Abstrak
Guru merupakan suatu profesi yang mermelukan keahlian dan keterampilan khusus dalam
bidang pendidikan dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang. Sebagai salah satu
profesi guru mempunyai atribut profesi seperti kode etik yang menjadi landasan dan standar
perilaku guru, organisasi profesi keguruan yang menjadi wadah berkumpul guru dalam
menuangkan aspirasi serta masalah dalam pendidikan dan berbagi solusi serta menjadi
tempat perlindungan dan pembinaan bagi guru. Hakikatnya guru berperan dalam
membentuk karakteristik dan mengembangkan potensi siswanya. Guru yang
menempatkan dirinya kedalam tenaga profesional memiliki hak dan kewajiban serta misi
utama dalam menjalankan tugasnya sebagai guru. Dalam filosofi pendidikan Indonesia
“Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tutwuri handayani” yang memaknai
peran guru sebagai role model, motor penggerak dan motivator.
PENDAHULUAN
Profesi secara etimologi berasal dari bahasa Inggris yaitu kata profession dan
berasal dari bahasa Latin profesus yang artinya mampu atau ahli dalam suatu bentuk
pekerjaan. Profesi merupakan sebuah pekerjaan atau jabatan yang memerlukan
pengetahuan dan keterampilan atau keahlian khusus yang didapat melalui pendidikan dan
pelatihan secara khusus. (Heri Susanto, 2020: 14-16).
Profesi adalah bidang pekerjaan tertentu yang dinilai telah memenuhi kriteria,
dengan kata lain tidak semua pekerjaan dapat disebut profesi karena terdapat persyaratan
atau kriteria khusus yang perlu dipenuhi, yakni : 1.) setiap profesi memiliki spesialisasi
ilmu berdasarkan kekhususan keilmuan, sehingga orang yang masuk kedalam suatu bidang
profesi harus memiliki latar belakang keilmuan yang relevan (berhubungan dengan
profesinya), 2.) Memiliki kode etik dalam menjalankan profesi hal ini diperlukan agar
mennjaga martabat dan menjadi pendoman bagi insan di bidang profesi dalam menjalankan
profesinya, 3.) Memiliki organisasi profesi yang merupakan wadah perkumpulan dan
perjuangan insan profesi yang berfungsi sebagai wadah untuk mengembangkan profesi
melalui berbagi inovasi dan komunikasi suatu profesi dan menjadi simbol kuatnya
organisasi profesi di tengah – tengah masyarakat, 4.) Mendapat pengakuan dari masyarakat
terhadap profesi yang telah terbukti memiliki peran sesuai bidang profesi yang digelutinya,
5.) Memiliki panggilan hidup, dikarenakan profesi merupakan karir yang amengharuskan
seseorang untuk sepenuhnya mengabdikan diri dan mendalami keilmuan dalam bidang
profesi tersebut, semakin lama seseorang terjun dalam suatu profesi maka akan semakin
ahli orang tersebut dalam bidang profesinya, 6.) Memiliki kecakapan diagnostik, hal ini
diperlukan agar seseorang yang mengeluti bidang profesi memiliki kemampuan
memperkirakan penyebab atau akibat berdasarkan gejala serta kemampuan untuk
menentukan tindakan yang tepat untuk menyelesaikan suatu masalah, 7.) mempunyai klien
yang jelas dikarenakan profesi merupakan suatu pekerjaan di bidang jasa. Contohnya
seperti guru yang memiliki klien peserta didik atau murid, Hal ini menunjukkan bahwa
bidang profesi merupakan pekerjaan yang sangat berbeda antara satu profesi dengan profesi
lainnya, sehingga seseorang tidak dapat beralih profesi tanpa latar belakang keahlian yang
relevan.
Hal ini memunculkan pertanyaan “Apakah pekerjaan guru itu suatu profesi?”
Berdasarkan UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, dikatakan guru
adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru merupakan
suatu profesi, yang artinya pekerjaan yang mermelukan keahlian khusus dan telah
memenuhi persyaratan selaku profesi, contohnya guru dituntut mempunyai pembelajaran
besar serta mempunyai spesialisasi ilmu yang berarti tidak dapat dilakukan oleh
sembarangan orang diluar bidang pendidikan. Guru memiliki kode etik yaitu disebut kode
etik profesi keguruan. Guru juga mempunyai organisasi salah satunya adalah PGRI
(Persatuan Guru Republik Indonesia).
Berikutnya, pengakuan yang didapat berdasarkan pengakuan masyarakat bahwa
guru telah terbukti mempunyai peran sesuai bidangnya dipendidikan, guru juga memiliki
panggilan hidup yang menjadikan guru mengabdikan dirinya secara penuh untuk
pendidikan anak bangsa, selanjutnya guru memiliki kecakapan diagnostik yang dapat
memperkirakan penyebab, menganalisis serta menentukan tindakan yang tepat untuk
menyelesaikan permasalahan yang terjadi dilingkungan sekolah, terakhir guru mempunyai
klien yang jelas dan disini klien seorang guru adalah murid atau peserta didik. Selain itu
ada menurut National Education Association (NEA), syarat guru sebagai profesi terpenuhu
karena memiliki kriteria seperti : Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual (orang yang
menggunakan kecerdasan untuk bekerja), jabatan yang mengeluti suatu bidang ilmu
khusus, jabatan yang memerlukan persiapan professional yang lama, jabatan yang
melibatkan pelatihan dalam jabatan yang berkesinambungan, jabatan yang menjanjikan
karire hidup dalam keanggotan yang permanen,
Dalam hal ini, Profesi guru adalah profesi yang sangat penting dalam kehidupan
suatu bangsa. Guru merupakan unsur dominan dalam suatu proses pendidikan, sehingga
kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas pendidikan itu sendiri dalam
menjalankan peran dan tugas sebagai masyarakat. Guru merupakan posisi strategis bagi
pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa yang tidak dapat tergantikan oleh unsur –
unsur manapun dalam kehidupan sebuah bangsa sejak dahulu. Karena itu keberadaan
seorang guru yang melaksanakan peran dan tugasnya secara signifikan akan menjamin
terbinanya kesiapan seseorang.
ATRIBUT PROFESI GURU
Setiap profesi memiliki atribut diantaranya ada kode etik profesi dan organisasi
profesi dan guru sebagai suatu profesi memiliki kedua atribut profesi yang disebut kode
etik profesi keguruan dan organisasi profesi keguruan. Sebelum membahas lebih dalam,
pertama perlu mengenal apa itu kode etik. Kode etik terdiri dari dua kata, yakni “kode” dan
“etik” yang berasal dari bahasa Yunani yang artinya watak, adab atau cara hidup. Hal ini
dapat diartikan bahwa etik menunjukkan cara berbuat menjadi adat dikarenakan persetujuan
dari kelompok manusia dan dipakai untuk pengkajian sistem nilai – nilai. (Heri Susanto,
2020: 14-16).
Karena hal itu guru sebagai tenaga profesional memiliki yang namanya “kode etik
guru” dan menjadikannya pedoman yang mengatur pekerjaan guru selama pengabdian serta
merupakan ketentuan yang mengikat semua sikap dan perbuatan seorang guru (Djamarah,
2000 : 49). Kode etik ini membantu guru dalam berinteraksi lingkungan sekolah serta
menghindari dari tindakan – tindakan kekerasan dan perbuatan asusila yang dilakukan
terhadap peserta didik yang diajari. Terlihat bahwa kode etik penting dalam suatu profesi,
ini dikarenakan kode etik sebagai sarana kontrol sosial (mengajak, mengawasi, dan
mencegah agar dapat terkendali) dan untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi serta
melindungi dari segala bentuk penyimpangan atau penyalahgunaan keahlian. Ketaatan
kepada kode etik akan mendorong perilaku sesuai dengan norma – nora yang diperbolehkan
dan menghindari norma yang dilarang dalam etika profesi, selama etika profesi dijalankan
maka tugas – tugas profesional dan kehidupan sebagai warga negara di anggota masyarakat
dapat terlaksana dengan baik.
Sebagai landasan dan standar perilaku guru, kode etik profesi keguruan bertujuan
untuk memposisikan guru sebagai suatu profesi yang bermatabat, mulia dan terhormat yang
dilindungi oleh undang – undang. Hermawan (1979) menjabarkan tujuan kode etik sebagai
berikut : yang pertama tujuan kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi,
kedua untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para angora profesi, ketiga tujuan kode
etik untuk meningkatkan pengabdian anggota profesi agar anggota profesi mengabdikan
dirinya kedalam tugasnya, keempat untuk menigkatkan mutu profesi dan terakhir yang
kelima untuk mwningkatkan mutu atau kualitas organisasi profesi.
Selain memliki tujuan, kode etik juga mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai
perlindungan dan perkembangan suatu profesi. Fungsi ini dikemukakan oleh beberapa ahli
seperti Gibson dan Michel (1945 : 449) yang lebih mementingkan pada kode etik sebagai
pedoman pelaksanaan tugas profesional dan pedoman bagi masyarakat sebagai seorang
profesional. Menurut Biggs dan Blocher ( 1986 : 10) mengemukakan tiga fungsi kode etik
yaitu : (1). Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah. (2). Mencegah
terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi. (3). Melindungi para praktisi dari
kesalahan praktik suatu profesi. Fungsi ini untuk menjaga agar Pertama, kode etik
melindungi profesi dari campur tangan pemerintah, dengan adanya kode etik yang jelas,
khususnya dalam rangka mengatur hubungan antara anggota profesi dengan pihak luar
(pemerintah) akan memberikan kejelasan tentang apa yang harus dilakukan dan yang tidak
boleh dilakukan. Kedua, kode etik ini dapat mencegah perpecahan internal dalam suatu
hubunan profesi. Ketiga, melindungi praktisi dari kesalah praktik suatu profesi. kepada
setiap anggota profesi untuk tidak melakukan kesalahan-kesalahan sekecil apapun itu dalam
bekerja.
Fungsi kode etik yang dikemukakan oleh Sutan Zahei dan Syahmiar Syahrun (1992)
ada empat yaitu : 1. agar guru terhindar dari penyimpangan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya, 2. untuk mengatur hubungan guru dengan murid, rekan kerja, masyarakat, dan
pemerintah, 3.. sebagai pegangan dan pendoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung
jawab pada profesinya, 4. pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang
menggunakan profesinya dalam melaksanakan tugasnya. Dapat disimpulkan bahwa kode
etik memiliki fungsi perlindungan dan pengembangan profesi agar dapat melindungi suatu
profesi terhadap penyimpangan tugas dan masalah – masalah diantara rekan kerja, murid,
masyarakat serta pemerintah, melindungi pekerjaan sesuai dengan norma – norma yang
berlaku. Serta juga menciptakan suasana harmonis dan merasa aman dalam melakukan
tugas – tugasnya. Kode etik juga mementingkan pelaksanaan tugas profesional dan menjadi
pedoman bagi masyarakat. (Heri Susanto, 2020: 23 - 24).
Selain kode etik, profesi memiliki atribut organisasi profesi yang didalam profesi
guru disebut organisasi profesi keguruan. Organisasi profesi keguruan berasal dari tiga
kata, yaitu “organisasi”, “profesi” dan “keguruan”. Ada beberapa menurut para ahli tentnag
organisasi seperti yang dikemukakan oleh Stoner menurutnya organisasi adalah suatu pola
hubungan - hubungan yang melalui orang-orang di bawah arahan manajer mengejar tujuan
bersama (Pidarta, 2007: 291). Pengertian ini menekankan bahwa organisasi sebagai suatu
sistem untuk mencapai tujuan bersama. Lalu menurut James D. Mooney Organisasi adalah
bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama (Pidarta, 2007: 291).
Pengertian menurut james menekankan pada fungsi organisasi sebagai perkumpulan. Dan
terakhir menurut Chester I. Bernard organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama
yang dilakukan oleh dua orang atau lebih (Pidarta, 2007: 291). Pengertian ini menitik
beratkan pada kerjasama antar anggota profesi.
Yang telah diketahui bahwa profesi merupakan sebuah pekerjaan atau jabatan yang
menuntut keahlian atau kemampuan seseorang dan didapat melalui adanya proses
pendidikan. Dan organisasi tadi ialah perkumpulan orang atau masyarakat yang memiliki
tujuan bersama. Artinya organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan orang – orang
yang memiliki kemampuan khusus yang merupakan ciri khas dari bidang keahlian tertentu.
Jadi Organisasi Keguruan ini merupakan perkumpulan yang berfungsi sebagai wadah
penampung dan penyelesaian suatu masalah yang dihadapi berkaitan dengan pendidikan
dan diselesaikan secara bersama – sama. Sebagai suatu organisasi, organisasi profesi
keguruan ini mempunyai suatu sistem yang senatiasa mempertahankan keadaan yang
harmonis. organisasi akan menolak sistem yang tidak mengikuti aturan organisasi. Dalam
keorganisaisan, anggota yang mencoba melanggar aturan organsasi akan diperingatkan,
bahkan dikeluarkan dari organisasi (dipecat) (Heri Susanto, 2020: 30 - 32).
Sesuatu profesi perlu memiliki organisasi agar dapat mengembangkan dan
memajukan profesi, memantau dan memperluas bidang gerak profesi, menghimpun dan
memberikan kesempatan kepada semua anggota dalam organisasi untuk berkarya dan
berperan aktif dalam mengembangkan dan memajukan profesi. organisasi profesi juga
selayaknya dapat terus-menerus mendorong dan memotivasi para anggota profesi di
lapangan untuk dapat melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan standar yang
disyaratkan, sehingga kehadirannya dapat memberikan manfaat dan kepuasan bagi
masyarakat luas. Untuk menjaga wibawa dan martabat profesi, organisasi profesi perlu
menetapkan, memelihara dan menegakkan kode etik profesi untuk tidak dilanggar oleh para
anggotanya, sehingga pelayanan profesi tidak tercemari oleh berbagai bentuk
penyimpangan praktik profesi. Organisasi profesi juga melayani anggotanya dari sisi
kesejahteraan kehidupan bersama, serta dapat memberikan perlindungan hukum untuk
kelancaran kegiatan profesi dan keamanan para anggota bekerja, dalam pengabdiaannya
kepada masyarakat.
SIMPULAN
Profesi guru merupakan profesi yang sangat penting dalam kemajuan suatu negara,
dalam hal ini guru berperan besar dalam membentuk karakteristik dan mengembangkan
potensi siwanya serta berperan sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. Maka
dari itu, guru memenuhi syarat pekerjaan yang tergolong kedalam bidang profesi, yakni guru
mempunyai spesialisasi ilmu yang berdasarkan dari pendidikan tinggi dibidang ilmu
pengetahuan dan keguruan, guru mempunyai kode etik yang disebut kode etik profesi
keguruan yang menjadi atribut serta landasan dan standar perilaku guru yang memposisikan
guru sebagai suatu profesi yang bermartabat, mulia dan terhomat serta dilindungi oleh
undang – undang.
Syarat berikutnya yang terpenuhi adalah guru mendapat pengakuan masyarakan
karena terbukti mempunyai peran sesuai bidangnya dalam pendidikan. guru juga
mempunyai organisasi profesi yang disebut organisasi profesi keguruan dan menjadi salah
satu atribut profesi guru yang berperan dalam mengembangkan dan memajukan profesi
keguruan dan guru mempunya organisasi – organisasi seperti Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI), Ikatan Guru Indonesia (IGI), Persatuan Guru Nahdlatul Ulama
(PERGUNU), Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) dan Federasi Guru Independen
Indonesia (FGII). guru juga memiliki panggilan hidup yang menjadikan guru mengabdikan
dirinya secara penuh untuk pendidikan anak bangsa, guru memiliki kecakapan diagnostik
yang dapat memperkirakan penyebab, menganalisis serta menentukan tindakan yang tepat
untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi dilingkungan sekolah, terakhir guru
mempunyai klien yang jelas dan disini klien seorang guru adalah murid atau peserta didik.
Dalam menjalankan tugas profesinya, guru memiliki hak dan kewajiban yang harus
dilaksanakan dan diperhatikan. Hak guru merupakan apa – apa saja yang didapat seseorang
yang memiliki profesi seorang guru, dan kewajiban guru merupakan apa – apa saja yang
harus dilaksanakan guru dalam menjalankan tugasnya. Hak dan kewajiban guru sebagai
pendidik diatur di semua peraturan perundang undangan yang berkaitan dengan pendidikan
dan ini terkandung dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Guru juga
memiliki tugas dan misi utama yakni, mengajarkan, membimbing, mengarahkan, melatih,
menillai, dan mengevaluasi juga membimbing peserta didiknya menuju kearah kedewasaan,
membentuk kepribadian peserta didik sesuai cita – cita dan dasar negara yaitu pancasila,
serta mendidik dan mengarahkan peserta didik. Peran – peran guru pun turut serta dimaknai
dalam filosofi filosofi pendidikan Indonesia yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara “Ing
ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tutwuri handayani"
REFERENSI
Susanto, H., Irmawati, I., Akmal, H., & Abbas, E. W. (2021). Media Film Dokumenter dan
Pengaruhnya Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. HISTORIA: Jurnal
Program Studi Pendidikan Sejarah, 9(1), 65-78.
Anis, M. Z. A., Putro, H. P. N., Susanto, H., & Hastuti, K. P. (2020). Historical Thinking
Model in Achieving Cognitive Dimension of Indonesian History Learning.
PalArch's Journal of Archaeology of Egypt/Egyptology, 17(7), 7894-7906.
Anis, M. Z. A., Susanto, H., & Mardiani, F. (2021, February). Analysis of the Effectiveness
of MPBH: The Mains of Mandai as a Saving Food in Banjarmasin Community. In
The 2nd International Conference on Social Sciences Education (ICSSE 2020)
(pp. 89-94). Atlantis Press.
Afrina, A., Abbas, E. W., & Susanto, H. (2021). The Role of Historical Science in Social
Studies Learning Materials for Increasing Values of Student's Nationalism. The
Innovation of Social Studies Journal, 3(1), 1-8.
Efendi, I., Prawitasari, M., & Susanto, H. (2021). Implementasi Penilaian Pembelajaran
Pada Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Sejarah. Prabayaksa: Journal of History
Education, 1(1), 21-25.
Prawitasari, M., & Susanto, H. (2021). RETROGRESI PENGGUNAAN MEDIA DARING
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH MASA PANDEMI COVID-19. Jurnal
Education and Development, 9(4), 173-177.
Anis, M. Z. A., Susanto, H., & Fathurrahman, F. (2021). Studi Evaluatif Pembelajaran
Sejarah Daring Pada Masa Pandemi Covid-19. Fajar Historia: Jurnal Ilmu
Sejarah dan Pendidikan, 5(1), 60-69.
Wahidah, M. N., Putro, H. P., Syaharuddin, S., Prawitasari, M., Anis, M. Z. A., & Susanto,
H. (2021). Dinamika Pendidikan Dasar Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin
(1986-2019). PAKIS (Publikasi Berkala Pendidikan Ilmu Sosial), 1(1).