Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SINTAKSIS

Mata Kuliah : Kajian Bahasa Indonesia MI/SD

Dosen Pengampu : Nur Ahmad Hardoyo Sidik, M.Pd

Disusun oleh kelompok 6 :

Innah Miftahul Azizah 20220513028

Muhammad Ilhan 20220513007

Anna Marita 20220513044

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM MUHAMMAD AZIM JAMBI

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat, taufik serta
hidayah nya, sehinga penulis bisa menyelesaikan tulisan ini tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Dengan
kebaikan beliau kita di tuntun dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang.
Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah “Kajian Bahasa Indonsia” dengan ini
penulis mengangkat judul “Sintaksis”
Dalam penyelesaian makalah ini penulis mendapatkan bantuan dari banyak
pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada kedua orang, terlebih khusus kepada Dosen Pengampu yaitu: Bapak Nur
Ahmad Hardoyo Sidik, M.Pd
Penulis mengakui bahwa manusia mempunyai keterbatasan dalam berbagai
hal. Dalam pembuatan makalah ini penulis banyak kekurangan, oleh karena itu
penulis memohon agar pembimbing materi dan pembaca dapat memakluminya.
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari makalah ini. Akhir kata semoga makalah
ini dapat memberi manfaaat kepada kita semua. Aamiin
wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jambi, Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................2

C. Tujuan Masalah..................................................................................................2

BAB II...........................................................................................................................3

PEMBAHASAN............................................................................................................3

1. Struktur Kalimat Dasar.......................................................................................3

2. Peran Semantis Unsur Kalimat...........................................................................5

3. Perluasan Kalimat Tunggal................................................................................7

4. Pengingkaran Kalimat........................................................................................8

BAB III........................................................................................................................11

PENUTUP...................................................................................................................11

A.Kesimpulan..........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan manusia membutuhkan komunikasi, dan bahasa dibutuhkan


manusia di dalam berkomunikasi. Komunikasi yang berlangsung dapat secara lisan
maupun tulisan. Kedua bentuk komunikasi ini tentunya membutuhkan keterampilan
berbahasa yang memadai untuk menghasilkan sebuah komunikasi yang efektif dan
efisien. Efektifitas dan efisiensi dalam berbahasa akansangat dipengaruhi oleh
keterampilan berbahasa khususnya keterampilan dalam penyusunan kalimat yang
akan digunakan untuk berkomunikasi. Penyusunan kalimat, akan berawal dari
pemahaman mengenai makna kata sebagai penyusun kalimat tersebut, yang
selanjutnya akan membentuk sebuah frasa, klausa, dan pada akhirnya terbentuklah
sebuah kalimat untuk berkomunikasi. Sehingga pentinglah pemahaman mengenai
sintaksis sebagai sebuah cabang linguistik atau ilmu bahasa untuk diketahui para
penutur bahasa Indonesia agar komunikasi menjadi efektif dan efisien.

Secara etimologi sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti
dengan dan tattein yang berarti menempatkan (Verhaar, 1993:70). Sehingga kata
suntattein berarti dengan menempatkan atau lebih sering dikenal dengan ilmu tata
kalimat atau ilmu tentang penempatan kata. Fokus kajian sintaksi adalah pada kata,
frasa, klausa dan kajian lainnya yang masih berhubungan dengan tata kalimat. Oleh
karenanya sintaksis sering disebut sebagai ilmu tata kalimat. Beberapa ahli bahasa
mempunyai pandangan tersendiri dalam mendefinisikan kata sintaksis. Keraf (1984:
137) mengatakan bahwa sintaksis merupakan bagian dari tata bahasa yang
mempelajari dasar-dasar serta proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa,
seperti kata, intonasi, dan sistem tata bahasa yang dipakai.1

1
Siti Rumilah, M.Pd, Sintaksis Pengantar kemahiran berbahasa Indonesia, (Surabaya, CV Revka Prima Media, 2008), hlm 1

1
Bagi guru sekolah dasar, memiliki keterampilan berbahasa merupakan suatu
modal untuk mengembangkan kompetensi siswa-siwanya dalam berkomunikasi,
pemahaman mengenai tata kalimat dalam bahasa Indonesia sudah tentu menjadi suatu
kebutuhan dasar. Untuk itulah dalam makalah ini kami membahas mengenai sintaksis
beserta struktur internal kalimatnya berupa struktur kalimat dasar, peran semantis
unsur kalimat, kalimat tunggal, dan pengingkaran kalimat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja struktur kalimat dasar dalam sintaksis?


2. Apa saja peran semantis unsur kalimat dalam sintaksis?
3. Bagaimana perluasan kalimat tunggal dalam sintaksis?
4. Apa yang dimaksud dengan pengingkaran kalimat dalam sintaksis?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui struktur kalimat dasar dalam sintaksis.


2. Mengetahui peran semantis unsur kalimat dalam sintaksis.
3. Memahami Bagaimana perluasan kalimat tunggal dalam sintaksis.
4. Memahami pengingkaran kalimat dalam sintaksis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Struktur Kalimat Dasar

Yang dimaksud dengan kalimat dasar adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa,
unsur-unsurnya lengkap, susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum,
dan tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran. Kalimat dasar di sini identik
dengan kalimat tunggal deklaratif afirmatif yang urutan unsur-unsurnya paling lazim.
Dalam pemerian kalimat, perlu dibedakan kategori sintaksis, fungsi sintaksis, dan
peran semantis unsur-unsur kalimat. Setiap bentuk kata, atau frasa, yang menjadi
konstituen kalimat termasuk dalam kategori kata atau frasa tertentu dan masing-
masing mempunyai fungsi sintaksis serta peran semantis tertentu pula.2
 Bentuk, Kategori, Fungsi, dan Peran Untuk kata terdapat, antara lain,
kategori seperti berikut.
A. Verba (V) B. Preposisi (Prep)
Adjektiva (Adj) Konjungtor (Konj)
Adverbia (Adv) Interjeksi (Interj)
Nomina (N) Artikel (Art)

Sejalan dengan kategori kata itu, terdapat kategori frasa yang dibedakan
berdasarkan unsur utamanya seperti pada (A dab B). Perlu dicatat bahwa istilah “frasa
konjungtor” atau “frasa partikel” tidak dikenal karena kombinasi konjungtor atau
partikel dengan kategori lain, kalau ada, sangat terbatas. a. Frasa Nominal (FN) b.
Frasa Preposional (Fprep) Frasa Verbal (FV) Frasa Adjektival (FAdj) Frasa
Adverbial (FAdv). Kata seperti meja, pergi, sakit, sering, dan kepada masing-masing
termasuk dalam kategori N, V, Adv, dan Prep; dan frasa meja itu, sudah pergi, agak
sakit, sering sekali, dan kepada saya masing-masing tergolong FN, FV, Fadj, FAdv,
dan Fprep.
2
Dr. Rusma Noortyani, Buku Ajar Sintaksis, (Yogyakarta,Penebar pustaka media , 2017), hlm.37

3
Suatu bentuk kata yang tergolong dalam kategori tertentu dapat mempunyai fungsi
sintaksis dan peran semantis yang berbeda dalam kalimat. Kata Adhwa, misalnya,
tergolong nomina, dan berfungsi sebagai S(ubjek) dengan peran sebagai pelaku pada
(a), sebagai P(redikat) dengan peran sebagai atribut terhadap subjek pada (b), sebagai
O(bjek) dengan peran sebagai sasaran pada (c), dan sebagai Pel(engkap) dengan
sebagai peruntung (beneficiary) pada (b).
a. Adhwa (S, pelaku]vsedang belajar).
b. Nama anak itu Adhwa (P, atribut subjek)
c. Ibu memanggil Adhwa (O, sasaran)
d. Ayah membeli baju untuk Adhwa (Pel, peruntungan).
Sementara itu, kategori perlu pula dibedakan dari bentuk kata. Suatu bentuk kata
dapat mempunyai keanggotaan rangkap dalam arti kata tersebut termasuk dalam dua
kategori atau lebih. Kata sapu, misalnya, tergolong N dalam Sapu itu sudah rusak dan
V dalam Tolong sapu kamar saya. Kata buat, walaupun terbatas dalam ragam
percakapan, tergolong V dalam Jangan lupa buat PR-mu, Prep 40 dalam Ayah
membeli kalung buat saya, dan Konj dalam Mereka mengirim kartu buat menyatakan
rasa simpati kepada kami.
Dari uraian singkat di atas tampak bahwa antara bentuk, kategori, fungsi, dan
peran tidak ada hubungan satu lawan satu. Fungsi merupakan suatu “tempat” dalam
struktur kalimat dengan unsur pengisi berupa bentuk (bahasa) yang tergolong dalam
kategori tertentu dan mempunyai peran semantis tertentu pula.3
 Pola Kalimat Dasar
Dalam suatu kalimat tidak selalu kelima fungsi sintaksis itu terisi, tetapi paling tidak
harus ada konstituen pengisi subjek dan predikat. Kehadiran kontituen lainnya banyak
ditentukan oleh konstituen pengisi predikat. Perhatikan contoh berikut.
a. Dia [S] tidur [P] di kamar depan [Ket].
b. Mereka [S] sedang belajar [P] bahasa Indonesia [Pel] sekarang [Ket].

3
Dr. Rusma Noortyani, Buku Ajar Sintaksis, (Yogyakarta,Penebar pustaka media , 2017), hlm.38-39

4
c. Mahasiswa [S] mengadakan [P] seminar [O] di kampus [Ket].
d. Buku itu [S] terletak [P] di meja [Ket] kemarin [Ket].
e. Amir [S] membeli [P] baju [O] untuk saya [Pel] tadi siang [Ket].
f. Ayah [S] membelikan [P] saya [O] baju [Pel] tadi siang [Ket].
g. Dia [S] meletakkan [P] uang [O] di atas meja itu [Ket] kemarin [Ket].
Pada contoh di atas, konstituen yang dicetak miring dapat dihilangkan tanpa
mengakibatkan kejanggalan kalimat dalam arti bahwa makna kalimat tetap dapat
dipahami tanpa harus diketahui konteks situasi pemakaiannya. Pada contoh di atas
tampak bahwa hanya kalimat (f) yang memiliki konstituen pengisi kelima fungsi
sintaksis yang disebutkan di atas. Sementara itu, tampak pula bahwa kalimat dimulai
dengan subjek, kemudian predikat, lalu objek, pelengkap, dan akhirnya keterangan
jika tiga unsur yang terakhir itu hadir.
Jika kita mengamati pemakaian bahasa Indonesia, misalnya kalimat-kalimat dalam
satu teks, kita akan menemukan banyak kalimat yang urutan unsur-unsurnya berbeda
dari yang diperlihatkan contoh (20), terutama yang menyangkut letak keterangan dan
letak predikat terhadap 42 subjek kalimat. Keterangan dalam bahasa Indonesia
banyak jenisnya dan letaknya dapat berpindah-pindah: di akhir, di awal, dan bahkan
di tengah kalimat seperti terlihat pada contoh berikut:
a. kahfi membeli mengga kemarin.
b. Kemarin Kahfi membeli mangga.
c. Kahfi kemarin membeli mangga.

2. Peran Semantis Unsur Kalimat

Peran merupakan tataran terakhir struktur sintaksis setelah tataran fungsi dan
kategori. Berbicara mengenai peran berarti mengacu pada kepada makna pengisi
unsur fungsi dalam sebuah kalimat. Pada dasarnya tiap kalimat memerikan suatu
peristiwa atau keadaan yang melibatkan satu persatu atau lebih, dengan peran
semantis yang berbeda-beda (Alwi dkk,2003:334).

5
Peran semantik merupakan analisis mengenai kedudukan kata dalam kalimat yang
berupa pelaku, perbuatan, pengalam, dan lain-lain. Analisis makna disebut analisis
peran unsur-unsur kalimat. Markhmah (2011:164) mengemukakan bahwa makna
adalah isi semantik unsur-unsur satuan gramatikal, baik berupa klausa maupun frasa4.
a) Pelaku, Pelaku adalah peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh verba
predikat. Peran pelaku itu merupakan peran semantis utama subjek kalimat aktif dan
pelengkap pasif.
1. Anak itu sedang membaca koran.
2. Laptop saya dipinjam oleh Tina.
b) Sasaran, Sasaran adalah peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan verba
predikat. Peran pelaku itu merupakan peran utama objek dan pelengkap.
1. Ibu mengirimkan anaknya uang.
2. Ayah membeli sepatu baru.
c) Pengalam, pengalam adalah peserta yang mengalami keadaan atau peristiwa yang
dinyatakan predikat. Peran pengalam merupakan unsur subjek yang predikatnya
adjektiva atau verba taktransitif yang lebih menyatakan keadaan.
1. Ayah saya sakit hari ini.
2. Mereka kehujanan di jalan.
d) Peruntung Peruntung, adalah peserta yang beruntung dan memperoleh manfaat
dari keadaan, peristiwa atau perbuatan yang dinyatakan oleh predikat. Partisipan
peruntung biasanya berfungsi sebagai objek, atau pelengkap, atausubjek verba jenis
menerima atau mempunyai.
1. Ayah memberi uang kepada saya.
2. Dia menerima hadiah baju kemeja.
e) Atribut Dalam kalimat yang predikatnya nomina, predikat tersebut mempunyai
peran atribut.
1. Orang itu dosen saya.
2. Dia menerima hadiah baju kemeja.

4
Khairah Miftahul, Ridwan Sakura. 2014. Sintaksis Memahami Satuan Kalimat Presfektif Fungsi. Jakarta: Bumi Aksara.

6
f) Peran semantik keterangan
 Peran semantik waktu Contohnya:
1. Ani pindah bulan lalu
2. Bapaknya pergi ke bandung besok pagi.
3. Minggu lalu pengumuman itu dipasang.
 Peran semantik tempat Contohnya:
1. Ayah tinggal di Toraja
2. Para siswa itu mengotori ruang kelasnya
3. Pemadam kebakaran itu membuka maskernya
 Peran semantik alat Contohnya:
1. Kakak memotong rambut adik dengan gunting
2. Tentara kita bersenjatakan bambu runcing
3. Rumahnya berlantai tanah
 Peran semantik sumber Contohnya:
1. Cincin itu terbuat dari emas
2. Kue itu berbahan dari pisang

3. Perluasan Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa atau satu konstituen
SP (Purayasa, 2001). Jadi, unsur inti kalimat tunggal ialah subjek dan predikat.
Dalam kalimat tunggal tentu saja terdapat semua unsur wajib yang diperlukan. Di
samping itu, tidak mustahil unsur manasuka seperti keterangan tempat, waktu, dan
sebagainya. Dengan demikian, kalimat tunggal tidak selalu dalam wujud pendek,
tetapi juga dapat panjang. Beberapa contoh kalimat tunggal sebagai berikut:
kepintarannya digunakan untuk menipu orang yang masih bodoh.
 Kalimat Tunggal Verbal
Kalimat Verbal adalah kalimat yang P nya berupa kata kerja. Kalimat verbal dapat
digolongkan lagi menjadi 4 macam, yaitu:

7
1. Kalimat Taktransitif, kalimat ini hanya berpola S-P, tanpa diikuti unsur O,
maupun Pel., namun bisa ditambahkan K, Contoh: dia sakit, dia berobat, made
sedang duduk, Gede memancing.
2. Kalimat Ekatransitif, kalimat ini berpola SP-O, tanpa diikuti Pel, namun bisa
ditambahkan K, contoh: Susanti memang tidak mau menggunakan obat-obatan
modern yang berasal dari luar negeri, Suasti sudah ke dapur membawa
belanjaannya dari pasar.
3. Kalimat Dwitransitif, Kalimat ini berpola SP-O-Pel., namun bisa ditambahkan
K, Contoh: Burung cilalongan itu terbang, Putu cepat ke dapur melihat
masakannya.
4. Kalimat Semitransitif, kalimat ini berpola S-P-Pel, tanpa O, boleh ditambahkan K.
Perluasan kalimat tunggal itu dapat dilakukan dengan penambahan unsur keterangan,
unsur vokatif, dan konstruksi aposisi.

4. Pengingkaran Kalimat

Pengingkaran kalimat dilakukan dengan menambahkan kata ingkar yang sesuai di


awal frasa predikatnya. Kata ingkar tidak ditempatkan di awal predikat yang tidak
mengandung bentuk sudah atau telah pada kalimat berpredikat.

(a) verbal, jenis deklaratif dan interogatif;

(b) adjektival, jenis deklaratif, interogatif, dan eksklamatif;

(c) numeral taktentu, jenis deklaratif dan interogatif.

Perhatikan contoh berikut.: Tuti akan datang nanti, Tuti tidak akan datang nanti, Apa
mereka tinggal di Bandung? , Apa mereka tidak tinggal di Bandung?. Jika predikat
mengandung kata sudah, kalimatnya diingkarkan dengan mengganti kata sudah
dengan kata belum seperti pada contoh berikut: Mereka sudah kembali, Mereka
belum kembali, Apa kamu sudah makan?, Apa kamu belum makan?

Jika diamati contoh di atas, akan tampak bahwa kata ingkar belum digunakan pada
kalimat berpredikat verbal, adjektival, dan numeral tak tentu, jenis deklaratif dan

8
interogatif. Berbeda dengan kata ingkar tidak yang dapat digunakan untuk
mengingkarkan kalimat adjektival eksklamatif, kata ingkar belum (juga sudah) tidak
pernah digunakan dalam kalimat eksklamatif. Hal itu disebabkan oleh kenyataan
bahwa eksklamatif selalu menyatakan perasaan yang dalam tentang sesuatu padasaat
yang timbul secara tiba-tiba, sedangkan kata belum (dan juga sudah) mengandung ciri
makna proses, peristiwa, atau keadaan yang melibatkan jangka waktu tertentu.
Kata ingkar jangan digunakan untuk mengingkarkan kalimat imperatif. Predikat
kalimat imperatif terbatas padaverba atau frasa verbal dan sejumlah kecil adjektiva
atau frasa adjektival. Dengan demikian, kata ingkar jangan digunakan hanya untuk
mengingkarkan kalimat verbal dan adjektival imperative.

 Lingkup Pengingkaran
Kata ingkar seperti tidak mempunyai ruang lingkup pengingkaran yang berbeda-
beda bergantung pada ada tidaknya keterangan pada kalimat. Perhatikan contoh
berikut.
a. Dia membunuh orang itu.
b. Dia tidak membunuh orang itu.
c. Dia tidak membunuh orang itu kemarin.
d. Dia tidak membunuh orang itu di kantor.
Pada (a) pembunuhan terhadap orang itu terjadi. Dengan ditambahkannya
pengingkar tidak pada (b), pembunuhan itu tidak terjadi. Kalau sekarang kita
perhatikan (c), maka akan tampak bahwa dengan adanya keterangan waktu kemarin
pembunuhan itu tetap terjadi. Makna kalimat (d) ditentukan oleh letak tekanan kata.
Apabila tekanan diletakan pada orang itu seperti terlihat pada kata berhuruf kapital di
bawah ini: Dia tidak membunuh ORANG ITU kemarin, Maka maknanya adalah
bahwa pembunuhan tetap terjadi, tetapi bukan orang itu yang dibunuh-yang dibunuh
adalah orang ini. Dari penjelasan di atas tampaklah bahwa makna pengingkaran
berpindah-pindah sesuai dengan tekanan yang kita berikan.

9
Pengingkaran atau negasi, yakni proses atau konstruksi yang mengungkapkan
pertentangan isi makna suatu kalimat, dilakukan dengan penambahan kata ingkar
pada 99 kalimat. Pengingkaran kalimat dilakukan dengan menambahkan kata ingkar
yang sesuai di awal frasa predikatnya. Bagian kalimat tertentu dapat diingkarkan
dengan menempatkan kata ingkar yang sesuai di depan unsur yang diingkarkan itu.
Salah satu jenis pengingkaran unsur kalimat adalah pengingkaran pengontrasan. Kata
ingkar seperti tidak mempunyai ruang lingkup pengingkaran yang berbeda-beda
bergantung pada ada tidaknya keterangan pada kalimat.

BAB III

PENUTUP

10
A.Kesimpulan

Yang dimaksud dengan kalimat dasar adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa,
unsur-unsurnya lengkap, susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum,
dan tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran. Kalimat dasar di sini identik
dengan kalimat tunggal deklaratif afirmatif yang urutan unsur-unsurnya paling lazim.
Suatu bentuk kata yang tergolong dalam kategori tertentu dapat mempunyai fungsi
sintaksis dan peran semantis yang berbeda dalam kalimat. Kata Adhwa, misalnya,
tergolong nomina, dan berfungsi sebagai S(ubjek) dengan peran sebagai pelaku pada
(a), sebagai P(redikat) dengan peran sebagai atribut terhadap subjek pada (b), sebagai
O(bjek) dengan peran sebagai sasaran pada (c), dan sebagai Pel(engkap) dengan
sebagai peruntung (beneficiary) pada (b).
a. Adhwa (S, pelaku]vsedang belajar).
b. Nama anak itu Adhwa (P, atribut subjek)
c. Ibu memanggil Adhwa (O, sasaran)
d. Ayah membeli baju untuk Adhwa (Pel, peruntungan).

Peran semantik merupakan analisis mengenai kedudukan kata dalam kalimat yang
berupa pelaku, perbuatan, pengalam, dan lain-lain. Analisis makna disebut analisis
peran unsur-unsur kalimat. Markhmah (2011:164) mengemukakan bahwa makna
adalah isi semantik unsur-unsur satuan gramatikal, baik berupa klausa maupun frasa.
Pengingkaran kalimat dilakukan dengan menambahkan kata ingkar yang sesuai di
awal frasa predikatnya. Bagian kalimat tertentu dapat diingkarkan dengan
menempatkan kata ingkar yang sesuai di depan unsur yang diingkarkan itu. Salah satu
jenis pengingkaran unsur kalimat adalah pengingkaran pengontrasan.

DAFTAR PUSTAKA

11
Dr. Rusma Noortyani, Buku Ajar Sintaksis, (Yogyakarta,Penebar pustaka
media , 2017)

Khairah Miftahul, Ridwan Sakura. 2014. Sintaksis Memahami Satuan


Kalimat Presfektif Fungsi. Jakarta: Bumi Aksara.

Widyacarya “Membangun kalimat tunggal dan kalimat majemuk” (Bali,


September 2018)
thtp://journal.unas.ac.id/pujangga/article/downloadSuppFile/1172/60

Siti Rumilah, M.Pd, “Sintaksis pengantar kemahiran berbahasa


indonsia”(Surabaya, cv. Revka Prima media, 2008)

12

Anda mungkin juga menyukai