Anda di halaman 1dari 11

Nama: Najla Putri Abriska

NIM: 2105126145
Pengembangan Profesi Guru

Pertemuan 1
Konsep umum professi keguruan

 Pengertian professi secara umum


Profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu, tetapi memerlukan
persiapan melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus pada hakikatnya profesi suatu pernyataan
atau suatu janji terbuka yang menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu
jabatan. Profesi guru adalah penddik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membibing, mengarahkan, melatih dan menilai. Guru digolongkan sebagai profesi karena menurut
keahlian dan persyaratan - persyaratan khusus dalam melaksanakan tugasnya memiliki organisasi
profesi kode etik, dan memiliki wadah organisasi, peran hak dan kewajiban guru membimbing
mengarahkan peserta didik serta mengevaluasi proses belajar-mengajar yang baik dan terarah
secara khusus. Komponen yang wajib dimiliki oleh guru: kompetensi pedagogic, kompetensi
professional guru, kompetensi sosial guru dan kompetensi kepribadian guru harus memiliki semua
kompetensi itu.

 Karakteristik Profesi
Rickey (1987) sebagaimana dikutip Soetjipto dan Kosasih (2009:17) mengemukakan ciri-ciri guru
dapat digolongkan sebagai suatu profesi, yaitu:
1. Adanya komitmen dari para guru bahwa jabatan itu mengharuskan pengikutnya menjunjung
tinggi martabat kemanusiaan lebih dari pada mencari keuntungan diri sendiri. 2. Suatu profesi
mensyaratkan orangnya mengikut persiapan profesional dalam jangka waktu tertentu.
3. Harus selalu menambah pengetahuan agar terus menerus berkembangan dalam jabatannya. 4.
Memiliki kode etik jabatan.
5. Memiliki kemampuan intelektual menjawab masalah-masalah yang dihadapi.
6. Selalu ingin belajar terus-menerus mengenai bidang keahlian yang ditekuni.
7. Menjadi anggota dari suatu organisasi profesi.
8. Jabatan itu dipandang sebagai suatu karir hidup. (Susanto, 2020: 17)
Guru merupakan satu diantara profesi di bidang pendidikan. Dalam undang-undang No.14 tahun
2005, dikatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.

 Konsep professi guru


Kata “GURU” terkadang ditengah-tengah masyarakat merupakan akronim dari orang yang di
“gugu” dan di “tiru” yaitu orang yang selalu dapat ditaati dan diikuti (Yamin dan Maisah,
2010:88). Dalam hal ini guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada orang lain
yang melaksanakan Pendidikan dan pembelajaran ditempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga
Pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di rumah dan sebagainya (Djamarah, 2005:31).
Keguruan berasal dari kata guru. Keguruan bisa di maknai sebagai hal yang berkaitan dengan
menjadi seorang guru. Ilmu keguruan berarti ilmu yang berkaitan dengan menjadi guru. Sehingga
bisa disimpulkan bahwa profesi keguruan bisa dimaknai sebagai ilmu yang mencakup berbagai hal
atau aspek yang berkaitan dengan pekerjaan sebagai guru yang profesional. Menurut Noor
Jamaluddin (1978: 1) Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar
mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk
Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri.
Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus
sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang Pendidikan (Subiyakto,
B., & Akmal, H. (2020).
Guru merupakan salah satu komponen penting dalam proses belajar mengajar. Seorang guru ikut
berperan serta dalam usaha membentuk sumber daya manusia yang potensial di bidang
pembangunan. Pengertian guru profesional menurut para ahli adalah semua orang yangmempunyai
kewenangan serta bertanggung jawab tentang pendidikan anak didiknya, baik secara individual atau
klasikal, di sekolah atau di luar sekolah. (Hamid, 2017: 275)

 Hakikhat profesi guru


Hakekat guru (menurut Raka Joni)
•Agen pembaharu
•Pemimpin dan pendukung nilai-nilai masyarakat
•Fasilitator yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi peserta didik
•Tercapainya contoh dalam pengelolaan PBM bagi peserta didik
•Bertanggungjawab secara profesional untuk terus menerus meningkatkan kemampuan.
•Menjunjung tinggi kode etik profesional

 Ciri-ciri dan syarat profesi guru


ciri-ciri guru sebagai profesi, yaitu
1) Adannya komitmen dari para guru bahwa jabatan itu mengharuskan pengikutnya Menjunjung
tinggi martabat kemanusiaan lebih dari pada mencari keuntungan diri sendiri.
2) Suatu profesi mensyaratkan orangnya mengikuti persiapan profesional dalam jangka waktu
tertentu.
3) Harus selalu menambah pengetahuan agar terus menerus berkembang dalam jabatannya.
4) Memiliki kode etik jabatan.
5) Memiliki kemampuan intelektual menjawab masalah-masalah yang dihadapi.
6) Selalu ingin beelajar terus-menerus mengenai bidang keahlian yang ditekuni. 7) Menjadi
anggota dari suatu organisasi profesi.
8) Jabatan itu dipandang sebagai suatu karir hidup.
Seorang guru berkaitan dengan aktivitas profesinya diharuskan mengetahui dan dapat menerapkan
beberapa prinsip mengajar agar ia dapat melaksanakan tugasnnya secara profesional. ( Susanto 2020:
16/17)

Oemar Hamalik menjelaskan bahwa guru professional harus memiliki persyaratan, yang meliputi:
memiliki bakat sebagai guru, memiliki keahlian sebagai guru, memiliki keahlian yang baik dan
terintegrasi, memiliki mental yang sehat, berbadan sehat, memiliki pengalaman dan pengetahuan
yang luas, guru adalah manusia berjiwa pancasila, dan guru adalah seorang warga negara yang
baik.
Selanjutnya syarat untuk menjadi pendidik professional adalah harus menguasai kompetensi
keguruan. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Pendidik islam yang profesional harus memiliki kompetensi- kompetensi yang lengkap meliputi :
(a) Penguasaan materi Islam yang komprehensif serta wawasan dan bahan pengayaan, terutama
pada bidang-bidang yang menjadi tugasnya.
(b) Penguasaan strategi mencakup: (pendekatan, metode, dan teknik) pendidikan Islam, termasuk
kemampuan evaluasinya.
(c) Penguasaan ilmu dan wawasan kependidikan.
(d) Memahami prinsip-prinsip dalam menafsirkan hasil penelitian pendidikan, guna keperluan
pengembangan pendidikan Islam masa depan.
(e) Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak langsung yang mendukung
kepentingan tugasnya.
Dalam perspektif kebijakan nasional pemerintah telah merumuskan 4 (empat) jenis kompetensi
guru yaitu sebaagai berikut :
a.) Kompetensi pedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
b.) Kompetensi personal, adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi
c.) Kompetensi profesional, adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standart kompetensi yang
ditetapkan dalam Standart Nasional Pendidikan.
d.) Kompetensi sosial, adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Pertemuan 2
Kode Etik Guru
Hornby, dkk. (Sutarsih, 2012) mendefinisikan kode etik secara leksikal sebagai berikut:
1) "code as collection of laws arranged in a system; or, system of rules and principles that has been
accepted by society or a class or group of people".
2) "ethic as system of moral principles, rules of conduct".
Secara harfiah, "kode" artinya aturan, dan "etik" artinya kesopanan (tata susila), atau hal-hal yang
berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Dengan demikian, kode etik
keprofesian (professional code of ethic) pada hakekatnya merupakan suatu system peraturan atau
perangkat prinsip-prinsp keprilakukan yang telah diterima oleh kelompok orang-orang yang
tergabung dalam himpunan organisasi keprofesian tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut,
tidaklah terlalu salah kalau dikatakan bahwa kode etik profesi merupakan penangkal dari
kecenderungan manusiawi seorang pemegang profesi dari penyelewengan. Kode etik juga
meruapakan perangkat untuk mempertegas atau mengkristalisasi kedudukan dan peran pemegang
profesi serta sekaligus melindungi profesinya dari hal-hal yang merugikan dirinya. Adapun maksud
dan tujuan pokok diadakannya kode etik ialah untuk menjamin agar tugas-pekerjaan keprofesian itu
terwujud sebagai mana mestinya dan kepentingan semua pihak terlindungi sebagaimana layaknya.
Pihak penerima layanan keprofesian diharapkan dapat terjamin haknya untuk memperoleh jasa
pelayanan yang berkualitas sesuai dengan kewajibannya untuk memberikan imbalannya, baik yang
bersifat finansial, maupun secara sosial, moral, kultural dan lainnya. Pihak pengemban tugas
pelayanan keprofesian juga diharapkan terjamin martabat, wibawa dan kredibilitas pribadi dan
keprofesiannya serta hak atas imbalan yang layak sesuai dengan kewajiban jasa pelayanannya.
Perangkat kode etik itu pada umumnya mengandung muatan yang terdiri atas preambul dan
perangkat prinsip dasarnya.
Preambul lazimnya merupakan deklarasi inti yang menjiwai keseluruhan perangkat kode etik yang
bersangkutan. Sedangkan unsur berikutnya lazimnya memuat prinsip-prinsip dasarnya, antara lain
bertalian dengan: tanggung jawab, kewenangan (kompetensi), standar moral dan hukum, standar
unjuk kerja termasuk teknik dan instrumen yang digunakan atau dilibatkannya, konfidensialitas,
hubungan kerja dan sejawat (profesional), perlindungan keamanan dan kesejahteraan klien,
kewajiban pengembangan diri dan kemampuan profesioanl termasuk penelitian, serta publisitas
keprofesiannya kepada masyarakat.
KODE ETIK GURU INDONESIA.
Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, Bangsa, dan Negara serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa
Pancasila dan setia pada UUD 1945, turut bertanggungjawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.
Oleh sebab itu, Guru Indonesia, terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani
dasar- dasar sebagai berikut:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang
berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan
dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar
mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk
mebina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat
profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana
perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang pendidikan.

Pertemuan 3
organisasi profesional keguruan
Organisasi profesi keguruan adalah wadah yang berfungsi sebagai penampungan
dan penyelesaian masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan pendidikan dan diselesaikan secara
bersama. Sebagai suatu organisasi, organisasi profesi keguruan mempunyai suatu sistem yang
senatiasa mempertahankan keadaan yang harmonis. la akan menolak komponen sistem yang tidak
mengikuti atau meluruskannya. Dalam praktek keorganisasian, anggota yang mencoba melanggar
aturan main organsasi akan diperingatkan, bahkan dipecat.
organisasi profesı keguruan adalah sebuah wadah perkumpulan orang-orang yang memiliki suatu
keahlian dan keterampilan mendidik yang dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan yang
relatif lama, serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan (Wau,
2014: 44) . Salah satu tujuan organisasi ini adalah mempertinggi kesadaran sikap, mutu dan kegiatan
profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan guru. Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38
tahun 1992, pasal 61, ada lima misi dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu meningkatkan
dan(atau mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan, dan Profesional martabat dan
kesejahteraan seluruh tenaga kependidikan sedangkan visinya secara umum ialah terwujudnya
tenaga kependidikan yang profesional ( pidarta 2007.292 )
Organisasi profesi adalah sebagai sarana pemersatu anggota seprofesi dalam konteks positif untuk
menjadi mitra pemerintah guna menghasilkan kemanfaatan bagi bangsa ditengah tantangan global.
Tak hanya itu, organisasi profesi dapat menghimpun kekuatan sumber daya manusia guna
memperoleh kekuatan pengembangan kompetensi (Keilmuan dan Keahlian). Organisasi profesi ini
juga dapat memudahkan ahli teknologi yang terkait dengan profesionalisme profesi serta
mempercepat arus informasi dan komunikasi sesama profesi guna meningkatkan kesigapan dalam
peningkatan daya saing global.
Dalam tujuan umum organisasi profesi adalah melaksanakan tugasnya dengan standar
profesionalisme yang tinggi sesuai dengan bidangnya, mencapai kinerja yang tinggidan
berorientasi pada kepentingan umum. Salah satu ciri penting dari pekerjaan profesional adalah
pekerjaan tersebut harus memiliki organisasi atau perkumpulan profesi yang melindungi para
anggotanya. Organisasi itulah yang kemudian merumuskan Kode Etik Profesi merumuskan
kompetensi profesi serta memperjuangkan tegaknya kebebasan profesi bagi para anggota. Suatu
organisasi profesi dapat mengembangkan dan memajukan profesi, memantau dan memperluas
bidang gerak profesi, menghimpun dan memberikan kesempatan kepada semua anggota untuk
berkarya dan berperan aktif dalam mengembangkan dan memajukan profesi. Seiring dengan
perkembangan globalisasi, para profesional pun harus mampu menjalin interaksi dengan para
profesional lain dari berbagai negara. Melalui organisasi profesi, interaks itu tentu akan semakin
terwujud.
Keuntungan yang diperoleh dengan adanya organisasi profesi guru dapat meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan anggota organisasi nya yaitu para guru sehingga kompetensi
kependidikan yang handal pada diri tenaga kependidikan dapat terwujud. Bahkan dalam UUSPN
tahun 1989, pasal 31 ayat 4 dinyatakan bahwa: “Tenaga kependidikan berkewajiban untuk berusaha
mengembangkan kemampuan profesionalnya sesuai dengan perkembangan tuntutan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pembangunan bangsa”. Sebagai anggota organisasi, guru tidak
hanya berkewajiban memberikan sejumlah iuran rutin saja. Guru juga wajib mewujudkan
profesionalitasnya. Guru akan dituntut untuk berpartisipasi aktif, seperti mengkomunikasikan
berbagai pikiran dan pengalaman yang mengarah kepada pembaharuan dan perbaikan mutu
pendidikan
Organisasi profesi keguruan dijelaskan dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru
dan dosen dalam pasal 41 dijelaskan bahwa: “Guru membentuk organisasi profesi yang bersifat
independen dan berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karir, wawasan
kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan dan pengabdian kepada masyarakat.” Dalam
pasal ini dijelaskan juga bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi profesi.
Jenis jenis organisasi keguruan yang ada di Indonesia:
a. Persatuan guru republik Indonesia ( PGRI )
PGRI lahir pada 25 November 1945 setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan Indonesia cikal bakal
organisasi PGRI adalah diawali dengan nama persatuan guru hindia- belanda pghb tahun 1912
kemudian berubah nama menjadi persatuan guru Indonesia PGI tahun 1932 ( pidarta, 2007: 298 )
b. Ikatan Guru Indonesia (IGI)
IGI didirikan pada tanggal 26 November 2009 oleh Satria Dharma. Organisasi
bermoto “Sharing and Growing Together” ini memiliki anggota yang berasal dari kalangan guru,
dosen, dan pemerhati pendidikan di Indonesia. Kehadiran IGI diharapkan mampu mencetak
guru-guru independen yang mampu mengubah dirinya tanpa harus bergantung pada pihak lain.
Tidak hanya itu IGI juga berupaya menjadikan guru sebagai lokomotif penggerak perubahan di
Indonesia.
c. Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGSI)
Jika sebelumnya ada PGRI, maka ada pula PGSI. PGSI merupakan serikat pekerja
profesi guru swasta yang bersifat terbuka, independen, dan tidak terlibat dengan partai manapun
(tidak terlibat politik praktis). PGSI merupakan organisasi profesi yang selalu berupaya
memperjuangkan kesejahteraan bagi guru-guru swasta. Seperti Bapak/Ibu ketahui, undang-undang
yang mengatur tentang guru dan dosen berlaku secara umum, baik untuk guru PNS maupun swasta.
Namun, pada kenyataannya keduanya memiliki tingkat kesejahteraan yang berbeda. Oleh karena itu,
terbentuklah PGSI sebagai wadah untuk menyetarakan kinerja dan kesejahteraan guru-guru swasta.
d. Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI)
FSGI merupakan organisasi profesi guru yang didirikan di Pegangsaan Timur pada
17 Januari 2002, tepatnya di Tugu Proklamasi. Tujuan utama dibentuknya FSGI adalah memberikan
kesempatan pada guru dan masyarakat untuk aktif dalam setiap pengambilan kebijakan terkait
pendidikan agar kebijakan tersebut bisa berkembang secara akuntabel, transparan, dan partisipatif.
Dengan demikian, akan terbentuk demokratisasi pendidikan yang harmonis.
e. Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu)
Pergunu merupakan badan otonom NU yang menjadi tempat bernaungnya guru,
dosen, dan ustadz. Terbentuknya Pergunu diawali dengan Kongres Lembaga Pendidikan Ma’arif
NU tahun 1952. Salah satu hasil konferensi tersebut adalah mengusulkan adanya organisasi guru di
lingkup pendidikan NU. Sebagai organisasi profesi, Pergunu mengusung paradigma profesionalitas,
independensi, tidak berafiliasi dengan politik manapun, dan sejalan dengan Khittah 1962 yang
menunjuk NU sebagai organisasi sosial keagamaan
f. Perkumpulan Guru Madrasah Penulis (Pergumapi)
Pergumapi didirikan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 8 Januari 2018.
Organisasi ini menaungi guru-guru madrasah, kepala madrasah, dan pengawas madrasah yang
ingin menulis di seluruh wilayah Indonesia. Tujuan dibentuknya organisasi ini adalah
mengumpulkan atau menghimpun guru-guru madrasah yang ingin belajar dan mengembangkan
bakat menulis. Adapun kegiatan yang dilakukan meliputi pendidikan dan pelatihan menulis, praktik
menulis, dan penerbitan karya anggota.
g. Perkumpulan Guru Madrasah Indonesia (PGM Indonesia)
PGM Indonesia merupakan organisasi profesi guru madrasah yang beranggotakan
guru-guru madrasah di seluruh Indonesia. Organisasi ini berdiri pada tahun 2008. Tujuan
didirikannya PGM Indonesia ini adalah menciptakan guru yang berkualitas, sehingga suatu saat
bangsa Indonesia bisa bersaing dengan bangsa lain. Untuk meningkatkan kualitas guru, PGM
Indonesia biasa menggelar seminar pendidikan, pendidikan dan pelatihan guru, diskusi ilmiah, dan
sebagainya.

Pertemuan 4
Ranah Profesi Keguruan
Profesi kependidikan terdiri dari 2 ranah, yaitu profesi pendidik dan profesi tenaga kependidikan.
Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelengaraan pendidikan, dimana didalamnya termasuk pendidik. Pendidik adalah
tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Dengan lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru yang tadinya masuk rumpun
pendidik, kini telah memiliki definisi tersendiri. Secara lebih luas tenaga kependidikan yang
dimaksudkan disini adalah sebagaimana tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas,
yaitu sebagai berikut:
Tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas,
peniliti dan pengembang dibidang pendidikan, pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar, dan
penguji.
Tenaga pendidikan tediri atas pembimbing, pengajar, dan pelatih.
Pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua rector, dan pemimpin satuan
pendidikan luar sekolah.
Secara umum tenaga kependidikan itu dapat dibedakan menjadi 4 kategori, yaitu:

1. Tenaga pendidik, terdiri atas pembimbing, penguji, pengajar, dan pelatih.


2. Tenaga fungsional pendidikan, terdiri atas penilik, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang
kependidikan, dan pustakawan.
3. Tenaga teknis kependidikan, terdiri atas laboran dan teknisi sumber belajar.
4. Tenaga pengelola satuan pendidikan, terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua rector, dan
pempinan satuan pendidikan luar sekolah.
5. Tenaga lain yang mengerusi masalah-masalah manajerial atau administrative kependidikan.
Profesi kependidikan sesungguhnya memiliki 2 ranah besar, yaitu pendidik dan tenaga
kependidikan. Pendidik dimaksud mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Guru bertugas dan bertanggung jawab sebagai pendidik professional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
2. Dosen bertugas dan bertanggung jawab sebagai pendidik professional dan ilmuwan dengan tugas
utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebar luaskan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
3. Konselor bertugas dan bertanggung jawab memberikan layanan konseling kepada peserta didik
disatuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
4. Pamong belajar bertugas dan bertanggung jawab menyuluh, membimbing, mengajar, melatih
peserta didik.
5. Pamong bertugas dan bertanggung jawab membimbing dan melatih anak usia dini pada
kelompok bermain, penitipan anak dan bentuk lain yang sejenis.

Penyandang profesi atau pemangku pekerjaan tenaga kependidikan mempunyai tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut:

1. Pimpinan satuan pendidikan bertugas dan bertanggung jawab mengelola satuan pendidikan pada
pendidikan formal atau nonformal.
2. Penilik bertugas dan bertanggung jawab melakukan pemantuan, penilaian, dan pembinaan pada
satuan pendidikan nonformal.
3. Pengawas bertugas dan bertanggung jawab melakukan pemantuan, penilaian, dan pembinaan
pada satuan pendidikan anak usia dini jalur formal, satuan pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
4. Tenaga perpustakaan bertugas dan bertanggung jawab melaksanakan pengelolaan perpustakaan
pada satuan pendidikan.
5. Teknik laboratorium bertugas dan bertanggung jawab membantu pendidik mengelola kegiatan
praktikum dilaboratorium satuan pendidikan.

Pertemuan 5
Pendekatan Pelembagaan Profesi
A. Pendekatan karakter
Pendekatan karakteristik (the trait approach) memandang bahwa profesi mempunyai seperangkat
elemen inti yang membedakannya denga pekerjaan lainnya. Seseorang penyandang profesi dapat
disebut professional manakala elemen-elemen inti itu sudah menjadi bagian integral dari
kehidupannya. Hasil studi beberapa ahli mengenai sifat-sifat atau karakteristik-karakteristik profesi
itu menghasilkan kesimpulan seperti berikut ini.
1. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan dimaksud adalah jenjang
pendidikan tinggi. Termasuk dalam kerangka ini, pelatihan-pelatihan khusus yang berkaitan dengan
keilmuan yang dimiliki oleh seseorang penyandang profesi.
2. Memiliki pengetahuan spesialisasi. Pengetahuan spesialisasi adalah sebuah kekhususan
penguasaan bidang keilmuan. tertentu. Siapa saja bias menjadi "guru", akan tetapi guru yang
sesungguhnya memiliki spesialisasi bidang studi (subject matter) dan penguasaan metodologi
pembelajaran.
3. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh rang lain atau klien.
Pengetahuan khusus itu bersifat aplikatif, dimana aplikasi didasari atas kerangka teori yang jelas
dan teruji. Makin spesialis seseorang, makin mendalam pengetahuannya di bidang itu, dan makin
akuratpula layanannya kepada klien. Dokter umum, misalnya, berbeda pengetahuan teoritis dan
pengalaman praktisnya dengan dokter spesialis. Seorang guru besar idealnya berbeda teoritis dan
praktisnya dibandingkan dengan dosen atau tenaga akademik biasa.
4. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau communicable. Seorang guru harus
mampu berkomunikasi sebagai guru, dalam makna apa yang disampaikannya dapat dipahami oleh
peserta didik.
5. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara madiri atau self-organization. Istilah mandiri
disini berarti kewenangan akademiknya melekat pada dirinya. Pekerjaan yang dia lakukan dapat
dikelola sendiri, tanpa bantuan orang lain, meski tidak berarti menafikan bantuan atau mereduksi
semangat kolegialitas.
6. Mementingkan kepentingan orang lain, (altruism). Seseorang guru harus siap memberikan
layanan kepada anak didiknya pada saat bantuan itu diperlukan, apakah dikelas, dilingkungan
sekolah, bahkan diluar sekolah. Di dunia kedokteran, seorang dokter harus siap memberikan batuan,
baik dalam keadaan normal, emergensi, maupun kebetulan, bahkan saat dia sedang istirahat
sekalipun.
7. Memiliki kode etik. Kode etik ini merupakan norma-norma yang mengikat guru dalam bekerja.
8. Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunita. Manakala terjadi 'malpraktik', seseorang guru
harus siap menerima sanksi pidana, sanksi dari masyarakat, atau sanksi dari atasannya. Ketika
bekerja, guru harus memiliki tanggung jawab kepada komunita, terutama anak didiknya. Replika
tanggungjawab ini dalam bentuk disiplin mengajar, disiplin dalam melaksanakan segala sesuatu
yang berkaitan dengan tugas-tugas pembelajaran.
9. Mempunyai system upah. Sistem upah yang dimaksudkan disini adalah standar gaji. Di dunia
kedokteran, sistem upah dapat pula diberi makna sebagai tariff yang ditetapkan dan harus dibayar
oleh orang-orang yang menerima jasa layanan darinya.
10. Budaya professional. Budaya profesi, bias berupa penggunaan symbol-simbol yang berbeda
dengan symbol-simbol untuk profesi lain.

B. Pendekatan Institusional
Pendekatan institusional (the institutional approach) memandang profesi dari segi proses
institusional atau perkembangan asosiasional. Maksudnya, kemajuan suatu pekerjaan ke arah
pencapaian status ideal suatu profesi dilihat atas dasar tahap tahap yang harus dilalui untuk
melahirkan proses pelembagaan suatu pekerjaan menuju profesi yang sesungguhnya.
H.L.Wilwnsky (1976) mengemukakan lima langkah untuk memprofesionalkan suatu pekerjaan.
1. Memunculkan suatu pekerjaan yang penuh waktu atau full-time mengandung makna bahwa
penyandang profesi menjadikan suatu pekerjaan tertentu sebagai pekerjaan utamanya. Tidak berarti
tidak ada kesempatan baginya untuk melakukan usaha kerja lain sebagai pekerjaan tambahan yang
menghasilkan penghasilan tambahan pula.
2. Menetapkan sekolah tempat menjalani proses pendidikan atau pelatihan. Jenis profesi tertentu
hanya dihasilkan oleh lembaga pendidikan yang tertentu pula. Misalnya hakim, jaksa, dan
pengacara dihasilkan oleh Fakultas Hukum; dokter dihasilkan oleh fakultas Kedokteran dan
sebagainya
3. Mendirikan asosiasi profesi. Bentuk asosiasi itu bias macam-macam, seperti Persatuan Guru
(PGRI), Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) dan sebagainya
4. Melakukan agitasi secara politis untuk memperjuangkan adanya perlindungan hukum
terhadap asosiasi atau perhimpunan tersebut.
5. Mengadopsi secara formal kode etik yang ditetapkan. Kode etik merupakan norma-norma yang
menjadi acuan seorang penyandang pekerjaan professional dalam bekerja.
C. Pendekatan Legalistik
Pendekatan legaistik yaitu pendekatan yang pendekatan yang menekankan adanya pengakuan atas
suatu profess oleh Negara atau pemerintah. Suatu pkerjaan dapat disebut profesi jika dilindungi
oleh undang-undang atau prodeuk hukum yang ditetapkan oleh pemerintahan suatu Negara.
Menurut M. Friedman (1976)pengakuan atas suatu pekerjaan menjadi suatu profesi sungguhan ynag
dapat ditempuh melalui 3 tahap, yaitu:
1. Registrasi adalah suatu aktivitas, dimana jika sseorang yang ingin melakukan pekerjaan
professional, terlebih dahulu. rencananya harus diregistrasikan pada kantor registrasi milik Negara.
Pada saat registrasi tersebut, semua persyaratan yang diperlukan harus dipenuhi oleh yang
bersangkutan. Setelah itu di teliti persyaratannya oleh staf kantor registrasi yang dipertimbangkan
secara seksama.
2. Sertifikasi mengandung makna, jika hasil penelitian atas persyaratan pendaftaran yang diajukan
oleh calon penyandang profesi dipandang memenuhi persyaratan, kepadanya diberikan pengakuan
oleh Negara atas kemampuan dan ketermpilan yang dimilikinya. Bentuk pengakuan tersebut adalah
pemberian sertifikat yang dimiliki oleh pemegangnya, berikut kewenangannya.
3. Lisensi mengandung makna, bahwa atas dasar sertifikat yang dimiliki oleh seseorang, barulah
orang tersebut. memperoleh izin atau lisensi dari Negara yang mempraktikkan penngetahuan
keterampilan yang dimiliki, misalnya memberikan pelayanan konsultatif atau tritmen kepada klien.
Efektifitas proses pembelajaran di kelas dan di luar kelas sangat ditentukan oleh kompetensi Guru,
disamping faktor lain, seperti anak didik, lingkungan, dan fasilitas. Mereka tidak hanya
memerankan fungsi sebagai subyek yang mentransfer pengetahuan kepada anak didik, melainkan
juga melakukan tugas-tugas sebagai fasilitator, motivator dan dinamisator dalam pembelajaran,
baik didalam maupun di luar kelas.

Referensi

Susanto, H. (2020). Profesi Keguruan. Banjarmasin: FKIP Universitas Lambung Mangkurat.

Susanto, H., & Akmal, H. (2018). Efektivitas Penggunaan Aplikasi Pembelajaran Berbasis Mobile
Smartphone Sebagai Media Pengenalan Sejarah Lokal Masa Revolusi Fisik Di Kalimantan Selatan
Pada Siswa Sekolah Menengah Atas.

HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah, 6(2), 197-206.


Susanto, H., Irmawati, I., Akmal, H., & Abbas, E. W. (2021). Media Film Dokumenter Masuknya
Islam Ke Nusantara dan Pengaruhnya Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. HISTORIA:
Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah, 9(1).
Syaharuddin, S., & Susanto, H. (2019).

Sejarah Pendidikan Indonesia (Era Pra Kolonialisme Nusantara sampai Reformasi). Banjarmasin:
FKIP Universitas Lambung Mangkurat.(2020)

Efendi, I., Prawitasari, M., & Susanto, H. (2021). Implementasi Penilaian Pembelajaran Pada
Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Sejarah. Prabayaksa: Journal of History Education, 1(1), 21-25.

Afrina, A., Abbas, E. W., & Susanto, H. (2021). The Role of Historical Science in Social
Studies Learning Materials for Increasing Values of Student's Nationalism. The
Innovation of Social Studies Journal, 3(1), 1-8.

Anis, M. Z. A., Susanto, H., & Fathurrahman, F. (2021). Studi Evaluatif Pembelajaran
Sejarah Daring Pada Masa Pandemi Covid-19. Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah
dan Pendidikan, 5(1), 60-69.

Anda mungkin juga menyukai