Anda di halaman 1dari 12

Profesi dan Etika Keguruan

Dosen Pengampu : Mahdar Ernita, S.Pd., M.Ed.

Disusun Oleh :
Nama : Lailatul Mubarokah (11910620185)

Cita-cita : Dosen dan Enterpreneur

Gaji : 5 jt/bln

Posisi : Dosen & Owner

Motivasi : motivasi saya untuk menjadi dosen karena ada harapan besar orang tua yang
diberikan kepada saya. Motivasi untuk menjadi enterpreneur karena saya sangat hobi
membuat kue dan ingin membuka lapangan pekerjaan. Karena sebaik-baiknya manusia yang
bermanfaat bagi lingkungan sekitar.

Kelas :

5B Akuntansi

PROGRAM JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2021/2022
1. Apa yang dimaksud dengan profesi?
Jawab : profesi merupakan suatu pekerjaan tetap dalam kurun waktu yang lama
dengan didasarkan pada keahlian khusus yang didapatkan dari hasil pendidikan
tertentu sesuai dengan profesi yang ditekuni, dalam menekuni pekerjaan tersebut
dilakukan dengan penuh tanggung jawab yang tujuannya adalah untuk mendapatkan
penghasilan.orang yang melakukan profesi disebut sebagai profesional. Seseorang
dikatakan profesional apabila dalam mendapatkan keilmuan mengenai
keprofesionalannya tersebut didapatkan pada suatu pendidikan khusus, melalui ujian-
ujian dan telah mendapatkan izin berprofesi sesuai dengan bidang tertentu sehingga
dianggap layak untuk menjalankan profesi tersebut.
Secara umum ada beberapa ciri dan sifat yang melekat pada profesi yaitu:
a) Adanya pengetahuan khusus yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki
berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
b) Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi berupa kode etik.
c) Mengabdi pada kepentingan masyarakat.
d) Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi.
e) Kaum profesional biasanya menadi anggota dari suatu profesi.
E. Sumaryono memberikan tiga ciri khusus dalam pandangan umum tentang suatu
profesi, yaitu:
a) Persiapan atau Traning Khusus.
Persiapan adalah tindakan yang di dalamnya termuat pengetahuan yang tepat
mengenai fakta fundamental di mana langkah-langkah profesional mendasarkan
diri, demikian juga dengan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut
dengan cara praktis.
b) Menunjuk pada keanggotaan yang permanen, tegas dan berbeda dari keanggotaan
yang lain.
Dalam hal ini suatu profesi yang profesional dapat dijalankan dengan syarat setiap
pengeban profesi tersebut dituntut untuk memiliki sertifikat, izin usaha ataupun
izin praktik.
c) Aseptabilitas sebagai motif pelayanan.
Aseptabilitas atau kesediaan menerima merupakan suatu kebalikan dari motif
menciptakan uang adalah ciri khas dari semua profesi pada umumnya.
Tujuan utama dari suatu profesi bukan semata-mata hanya untuk mencari uang
namun memprioritaskan kepentingan masyarakat pada umumnya. Namun dari sisi
lain suau profesi merupakan sarana bagi hidupnya seseorang dan penyandang profesi
tersebut membutuhkan dan dipandang perlu untuk memperoleh kompensitnya yang
menjadi imbalan atas jasa pelayanannya1.

2. Apa yang dimaksud dengan profesi guru?


Jawab : Bedasarkan UU RI No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, Guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dosen
adalah pendidik profesional dan ilmuan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Menurut Noor
Jamaluddin (1978: 1) Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung
jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan
jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat
melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai
makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri. Sedangkan Rickey (1987)
sebagaimana dikutif Soetjipto dan Kosasi (2009: 17) mengemukakan ciri-ciri guru
sebagai profesi, yaitu:
a) Adanya komitmen dari para guru bahwa jabatan itu mengharuskan pengikutnya
menjunjung tinggi martabat kemanusiaan lebih dari pada mencari keuntungan diri
sendiri.
b) Suatu profesi mensyaratkan orangnya mengikuti persiapan profesional dalam
jangka waktu tertentu.
c) Harus selalu menambah pengetahuan agar terus menerus berkembang dalam
jabatannya.
d) Memiliki kode etik jabatan.
e) Memiliki kemampuan intelektual menjawab masalah-masalah yang dihadapi.
f) Selalu ingin belajar terus-menerus mengenai bidang keahlian yang ditekuni.
g) Menjadi anggota dari suatu organisasi profesi.
h) Jabatan itu dipandang sebagai suatu karir hidup.
Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar
1
Serlika Aprita, Etika Profesi, (Pasuruan : CV. Penerbit Qiara Media, 2020), cet. ke-1, hal. 18-21.
bidang pendidikan. Seorang guru berkaitan dengan aktivitas profesinya diharuskan
mengetahui dan dapat menerapkan beberapa prinsip mengajar agar ia dapat
melaksanakan tugasnya secara profesional, yaitu sebagai berikut:
a) Guru harus dapat membangkitkan perhatian perserta didik pada materi pelajaran
yang diberikan serta dapat menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang
bervariasi.
b) Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam bepikir
serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.
c) Guru harus dapat membuat urutan (sequence) dalam pemberian pelajaran dan
penyesuaiannya dengan usia dan tahap tugas perkembangan peseta didik.
d) Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki peserta didik (kegiatan apersepsi), agar peserta didik menjadi
mudah dalam memahami pelajaran yang diterimanya.
e) Sesuai dengan prinsip repetisi dalam proses pembelajaran, diharapkan guru dapat
menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang hingga tanggapan peserta didik
menjadi jelas.
f) Guru wajib memperhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara mata
pelajaran dan praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.
g) Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan cara
memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung, mengamati atau
meneliti, dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatkanya.
h) Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan
sosial,baik dalam kelas maupun diluar kelas.
i) Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta secara individual agar
dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaannya tersebut2.

3. Jelaskan teori yang berkaitan dengan etika!


Jawab : Penggunaan istilah etika (ethice) pada mulanya berasal dari Bahasa Yunani
yang memiliki arti perilaku seseorang, adat istiadat atau kebiasaan, watak, perasaan
batin, serta kecenderungan hati, untuk mengerjakan suatu perbuatan. Ahmad Amin
menyatakan bahwa etika sebagai suatau kajian tingkah laku seseorang, tentang seuatu
yang baik dan buruk, benar dan salah, sengaja atau tidak. Etika dan moral memiliki

2
Heri Susanto, Profesi Keguruan, (Banjarmasin : Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, 2020), cet. ke-1, hal. 13-15.
makna yang sama, tetapi dalam penggunaan sehari-harinya ada beberapa perbedaan,
dimana moral digunakan untuk perbuatan yang sedang dikaji atau dinilai, sedangkan
etika digunakan untuk pengkajian suatu sistem nilai yang berada dalam kelompok
atau masyarakat tertentu. Ada beberapa teori etika, yaitu:
a) Teori Etika Hak. Teori hak menganggap bahawa suatu tindakan atau perbuatan
dianggap baik apabila perbuatan atau tindakan tersebut sesuai dengan hak asasi
manusia. Etika hak yaitu tindakan yang berdasarkan martabat manusia, sedangkan
martabat manusia itu sama.
b) Teori Deontologi. Menurut teori ini yang menjadi acuan baik dan buruknya suatu
perbuatan perilaku seseorang adalah kewajiban. Suatu perbuatan dianggap baik,
dan oleh karenanya seseorang harus melakukannya. Sementara perbuatan itu
buruk, maka perbuatan itu dilarang dan tidak boleh dilakukannya. Teori ini
beranggapan bahwa suatu perbuatan dianggap baik atau buruk bukan karena
dampaka yang ditimbulkan, tetapi karena perbuatan itu wajib atau tidaknya.
c) Teori Etika Teleologi. Teori ini menegaskan bahwa suatu perilaku dianggap baik
atau buruk baik tergantung pada tujuan yang hendak dicapai. Perbuatan yang
meiliki tujuan yang baik, namun tidak memiiki dan mngasilkan sesuatu yang lebih
bermakna, maka menurut faham teori ini kurang layak disebut dengan baik. Ada
dua macam teori Etika Teleologi:
- Egoisme Etis. Rachels (2004) memaparkan dua konsep penting yang
berkenaan dengan faham egoisme etis. Pertama, faham egoisme psikologis
yaitu faham yang mengajarkan bahwa semua perilaku atau tindakan seseorang
termotivasi oleh kepentingan untuk melayani diri sendiri. Kedua, faham
egoisme etis, yaitu suatu perilaku yang didasari oleh kepentingan pribadi atau
ego diri sendiri. Tujuan utama dari perilaku semua orang adalah untuk
memenuhi kepentingan dirinya sendiri dan kebutuhan pribadinya. Dalam
kehidupan sehari-hari, teori faham ini mengajarkan suatu nilai dianggap baik
dan bermoral apabila nilai tersbut dapat memberi manfaat dan keuntungan
pada pribadinya sendiri, sedangkan nilai buruk (tidak bermoral, tidak baik dan
tidak beretika) apabila sesuatu itu dapat merugikan pribadinya. Faham ini
tentu sangat bertolak belakang dengan faham etika sosial sehingga
beranggapan bahwa etika sosial sebagai “Etika Hamba”, sedangkan manusia
tidak pantas disebut seorang hamba.
- Utilitarianisme. Aliran dan faham utilitarian dikemukakan oleh seorang
filosof Inggris yaitu Jeremy Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-
1873). Faham ini beranggapan bahwa suatu perilaku dianggap baik apabila
dapat memberikan manfaat dan keuntungan bagi sebanyak-banyaknya orang
atau masyarakat luas, bukan hanya memberikan manfaat bagi satu, dua
orang atau golongan tertentu. Dengan demikian, doktrin faham utilitarianism
memiliki tabi’at yang bersifat kuantitatif, karena tolak ukur utamanya adalah
quantum atau jumlah kebahagiaan yang disebabkan oleh perilaku bervariatif.
(Schmandt, 2002). Dan inti dari teori ini adalah sebuah kebijakan atau sebuah
sikap harus banyak bermanfaat bagi orang lain, walaupun harus
mengorbankan diri sendiri3.

4. Jelaskan teori terkait etika keguruan!


Jawab :
a) Egoisme. Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri
sendiri. Yang membedakan tindakan berkutat diri (egoisme psikologis) dengan
tindakan untuk kepentingan diri (egoisme etis) adalah pada akibatnya terhadap
orang lain. Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau
merugikan kepentingan orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri tidak
selalu merugikan kepentingan orang lain.
b) Utilitarianisme. Menurut paham utilitarianisme (1) tindakan harus dinilai benar
atau salah hanya dari konsekuensinya (akibat, tujuan atau hasilnya). (2) dalam
mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang penting adalah
jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidak bahagiaan. (3) kesejahteraan setiap orang
sama pentingnya.
c) Deontologi. Paham deontologi mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan
tidak ada kaitannya sama sekali dengan tujuan, konsekuensi atau akibat dari
tindakan tersebut. Konsekuensi suatu tindakan tidak boleh menjadi pertimbangan
untuk menilai etis atau tidaknya suatu tindakan. Suatu perbuatan tidak pernah
menjadi baik karena hasilnya baik.
d) Teori Hak. Dalam teori hak ini adalah pendekatan yang paling banyak dipakai
untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku. Sebetulnya teori

3
Imam Qori, Analisis Dampak Pembelajaran Online Terhadap Guru dan Peserta Didik Perspektif
Teori Etika, (Madura : Universitas Trunojoyo Madura, 2020), jurnal Al-Ibrah, vol. 5, no. 1, hal. 106-109.
hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena hak berkaitan dengan
kewajiban. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia
itu sama. Teori hak sekarang begitu populer, karena dinilai cocok dengan
penghargaan terhadap individu yang memiliki harkat tersendiri.
e) Teori Keutamaan (Virtue Theory). Teori tipe terakhir ini adalah teori keutamaan
(virtue) yang memandang sikap atau akhlak seseorang. Keutamaan bisa
didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan
memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Kebijaksanaan,
misalnya merupakan suatu keutamaan yang membuat seseorang mengambil
keputusan tepat dalam setiap situasi. Keadilan adalah keutamaan lain yang
membuat seseorang selalu memberikan kepada sesama apa yang menjadi haknya.
Kerendahan hati adalah keutamaan yang membuat seseorang tidak menonjolkan
diri, sekalipun situasi mengizinkan. Suka bekerja keras adalah keutamaan yang
membuat seseorang mengatasi kecenderungan spontan untuk bermalas-malasan.
f) Teori Etika Teonom. Teori etika teonom dilandasi oleh filsafat risten, yang
mengatakan bahwa karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh
kesesuaian hubungannya dengan kehendak Allah. Perilaku manusia secara moral
dianggap baik jika sepadan dengan kehendak Allah, dan perilaku manusia
dianggap tidak baik bila tidak mengikuti aturan/perintah Allah sebagaimana
dituangkan dalam kitab suci4.

5. Jelaskan ayat dan hadits terkait profesi etika guru!


Jawab : Ayat-ayat al-Qur’an yang terkandung dalam al-Qur’an tentang Profesional
guru tersebut berkorelasi dengan al-Qur’an surat An-Nisa, ayat 58 dalam ayat ini
merupakan isyarat tentang perlunya profesional guru dalam membina dan
meningkatkan mutu guru agar menjadi guru yang profesional. Sebagaimana Firman
Allah di bawah ini:

4
Hermawansyah, Etika Guru Sebagai Pendidik Yang Mendasar Bagi Siswa, (Bima : Sekolah Tinggi
Ilmu Tarbiyah, 2019), vol. 10, no. 2, hal. 21-25.
Artinya : Sesungguhnya Allah menyeruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyeruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik baiknya kepada kamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
Melihat5.
Tafsir Jalalain surat an-nisa ayat 58.
(Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat) artinya kewajiban-
kewajiban yang dipercayakan dari seseorang (kepada yang berhak menerimanya) ayat ini
turun ketika Ali r.a. hendak mengambil kunci Kakbah dari Usman bin Thalhah Al-Hajabi
penjaganya secara paksa yakni ketika Nabi saw. datang ke Mekah pada tahun pembebasan.
Usman ketika itu tidak mau memberikannya lalu katanya, "Seandainya saya tahu bahwa ia
Rasulullah tentulah saya tidak akan menghalanginya." Maka Rasulullah saw. pun menyuruh
mengembalikan kunci itu padanya seraya bersabda, "Terimalah ini untuk selama-lamanya
tiada putus-putusnya!" Usman merasa heran atas hal itu lalu dibacakannya ayat tersebut
sehingga Usman pun masuk Islamlah. Ketika akan meninggal kunci itu diserahkan kepada
saudaranya Syaibah lalu tinggal pada anaknya. Ayat ini walaupun datang dengan sebab
khusus tetapi umumnya berlaku disebabkan persamaan di antaranya (dan apabila kamu
mengadili di antara manusia) maka Allah menitahkanmu (agar menetapkan hukum dengan
adil. Sesungguhnya Allah amat baik sekali) pada ni`immaa diidgamkan mim kepada ma,
yakni nakirah maushufah artinya ni`ma syaian atau sesuatu yang amat baik (nasihat yang
diberikan-Nya kepadamu) yakni menyampaikan amanat dan menjatuhkan putusan secara
adil. (Sesungguhnya Allah Maha Mendengar) akan semua perkataan (lagi Maha Melihat)
segala perbuatan6.

Profesioanal juga diuangkap dalam hadist Rasul agar memberikan amanah pada orang
sesuai dengan keahlianya sebagaimana hadist di bawah ini:

5
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : Maghfiro Pustaka,
1999), hal. 87.

6
https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-4-an-nisa'/ayat-58 diakses pada hari Rabu 15 September 2021
pukul 23:54.
Terjemah:
Telah berkata pada kami Muhhamad Bin Sinan, dia berkata telah berkata pada kami Fulaih,
telah berkata kepada kami dan kepadaku Ibrohim bin al-Mundzir dia berkata telah berkata
pada kami Muhammad Bin Fulaih berkata telah berkata padaku Hilal Bin Ali dari Atho; Bin
Yasar dari Abi Hurairah, dia berkata: Pada saat Nabi SAW dalam sebuah majelis berbicara
dengan suatu kaum, datanglah seorang A’roby (orang dari pedalaman kampung), dia
bertanya: “Kapan hari kiamat?” Maka Nabi tetap berbicara. Kata sebuah golongan, beliau
mendengar apa yang ditanyakan tetapi membencinya (karena memutus pembicaraan), dan
kata kaum lain beliau tidak mendengar sampai ketika pembicaraan beliau selesai. Beliau
bertanya:” Dimana si penanya tentang kiamat tadi?” Orang tersebut menjawab, “Ini saya,
wahai Rasulullah.” Lalu beliau berkata: Ketika amanah hilang, maka tunggulah kiamat
(kehancuran). Dia bertanya:”Bagaimana cara hilangnya?” Nabi SAW menjawab, “Apabila
suatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah saatnya (kehancurannya)”7.

Maksud hadist diatas menentukan tentang bekerja yang professional itu harus sesuai
dengan kecenderungan, keahlian, dan profesi yang ditekuni, bagi seorang Muslim merupakan
suatu keniscayaan. Karena, hal ini akan menyebabkan hasil yang dicapai relatif lebih optimal.
Apalagi jika disertai dengan ketekunan dan kesungguhan, bekerja yang dilakukan tanpa
didasari keahlian dan pengetahuan yang berkaitan dengannya, tidak akan menghasilkan

7
Ibnu Hajar Al-‘Asqolãnî (1997), Fathul Bãrî Syarhu Shahih Al-Bukhãrî, Dar-al Kutub al Ilmiyah,
Beirut, jilid. 1, hal. 188.
sesuatu yang maksimal. Bekerja tanpa keahlian dan pengetahuan juga dianggap sebagai suatu
bentuk ketidak amanahan terhadap tugas dan tanggung. Guru professional adalah individu
yang bekerja pada bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam
membantu anak didik mencapai kedewasaannya masing-masing.
Masalah etika dalam kehidupan umat Islam adalah yang dicita-citakan dan dibutuhkan
oleh umat manusia dalam pergaulan hidupnya dan dalam sikap dan perilakunya terhadap
hidup dan kehidupan bersama dalam mengemban fungsi kehidupan di dunia. Wahyu sebagai
sistem pengaturan kehidupan manusia merupakan sumber pertama yang melandasi filosofi
dalam menentukan kriteria nilai baik dan nilai buruk. Adanya misi Nabi Muhammad dengan
landasan wahyu Qur’an dan Hadits di mana beliau diutus ke muka bumi sebagai rasul guna
mengemban untuk memperbaiki atau menyempurnakan akhlak umat manusia. Dalam hal
etika seorang guru Rasulullah Saw dapat dijadikan teladan yang baik sebagaimana ditegaskan
Allah Swt dalam Alquran surat Al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi :

Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia
banyak menyebut Allah. (QS. Al- Ahzab: 21).

Tafsir Ibnu Katsir surat Al-Ahzab ayat 21


Ayat yang mulia ini merupakan dalil pokok yang paling besar, yang menganjurkan kepada
kita agar meniru Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dalam semua ucapan, perbuatan,
dan sepak terjangnya. Karena itulah Allah subhaanahu wa ta’aalaa memerintahkan kepada
kaum mukmin agar meniru sikap Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dalam Perang Ahzab,
yaitu dalam hal kesabaran, keteguhan hati, kesiagaan, dan perjuangannya, serta tetap menanti
jalan keluar dari Allah subhaanahu wa ta’aalaa Semoga salawat dan salam-Nya terlimpahkan
kepada beliau sampai hari kiamat. Melalui ayat ini Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman
kepada orang-orang yang merasa khawatir, gelisah, dan guncang dalam menghadapi urusan
mereka dalam Perang Ahzab: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu. (Al-Ahzab: 21) Yakni mengapa kalian tidak meniru dan mengikuti jejak
sifat-sifatnya? Dalam firman selanjutnya disebutkan: (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al-Ahzab: 21)
Selanjutnya Allah subhaanahu wa ta’aalaa menyebutkan perihal hamba-hamba-Nya yang
beriman yang membenarkan janji Allah kepada mereka, yang pada akhirnya Allah akan
menjadikan kesudahan yang baik di dunia dan akhirat bagi mereka8.

Rasulullah Saw telah memberikan tuntunan dalam hadisnya tentang etika profesi
guru tersebut antara lain etika guru terhadap diri sendiri, etika guru terhadap peserta didik,
dan etika terhadap teman sejawat. Etika Guru terhadap Diri Sendiri antara lain: seorang guru
harus mampu membuat keputusan keahlian dan mampu bertanggung jawab teori dan
wawasan keilmuannya. Kemampuan untuk menjalankan tugas keguruannya secara
professional ini digambarkan Rasulullah Saw dalam hadis berikut :

Artinya: Umar bin al-Khaththab berkata, 'Dahulu kami pernah berada di sisi Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, lalu datanglah seorang laki- laki yang bajunya sangat putih,
rambutnya sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan. Tidak seorang pun
dari kami mengenalnya, hingga dia mendatangi Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasalam lalu
menyandarkan lututnya pada lutut Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasalam, kemudian ia berkata,
'Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam?' Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasalam menjawab: "Kesaksian bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain
Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan
zakat, dan puasa Ramadlan, serta haji ke Baitullah jika kamu mampu bepergian kepadanya.'
Dia berkata, 'Kamu benar.' Umar berkata, 'Maka kami kaget terhadapnya karena dia
menanyakannya dan membenarkannya.' Dia bertanya lagi, 'Kabarkanlah kepadaku tentang
iman itu?' Beliau menjawab: "Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-

8
https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-33-al-ahzab/ayat-21 diakses pada hari Rabu 15 September 2021
pukul 23:54.
kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk." Dia berkata, 'Kamu
benar.' Dia bertanya, 'Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan itu?' Beliau menjawab: "Kamu
menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu." Dia bertanya lagi, 'Kapankah hari akhir itu?' Beliau
menjawab: "Tidaklah orang yang ditanya itu lebih mengetahui daripada orang yang
bertanya." Dia bertanya, 'Lalu kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya?' Beliau
menjawab: "Apabila seorang budak melahirkan (anak) tuan-Nya, dan kamu melihat orang
yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, namun bermegah-
megahan dalam membangun bangunan." Kemudian dia bertolak pergi. Maka aku tetap saja
heran kemudian beliau berkata; "Wahai Umar, apakah kamu tahu siapa penanya tersebut?"
Aku menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Beliau bersabda: "Itulah jibril, dia
mendatangi kalian untuk mengajarkan kepada kalian tentang pengetahuan agama
kalian'(HR. Bukhari)9.

9
Ismail Ibnu Katsir, Tafsir Al-qur’an Al-azim Jilid 2, (Beirut : Dar al-Kutub al-ilmiyyah, 1999), hal. 7.

Anda mungkin juga menyukai