Anda di halaman 1dari 24

Sejarah Bahasa dan

Bahasa Indonesia

Oleh:

Lilimiwirdi, S.S., M.Hum.


Pengantar
• Kita bisa berpuasa satu hari, tetapi kita tidak bisa tidak berbahasa satu
hari. Bermimpi pun kita tetap menggunakan bahasa.
• Apa itu Bahasa?
• Bahasa adalah sistem lambang bunyi  yang arbitrer, digunakan oleh
anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri (KBBI Edisi V).
• Contoh: Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa Jepang,
• Bahasa Indonesia, dsb.
Sejarah Bahasa
Sejarah bahasa seiring dengan sejarah keberadaan  manusia di muka bumi.  Banyak para  ahli 
bahasa "linguis" mencari asal-usul bahasa pertama manusia di muka bumi ini. Bahkan, di antara
mereka tidak sedikit yang putus asa karena tidak menemukannya.
Para linguis dari zaman Yunani, Romawi, Prancis, Jerman bahkan banyak yang putus asa. Merek
ada yang mengatakan bahasa ini titisan para dewa. 
Ternyata di dalam dalam kitab suci agama langit itu ada asal usul Bahasa.
Di dalam kitab Injil, Asal usul bahasa pertama tidak dijelaskan bagaimana Nabi Adam itu
memperoleh bahasa, Sebagaimana penjelasan berikut.
Alkitab Ibrani mengatribusikan asal mula bahasa hanya pada manusia, dengan Adam
diperintahkan untuk memberi nama mahluk-mahluk yang Tuhan telah ciptakan
(id.m.wikipedia.org/Wikipedia.org/wi)
Dalam Kitab suci Al-Quran yang diturunkan pada tahun 610 Masehi. Sangat jelas
bagaimana Adam itu diajarkan Bahasa oleh Allah dan mengajarkan bahasa. Di sinilah asal
usul Bahasa Manusia.
Asal-usul Bahasa dalam
Kitab Suci Al-Quran

Terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 30−33, artinya:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakkan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.

Dan Dia ajarkan kepada Adam itu nama-nama (benda-benda seluruhnya), kemudian
mengemukakannya kepada Malaikat lalu berfirman, "Sebutkan kepada-Ku nama benda-benda itu
jika kamu memang orang-orang yang benar!" Mereka menjawab, "Maha Suci Engkau, tidak ada 
yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarakan kepada kami; sungguh, Engkaulah Yang
maha Mengetahui, Maha Bijaksana." 

Allah berfirman, "Hai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda itu!" Maka
setelah diberitahukan nama-nama benda itu. Allah berfirman, "Bukankah telah Ku katakan
kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan Aku mengetahui apa yang kamu
nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?" (QS. 2: 30−33) 
Berdasarkan Ayat di atas Proses
Pemberolehan Bahasa menurut Al-Quran
1. Mengajarkan:

Allah itu mengajarkan Bahasa itu kepada Nabi Adam berupa nama-nama benda seluruhnya

2. Belajar :

Nabi Adam itu belajar Bahasa dari Allah berupa nama-nama benda seluruhnya

3. Mengajarkan Kembali atau memberitahukan:

Nabi Adam itu mengajarkan atau memberitahukan Kepada malaikat berupa nama-nama
benda seluruhnya

Ahli tafsir mengatakan bahkan Adam itu diajarkan ilmu bahasa oleh Allah sampai-sampai kepada
piring kecil, penyauk air, dan lain-lain; bukan saja benda mati, tetapi juga makhluk-makhluk yang
berakal dengan jalan Allah memasukkan ke dalam kalbunya pengetahuan tentang benda-benda itu
(Al-Mahalli dan As-Suyuthi, 1996: 18).
Apa awal mulanya Bahasa?
Menurut Al-Quran Bahasa itu berasal dari nama
(nama-nama benda yang diajarkan oleh Allah Swt. kepada Nabi Adam AS).
Dari sini dapat dilihat nama yang diajarkan dahulu belum bilangan atau
jumlah.
Jika benda yang dinamai itu banyak jumlahnya, lahirlah bilangan  atau ilmu
matematika. 
Nabi Adam tidak hanya diajarkan nama oleh Allah swt, tetapi juga bilangan, rasa,
hikmah dan sebagainya sebelum turun ke bumi. 
Dengan diajarkan Allah nama-nama benda semuanya kepada Adam, ilmu benda-
benda atau bahasa ini menjadi bekal bagi Adam sebagai khalifah atau pemimpin di
muka bumi (Al-Mahalli dan As-Suyuthi, 1996: 18).
Sebelum Nabi Adam Turun ke Bumi
• Adam dan istrinya lama hidup di Surga.
• Namun, karena Nabi Adam melanggar larangan Allah Swt. di
surga, yaitu memakan buah kuldi, Nabi Adam dan Istrinya
disuruh turun ke muka bumi.
• ''Dan Kami berfirman; ''Hai Adam, diamilah oleh kamu dan
istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang
banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah
kamu dekati pohon ini (khuldi, red), yang menyebabkan kamu
termasuk orang-orang yang zalim.'' (QS, 2: 35).
 Dari ayat di atas dapat dijelaskan, ketika Nabi Adam AS memakan buah
kuldi itu, hilanglah ingatannya.

 Karena itu, ulama menafsirkan buah kuldi adalah buah memabukkan,


seperti anggur, ganja, dan pohon terlarang lainnya.
 Kemudian, sebelum Adam turun ke muka bumi Adam memohon tobat
kepada Allah dan Allah pun menerima taubatnya. Lalu, Nabi Adam
turun ke bumi karena mematuhi perintah Allah.
 Jika Nabi Adam tidak membawa bekal bahasa dari Surga, tentunya Nab
Adam tidak bisa turun ke bumi karena dalam tata surya itu banyak plan
dan masing-masingnya memiliki nama. Bumi adalah planet ketiga dari
matahari yang merupakan planet terpadat dan terbesar kelima dari
delapan planet dalam tata surya (Wikipedia)
Adam dan Hawa Turun ke Bumi
Adam dan Hawa turun ke muka Bumi secara terpisah.
Sejumlah sumber menyebutkan bahwa Adam turun di India, sedangkan Hawa di Jeddah.
Dalam upayanya mencari Hawa, Allah memerintahkan Adam untuk melaksanakan haji
ke Baitullah (Ka’bah) di Makkah. Lalu, bertemu di Padang Arafa
Sami Bin Abdullah Al-Maghluts dalam bukunya Atlas Sejarah Nabi dan Rasul
menyatakan, Adam dan Hawa bertemu di Arafa, tepatnya di Jabal Rahmah. Setelah itu,
mereka berdua melaksanakan tawaf dan mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali
(Nasrullah, 1: 30 Maret 2020).
Sebagaimana diterangkan dalam Al-Qurán Surat Ali Imran, ayat: 96 bahwa Ka’bah
adalah tempat ibadah pertama yang dibangun di atas bumi ini. Menurut beberapa
riwayat, Ka’bah pertama kali dibangun oleh malaikat, yang kemudian dilanjutkan oleh
nabi Adam AS (Nasrullah, 1: 30 Maret 2020).
Lama kelamaan mereka memiliki keturunan yang banyak "beranak pinak“
bahkan lebih dari 20 orang. Setiap istri Adam itu hamil, dia selalu
melahirkan anak kembar. Anak kembar yang terkenal itu adalah Qabil
kembaranya Iqlima berparas cantik dan Habil Saudari kembarannya Labuda.

Kemudian, datang perintah dari Allah kepada Adam untuk menikahkannya


dengan kawin silang. Setelah itu, ada yang tidak mau karena pasangannya
jelek, lalu terjadilah peristiwa pembunuhan pertama di muka bumi karena
memperebutkan wanita yang cantik karena tidak mau menikah dengan
saudara perempuannya yang jelek

Dari dua pasang anak Adam saja sudah melahirkan wajah yang berbeda.
Barangkali di sinilah lahirnya ilmu genetika karena setiap orang itu berbeda-
beda, seperti cantik, jelek, tinggi, rendah, kulit hitam, kulit putih, rambut ikal,
lurus, keriting, dan sebagainya.

Anak keturunan Adam yang lain itu menyebar atau mengembara di muka
bumi dalam waktu yang lama maka lahirlah berbagai macam suku dan
bangsa
Lahirnya Suku-suku dan Bangsa-bangsa
di Muka Bumi
Penyebaran manusia di muka bumi sudah tidak terhitung. Mereka menyebar
atau mengembara di muka bumi dengan membawa bekal bahasa tadi, seperti
mencari makanan dan ada yang bermukim serta bercocok tanam dan itu
berlangsung dalam waktu yang lama. Pada tahu 610 Masehi, manusia di
muka bumi ini sudah bersuku-suku dan berangsa-bangsa. Sebagaimana
Allah berfirman di dalam Al-Quran.

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
kenal mengenal. Sungguh yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa. Sungguh,
Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti (QS. Al-Hujarat: ayat 13).

Dari ayat di atas dapat dijelaskan bahwa di sinilah lahirnya suku, bahasa,
dan bangsa yang berbeda, seperti lahirnya Bangsa Amerika, India,
Afrika, Mesir, Pakistan, Cina, Nusantara (Indonesia), dan sebagainya.
Kemudian, lahirlah aneka bahasa, seperti bahasa Arab, Inggris, Ibrani,
Mandarin, India, Indonesia, Minang, dan sebagainya. Lalu, suku Quraisy,
Jawa, Batak, Minangkabau, dan sebagainya.
SEJARAH BAHASA INDONESIA
1. Lama-kelamaan anak cucu Adam itu mengembara, seperti mencari makanan. Lalu,
ada yang tiba di Nusantara atau ‘Pulau yang banyak’.
2. Mereka menetap dalam waktu yang sangat lama. Lama kelamaan mereka hidup berkelompok.
dan dipisahkan oleh lautan. Kemudian, lahirlah rumpun bahasa Austronesia atau rumpun
bahasa kepulauan.
4. Rumpun bahasa ini melahirkan bahasa Indonesia.
Peristiwa-peristiwa berkaitan dengan perkembangan dan penulisan bahasa Indonesia.
1. Sebelum masuk Islam, di Nusantara menggunakan huruf Palawa berbahasa Sanskerta.
2. Setelah masuk Islam, orang-orang Islam  mengajarkan agama Islam melalui  bahasa Arab
dan Arab Melayu termasuk dengan tulisan Arab Melayu. 
Bukti-Bukti Perkembangan Bahasa Indonesia
Islam masuk ke Nusantara tahun 625 M. Sekitar 15 tahun setelah Rasulullah
menerima wahyu pertama dari Allah Swt. Hal ini berdasarkan dokumen Tingkok yang
menyebutkan, menjelang  seperempat tahun 700 Masehi sudah ada perkampungan Arab
Muslim dalam kekuasaan kerajaan Budha Sriwijaya. Lalu, mereka melalukan akulturasi
budaya. Penggunaan Bahasa Arab dan Arab Melayu ini sebagai bahasa tulis di Nusantara
berlangsung sampai tahun 1901 M lebih kurang 12−13 Abad lamanya.

Sebagai bukti banyaknya manuskrip yang ditemukan seperti gambar di bawah ini    

Gambar 1 Manuskrip Kuno Nusantara Berbahasa Arab dan Arab Melayu.


Bahasa Nusantara
Di Nusantara hadir banyak bahasa dan budaya karena daerahnya luas berupa
kepulauan yang dikelilingi oleh lautan.

Seperti: bahasa Minang, Melayu, Batak, Jawa, Papua, Sulawesi, Bali, dan sebagainya.

Ketika masyarakat itu hendak interaksi sosial antarpulau dan orang yang datang dari
luar negeri, seperti berdagang dan bergaul. Mereka memakai bahasa Melayu sebagai
bahasa perantara sehingga bahasa melayu disebut sebagai lingua franca.

Pada saat itu mereka menggunakan ragam bahasa Melayu Riau.

Ragam bahasa Melayu Riau ini yang dipakai sebagai dasar bahasa Indonesia.  
Bukti-bukti keberadaan Bahasa Melayu Sebagai Bahasa
Nusantara
1. Ditemukan prasasti Kedukan Bukit di Palembang (683 M).
2. Talang Tuwo di Palembang (684 M),
3. Kota Kapur (686 M), Karang Birahi di Jambi (688 M).
4. Prasasti-prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari dan berbahasa
Melayu Kuno.
Bahasa Melayu Kuno ternyata tidak hanya dipakai di masa kerajaan
Sriwijaya saja, tetapi juga di Jawa Tengah (Ganda Suli) ditemukan
prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor berangka tahun 942 M yang
juga menggunakan bahasa Melayu kuno.
Dari sana terlihat penggunaan Bahasa Melayu pada prasasti-prasasti ini
menyebar di wilayah nusantara.
Bahasa Melayu juga dipakai sebagai lingua franca untuk penyebaran
agama Islam yang terlihat jelas dari peninggalan-peninggalan kerajaan
Islam, antara lain

1. Tulisan pada batu nisan di Minye Tujah, Aceh (tahun 1380 M)


2. Karya sastra abad 16−17, misalnya syair Hamzah Fansuri
yang berisi hikayat raja-raja Pasai dan buku Sejarah Melayu,
yaitu Tajussalatin dan Bustanussalatin.
3. Adanya manuskrip kuno Minangkabau yang bertulisan Arab
dan Arab Melayu. Sebagian menggunakan bahasa Melayu.
4. Selanjutnya, bahasa Melayu dipakai untuk menyebarkan
agama Islam ke seluruh wilayah Nusantara.
Pada tuhun 1901, ketika Indonesia dijajah oleh Belanda, orang-
orang Belanda tidak mengerti dengan bahasa Melayu yang ditulis
dengan tulisan Arab dan Arab Melayu.
Lalu, Mareka berusah mengubahnya ke dalam Tulisan Latin.
Pemerintah Belanda melakukan pembakuan ejaan bahasa
Indonesia pertama melalui seorang linguis Belanda yang bernama
Charles van Ophuijsen yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar
Soetan Ma'moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibra-him.
Lahirnya Ejaan Van Ophuijsen
Mereka telah melakukan penyempurnaan ejaan
dalam berbagai nama dan bentuk. 
Hasil pembakuan ejaan mereka dikenal dengan
Ejaan Van Ophuijsen ditulis dalam sebuah buku
Logat Melajoe.
Dalam kitab itu dimuat sistem ejaan latin untuk
bahasa Melayu yang ada di Indonesia.
Asal Mula Bahasa Indonesia
Bahasa Melayu Latin ini mulai diajarkan dan diberlakukan untuk
sekolah-sekolah dan surat kabar di Nusantara. Lalu, buku-buku
pelajaran dan surat kabar itu dicetak dalam Bahasa Melayu Latin.
Setelah itu, pada tanggal  28 Oktober 1928 terjadi Sumpah
Pemuda. Mereka mengikrarkan Sumpah pemuda ini dalam
Bahasa Melayu Latin yang berbunyi
"Kami Putra dan Putri Indonesia menjujung bahasa persatuan, 
bahasa Indonesia".
Di sinilah asal mulanya bahasa Indonesia.
Kalimat yang menjadi inti Sumpah pemuda:
Berbangsa Satu bangsa Indonesia
Berbahasa Satu Bahasa Indonesia

Dua kalimat itulah mampu membawa Indonesia


Menjadi bangsa yang Bersatu di tengah berbagai
Perbedaan baik suku, bahasa, ras, dan kepentingan.
Untuk menyatukan itu, di mana peran bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan itu sangat penting.
Setelah Sumpah Pemuda
Pada tahun 1938, Kongres Bahasa Indonesia yang pertama
di Solo, disarankan agar ejaan Indonesia lebih banyak
diinternasionalkan.
Pada tahun 1947 Soewandi, Menteri Pengajaran,
Pendidikan, dan Kebudayaan pada masa itu, menetapkan
dalam surat keputusannya tanggal 19 Maret 1947, No.
264/Bhg.A bahwa perubahan ejaan bahasa Indonesia dengan
maksud membuat ejaan yang berlaku menjadi lebih
sederhana.
Ejaan baru itu diberi julukan Ejaan Republik. Hal itu terjadi karena
Indonesia telah merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 dan ditatanya
sistem Ejaan yang lama itu menjadi sistem ejaan baru bernama
Ejaan Republik.
Kongres Bahasa Indonesia Kedua, yang diprakarsai Menteri
Moehammad Yamin, diselenggarakan di Medan pada tahun 1954.
Kongres itu mengambil keputusan supaya ada badan yang
menyusun peraturan ejaan yang praktis bagi bahasa
Indonesia. Panitia yang dimaksud yang dibentuk oleh
Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan dengan
surat keputusannya tanggal 19 Juli 1956, No. 44876/S,
berhasil merumuskan patokan-patokan baru pada tahun 1957.
Pada tahun 1975 menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, menyusun program pembakuan bahasa Indonesia
secara menyeluruh.
Panitia Ejaan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan yang disahkan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Sarino Mangunpranoto, sejak tahun 1966 dalam
surat keputusannya tanggal 19 September 1967, No. 062/1967.
Mereka menyusun konsep yang ditanggapi dan dikaji oleh
banyak kalangan di seluruh tanah air selama beberapa tahun
untuk melahirkan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
Lahirnya Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI)
Melaui surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal
20 Mei 1972, No. 03/A.I/72, pada hari Proklamasi Kemerdekaan tahun
itu juga diresmikanlah aturan ejaan yang baru itu berdasarkan
keputusan Presiden, No. 57, tahun 1972, dengan nama Ejaan Yang
Disempurnakan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil
yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
sebagai patokan pemakaian ejaan itu. Setelah itu, terjadi  pengubahan
EYD menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang
terjadi pada tahun 2016. Kemudian, kembali menjadi Pedoman Ejaan
Bahasa Indonesia (EYD) V pada tanggal 17 Agustus 2022.

Anda mungkin juga menyukai