Anda di halaman 1dari 13

Peran, Hak, dan Kewajiban Seorang Guru

Nurul Maulida Arifa


Email : 2110128220014@mhs.ulm.ac.id
Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

Abstrak
Guru merupakan suatu profesi yang mermelukan keahlian dan keterampilan khusus dalam
bidang pendidikan dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang. Sebagai salah satu
profesi guru mempunyai atribut profesi seperti kode etik yang menjadi landasan dan standar
perilaku guru, organisasi profesi keguruan yang menjadi wadah berkumpul guru dalam
menuangkan aspirasi serta masalah dalam pendidikan dan berbagi solusi serta menjadi
tempat perlindungan dan pembinaan bagi guru. Hakikatnya guru berperan dalam
membentuk karakteristik dan mengembangkan potensi siswanya. Guru yang
menempatkan dirinya kedalam tenaga profesional memiliki hak dan kewajiban serta misi
utama dalam menjalankan tugasnya sebagai guru. Dalam filosofi pendidikan Indonesia
“Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tutwuri handayani” yang memaknai
peran guru sebagai role model, motor penggerak dan motivator.

PENDAHULUAN
Profesi secara etimologi berasal dari bahasa Inggris yaitu kata profession dan
berasal dari bahasa Latin profesus yang artinya mampu atau ahli dalam suatu bentuk
pekerjaan. Profesi merupakan sebuah pekerjaan atau jabatan yang memerlukan
pengetahuan dan keterampilan atau keahlian khusus yang didapat melalui pendidikan dan
pelatihan secara khusus. (Heri Susanto, 2020: 14-16).
Profesi adalah bidang pekerjaan tertentu yang dinilai telah memenuhi kriteria,
dengan kata lain tidak semua pekerjaan dapat disebut profesi karena terdapat persyaratan
atau kriteria khusus yang perlu dipenuhi, yakni : 1.) setiap profesi memiliki spesialisasi
ilmu berdasarkan kekhususan keilmuan, sehingga orang yang masuk kedalam suatu bidang
profesi harus memiliki latar belakang keilmuan yang relevan (berhubungan dengan
profesinya), 2.) Memiliki kode etik dalam menjalankan profesi hal ini diperlukan agar
mennjaga martabat dan menjadi pendoman bagi insan di bidang profesi dalam menjalankan
profesinya, 3.) Memiliki organisasi profesi yang merupakan wadah perkumpulan dan
perjuangan insan profesi yang berfungsi sebagai wadah untuk mengembangkan profesi
melalui berbagi inovasi dan komunikasi suatu profesi dan menjadi simbol kuatnya
organisasi profesi di tengah – tengah masyarakat, 4.) Mendapat pengakuan dari masyarakat
terhadap profesi yang telah terbukti memiliki peran sesuai bidang profesi yang digelutinya,
5.) Memiliki panggilan hidup, dikarenakan profesi merupakan karir yang amengharuskan
seseorang untuk sepenuhnya mengabdikan diri dan mendalami keilmuan dalam bidang
profesi tersebut, semakin lama seseorang terjun dalam suatu profesi maka akan semakin
ahli orang tersebut dalam bidang profesinya, 6.) Memiliki kecakapan diagnostik, hal ini
diperlukan agar seseorang yang mengeluti bidang profesi memiliki kemampuan
memperkirakan penyebab atau akibat berdasarkan gejala serta kemampuan untuk
menentukan tindakan yang tepat untuk menyelesaikan suatu masalah, 7.) mempunyai klien
yang jelas dikarenakan profesi merupakan suatu pekerjaan di bidang jasa. Contohnya
seperti guru yang memiliki klien peserta didik atau murid, Hal ini menunjukkan bahwa
bidang profesi merupakan pekerjaan yang sangat berbeda antara satu profesi dengan profesi
lainnya, sehingga seseorang tidak dapat beralih profesi tanpa latar belakang keahlian yang
relevan.
Hal ini memunculkan pertanyaan “Apakah pekerjaan guru itu suatu profesi?”
Berdasarkan UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, dikatakan guru
adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru merupakan
suatu profesi, yang artinya pekerjaan yang mermelukan keahlian khusus dan telah
memenuhi persyaratan selaku profesi, contohnya guru dituntut mempunyai pembelajaran
besar serta mempunyai spesialisasi ilmu yang berarti tidak dapat dilakukan oleh
sembarangan orang diluar bidang pendidikan. Guru memiliki kode etik yaitu disebut kode
etik profesi keguruan. Guru juga mempunyai organisasi salah satunya adalah PGRI
(Persatuan Guru Republik Indonesia).
Berikutnya, pengakuan yang didapat berdasarkan pengakuan masyarakat bahwa
guru telah terbukti mempunyai peran sesuai bidangnya dipendidikan, guru juga memiliki
panggilan hidup yang menjadikan guru mengabdikan dirinya secara penuh untuk
pendidikan anak bangsa, selanjutnya guru memiliki kecakapan diagnostik yang dapat
memperkirakan penyebab, menganalisis serta menentukan tindakan yang tepat untuk
menyelesaikan permasalahan yang terjadi dilingkungan sekolah, terakhir guru mempunyai
klien yang jelas dan disini klien seorang guru adalah murid atau peserta didik. Selain itu
ada menurut National Education Association (NEA), syarat guru sebagai profesi terpenuhu
karena memiliki kriteria seperti : Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual (orang yang
menggunakan kecerdasan untuk bekerja), jabatan yang mengeluti suatu bidang ilmu
khusus, jabatan yang memerlukan persiapan professional yang lama, jabatan yang
melibatkan pelatihan dalam jabatan yang berkesinambungan, jabatan yang menjanjikan
karire hidup dalam keanggotan yang permanen,
Dalam hal ini, Profesi guru adalah profesi yang sangat penting dalam kehidupan
suatu bangsa. Guru merupakan unsur dominan dalam suatu proses pendidikan, sehingga
kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas pendidikan itu sendiri dalam
menjalankan peran dan tugas sebagai masyarakat. Guru merupakan posisi strategis bagi
pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa yang tidak dapat tergantikan oleh unsur –
unsur manapun dalam kehidupan sebuah bangsa sejak dahulu. Karena itu keberadaan
seorang guru yang melaksanakan peran dan tugasnya secara signifikan akan menjamin
terbinanya kesiapan seseorang.
ATRIBUT PROFESI GURU
Setiap profesi memiliki atribut diantaranya ada kode etik profesi dan organisasi
profesi dan guru sebagai suatu profesi memiliki kedua atribut profesi yang disebut kode
etik profesi keguruan dan organisasi profesi keguruan. Sebelum membahas lebih dalam,
pertama perlu mengenal apa itu kode etik. Kode etik terdiri dari dua kata, yakni “kode” dan
“etik” yang berasal dari bahasa Yunani yang artinya watak, adab atau cara hidup. Hal ini
dapat diartikan bahwa etik menunjukkan cara berbuat menjadi adat dikarenakan persetujuan
dari kelompok manusia dan dipakai untuk pengkajian sistem nilai – nilai. (Heri Susanto,
2020: 14-16).
Karena hal itu guru sebagai tenaga profesional memiliki yang namanya “kode etik
guru” dan menjadikannya pedoman yang mengatur pekerjaan guru selama pengabdian serta
merupakan ketentuan yang mengikat semua sikap dan perbuatan seorang guru (Djamarah,
2000 : 49). Kode etik ini membantu guru dalam berinteraksi lingkungan sekolah serta
menghindari dari tindakan – tindakan kekerasan dan perbuatan asusila yang dilakukan
terhadap peserta didik yang diajari. Terlihat bahwa kode etik penting dalam suatu profesi,
ini dikarenakan kode etik sebagai sarana kontrol sosial (mengajak, mengawasi, dan
mencegah agar dapat terkendali) dan untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi serta
melindungi dari segala bentuk penyimpangan atau penyalahgunaan keahlian. Ketaatan
kepada kode etik akan mendorong perilaku sesuai dengan norma – nora yang diperbolehkan
dan menghindari norma yang dilarang dalam etika profesi, selama etika profesi dijalankan
maka tugas – tugas profesional dan kehidupan sebagai warga negara di anggota masyarakat
dapat terlaksana dengan baik.
Sebagai landasan dan standar perilaku guru, kode etik profesi keguruan bertujuan
untuk memposisikan guru sebagai suatu profesi yang bermatabat, mulia dan terhormat yang
dilindungi oleh undang – undang. Hermawan (1979) menjabarkan tujuan kode etik sebagai
berikut : yang pertama tujuan kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi,
kedua untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para angora profesi, ketiga tujuan kode
etik untuk meningkatkan pengabdian anggota profesi agar anggota profesi mengabdikan
dirinya kedalam tugasnya, keempat untuk menigkatkan mutu profesi dan terakhir yang
kelima untuk mwningkatkan mutu atau kualitas organisasi profesi.
Selain memliki tujuan, kode etik juga mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai
perlindungan dan perkembangan suatu profesi. Fungsi ini dikemukakan oleh beberapa ahli
seperti Gibson dan Michel (1945 : 449) yang lebih mementingkan pada kode etik sebagai
pedoman pelaksanaan tugas profesional dan pedoman bagi masyarakat sebagai seorang
profesional. Menurut Biggs dan Blocher ( 1986 : 10) mengemukakan tiga fungsi kode etik
yaitu : (1). Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah. (2). Mencegah
terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi. (3). Melindungi para praktisi dari
kesalahan praktik suatu profesi. Fungsi ini untuk menjaga agar Pertama, kode etik
melindungi profesi dari campur tangan pemerintah, dengan adanya kode etik yang jelas,
khususnya dalam rangka mengatur hubungan antara anggota profesi dengan pihak luar
(pemerintah) akan memberikan kejelasan tentang apa yang harus dilakukan dan yang tidak
boleh dilakukan. Kedua, kode etik ini dapat mencegah perpecahan internal dalam suatu
hubunan profesi. Ketiga, melindungi praktisi dari kesalah praktik suatu profesi. kepada
setiap anggota profesi untuk tidak melakukan kesalahan-kesalahan sekecil apapun itu dalam
bekerja.
Fungsi kode etik yang dikemukakan oleh Sutan Zahei dan Syahmiar Syahrun (1992)
ada empat yaitu : 1. agar guru terhindar dari penyimpangan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya, 2. untuk mengatur hubungan guru dengan murid, rekan kerja, masyarakat, dan
pemerintah, 3.. sebagai pegangan dan pendoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung
jawab pada profesinya, 4. pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang
menggunakan profesinya dalam melaksanakan tugasnya. Dapat disimpulkan bahwa kode
etik memiliki fungsi perlindungan dan pengembangan profesi agar dapat melindungi suatu
profesi terhadap penyimpangan tugas dan masalah – masalah diantara rekan kerja, murid,
masyarakat serta pemerintah, melindungi pekerjaan sesuai dengan norma – norma yang
berlaku. Serta juga menciptakan suasana harmonis dan merasa aman dalam melakukan
tugas – tugasnya. Kode etik juga mementingkan pelaksanaan tugas profesional dan menjadi
pedoman bagi masyarakat. (Heri Susanto, 2020: 23 - 24).
Selain kode etik, profesi memiliki atribut organisasi profesi yang didalam profesi
guru disebut organisasi profesi keguruan. Organisasi profesi keguruan berasal dari tiga
kata, yaitu “organisasi”, “profesi” dan “keguruan”. Ada beberapa menurut para ahli tentnag
organisasi seperti yang dikemukakan oleh Stoner menurutnya organisasi adalah suatu pola
hubungan - hubungan yang melalui orang-orang di bawah arahan manajer mengejar tujuan
bersama (Pidarta, 2007: 291). Pengertian ini menekankan bahwa organisasi sebagai suatu
sistem untuk mencapai tujuan bersama. Lalu menurut James D. Mooney Organisasi adalah
bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama (Pidarta, 2007: 291).
Pengertian menurut james menekankan pada fungsi organisasi sebagai perkumpulan. Dan
terakhir menurut Chester I. Bernard organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama
yang dilakukan oleh dua orang atau lebih (Pidarta, 2007: 291). Pengertian ini menitik
beratkan pada kerjasama antar anggota profesi.
Yang telah diketahui bahwa profesi merupakan sebuah pekerjaan atau jabatan yang
menuntut keahlian atau kemampuan seseorang dan didapat melalui adanya proses
pendidikan. Dan organisasi tadi ialah perkumpulan orang atau masyarakat yang memiliki
tujuan bersama. Artinya organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan orang – orang
yang memiliki kemampuan khusus yang merupakan ciri khas dari bidang keahlian tertentu.
Jadi Organisasi Keguruan ini merupakan perkumpulan yang berfungsi sebagai wadah
penampung dan penyelesaian suatu masalah yang dihadapi berkaitan dengan pendidikan
dan diselesaikan secara bersama – sama. Sebagai suatu organisasi, organisasi profesi
keguruan ini mempunyai suatu sistem yang senatiasa mempertahankan keadaan yang
harmonis. organisasi akan menolak sistem yang tidak mengikuti aturan organisasi. Dalam
keorganisaisan, anggota yang mencoba melanggar aturan organsasi akan diperingatkan,
bahkan dikeluarkan dari organisasi (dipecat) (Heri Susanto, 2020: 30 - 32).
Sesuatu profesi perlu memiliki organisasi agar dapat mengembangkan dan
memajukan profesi, memantau dan memperluas bidang gerak profesi, menghimpun dan
memberikan kesempatan kepada semua anggota dalam organisasi untuk berkarya dan
berperan aktif dalam mengembangkan dan memajukan profesi. organisasi profesi juga
selayaknya dapat terus-menerus mendorong dan memotivasi para anggota profesi di
lapangan untuk dapat melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan standar yang
disyaratkan, sehingga kehadirannya dapat memberikan manfaat dan kepuasan bagi
masyarakat luas. Untuk menjaga wibawa dan martabat profesi, organisasi profesi perlu
menetapkan, memelihara dan menegakkan kode etik profesi untuk tidak dilanggar oleh para
anggotanya, sehingga pelayanan profesi tidak tercemari oleh berbagai bentuk
penyimpangan praktik profesi. Organisasi profesi juga melayani anggotanya dari sisi
kesejahteraan kehidupan bersama, serta dapat memberikan perlindungan hukum untuk
kelancaran kegiatan profesi dan keamanan para anggota bekerja, dalam pengabdiaannya
kepada masyarakat.

Organisasi profesi bagi guru memiliki keuntungan, Keuntungan yang diperoleh


yaitu Pertama, mampu mengelola kelas dengan baik. Guru merupakan sumber
utama[pembelajran di kelas. Di kelas, guru berperani sebagai pengajar, pendamping,
pelatih, dan pembimbing. Hal tersebut menjelaskan bahwa guru harus memiliki
kemampuan untuk mengelola kelasnya dengan baik. Jika guru sudah masuk dan aktif dalam
berorganisasi maka akan berimbas kepada pengelolaan kelas yang menjadikan Suasana
tenang, kondusif, dan akrab akan terbangun. Kedua, berjiwa sosial. Ketika guru sudah
memasuki organisasi, guru akan mengenal latar belakang masing – masing anggota yang
bebrbeda . Dengan mengenal latar anggota, guru akan memahami karakteristik seseorang
ini memudahkan guru menggajar peserta didiknya mengetahui karakteristik muriddan
menciptakan suasana nyaman karena guru tidak bertindak diskriminatif karena
perbedaanlatar ekonomi, budaya, agama, sosial, pendidikan dan lain-lain.

Ketiga, kematangan berpikir. Karakteristik peserta didik tentu berbeda-beda.


Keunikan itu akan disadari dengan baik jika guru pernah berorganisasi. Guru tidak mudah
marah ketika menghadapi siswa nakal dan pembuat onar. Guru tak mudah mengeluarkan
kata-kata atau tindakan yang bisa menyakitkan muridnya. Keempat, menunjang karir. Aktif
berorganisasi akan mendukung karir guru. Kelima, meningkatkan profesionalisme.
Profesionalisme guru diukur dari kemampuannya menghasilkan peserta didik yang unggul.
Adapun keuntungan adanya organisasi guru bagi guru di Indonesia, yaitu guru Indonesia
mempunyai wadah untuk menampung, menyalurkan dan menyelesaikan masalah yang
terjadi dalam pendidikan, guru Indonesia mendapatkan pembinaan dan pengembangan
dalam meningkatkan profesi guru, guru di Indonesia mendapat perlindungan dan bantuan
hukum serta guru Indonesia mempunyai wadah untuk menyampaikan aspirasinya terhadap
pendidikan.

Di Indonesia sendiri ada berbagai organisasi profesi kependidikan di Indonesia


salah satunya adalah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), PGRI lahir pada tanggal
25 November 1945, Cikal bakal organisasi PGRI berawal dengan nama Persatuan Guru
Hindia Belanda (PGHB) pada tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan
Guru Indonesia (PGI) pada tahun 1932 (Pidarta, 2007: 298). Tujuan utama PGRI, yakni
membela dan mempertahankan Republik Indonesia (organisasi perjuangan), Memajukan
pendidikan seluruh rakyat berdasar kerakyatan (organisasi profesi). Dan membela dan
memperjuangkan nasib guru khususnya dan nasibburuh pada umumnya (organisasi
ketenagakerjaan). Selain PGRI ada Ikatan Guru Indonesia (IGI) berperan dalam
mewujudkan peningkatan mutu, profesionalisme, kesejahteraan, perlindungan profesi guru,
dan pengabdian kepada masyarakat, Menjadi sarana dan wadah interaktif guru untuk tukar-
menukar pengalaman, ide, dan berbagi dalam cara mengajar, pendekatan, metode, strategi
dan teknik mengajar, serta hal-hal baru dalam dunia pendidikan.

Selanjutnya ada Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU), yang berperan


dalam Mewujudkan guru - guru yang profesional dan berakhlaqul karimah, meningkatkan
profesionalisme guru, mengembangkan sistem pendidikan nasional yang Islami,
membangun masyarakat berpendidikan yang Islami, dan meningkatkan kesejahteraan guru
agar dapat melaksanakan tugas profesi secara baik. Kemudian ada Persatuan Guru Seluruh
Indonesia (PGSI) yang berperan mewujudkan guru swasta memiliki hak dan kewajiban
yang sama dengan guru di sekolah negeri serta mendorong sistem pendidikan demokratis
dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia
(HAM), nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Terakhir ada organisasi
Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) dan Federasi Guru Independen Indonesia (FGII)
yang memiliki peran yang sama yaitu, Meningkatkan prinsip-prinsip profesionalitas guru,
Membangun kesejahteraan guru, membentuk guru yang memiliki keberanian, kritis, sadar
hukum dan profesional.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru sebagai tenaga profesi


mempunyai atribut, yaitu kode etik sebagai landasan dan standar perilaku guru dan
bertujuan utnuk memposisikan guru sebagai sebuah profesi yang terhormat, mulia,
bermartabat dan dilindungi undang – undang, serta mencegah dari tindakan kekerasan dan
perbuatan asusila. Kode etik juga memiliki fungsi untuk melindungi dan memngembangkan
profesi agar tercipta suasana yang harmonis dan rasa aman dalam melakukan tugas di
bidang profesi. atribut profesi lainnya yaitu organisasi profesi yang dapat disimpulkan
bahwa organisasi profesi keguruan merupakan wadah berkumpul orang – orang yang
mempunyai keahlian dan kemampuan khusus dalam mendidik yang sudah dipersiapkan
dalam waktu yang lama. Organisasi profesi keguruan ini sangat berperan penting dan
memberi keuntungan bagi guru seperti wadah untuk menampung, menyalurkan dan
menyelesaikan masalah yang terjadi dalam pendidikan, mendapat pembinaan dan
pelindungan serta tempat bertukar pikiran dalam hal pendidikan.
PERAN, HAK DAN KEWAJIBAN GURU
Dalam menjalankan tugas profesinya, guru memiliki hak dan kewajiban yang harus
dilaksanakan dan diperhatikan. Hak guru merupakan apa – apa saja yang didapat seseorang
yang memiliki profesi seorang guru, dan kewajiban guru merupakan apa – apa saja yang
harus dilaksanakan guru dalam menjalankan tugasnya. Hak dan kewajiban guru sebagai
pendidik diatur di semua peraturan perundang undangan yang berkaitan dengan pendidikan
dan ini terkandung dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. (Heri Susanto,
2020: 44).
Adapun hak – hak yang dimiliki seorang guru dalam UU No. 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen pada bagian 2 pasal 14 yakni : 1. Memperoleh penghasilan di atas
kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial, 2. Mendapatkan promosi dan
penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi dalam pekerjaannya. 3. Memperoleh
perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual (kecerdasan), 4.
Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi diri, 5. Memperoleh dan
memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas
keprofesionalan, 5. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan
kelulusan, penghargaan, dan sanksi kepada pesertad idik sesuai dengan kaidah pendidikan,
kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan, 6. Memperoleh rasa aman dan jaminan
keselamatan dalammelaksanakan tugasnya, 7. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam
organisasi profesi, 8. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan
pendidikan, 9. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kualifikasi akademik, 10. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidang
pendidikan.
Selain hak – hak yang dijabarkan diatas guru juga memiliki hak – hak seperti hak
hidup sejahtera, hak perlindungan karir, hak kebebasan intelektual, hak berpendapat, hak
berserikat, dan hak pengembangan karir. Berbagai hak yang dijelaskan selayaknya dapat
membuat guru merasa aman dalam menjalankan profesinya dan dapat berkontribusi dalam
memajukan pendidikan. Selain hak, guru juga memiliki kewajiban yang harus dijalankan.
Dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, pada pasal 20 dijabarkan tentang
kewajiban guru yaitu, pertama, merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta mengevaluasi dan memberi hasil berupa nilai dalam pembelajaran. kedua,
mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Ketiga,
bertindak objektif dan tidak diskriminatif terhadap jenis kelamin, agama, suku, ras, dan
kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik
dalam pembelajaran. Keempat, menjunjung tinggi peraturan perundang - undangan, hukum
dan kode etik guru, serta nilai nilai agama dan etika. Yang terakhir memelihara dan
memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Dapat dipahami bahwa, tugas guru tidak hanya sebatas dinding sekolah, namun juga
menjadi penghubung antara sekolah dan masyarakat. Tugas guru juga tidak hanya sebagai
suatu profesi, tetapi juga sebagai tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan. Mengembangkan
profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mendidik,
mengajar, dan melatih peserta didik merupakan tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas
guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada
peserta didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan keterampilan dan
menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan peserta didik (Djamarah, 2000: 37).
Tugas kemanusiaan satu diantara tugas guru, sisi ini tidak bisa guru abaikan,
dikarenakan guru harus terlibat dalam kehidupan masyarakat dengan interaksi sosial.
Dibidang kemasyarakat guru memiliki tugas penting yakni mendidik dan mengajar
masyarakat untuk menjadi warga negara yang bermoral pancasila. Hal inilah yang
dimaksud guru tidak hanya sebatas dinding, namun juga sebagai penghubung sekolah
dengan masyarakat. Setelah dijabarkan beberapa hak, kewajiban dan tugas seorang guru
maka guru memiliki misi utama dalam membimbing peserta didiknya menuju kearah
kedewasaan, membentuk kepribadian peserta didik sesuai cita – cita dan dasar negara yaitu
pancasila, serta mendidik dan mengarahkan peserta didik.
Guru sebagai pendidik memiliki peranan dalam pendidikan. Jika di identifikasikan
dari filosofi pendidikan Indonesia yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara “Ing ngarso
sung tulodo, ing madya mangun karso, tutwuri handayani" maka peran guru sebagai : 1.
Role model (Ing ngarso sung tulodo), memiliki arti bahwa seorang guru di depan harus
mampu menjadi contoh bagi anak didiknya. Guru berperan sebagai role model bagi
peserta didik, hal ini menyatakan bahwa guru memiliki arti bahwa seorang guru di depan
harus mampu menjadi contoh bagi anak didiknya, atau memberikan teladan kepada siswa.
Karena murid mencerminkan apa yang diajarkan oleh sang guru. 2. Motor Penggerak (Ing
madya mangun karso) ), artinya guru berada di antara anak didiknya, maka guru tersebut
harus mampu memberikan inspirasi dan motivasi bagi anak didik agar bisa lebih maju
dalam belajar, serta Inspirasi dan motivasi yang diberikan guru dapat memberikan
semangat dan memacu anak didik untuk lebih giat karena merasa diperhatikan dan selalu
mendapat pikiran -pikiran positif dari gurunya. Selain itu guru juga menjadi dan penggerak
peradaban dengan cara mengarahkan siswa untuk melakukan yang benar. Bisa disimpulkan
bahwa guru menjadi pengerak inovasi dalam sebuah pendidikan. 3. Motivator (tutwuri
handayan) mempunyai arti bahwa guru di belakang anak didik diharapkan mampu
kepercayaan dalam melaksanakan tugasnya dengan baik. Disini guru dapat memberikan
dorongan semangat kepada siswa untuk menghadapi setiap persoalan hidup dan
mempelajari nilai – nilai dalam hidup. Selain itu guru dapat menghargai dan mendorong
potensi yang dimiliki siswa, dan melihat keberagaman (tingkat intelektual, bakat, potensi,
minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,
kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik)
yang dimiliki siswa atau peserta didik.

SIMPULAN
Profesi guru merupakan profesi yang sangat penting dalam kemajuan suatu negara,
dalam hal ini guru berperan besar dalam membentuk karakteristik dan mengembangkan
potensi siwanya serta berperan sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. Maka
dari itu, guru memenuhi syarat pekerjaan yang tergolong kedalam bidang profesi, yakni guru
mempunyai spesialisasi ilmu yang berdasarkan dari pendidikan tinggi dibidang ilmu
pengetahuan dan keguruan, guru mempunyai kode etik yang disebut kode etik profesi
keguruan yang menjadi atribut serta landasan dan standar perilaku guru yang memposisikan
guru sebagai suatu profesi yang bermartabat, mulia dan terhomat serta dilindungi oleh
undang – undang.
Syarat berikutnya yang terpenuhi adalah guru mendapat pengakuan masyarakan
karena terbukti mempunyai peran sesuai bidangnya dalam pendidikan. guru juga
mempunyai organisasi profesi yang disebut organisasi profesi keguruan dan menjadi salah
satu atribut profesi guru yang berperan dalam mengembangkan dan memajukan profesi
keguruan dan guru mempunya organisasi – organisasi seperti Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI), Ikatan Guru Indonesia (IGI), Persatuan Guru Nahdlatul Ulama
(PERGUNU), Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) dan Federasi Guru Independen
Indonesia (FGII). guru juga memiliki panggilan hidup yang menjadikan guru mengabdikan
dirinya secara penuh untuk pendidikan anak bangsa, guru memiliki kecakapan diagnostik
yang dapat memperkirakan penyebab, menganalisis serta menentukan tindakan yang tepat
untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi dilingkungan sekolah, terakhir guru
mempunyai klien yang jelas dan disini klien seorang guru adalah murid atau peserta didik.

Dalam menjalankan tugas profesinya, guru memiliki hak dan kewajiban yang harus
dilaksanakan dan diperhatikan. Hak guru merupakan apa – apa saja yang didapat seseorang
yang memiliki profesi seorang guru, dan kewajiban guru merupakan apa – apa saja yang
harus dilaksanakan guru dalam menjalankan tugasnya. Hak dan kewajiban guru sebagai
pendidik diatur di semua peraturan perundang undangan yang berkaitan dengan pendidikan
dan ini terkandung dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Guru juga
memiliki tugas dan misi utama yakni, mengajarkan, membimbing, mengarahkan, melatih,
menillai, dan mengevaluasi juga membimbing peserta didiknya menuju kearah kedewasaan,
membentuk kepribadian peserta didik sesuai cita – cita dan dasar negara yaitu pancasila,
serta mendidik dan mengarahkan peserta didik. Peran – peran guru pun turut serta dimaknai
dalam filosofi filosofi pendidikan Indonesia yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara “Ing
ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tutwuri handayani"

REFERENSI

Susanto, H., Irmawati, I., Akmal, H., & Abbas, E. W. (2021). Media Film Dokumenter dan
Pengaruhnya Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. HISTORIA: Jurnal
Program Studi Pendidikan Sejarah, 9(1), 65-78.
Anis, M. Z. A., Putro, H. P. N., Susanto, H., & Hastuti, K. P. (2020). Historical Thinking
Model in Achieving Cognitive Dimension of Indonesian History Learning.
PalArch's Journal of Archaeology of Egypt/Egyptology, 17(7), 7894-7906.
Anis, M. Z. A., Susanto, H., & Mardiani, F. (2021, February). Analysis of the Effectiveness
of MPBH: The Mains of Mandai as a Saving Food in Banjarmasin Community. In
The 2nd International Conference on Social Sciences Education (ICSSE 2020)
(pp. 89-94). Atlantis Press.
Afrina, A., Abbas, E. W., & Susanto, H. (2021). The Role of Historical Science in Social
Studies Learning Materials for Increasing Values of Student's Nationalism. The
Innovation of Social Studies Journal, 3(1), 1-8.
Efendi, I., Prawitasari, M., & Susanto, H. (2021). Implementasi Penilaian Pembelajaran
Pada Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Sejarah. Prabayaksa: Journal of History
Education, 1(1), 21-25.
Prawitasari, M., & Susanto, H. (2021). RETROGRESI PENGGUNAAN MEDIA DARING
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH MASA PANDEMI COVID-19. Jurnal
Education and Development, 9(4), 173-177.
Anis, M. Z. A., Susanto, H., & Fathurrahman, F. (2021). Studi Evaluatif Pembelajaran
Sejarah Daring Pada Masa Pandemi Covid-19. Fajar Historia: Jurnal Ilmu
Sejarah dan Pendidikan, 5(1), 60-69.
Wahidah, M. N., Putro, H. P., Syaharuddin, S., Prawitasari, M., Anis, M. Z. A., & Susanto,
H. (2021). Dinamika Pendidikan Dasar Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin
(1986-2019). PAKIS (Publikasi Berkala Pendidikan Ilmu Sosial), 1(1).

Anda mungkin juga menyukai