang terdapat pada sebuah kata, sedangkan
informasi hamya menyangkut komponen konssep dasar.9

a. Macam-macam makna kata

1) Makna berdasarkan hubungan unsur bahasa

o Makna leksikal

Makna leksikal adalah makna kata secara lepas, tanpa ada kaitannya dengan
kata lain dalam sebuah struktur (baik struktur frasa,klausa,maupun kalimat).

Contoh: rumah berarti bangunan untuk tempat tinggal manusia


o Makna gramatika.
Makna gramatikal adalah makna kata baru yang timbul akibat terjadinya
proses gramatikal, seperti pengimbuhan, pengulangan, pemajemukan, dan
sebagainya. Makna gramatikal disebut juga dengan makna struktural..
Contoh: rumah makan berarti rumah tempat makan.10

2) Makna berdasarkan petunjuknya.

9
Ibid, hlm. 52.
10
Ibid, hlm. 53.

17
o Makna Denotatif
Makna denotatif (referensial) adalah makna yang menunjuk langsung pada
acuan atau makna dasarnya.
Contoh: merah berarti seperti warna darah.
oMakna konotatif (emotif)
Makna konotatif adalah makna tambahan terhadap makna dasarnya yang
berupa nilai rasa atau gambaran tertentu.
Contoh: (denotasi) mawar ‘bunga’ – (konotasi) ‘berani’,’dilarang’.
Kata bermakna konotatif biasa dipakai dalam karnya sastra. Perasaan
yang terkandung dalam karya sastra dinyatakan secara tersirat,tidak secara jelas,
dan tidak secara langsung. Oleh karena itu, kata bermakna konotasi di gunakan
untuk menimbulkan kesan lain. Makna konotasi dapat dibedakan lagi menjadi dua
jenis.yaitu konotasi positif dan konotasi negatif. Antara lain:

→konotasi negatif : makna konotatif yang mengandung nilai rasa


tinggi,baik,halus,sopan,menyenangkan, sakral, dan sebagainya. Contoh:
suami,istri, pegawai, dan lain sebagainya.
→konotasi negatif : makna konotatif yang mengandung nilai rasa rendah, jelek,
kasar, kotor, tidak sopan, dan sebagainya. Contoh : laki, bini, buruh, dan
sebagainya.
3) Makna berdasarkan penerapan terhadap acuannya.
o Makna lugas(sebenarnya)

Makna lugas adalah makna yang acuannya cocok dengan makna kata
yang bersangkutan. Makna lugas disebut juga makna sebenarnya.

Contoh : mata-mata saya, mata kambing, mata kelinci.


Kata bermakna lugas biasanya digunakan dalam surat-menyurat resmi,
pengumuman resmi, laporan resmi, peraturan pemerintah, dan lainnya yang
bersifat resmi. Tujuan pemakaiannya ialah untuk menyampaikan penuturan
secara jelas dan dapat dipahami tanpa proses penafsiaran.
o Makna kiasan(figuratif)

18
Makna kiasan adalah makna yang referenya (yang diacunya) tidak
sesuai dengan makna kata yang bersangkutan.

Contoh : mata-mata pisau,mata angin, mata batin.


Kata bermakna kiasan biasanya digunakan dalam cerita,lukisan,
kiasan, dan lain sebagainya. Tujuan pemakaiannya ialah
menghidupkan dan memberikan kesan yang menarik perhatian
pembaca.
4) Makna berasarkan konteks pemakaiannya
o Makna kontekstual
Makna kontekstual adalah makna yang ditentukan oleh situasi
atau konteks pemakaiannya. Contoh: Abel sedang menulis
sebuah cerita jenaka.(menulis karangan).

b. Jenis makna kata berdasarkan gejala kebahasaan


1) Polisemi
Suatu kata yang memiliki makna lebih dari satu,sebagai akibat
terdapatnya lebih dari sebuah komponen konsep makna pada kata-kata
tersebut disebut polisemi.
2) Homonimi
Dua kata atau lebih yang mempunyai bentuk sama, tetapi berbeda
tulisan dan maknanya disebut homonimi. Adakalanya kata
berhonomini merupakan kata homofon atau homograf.
o Homofon adalah kata berhomonimi yang sama bunyinya,tetapi
berbeda tulisan dan maknanya.
o Homograf adalah kata berhomonimi yang sama ejaannya, tetapi
berbeda pelafalan dan maknanya.
3) Hipernimi
Kata-kata yang maknanya melingkupi makna kata-kata yang lain
disebut hipernimi. Contoh : kata unggas maknanya melingkupi kata-
kata seperti ayam, itik, beo, dan lain sebagainya.

19
4) Hiponimi
Kata atau ungkapan yang maknanya termasuk di dalam makna kaya
atau ungkapan lain disebut hiponimi. Contoh: kata putih termasuk
dalam kata makna warna.
c. Perubahan makna kata
Beberapa perubahan makna kata yang dikemukaan oleh Gory Keraf, antara lain:
1) Perluasan makna
Perubahan makna yang cakupan makna sekarang lebih luas daripada
makna sebelumnya disebut perluasan makna(generalisasi).
Contoh : kata berlayar dahulu di pakai untuk pengertian bergerak di
laut dengan menggunakan layar. Sekarang kata berlayar di pakai untuk
pengertian tidakan mengurangi lautan atau perairan dengan alat apa
saja.
2) Penyempitan makna (spesialisasi)
ialah Perubahan makna yang cakupan makna dahulu lebih luas dari
pada makna sekarang. Contoh: kata jomlo dahulu digunakan untuk
menyebut semua gadis tua, tetapi sekarang digunakan sebagai sebutan
orang yang tidak memiliki pasangan.
3) Amelioratif
Ialah suatu proses perubahan arti yang arti barunya dirasakan lebih
tinggi atau lebih baik nilainya dari pada arti terdahulu. Contoh:kata
asisten (rumah tangga) dirasakan lebih baik daripada pembantu.
4) Peyoratif
Ialah suatu proses perubahan arti yang arti barunya dirasakan lebih
rendah nilainya dari pada arti terdahulu. Contoh: kata kaki tangan
dahulu berarti ‘pembantu’, tetapi sekarang di pakai dalam arti yang
kurang baik.
5) Sinestesia
Ialah perubahan makna akibat pertukaran tanggapan antara dua indra
yang berlainan. menyogok. Contoh: perkataanya pedas, kata pedas
sebenarnya tanggapan perasa.

20
6) Asosialisasi
Ialah perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat. Contoh:
amplop sebenarnya berarti ‘tempat menaruh surat yang bersifat rahasia
,tetapi kemudian untuk menyebut aktivitas.

Dalam kaitan dengan makna ada beberapa istilah seperti sinonim, antonim, dan kata
ulang.

1. Sinonim
Ialah dua kata atau lebih yang memiliki makna sama atau hampir sama.
- Untuk bersinonim dengan bagi,buat,guna.
- Cinta bersinonim dengan kasih dan sayang
- Baik bersinonim dengan bagus, indah, permai, molek,cantik.

Jika akan menggunakan kata bersinonim dalam sebuah karangan, hendaknya


memilih kata yang dapat sesuai dengan konteks kalimat. Ada beberapa ketentuan yang
perlu diperhatikan dalam menyeleksi kata-kata bersinonim, sesuai dengan pedoman
pembentukan istilah. Ketentuan memilih kata-kata bersinonim ialah sebagai berikut;11

a. Istilah yang ditemukan


Istilah ini berupa istilah yang paling sesuai dengan prinsip pembentukan istilah dan
pemakaiannya dianjurkan sebagai istilah baku. Contoh:
- Lebih baik menggunakan kata gulma daripada tanaman pengganggu.
b. Istilah yang diizinkan
Istilah ini berupa istilah yang di akui disamping istilah yang diutamakan. Contoh:
- Menggunakan kata nisbi, tetapi lebih di utamakan relatif.
c. Istilah yang dijauhkan
Istilah ini berupa istilah yang menyalahi asas penamaan dan peristilahan. Oleh karena
itu, istilah itu perlu di tinggalkan. Contoh:
- Pemakaian kata zat lemas harus diganti dengan kata nitrogen.
2. Antonim

11
Ibid, hlm. 57.

21
Ialah kata-kata yang berlawanan maknanya. Di bedakan menjadi tiga macam
antara lain:
a. Anonim kembar
Pada umumnya berupa kata benda dan kata kerja. Contoh:
- Pria X wanita
- Putra X putri
- Sehat X sakit
b. Antonim bertingkat
Pada umumnya berupa kata sifat. Contoh:
- Tinggi X rendah
- Besar X kecil
- Berat X ringan
c. Antonim kebalikan
Pada umumnya berupa kata benda atau kata kerja. Contoh:
- Guru X murid
- Dosen X mahasiswa(i).
- Belajar X mengajar12
3. Kata ulang
Ialah kata yang terjadi sebagai penduplikasi. Penduplikasi adalah proses atau hasil
pengulangan kata atau unsur kata. Dalam bahasa Indonesia kata ulang dibagi menjadi
empat jenis yaitu:
a. Kata ulang penuh

Ialah kata ulang yang terjadi akibat adanya proses pengulangan kata yang
sama persis. Kata ulang penuh menyebabkan timbulnya istilah baru,disebut juga kata
ulang semu. Contoh: pohon-pohon, kunang-kunang dan lain sebagainya.

b. Kata ulang sebagian


Ialah kata ulang yang terjadi akibat adanya pengulangan fonem. Kata ulang ini
terbentuk melaui pengulangan awal kata. Contoh: tetangga, sesaji, leluhur, dan
sebagainya.

12
Ibid, hlm. 58.

22
c. Kata ulang perubahan bunyi
Ialah kata ulang yang terjadi akibat adanya proses perubahan bunyi pada kata
yang diulang. Biasanya kata ulang ini terbentuk melalui pengulangan salin suara.
Contoh: warna-warni, mondar-mandir, dan sebagainya.
d. Kata ulang berimbuhan
Ialah kata ulang yang terjadi akibat adanya proses perulangan yang mengandung
afiks (imbuhan). Perulangan dilakukan dengan perubahan imbuhan pada kata
ulangnya. Contoh: berduyun-duyun, mobil-mobilan, dan lain sebagainya.

PENUTUP

1. Kesimpulan

Fonem adalah suatu bunyi terkecil yang dapat membedakan makna. Morfem adalah satuan
bentu bahasa terkecil yang mempunyai makna secara relative stabil dan tidak dapat dibagi lagi

23
menjadi bagian bermakna yang lebih kecil. Berdasarkan proses pembentukannya morfem dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu morfem bebas, morfem terkait, dan morfem unik.

Makna kata adalah hubungan antara bentuk bahasa dan barang (hal) yang di acunya. Makna
berbeda dengan informasi. Makna menyangkut keseluruhan masalah dalam ujaran (intralingual),
sedangkan informasi hanya menyangkut masalah luar ujaran (ekstralingual). Makna menyangkut
semua komponen konsep yang terdapat pada sebuah kata, sedangkan informasi hamya
menyangkut komponen konsep dasar.

2. Kritik dan Saran

Demikian penjelasan mengenai “Bentuk dan Makna Kata” yang kami kutip dari buku
Master Bahasa Indonesia semoga bias bermanfaat bagi pembaca. Kami mohon maaf apabila
ada kesalahan baik pembahasan maupun penulisan diatas karena keterbatasan pengetahuan
kami. Kiranya kritik dan saran yang membangun sangat kami perlukan untuk perbaikan
makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

- Prihantini Aini, S. Hum., 2015. Master Bahasa Indonesia, Yogyakarta: PT Bentang


Pustaka.
- Wianto Asul, 2015, Kitab Bahasa Indonesia, Yogyakarta: Jogja Bangkit Pablisher.

24

Anda mungkin juga menyukai