BLOK 2.B
SKENARIO 1: KEBALNYA TUBUH INI
Kelompok :5
Ketua : Athifa Sabrina (2110332012)
Sekretaris Papan : Ketrin Permata Mulya (2110332014)
Sekretaris Meja : Nike Nadira Zami (2110333013)
Anggota : Hurriyah Aufa (2110332018)
Zahra Haifa Yuliza (2110332024)
Fadhilah Julia Putri (2110331018)
Salsa Bila Karsa (2110333012)
Tri Bunga Zulfaira (2110332029)
PRODI S1 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2021/2022
SKENARIO 1
KEBALNYA TUBUH INI
Bagaimana Saudara menjelaskan apa yang terjadi pada kedua bayi tersebut ?
STEP I
TERMINOLOGI
1. Imunisasi
Proses sistem imun diperkuat untuk melawan infeksi,upaya meningkatkan
kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu penyakit.
2. Bisul
furunkel atau benjolan yang berisi nanah.
3. Buku KIA
Buku Kesehatan Ibu dan anak (Buku KIA) berisi informasi kesehatan untuk
ibu , sejak masa hamil, saat melahirkan , masa nifas dan berlanjut untuk
mencatat kesehatan bayi baru lahir sampai anak berusia 6 tahun.
4. Vaksin
produk biologi yang berisi antigen yang akan menimbulkan kekebalan tubuh.
5. ASI
cairan susu yang diproduksi ibu yang dibutuh kan oleh bayi.
6. Posyandu
suatu tempat yg memudahkan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.
7. Zat gizi
unsur penting yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan.
8. Nanah
cairan kental yang berwarna putih,kekuningan,hijau dll.
9. Pembengkakan
bagian tubuh yang terlihat membesar.
STEP II
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Yang harus di imunisasi bukan hanya bayi berumur 3 bulan tapi sampai kurang
lebih 2 tahun ,untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi di samping pemberian
asi pada bayi.Imunisasi juga untuk meningkatkan imun tubuh untuk mencegah
berbagai penyakit berbahaya dan untuk mengurangi efek pada bayi jika terkena
penyakit berbahaya tersebut.
3. karena terkadang adanya peradangan. Saat imunisasi, kulit dan otot menjadi
luka sehingga timbullah pembengkakan. Tidak hanya itu pembengkakan
setelah imunisasi bisa terjadi karena reaksi zat yang disuntik seperti reaksi
alergi.
Karena ada efek samping,karena penyakit nya jarang,Karena pendapat teman
atau kelurga yang mengatakan bahwa itu berbahaya untuk bayi.
7. Dampak nya adalah bayi tersebut bisa menalami penyakit yang mengakibatkan
kecacatan Anak yang tidak diimunisasi memiliki risiko lebih tinggi untuk
terkena komplikasi yang dapat menyebabkan kecacatan pada bayi bahkan
kematian. Ini karena tubuhnya tidak mendapatkan kekuatan dari sistem
pertahanan khusus yang bisa mendeteksi jenis-jenis penyakit berbahaya
tertentu.
Terjangit penyait tbc karena tidak vaksin bcg,terjangkit penyakit hepatitis
b,tetanus,dan polio
8. Ada pun respon alami tubuh pathogen,bakteri virus fung yang menyebabkan
penyakit,pada tubuh yg di berikan antibody yg dapat menghentikan penyakit.
10. respon perlindungan tubuh adalah timbulnya luka pada bekas imunisasi
tersebut.
1. imunisasi
2. kekebalan tubuh
3. ASI
4. Respon kekebalan tubuh
5. Sistem imun dalam tubuh
6. Zat gizi
7. Dampak imunisasi
8. Antibodi dalam tubuh
SKEMA
Zat gizi
Dampak imunisasi
Kekebalan tubuh
STEP V
LEARNING OBJECTIVE
1. Imunisasi (imunologi)
Manfaat imunisasi
Vaksin
Saat ini telah ada beberapa jenis vaksin yang telah disediakan oleh
pemerintah untuk imunisasi rutin, yaitu Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, Campak
dan vaksinvaksin untuk jamaah haji (Meningitis). Disamping itu, ada beberapa
imunisasi lain yang memang belum disediakan oleh pemerintah.
Jenis vaksin
Vaksin hidup Dari bakteri/virus yang dilemahkan : OPV (ORAL POLIO
VACCINE), CAMPAK, MMR (MUMPS,MEASLES ,RUBELLA),
VARICELLA (cacar air), BCG
Vaksin mati Dari bakteri/virus yang sudah.
Contoh : DPT, HEPATITIS A, HEPATITIS B.
Jenis-jenis Vaksin
Vaksin Bakteri •Campak • Parotitis • Rubela • Varisela • BCG Vaksin Hidup
Vaksin Inaktif • Difteria • Tetanus • Pertusis • Kolera Vaksin Virus • Meningo
• Pneumo • Hib • Typhoid Vi • Influenza • IPV • OPV • Yellow Fever • Rabies
• Hepatitis B • Hepatitis A
Sasaran Imunisasi Berdasarkan Usia yang Diimunisasi
Pada imunologi, terdapat tiga hal dasar yang dipelajari, yaitu imunitas atau
reaksi tubuh terhadap masuknya benda asing ke tubuh, respons imun atau
respons terkoordinir terhadap benda asing, dan sistem imun atau reaksi sel dan
molekul yang terjadi terhadap benda asing tersebut. Pada abad ke-19 dan ke-20,
imunologi banyak menemukan terobosan ilmiah, yaitu transplantasi organ yang
aman, identifikasi golongan darah, dan penggunaan antibodi monoklonal yang
umum digunakan untuk perawatan kesehatan. Sejauh ini, penelitian imunologi
sedang berusaha memecahkan masalah pada imunoterapi, penyakit autoimun,
dan vaksin untuk penyakit-penyakit yang belum ada obatnya, seperti ebola.
Definisi menyusui
Air Susu Ibu adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu.1 Berikut ini
beberapa definisi terkait menyusui, yaitu:
1. Menyusui Eksklusif
Menyusui eksklusif adalah memberikan ASI kepada bayi tanpa memberi
makanan atau minuman lain, termasuk air putih (kecuali obat-obatan, vitamin
atau
mineral tetes). Dalam hal ini ASI perah diperbolehkan.
2. Menyusui Predominan
Menyusui predominan adalah memberikan ASI kepada bayi tetapi pernah
memberikan sedikit air atau minuman berbasis air, misalnya teh sebagai
makanan
atau minuman prelekteal sebelum ASI keluar.
3. Menyusui Parsial
Menyusui parsial adalah memberikan ASI kepada bayi disertai pemberian
makanan buatan selain ASI, seperti susu formula, bubur, atau makanan lain
sebelum bayi berumur 6 bulan, baik diberikan secara berkelanjutan atau sebagai
makanan prelekteal.
4. Tidak Pernah Menyusui
Tidak pernah menyusui adalah bayi tidak pernah diberikan ASI
Komposisi ASI
Komposisi ASI unik, tidak selalu sama, dan sesuai dengan kondisi bayi
setiap saat. Ketika baru lahir sebagian besar sistem tubuh bayi seperti sistem
saluran cerna, sistem saraf, sistem pembuluh darah, dan sistem imunitas masih
belum matang secara fungsional.2 Untuk menyesuaikan dengan usia
bayi,komposisi ASI akanbervariasi yang sesuai dengan tahappertumbuhan dan
perkembangannya.
Komposisi ASI yang diproduksi oleh ibu yang melahirkan bayi kurang
bulan (ASI prematur) berbeda dengan komposisi ASI yang diproduksi oleh ibu
yang melahirkan bayi cukup bulan (ASI matur). Komposisi ASI yang keluar
pada hari-hari pertama sampai hari ke3-5 (kolostrum) berbeda dengan ASI yang
diproduksi pada hari ke 3-5 sampai hari 8-11 (ASI transisi), dan selanjutnya
(ASI matur). Komposisi tersebut sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan
masingmasing. ASI dari ibu yang melahirkan bayi prematur sesuai dengan
kebutuhan bayi prematur dan juga sebaliknya ASI dari ibu yang melahirkan bayi
cukup bulan .
sesuai dengan kebutuhan bayi cukup bulan tersebut.
Komposisi kolostrum berubah antara hari ke-6 hingga ke-14 menyusui, dimana
konsentrasi imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan kandungan laktosa,
lemak, dan kalori meningkat hingga mendekati komposisi ASI matur.
Kandungan dalam ASI dapat dibedakan menjadi 2 komponen, yaitu :
1. Komponen nutrisi
Komponen nutrisi yang terdapat dalam ASI terdiri dari Karbohidrat, Protein,
Lemak,Vitamin,Mineral. Kandungan, karbohidrat, protein,lemakdan
mikronutrienASI terdapat dalam jumlah yang tepat dan ideal untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangan bayi.ASI mengandung karbohidrat seperti
laktosa, oligosakarida, glikopeptida, faktor bifidus. Kandungan lemak dalam
ASI seperti vitamin larut dalam lemak, yaituVitamin A, D, E dan K, juga
karotenoid, asam lemak, fosfolipid, sterol dan hidrokarbon, trigliserida. ASI
juga mengandung vitamin yang larut dalam air seperti biotin, kolin, folat,
inositol, niasin, asam pantetonat, riboflavin,thiamin, vitamin B12, vitamin B6,
dan vitamin C.Kandungan mineral dan ion seperti kromium, kobalt, copper,
fluorid, iodin, mangaan, molibdenum, nikel, selenium, dan seng.ASI juga
mengandung nitrogen nonprotein lain seperti α-amino nitrogen, keratin,
kreatinin, glukosamin, asam nukleat, nukleotida, poliamin, urea, dan asam urat.
3. Zat gizi sebagai komponen yang berperan pada sistem imun tubuh
Salah satu cara dalam meningkatkan imunitas tubuh kita adalah melalui
pengaturan asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh kita. Semakin seimbang
kita dalam menakar asupan gizi melalui makanan dan minuman yang kita
konsumsi, semakin baik pengaruhnya terhadap kecukupan gizi dan imunitas
tubuh kita. Di Indonesia, menambahkan slogan 4 sehat 5 sempurna yang sudah
diperkenalkan sejak tahun 1952, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
pada tahun 2020 mengeluarkan tambahan panduan pola makan bergizi dan
seimbang dalam masa pandemi Covid-19 sebagai berikut:Makan dengan
komposisi lengkap untuk memenuhi asupan nutrisi.
Salah satu pedoman yang bisa digunakan adalah ” Piring Makanku”. Dalam
pedoman tersebut, disarankan untuk makan tak sekadar kenyang. Dalam setiap
sesi makan, usahakan separuh bagian piring makan berisi buah dan sayur-
sayuran. Separuh piring lainnya berisi karbohidrat dan protein.
Batasi asupan lemak, gula, dan garam.
Makan garam terlalu banyak menyebabkan serangan jantung dan stroke dan
sekarang juga diduga menyebabkan perubahan fungsi otak. Banyak orang yang
saat stres, seperti musim pandemi ini, menggunakan makanan sebagai
pelampiasan. Akibatnya, konsumsi lemak, gula, garam, dan kalori jadi tidak
terkontrol.
Penuhi kebutuhan cairan tubuh dan menjaga tubuh agar tidak dehidrasi dengan
minum air putih setidaknya 6-8 gelas per hari.
Mencukupi kebutuhan cairan tubuh juga penting untuk menjaga daya tahan
tubuh. Usahakan untuk tidak mengonsumsi minuman yang banyak mengandung
gula seperti soda, minuman dalam kemasan, dan minuman tinggi gula lainnya.
Jaga kebersihan makanan
Selama ini, belum ada bukti bahwa makanan atau kemasan makanan berperan
dalam penularan virus corona (COVID-19). Seseorang memang dapat tertular
karena menyentuh permukaan atau benda yang telah terkontaminasi virus,
kemudian menyentuh wajahnya. Akan tetapi, risiko penularan lebih tinggi
datang dari interaksi dalam jarak dekat dengan orang lain, misalnya saat
berbelanja bahan makanan atau menerima pesanan. Dalam keadaan apa pun,
kebersihan sangat penting saat menyiapkan makanan untuk mencegah
penularan penyakit melalui makanan (UNICEF, 2020). Menurut World Health
Orgainization (WHO), 2020 terdapat beberapa cara untuk menjaga kebersihan
dan keamanan makanan dan minuman yang akan kita konsumsi:
Cuci bersih tangan dengan sabun di air yang mengalir dan cuci bahan makanan
yang akan diolah
Pisahkan penyimpanan dan bedakan pisau dan talenan untuk bahan makanan
mentah dan matang
Memasak dengan benar dan matang terutama bahan makanan protein hewani
Simpan makanan matang pada suhu yang tepat/aman
Gunakan air dan bahan baku yang aman dan bersih
Selain menjaga pola makan sehat bergizi dan seimbang, praktikkan juga cara
mencegah penularan virus corona. Yakni, dengan rajin mencuci tangan pakai
sabun dan tetap tinggal di rumah. Bila terpaksa harus ke luar rumah karena ada
kepentingan mendesak, selalu gunakan masker dan jaga jarak aman dengan
orang sekitar minimal dua meter.
4. Dampak imunisasi(KIPI)
Selama ini, persepsi awam dan juga kalangan petugas menganggap semua
kelainan dan kejadian yang dihubungkan dengan imunisasi sebagai reaksi alergi
terhadap vaksin. Akan tetapi, telaah laporan KIPI oleh Vaccine Safety Comittee,
Institute of Medicine (IOM) United State of America (USA), menyatakan
bahwa sebagian besar KIPI terjadi secara kebetulan saja (koinsidensi). Kejadian
yang memang akibat imunisasi tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan
teknik pelaksanaan (programmatic errors). (Akib, 2011)
Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan (KomNas-PP) KIPI
mengelompokkan etiologi KIPI dalam 2 (dua) klasifikasi, yaitu klasifikasi
lapangan (untuk petugas di lapangan) dan klasifikasi kausalitas (untuk telaah
Komnas KIPI). (Kemenkes RI, 2013).
a. Klasifikasi lapangan
Sesuai dengan manfaat di lapangan maka Komnas PP-KIPI memakai kriteria
World Health Organization (WHO) Western Pacific (1999) yang memilah KIPI
dalam lima kelompok berikut.
1) Kesalahan Prosedur (Program)/Teknik Pelaksanaan (Programmatic
Error)
Sebagian besar KIPI berhubungan dengan kesalahan prosedur yang
meliputi kesalahan prosedur penyimpanan, pengeloalaan dan tata
laksana pemberian vaksin. Kesalahan tersebut dapat terjadi pada
berbagai tingkatan prosedur imunisasi.
Misalnya, dosis antigen (terlalu banyak), lokasi dan cara penyuntikan,
sterilisasi syringe dan jarum suntik, jarum bekas pakai, tindakan aseptik
dan antiseptik, kontaminasi vaksin dan peralatan suntik, penyimpanan
vaksin, pemakaian sisa vaksin, jenis dan jumlah pelarut vaksin, tidak
memperhatikan petunjuk produsen (petunjuk pemakaian, indikasi
kontra, dan lain-lain). (Akib, 2011)
2) Reaksi Suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik, baik
langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI.
Reaksi suntikan langsung, meliputi rasa sakit, bengkak, dan kemerahan
pada tempat suntikan. Adapun reaksi tidak langsung, meliputi rasa takut,
pusing, mual, sampai sinkop.
3) Induksi Vaksin (Reaksi Vaksin)
Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapat
diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang dan secara
klinis biasanya ringan. Walaupun demikian, dapat saja terjadi gejala
klinis hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan risiko kematian.
4) Faktor Kebetulan (Koinsiden)
Salah satu indikator faktor kebetulan ini ditandai dengan ditemukannya
kejadian yang sama pada saat bersamaan pada kelompok populasi
setempat dengan karakteristik serupa, tetapi tidak mendapat imunisasi.
5) Penyebab Tidak Diketahui
Apabila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat
dikelompokkan ke dalam salah satu penyebab maka untuk sementara
dimasukkan ke dalam kelompok ini. Biasanya, dengan kelengkapan
informasi tersebut akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI.
b. Klasifikasi kausalitas
Pada tahun 2009, WHO merekomendasikan klasifikasi kausalitas baru
berdasarkan 2 aspek, yaitu waktu timbulnya gejala (onset time) dan
penyebab lain yang dapat menerangkan terjadinya KIPI (alternative
explanation: no, maybe, yes).
Pemantauan KIPI
pada dasarnya terdiri dari penemuan, pelacakan, analisis kejadian, tindak
lanjut, pelaporan, dan evaluasi.
Pemantauan KIPI merupakan suatu kegiatan yang terdiri dari penemuan,
pelacakan, analisis kejadian, tindak lanjut, pelaporan dan evaluasi.
Tujuan utama pemantauan KIPI adalah untuk mendeteksi dini, merespons
KIPI dengan cepat dan tepat, mengurangi dampak negatif imunisasi
terhadap kesehatan individu dan terhadap imunisasi.
Sistem imun merupakan sistem yang sangat komplek dengan berbagai peran
ganda dalam usaha menjaga keseimbangan tubuh. Seperti halnya sistem
indokrin, sistem imun yang bertugas mengatur keseimbangan, menggunakan
komponennya yang beredar diseluruh tubuh, supaya dapat mencapai sasaran
yang jauh dari pusat. Untuk melaksanakan fungsi imunitas, didalam tubuh
terdapat suatu sistem yang disebut dengan sistem limforetikuler.
Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang
kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen.
Sistem imun dapat ditingkatkan atau ditekan, salah satunya dengan pemberian
imunomodulator. Imunomodulator adalah senyawa yang mampu berinteraksi
dengan sistem imun sehingga dapat menaikkan (imunostimulator) atau
menekan (imunosupresan) respon imun. Pengaruh senyawa tertentu untuk
menaikkan maupun menekan respon imun dapat tergantung pada, antara lain
dosis atau waktu pemberian
Dian Nur Hadianti, dkk. Cetakan ke II 2015. Imunisasi. Jakarta : Kementrian Kesehatan
Indonesia
Winda Wijayanti. 2010. Hubungan Antara Pemberian ASI Ekslusif dengan Angka
Kejadian Diare. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Siswanto, Budisetyawati, Fitrah Ernawati. 2013. Peran beberapa zat gizi mikro dalam
system imunitas
Perlunya Peningkatan Sistem Imun pada Pandemi COVID-19, fakultas farmasi, ugm,
2020