Anda di halaman 1dari 7

KONSEP PROFESI KEGURUAN DALAM PENDIDIKAN

Puji Rahayu
Email: 2110111320012@mhs.ulm.ac.id
Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

Abstrak
Artikel ini dibuat bertujuan untuk mengetahui tentang konsep dan persepsi profesi
guru, dengan memberikan manfaat pengetahuan tentang bagaimana pekerjaan sebagi guru
dalam membentuk sebuah profesi. Profesional dalam berprofesi sebagai guru harus
ditetapkan di semua lembaga pendidikan, guru yang profesional akan berdampak lebih baik
bagi pningkatan mutu pendidikan.
Adapun simpulanya adalah bahwa seorang guru yang profesional harus mampu
membimbing dan memberikan edukasi kepada peserta didiknya sesuai dengan kemampuan
akademik yang dimilikinya agar tujuan dari mencerdaskan kehidupan bangsa dapat
terlaksana dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan.

PENDAHULUAN
A. Definisi profesi

Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji yang terbuka yang
menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan
karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. Istilah profesi
merupakan simbol dari suatu pekerjaan itu sendiri, profesi mengajar adalah suatu jabatan
yang mempunyai kekhususan. Kekhususan itu merupakan kelengkapan mengajar atau
keterampilan yang menggambarkan bahwa seseorang melakukan tugas mengajar, yaitu
membimbing manusia. (Musriadi,2016:30)

B. Profesi Guru

Berdasarkan UU RI NO.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengavaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuan dengan tugas utama


menstransformasikan,mengembangkan,dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,teknologi
dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Guru merupakan suatu profesi yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian
khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang
pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat guru yang tidak memiliki latar
belakang pendidikan bidang keguruan.

Guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa
yang tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam kehidupan sebuah bangsa sejak
dahulu. Semakin signifikannya keberadaan guru melaksanakan peran dan tugasnya semakin
terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang. Dengan kata lain potret
manusia yang akan datang tercermin dari potret guru dimasa sekarang dan gerak maju
dinamika kehidupan sangat bergantung dari “ citra “ guru di tengah-tengah masyarakat.

Apabila melihat kehidupan masyarakat yang semakin terlihat jelas perbedaannya dan
ketika semua orang mempunyai hanyak pilihan sebagai ladang kehidupan maka citra profesi
guru kian merosot di dalam kehidupan sosial. Apalagi masyarakat semakin lama semakin
terarah kepada kehidupan materialistis. Sehingga suatu profesi dinilai sesuai nilai materinya.
Oleh sebab itu tidak heran bila profesi guru terkecilkan dan menjadi pilihan terakhir
(Smith,2000). Kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh pandangan dan kesadaran
masyarakat yang masih rendah tentang pemahaman profesi, karena derajat suatu profesi
seringkali memang hanya diukur dari nilai materinya.

ATRIBUT PROFESI GURU


C. Kode Etik Profesi Keguruan

Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu kata “ethos” yang berarti suatu
kehendak atau kebiasaan baik yang tetap. Menurut kamus besar bahasa Indonesia
Etika/moral adalah ajaran tentang baik dan buruk mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan
sebagainya. Menurut K. Bertenes, Etika adalah nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi
peganggan bagi seseorang dalam mengatur tingkah lakunya (Rofi, 2016: 49). Dari
kesimpulan diatas, dapat dikatakan bahwa etika 18 Heri Susanto merupakan ajaran yang baik
dan buruk tentang perbuatan dan tingkah laku yang dibatasi oleh norma-norma tertentu.

Kode Etik Guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru. PGRI misalnya,
telah membuat Kode Etik Guru yang disebut dengan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI).
KEGI ini merupakan hasil Konferensi Pusat PGRI Nomor V/Konpus II/XIX/2006 tanggal
25 Maret 2006 di Jakarta,disahkan pada Kongres XX PGRI No. 07/Kongres/XX/PGRI/2008
tanggal 3 Juli 2008 di Palembang. KEGI ini dapat menjadi Kode Etik tunggal bagi setiap
orang yang menyandang profesi guru di Indonesia atau menjadi referensi bagi organisasi atau
asosiasi profesi guru selain PGRI untuk merumuskan Kode Etik bagi anggotanya.

Soetjipto dan Raflis Kosasi menegaskan bahwa kode etik suatu profesi
adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam
melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.

Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi para anggota profesi tentang


bagaimana mereka melaksanakan profesinya dan larangan-larangan yaitu ketentuan tentang
apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka, tidak saja dalam menjalankan
tugas profesi mereka, melainkan juga menyangkut tingkah laku anggota profesi pada
umumnya dalam pergaulannya sehari-hari dalam masyarakat.

D. Organisasi Profesi Keguruan

Organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan orang-orang yang memiliki


suatu keahlian khusus yang merupakan ciri khas dari bidang keahlian tertentu. Dikatakan
ciri khas oleh karena bidang tersebut diperoleh bukan secara kebetulan oleh sembarang
orang, tetapi diperoleh melalui suatu jalur khusus. Dalam prakteknya sebagai pekerjaan
profesional yang melayani masyarakat tentunya memerlukan satu wadah organisasi yang
anggotanya adalah orang-orang yang memiliki pekerjaan atau keahlian yang sejenis.

Organisasi profesi keguruan adalah wadah yang berfungsi sebagai penampungan dan
penyelesaian masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan pendidikan dan diselesaikan
secara bersama. Sebagai suatu organisasi, organisasi profesi keguruan mempunyai suatu
sistem yang senatiasa mempertahankan keadaan yang harmonis. Ia akan menolak komponen
sistem yang tidak mengikuti atau meluruskannya. Dalam praktek keorganisasian, anggota
yang mencoba melanggar aturan main organsasi akan diperingatkan, bahkan dipecat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi profesi keguruan adalah
sebuah wadah perkumpulan orang-orang yang memiliki suatu keahlian dan keterampilan
mendidik yang dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan yang relatif lama, serta
dilakukan dalam lembaga tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan (Wau, 2014: 44).

Jenis-jenis organisasi keguruan yang ada di Indonesia sebagai berikut:

1. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)

PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia
Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia
(PGI) tahun 1932 (Pidarta, 2007: 298)
2. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

MGMP merupakan suatu wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru mata pelajaran
yang berada di suatu sanggar atau kabupaten/kota yang berfungsi sebagai sarana untuk saling
berkomunikasi, belajar dan bertukar pikiran dan pengalaman dalam rangka meningkatkan
kinerja guru sebagai praktisi atau perilaku perubahan reorientasi pembelajaran di kelas
(Depdiknas,2004:1).

3. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)

ISPI lahir pada pertengahan tahun 1960-an. Pada awalnya organisasi profesi
kependidikan ini bersifat regional karena berbagai hal menyangkut komunikasi antara
anggotanya. Keadaan seperti ini berlangsung cukup lama sampai kongresnya yang pertama
di Jakarta 17-19 Mei 1984.

4. Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)

IPBI didirikan di Malang pada tanggal 17 Desember 1975. Organisasi profesi


kependidikan yang bersifat keilmuan dan profesioal ini berhasrat memberikan sumbangan
dan ikut serta secara lebih nyata dan positif dalam menunaikan kewajiban dan tanggung
jawabnya sebagai guru pembimbing. Organisasi ini merupakan himpunan para petugas
bimbingan se-Indonesia dan bertujuan mengembangkan serta memajukan bimbingan sebagai
ilmu dan profesi dalam rangka peningkatan mutu layanannya (Satory dkk, 2009: 74).

GURU DAN INSPIRASI KEMAJUAN PENDIDIKAN INDONESIA


E. Peran, Hak dan Kewajiban Guru

Guru merupakan satu di antara profesi di bidang pendidikan. Dalam Undang-Undang


No. 14 Tahun 2005, dikatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional,
intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya.
Guru sebagai sebuah profesi di bidang pendidikan memiliki hak dan kewajiban yang
menyangkut dunia pendidikan yang digeluti. Hak-hak guru merupakan apa-apa saja yang
didapatkan oleh seseorang yang memiliki profesi guru, dan kewajiban guru adalah apa-apa
saja yang harus dilaksanakan seorang guru dalam menjalankan profesinya. Hak dan
kewajiban guru ini dituangkan dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen
sehingga setiap guru mendapatkan perlindungan terhadap hak yang dimiliki dan kewajiban
yang harus dilaksanakan.
Tugas kemanusiaan satu di antara tugas guru, sisi ini tidak bisa guru abaikan, karena
guru harus terlibat dengan kehidupan di masyarakat dengan interaksi sosial. Guru harus
menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada peserta didik. Di bidang kemasyarakatan
merupakan tugas guru yang juga tidak kalah pentingnya. Pada bidang ini guru mempunyai
tugas mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang
bermoral pancasila. Maka tugas guru tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga sebagai
penghubung antara sekolah dan masyarakat (Djamarah, 2000: 37).
Perkembangan dunia pendidikan yang sejalan dengan kemajuan teknologi dan
globalisasi yang begitu cepat perlu diimbangi oleh kemampuan pelaku utama pendidikan,
dalam hal ini guru. Implikasi perubahan dalam dunia pendidikan, bukan perkara mudah,
karena mengandung konsekuensi teknis dan praksis, serta psikologis bagi guru. Guru dalam
menjalankan tugas profesionalnya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang tidak ringan.
Untuk itu, guru harus memiliki dan menguasai kompetensinya dan sekaligus mengetahui hak
dan kewajibannya sehingga ia menjadi sosok guru yang betul-betul profesional
(Shabir, 2015: 222-223).

1. Hak Guru
Dalam menjalankan tugas dan profesinya, guru memiliki hak dan kewajiban yang
harus dilaksanakan dan diperhatikan. Hak guru berarti suatu yang harus didapatkan olehnya
setelah ia melaksanakan sejumlah kewajibannya sebagai guru. Kewajiban guru adalah
sesuatu yang harus patut dilaksanakan oleh guru dalam menjalankan profesinya. Hak dan
kewajiban guru sebagai pendidik diatur di semua peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan pendidikan. Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pada
bagian kedua mengenai hak dan kewajiban pada pasal 14.

2. Kewajiban Guru

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang


guru dan dosen, pada pasal 20 maka guru berkewajiban sebagai berikut:
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,
serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
b. Mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial
ekonomi peserta didik dalam pembelajaran
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang undangan, hukum dan kode etik guru, serta
nilai nilai agama dan etika.
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
SIMPULAN
Profesi guru merupakan profesi yang sangat penting dan berkontribusi langsung
terhadap kemajuan suatu bangsa. Sebagai suatu profesi, guru idealnya memiliki syarat-syarat
khusus untuk dapat dijalani oleh seseorang. Diperlukan kompetensi khusus untik menjadi
seorang guru. Guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran suatu
bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh unsur signifikannya keberadaan guru
melaksanakan peran dan tugasnya semakin terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya
kesiapan seseorang. Dengan kata lain potret manusia yang akan datang tercermin dari potret
guru dimasa sekarang dan gerak maju dinamika kehidupan sangat bergantung dari “ citra
“ guru di tengah-tengah masyarakat.

Layaknya profesi lain, profesi guru juga dilengkapi dengan berbagai atribut profesi
seperti kode etik profesi keguruan, organisasi profesi keguruan, serta undang-undang yang
menjamin hak dan kewajiban guru Indonesia. Regulasi dan seperangkat tata nilai tersebut
dibuat untuk menjamin profesi guru dapat berperan maksimal dalam proses pendidikan.
REFERENSI

Susanto, H., Irmawati, I., Akmal, H., & Abbas, E. W. (2021). Media Film Dokumenter dan
Pengaruhnya Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. HISTORIA: Jurnal
Program Studi Pendidikan Sejarah, 9(1), 65-78.
Anis, M. Z. A., Putro, H. P. N., Susanto, H., & Hastuti, K. P. (2020). Historical Thinking
Model in Achieving Cognitive Dimension of Indonesian History Learning.
PalArch's Journal of Archaeology of Egypt/Egyptology, 17(7), 7894-7906.
Anis, M. Z. A., Susanto, H., & Mardiani, F. (2021, February). Analysis of the Effectiveness
of MPBH: The Mains of Mandai as a Saving Food in Banjarmasin Community. In
The 2nd International Conference on Social Sciences Education (ICSSE 2020) (pp.
89-94). Atlantis Press.
Afrina, A., Abbas, E. W., & Susanto, H. (2021). The Role of Historical Science in Social
Studies Learning Materials for Increasing Values of Student's Nationalism. The
Innovation of Social Studies Journal, 3(1), 1-8.
Efendi, I., Prawitasari, M., & Susanto, H. (2021). Implementasi Penilaian Pembelajaran Pada
Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Sejarah. Prabayaksa: Journal of History
Education, 1(1), 21-25.
Prawitasari, M., & Susanto, H. (2021). RETROGRESI PENGGUNAAN MEDIA DARING
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH MASA PANDEMI COVID-19. Jurnal
Education and Development, 9(4), 173-177.
Anis, M. Z. A., Susanto, H., & Fathurrahman, F. (2021). Studi Evaluatif Pembelajaran
Sejarah Daring Pada Masa Pandemi Covid-19. Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah
dan Pendidikan, 5(1), 60-69.
Wahidah, M. N., Putro, H. P., Syaharuddin, S., Prawitasari, M., Anis, M. Z. A., & Susanto,
H. (2021). Dinamika Pendidikan Dasar Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin (1986-
2019). PAKIS (Publikasi Berkala Pendidikan Ilmu Sosial), 1(1).

Anda mungkin juga menyukai