Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SINTAKSIS BAHASA INDONESIA

Disusun sebagai syarat Mata Kuliah Bahasa dan Sastra Indonesia SD


Dosen Pengampu : Mety Toding Bua S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh
Kelompok 4
Ajeng Wulan Sari : 2240605054
Fitria : 2240605137
Luviana : 2240605136
Nawang Dewi Ramadani : 2240605012
Parmadi : 2240605023

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa Allah SWT karena dapat
menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Bahasa dan Sastra Indonesia SD tentang “Sintaksis Bahasa Indonesia” selain itu
tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan kami tentang sintaksis
Bahasa Indonesia.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mety Toding Bua S.Pd., M.Pd. selaku
Dosen Mata Kuliah Bahasa dan Sastra Indonesia SD yang telah membimbing kami agar
dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu degan segala kerendahan hati kami menerima kritik dan saran
agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan
banyak terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Tarakan, 18 Februari 2023

Penyusun Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumus Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAAN
A. Pengertian Sintaksis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sintaksis merupakan
pengaturan dan interaksi kata atau menggunakan satuan lain yang lebih besar. Di
dalam linguistik, sintaksis merupakan ilmu tentang prinsip dan peraturan buat
menciptakan kalimat dalam bahasa alami. Secara etimologi, sintaksis yang di kenal di
dalam linguistik asal dari bahasa Belanda syntaxis. Di dalam bahasa Inggris dikenal
dengan kata syntax. Dari sisi kaidah penyerapan bahasa asing, kata sintaksis pada
bahasa Indonesia mempunyai kedekatan dengan kata pada bahasa Belanda syntaxis.
Pengertian Sintaksis menurut beberapa para ahli yaitu;
1. Menurut Abdul Chaer
Sintaksis merupakan cabang linguistic yang mengusut satuan – satuan kata
dan satuan – satuan lain di atas kata, interaksi satu dengan yang lainnya, dan
penyusunan sehingga menjadi satuan ujaran
2. Menurut Sande 1996
Sintaksis merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang membahas perkara
kalimat.
3. Menurut poerwadarmita
Sintaksis merupakan pengetahuan mengenai susunan kata dan kalimat atau
ilmu tatakalimat.
B. Ruang Lingkup Sintaksis
Sintaksis adalah ilmu yang membahas tentang frasa, klausa, dan kalimat. Oleh
sebab itu, saat kita membahas sintaksis, maka perlu dibahas terlebih dahulu tentang
frasa, kalausa, dan kalimat. Ruang lingkup atau cakupan sintaksis merupakan frasa,
klausa, dan kalimat. Kalimat yang di maksud adalah melibatkan kalimat luar tuturan
(kontekstual) yang terdiri berdasarkan wacana situasional dan nonverbal dianggap
dengan wacana kontekstual berupa monolog dan dialog. Kalimat terbentuk
berdasarkan klausa. Sementara klausa mempunyai unsur yang berupa frasa.
Intinya merupakan seluruh komponen yang menyelidiki mengenai struktur
kalimat. Objek kajian sintaksis adalah struktur internal kalimat. Dalam sintaksis dikaji
struktur frasa, klausa, dan kalimat. Frasa itu sendiri merupakan objek terkecil dari
penyelidikan sintaksis dan kalimat itu sendiri merupakan objek tersebut berdasarkan
penyelidikan sintaksis.
C. Fungsi, Kategori dan Peran Sintaksis
Sintaksis menjadi salah satu cabang linguistik yang mengusut bagaimana
suatu kalimat pada suatu bahasa itu dibuat oleh masyrakat pemakainya. Pemberian
pada kalimat perlu dibedakan kategori sintaksis, fungsi sintaksis dan peran sintaksis.
Setiap bentuk kata atau yang menjadi unsur pada sebuah kalimat termasuk pada
kategori kata atau frasa tertentu dan masing-masing bentuk memiliki fungsi, kategori
dan peran sintaksis tersendiri.
1. Fungsi sintaksis
Fungsi sintaksis dianggap pula dengan fungsi gramatikal. Analisis
fungsi dimaksudkan buat mendapatkan peran teknis fungsi-fungsi yang masih
ada dalam kalimat atau klausa. Yang dimaksud fungsi sintaksis tadi
merupakan subjek (s), predikat (p), objek (o), pelengkap (pel), dan keterangan
(k).
Realisasinya pada sebuah kalimat, kelima fungsi tadi tidak selalu hadir
Bersama sama. Terkadang sebuah kalimat hanya terdiri atas fungsi S dan P, S-
P-O, S-P-Pel, S-P-K, Atau S-P-Pel-k. akan Tetapi apabila dilihat menurut sifat
kehadirannya pada sebuah kalimat, kelima fungsi bisa di bedakan sebagai 2
bagian yaitu fungsi yang harus hadir dan fungsi yang tak bisa hadir. Yang
termasuk fungsi harus hadir merupakan sunjek, predikat, objek, dan
pelengkap, sedangkan yang termasuk kedalam fungsi yang tidak harus hadir
merupakan keterangan. Fungsi kajian sintaksis terdiri atas beberapa
komponen, 3 hal penting merupakan subjek dan predikat, objek dan
pelengkap, dan keterangan.
a. Subjek dan predikat
Subjek merupakan bagian yang diterangkan predikat. Subjek bisa
dicari menggunakan pertanyaan “apa atau siapa yang tersebut pada
predikat “. Predikat merupakan bagian kalimat yang menerangkan
subjek. Predikat bisa dipengaruhi dengan pertanyaan yang tersebut
dalam subjek sedang apa, siapa, berapa, dimana , dan lain-lain. Subjek
berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina. Disisi lain, predikat
juga bisa berupa frasa nomina, frasa verba, frasa adjektiva, frasa
numeralia, ataupun frasa preposisi. Berikut merupakan salah satu
contoh berdasrkan kalimat yang mempunyai subjek dan predikat.
Contoh: ibu sedang memasak.
Ibu menduduki fungsi subjek, sedangkan sedang memasak menduduki
fungsi predikat, ibu (s) sedang memasak (p).
b. Objek dan pelengkap
Objek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina, sedangkan
pelengkap berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numerilia, preposisi
dan pengganti nomina. Objek mengikuti predikat yang berupa verba
transitif (memerlukan objek) atau semitransitif dan pelengkap
mengikuti predikat yang berupa verba intransitif (tidak memerlukan
objek). Objek pula bisa diubah menjadi subjek dan pelengakp tidak
bisa diubah sebagai subjek.
Berikut merupakan contoh-contoh kalimat yang mempunyai objek dan
pelengkap

 Muti sedang membenahi dapurnya


Muti berfungsi sebagai subjek, sedang membenahi menduduki
fungsi predikat, dan dapurnya merupakan objek.
Muti (S) sedang membenahi (P) dapurnya (O).
Contoh kalimat memiliki pelengkap sebagai berikut.

 Nenek berjualan kue


Pada kalimat diatas subjek di duduki oleh frasa nenek,
berjualan menduduki fungsi predikat dan kue sebagai
pelengkap. Nenek (S) berjualan (P) kue (Pel).
c. Keterangan
Keterangan merupakan bagian kalimat yang menunjukkan subjek,
predikat, objek atau pelengkap. Keterangan berupa frasa nomina, frasa
preposisi dan frasa konjungsi. Keterangan mudah dipindah-pindah,
kecuali diletakkan pada antara predikat dan objek atau predikat dan
pelengkap.
Contoh kalimat yang mempunyai keterangan sebagai berikut:
Hari ini mahasiswa melaksanakan ujian dikelas masing-masing hari ini
dan dikelas masing-masing merupakan keterangan, mahasiswa
menduduki fungsi subjek, melaksanakan merupakan predikat, dan
ujian adalah fungsi objek. Hari ini (K), mahasiswa (S) melaksanakan
(P) ujian (O) dikelas masing-masing (K).
2. Kategori Sintaksis
Kategori sintaksis merupakan jenis atau tipe kata atau frasa yang
menjadi pengisi fungsi-fungsi sintaksis. Kategori sintaksis tak jarang juga
disebut kategori atau kelas kata. Empat kategori sintaksis utama ialah : (a)
verba atau kata kerja, (b) adverbal atau nomina atau kata benda, (c) adjektiva
atau kata sifat, dan (d) adverbial atau kata keterangan. Kategori sintaksis
apabila dihubungkan dengan fungsi sintaksis adalah pengisi fungsi sintaksis
berdasarkan sgi kategori kata atau bentuk kata menurut fungsi tersebut. Kaitan
mengenai kategori akan menyinggung pula fungsi dan peran sintaksis.
Kategori sintaksis terdiri atas nomina (N), Verba (V), adjektiva (A), Adverbia
(Adv), numeralia (Num), preposisi (prep), konjungsi (Kon), dan pronominal
(Pron). Hal ini N,V, Dan A Adalah kategori utama sedangkan yang lain adalah
kategori tambahan.
3. Kategori Sintaksis
Verhaar berpendapat tentang peran sintaksis menurutnya peran
sintaksis ialah menyatakan sesuatu yang semantis.
Chaer mengungkapkan pendapat tentang masing-masing peran sintaksis yang
berhubungan dengan pendapat Verhaar. Menurut Chaer peran-peran yang
dimiliki oleh pengisi fungsi P pada bahasa Indonesia selain peran Tindakan
juga masih ada peran sebagai berikut. Peran proses, kejadian, keadaan,
pemilikan, identitas, kuantitas. peran-peran yang terdapat dalam S atau O
menjadi berikut, yakni kiprah pelaku, sasaran, hasil, penanggap, pengguna,
penyerta, sumber, jangkauan, ukuran. Peran-peran yang terdapat dalam fungsi
keterangan ialah sebagai berikut, peran alat, tempat, waktu, asal, kemungkinan
atau keharusan. Suatu kata dalam konteks kalimat memiliki peran semantik
tertentu.
Contoh:
(1) Fitri menunggui pacarnya
(2) Perampok itu kabur
(3) Pencuri itu mati
Fitri pada contoh kalimat (1) adalah pelaku, yakni orang yang sedang
melakukan kegiatan menunggui, pacarnya pada kalimat (1) adalah sasaran
yakni yakni terkena perbuatan yag dilakukan oleh pelaku (Fitri). Perampok
pada kalimat (2) adalah juga pelaku dia melakukan perbuatan kabur. Akan
Tetapi, pencuri pada kalimat (3) melainkan suatu peristiwa yang telah terjadi
padanya. Oleh karena itu, meskipun wujud sintaksisnya mirip dengan kalimat
(2), pencuri itu pada kalimat (3) merupakan sasaran.
D. Pengertian Frasa, Klausa dan Kalimat
1. Frasa
Frasa merupakan satuan bahasa yang secara potensial adalah campuran 2 kata
atau lebih yang tidak mempunyai karakteristik klausa. Frasa merupakan satuan
gramatik yang terdiri atas 2 kata atau lebih dan hanya menduduki salah satu
fungsi unsur klausa yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan
keterangan (Ket).
1) Fungsi Frasa
Tujuan utama frasa, frasa ini ada untuk memberikan penjelasan atau
keterangan. Namun, saat berbicara fungsinya, frasa ini memiliki beberapa
fungsi gramatikal yang terdapat di dalam kalimat. Berikut fungsi
gramatikal dari frasa :
a. Sebagai Subjek
b. Sebagai Objek
c. Sebagai Predikat
d. Sebagai Keterangan
e. Sebagai Pelengkap
2) Ciri – ciri Frasa
a. Frasa wajib terdiri dari minimal 2 kata atau lebih
b. Frasa menduduki atau mempunyai fungsi gramatikal dalam kalimat
c. Frasa biasanya bersifat nonpredikatif
d. Frasa selalu menduduki satu fungsi kalimat.
2. Klausa
Klausa merupakan satuan gramatika yang terdiri atas subjek dan juga predikat,
baik disertai objek, pelengkap, dan keterangan maupun tidak. Klausa merupakan
S P (O ) (Pel) (Ke)t, tanda kurung tandi menandakan bahwa fungsi – fungsi yang
terletak pada tanda kurung bersifat mana suka, boleh terdapat boleh tidak. Jadi
unsur inti klausa adalah S(Subjek) dan P(Predikat). Namun penanda klausa
merupakan P.
Berdasarkan penjelasan itu bisa di katan bahwa klausa merupakan satuan
gramatik yang terdiri atas unsur S & P, namun penanda klausa P. Unsur S & P
tadi bisa disertai objek (O), pelengkap (Pel), & berita (KET) ataupun tidak. Unsur
S sering ditiadakan pada kalimat, contohnya pada kalimat luas sebagai dampak
penggabungan klausa, dan pada kalimat jawaban. Klausa pula berpotensi sebagai
kalimat tunggal lantaran di dalamnya telah terdapat fungsi sintaksis wajib, yaitu
subjek dan predikat. Klausa belum mampu diklaim kalimat lantaran belum
mempunyai intonasi final.
1. Ciri – ciri klausa
a. Biasa memiliki 1 jenis predikat
b. Tidak memiliki intonasi akhir
c. Klausa jika di tamba dengan intonasi akhir maka akan berubah
berubah menjadi sebuah kalimat.
d. Mempunyai subjek secara tertulis ataupun secara tidak tertulis.

2. Fungsi klausa
Klausa mampu diletakan di mana saja, fungsi klausa pun terdapat
beragam. Beberapa di antaranya ialah menjadi subjek, objek, predikat,
dan keterangan.
3. Jenis- jenis klausa
Klausa Bebas, klausa bebas adalah klausa yang unsurnya lengkap,
yaitu mengandung subjek dan predikat.
a. Klausa terikat
Klausa terikat merupakan suatu klausa yang mampu menjadi
kalimat lantaran tidak mengandung subjek dan predikat.
b. Klausa subjek
Klausa subjek merupakan klausa yang berfungsi menjadi
subjek di dalam tatanan kalimat dasar.
c. Klausa objek
Klausa objek tentunya merupakan klausa yang berfungsi
sebagai objek pada suatu kalimat.
Klausa Negatif, klausa negatif merupakan klausa yang predikatnya
adalah kata negatif misalnya tidak, jangan, bukan.
a. Klausa positif
Klausa positif merupakan klausa yang predikatnya tisak
mengandung istilah negatif atau berarti predikatnya lebih
bersifat positif.
b. Klausa verba
klausa verba merupakan klausa yang predikatnya berupa istilah
kerja. Klausa verba masih terbagi menjadi 2 macam, yaitu
transitif dan intransitive.
c. Klausa nomina
klausa nomina merupakan klausa yang predikatnya berupa kata
benda.
d. Klausa adjektiva
Klausa adjektiva merupakan klausa yang predikatnya berupa
kata sifat.

4. Contoh klausa
a. Kami sedang belajar (kami sebagai subjek, sedang belajar
sebagai predikat.)
b. Kakak memasak (kakak sebagai subjek, memasak sebagai
predikat)

3. Kalimat
Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan (spoken) juga
tulisan (written) yang menyampaikan pikiran secara utuh atau satuan sintaksis
yang disusun berdasarkan konstituen dasar yaitu berupa klausa, atau susunan
klausa yang menciptakan sebuah kesatuan ujaran yang bermakna. Apabila
dalam ragam lisan maka diakhiri menggunakan kesenyapan sedangkan tulisan
diakhiri dengan tanda titik. Kemudian, terdiri atas unsur kata, frasa, dan klausa.
Struktur kalimat terdiri berdasarkan kata dan satuan yang lebih besar misalnya
frasa, klausa, kalimat, dan hubungan antara satuan satuan itu.
1. Unsur – unsur kalimat
a. Subjek merupakan unsur pembentuk kalimat pertama yang
wajib disebutkan pada awal kalimat. Subjek tidak wajib berada
didepan predikat pada sebuah kalimat. Kadang-kadang subjek
ada setelah predikat.
b. Ketika menyelidiki pernyataan dari segimakna, bagian kalimat
yang menjawab pertanyaan ‘bagaimana’ dan ‘mengapa’ disebut
predikat.
c. Objek kalimat merupakan kebalikan dari subjek. Hampir pasti,
letak kalimatnya terbalik. Objek kalimat hanya bisa hadir jika
predikatnya merupakan verba atau verba aktif transitif.
d. Pelengkap meskipun berfungsi hanya melengkapi kalimat,
pelengkap merupakan unsur yang melengkapi predikat. Hal
inilah yang memperlihatkan bahwa pelengkap posisinya berada
pada belakang predikat. Namun, posisinya yang berada pada
belakang predikat terkadang relative menyulitkan buat
membedakannya dengan objek
e. Keterangan merupakan elemen kalimat opsional. Berbeda
dengan keharusan adanya subjek, predikat, objek, dan
pelengkap. Tanpa keterangan ini, frasa tadi secara tata bahasa
masih benar.

Anda mungkin juga menyukai