Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 2.B
SKENARIO 1: KEBALNYA TUBUH INI

Tutor : Dra, Erlina Rustam, Apt

Kelompok :5
Ketua : Athifa Sabrina (2110332012)
Sekretaris Papan : Ketrin Permata Mulya (2110332014)
Sekretaris Meja : Nike Nadira Zami (2110333013)
Anggota : Hurriyah Aufa (2110332018)
Zahra Haifa Yuliza (2110332024)
Fadhilah Julia Putri (2110331018)
Salsa Bila Karsa (2110333012)
Tri Bunga Zulfaira (2110332029)

Koordinator Blok 2.A Dosen Tutorial

Henni Fitria, S.ST., M.Keb Dra, Erlina Rustam, Apt

PRODI S1 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2021/2022
SKENARIO 1
KEBALNYA TUBUH INI

Ny.Tina membawa bayinya usia 3 bulan ke posyandu untuk pemberian imunisasi.


Dalam buku KIA terdokumentasi bahwa bayi sudah mendapatkan 3 jenis imunisasi
yang berbeda. Ny,Tina mengatakan lengan bayinya mengalami pembengkakan seperti
bisul disertai nanah pada bekas suntikan imunisasi yang sebelumnya, sembuh dalam
waktu ± 1 minggu, dan meninggalkan bekas luka namun Ny. Tina tidak khawatir karena
sudah mendapatkan penjelasan sebelumnya dari Bidan bahwa hal tersebut merupakan
respon kekebalan tubuh.
bayi terhadap kandungan vaksin yang dianggap benda asing oleh tubuh. Tetangga
Ny.Tina yang memiliki bayi berusia 5 bulan hanya datang untuk penimbangan saja.
Tetangga Ny. Tina tidak berkenan bayinya diimunisasi lagi karena bahan yang
digunakan untuk imunisasi mengandung kuman yang mengakibatkan bayi demam,
karena Ia meyakini bahwa setiap bayi yang lahir sudah memiliki pertahanan tubuh.
Pemberian ASI yang banyak mengandung zat gizi akan menjadikan tubuh bayi semakin
kuat dan sehat.

Bagaimana Saudara menjelaskan apa yang terjadi pada kedua bayi tersebut ?
STEP I
TERMINOLOGI

1. Imunisasi
Proses sistem imun diperkuat untuk melawan infeksi,upaya meningkatkan
kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu penyakit.
2. Bisul
furunkel atau benjolan yang berisi nanah.
3. Buku KIA
Buku Kesehatan Ibu dan anak (Buku KIA) berisi informasi kesehatan untuk
ibu , sejak masa hamil, saat melahirkan , masa nifas dan berlanjut untuk
mencatat kesehatan bayi baru lahir sampai anak berusia 6 tahun.
4. Vaksin
produk biologi yang berisi antigen yang akan menimbulkan kekebalan tubuh.
5. ASI
cairan susu yang diproduksi ibu yang dibutuh kan oleh bayi.
6. Posyandu
suatu tempat yg memudahkan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.
7. Zat gizi
unsur penting yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan.
8. Nanah
cairan kental yang berwarna putih,kekuningan,hijau dll.
9. Pembengkakan
bagian tubuh yang terlihat membesar.
STEP II
IDENTIFIKASI MASALAH

1. mengapa bayi berumur 3 bulan perlu diimunisasi?


2. Mengapa bisa terjadi pembengkakan?
3. Mengapa seseorang takut untu melakuan imunisas pada bayinya?
4. Apa saja jenis jenis imunisasi yg di berikan pada bayi?
5. Bagaimana asi yang membantu kekebalan tubuh bayi?
6. Mengapa pada buku KIA tercatat imunisasi yg harus di berikan pada bayi?
7. Bagaimana dampak jika ibu bayi tidak memberikan imunisasi?
8. Bagaimana respon keebalan tubuh terhadap vaksin yang di berikan?
9. Mengapa bayi yang di imunisasi mengakibatkan bayi nya menjadi demam?
10. Mengapa imunisasi yang dilakukan menyebabkan luka pada bayi nya?
11. Apa yang harus ibu bayi lakukan ketika bayinya mengalami efek samping
imunisasi?
STEP III
HIPOTESA / ANALISIS MASALAH

1. Yang harus di imunisasi bukan hanya bayi berumur 3 bulan tapi sampai kurang
lebih 2 tahun ,untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi di samping pemberian
asi pada bayi.Imunisasi juga untuk meningkatkan imun tubuh untuk mencegah
berbagai penyakit berbahaya dan untuk mengurangi efek pada bayi jika terkena
penyakit berbahaya tersebut.

2. Pembengkakan atau edema biasanya muncul ketika pembuluh darah kecil


mengalami kebocoran dan cairan itu mengalir ke jaringan di sekitar pembuluh
darah.Bisa terjadi jika bekas suntikan terpukul sehingga terjadi pembengkakan

3. karena terkadang adanya peradangan. Saat imunisasi, kulit dan otot menjadi
luka sehingga timbullah pembengkakan. Tidak hanya itu pembengkakan
setelah imunisasi bisa terjadi karena reaksi zat yang disuntik seperti reaksi
alergi.
Karena ada efek samping,karena penyakit nya jarang,Karena pendapat teman
atau kelurga yang mengatakan bahwa itu berbahaya untuk bayi.

4. Pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak. Untuk imunisasi dasar


lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-
0), usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-
Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3), usia 4
bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik), dan usia
9 bulan diberikan (Campak atau MR).
Untuk imunisasi lanjutan, bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18 bulan
diberikan imunisasi (DPT-HB-Hib dan Campak/MR), kelas 1
SD/madrasah/sederajat diberikan (DT dan Campak/MR), kelas 2 dan 5
SD/madrasah/sederajat diberikan (Td).
Vaksin Hepatitis B (HB) diberikan untuk mencegah penyakit Hepatitis B yang
dapat menyebabkan pengerasan hati yang berujung pada kegagalan fungsi hati
dan kanker hati. Imunisasi BCG diberikan guna mencegah penyakit
tuberkulosis.
Imunisasi Polio tetes diberikan 4 kali pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4
bulan untuk mencegah lumpuh layu. Imunisasi polio suntik pun diberikan 1 kali
pada usia 4 bulan agar kekebalan yang terbentuk semakin sempurna.

5. pemberian asi dan imunisasi untuk melindungi anak dari penyakit


berbahaya.Asi yg pertama keluar yg mengandung hemoglobin a,yang
memberikan perlindung pada tubuh bayi dari kuman,dan mengandung bakteri
baik probiotik untuk kekebalan tubuh bayi,dan asi bisa berguna dalam
pertumbuhan bayi seperti pada tulang leher dan tulang belakang bayi.
6. Karena buku kia merupakan alat komunikasi dan informasi mengenai
pelayanan ibu dan anak serta kewaspadaan pada suatu penyakit.

7. Dampak nya adalah bayi tersebut bisa menalami penyakit yang mengakibatkan
kecacatan Anak yang tidak diimunisasi memiliki risiko lebih tinggi untuk
terkena komplikasi yang dapat menyebabkan kecacatan pada bayi bahkan
kematian. Ini karena tubuhnya tidak mendapatkan kekuatan dari sistem
pertahanan khusus yang bisa mendeteksi jenis-jenis penyakit berbahaya
tertentu.
Terjangit penyait tbc karena tidak vaksin bcg,terjangkit penyakit hepatitis
b,tetanus,dan polio

8. Ada pun respon alami tubuh pathogen,bakteri virus fung yang menyebabkan
penyakit,pada tubuh yg di berikan antibody yg dapat menghentikan penyakit.

9. Munculnya rasa nyeri, gatal, dan demam setelah imunisasi menunjukkan


respons positif tubuh terhadap vaksin yang disuntikkan. Ketika itu, tubuh
sedang membentuk sistem imunitas baru bersama vaksin yang disuntikkan
yang menyebabkan terjadinya peningkatan suhu tubuh atau demam.

10. respon perlindungan tubuh adalah timbulnya luka pada bekas imunisasi
tersebut.

11. memberikan ASI yang cukup,memakaikan pakaian yang nyaman,memberikan


obat penurun panas,
STEP IV
KEYWORD

1. imunisasi
2. kekebalan tubuh
3. ASI
4. Respon kekebalan tubuh
5. Sistem imun dalam tubuh
6. Zat gizi
7. Dampak imunisasi
8. Antibodi dalam tubuh

SKEMA

Sistem imun dalam


tubuh

ASI Respon imun


imunisasi

Zat gizi
Dampak imunisasi

Kekebalan tubuh
STEP V
LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa mampu menjelaskan Imunisasi (imunologi)


2. Mahasiswa mampu menjelaskan ASI sebagai imunitas alami
3. Mahasiswa mampu menjelaskan zat gizi sebagai komponen yang berperan pada
sistem imun tubuh
4. Mahasiswa mampu menjelaskan dampak imunisasi(KIPI)
5. Mahasiswa mampu menjelaskan respon imun dalam tubuh
6. Mahasiswa mampu menjelaskan kekebalan tubuh terhadap penyakit
STEP VI
SHARING INFORMATION

1. Imunisasi (imunologi)

Imunisasi upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang


secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga dapat mencegah / mengurangi
pengaruh infeksi organisme alami atau "liar" Vaksin adalah bahan antigenik yg
digunakan utk menghasilkan kekebalan aktif
Imunisasi bertujuan sebagai upaya pencegahan paling cost effective
selain dapat mencegah penyakit bagi diri sendiri tetapi juga dapat melindungi
orang disekitarnya Menggunakan vaksin produksi dlm negeri sesuai standar
aman WHO
Tujuan Program Imunisasi Menurunkan kesakitan & kematian akibat
Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
 Tujuan Imunisasi
Tujuan pemberian imunisasi sebagai berikut :
a. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat Penyakit yang
Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I).
b. Tujuan Khusus
- Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di seluruh
desa/ kelurahan pada tahun 2014.
- Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di
bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2013.
- Eradikasi polio pada tahun 2015.
- Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015.
- Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan
limbah medis (safety injection practise and waste disposal management)

 3 fungsi utama system imun berdasarkan pandangan modern


Dalam pandangan modern, system imun mempunyai tiga fungsi utama yaitu:
pertahanan, homeostasis dan perondaan.
1.Pertahanan
Fungsi pertahanan menyangkut pertahanan terhadap antigen dari luar tubuh
seperti invasi mikroorganisme dan parasit kedalam tubuh. Ada dua
kemungkinan yang terjadi dari hasil perlawanan antara dua fihak yang
berhadapan tersebut, yaitu tubuh dapat bebas dari akibat yang merugikan atau
sebaliknya, apabila fihak penyerang yang lebih kuat (mendapat kemenangan),
maka tubuh akan menderita sakit.
2.Homeostasis
Fungsi homeostasis, memenuhi persyaratan umum dari semua organisma
multiseluler yang menghendaki selalu terjadinya bentuk uniform dari 12 setiap
jenis sel tubuh. Dalam usaha memperoleh keseimbangan tersebut, terjadilah
proses degradasi dan katabolisme yang bersifat normal agar unsure seluler yang
telah rusak dapat dibersihkan dari tubuh. Sebagai contoh misalnya dalam proses
pembersihan eritrosit dan leukosit yang telah habis masa hidupnya.
3.Perondaan
Fungsi perondaan menyangkut perondaan diseluruh bagian tubuh terutama
ditujukan untuk memantau pengenalan terhadap sel-sel yang berubah menjadi
abnormal melalui proses mutasi. Perubahan sel tersebut dapat terjadi spontan
atau dapat diinduksi oleh zat-zat kimia tertentu, radiasi atau infeksi virus.
Fungsi perondaan (surveillance) dari sistem imun bertugas untuk selalu
waspada dan mengenal adanya perubahabperubahan dan selanjutnya secara
cepat membuang konfigurasi yang baru timbul pada permukaan sel yang
abnormal.

 Manfaat imunisasi

Imunisasi Hepatitis B untuk mencegah virus Hepatitis B yang dapat


menyerang dan merusak hati, bila berlangsung sampai dewasa dapat menjadi
kanker hati. Imunisasi Polio untuk mencegah serangan virus polio yang sapat
menyebabkan kelumpuhan. Imunisasi BCG untuk mencegah tuberkulosis paru,
kelenjar, tulang dan radang otak yang bisa menimbulkan kematian atau
kecacatan. Imunisasi Campak untuk mencegah radang paru, diare, dan radang
otak karena virus campak.
Imunisasi DPT untuk mencegah 3 penyakit, yaitu Difteri, Pertusis dan
Tetanus. Penyakit Difteri dapat menyebabkan pembengkakan dan sumbatan
jalan nafas, serta mengeluarkan racun yang dapat melumpuhkan otot jantung.
Penyakit Pertusis berat dapat menyebabkan infeksi saluran nafas berat
(pneumonia). Kuman Tetanus mengeluarkan racun yang menyerang syaraf otot
tubuh, sehingga otot menjadi kaku, sulit bergerak dan bernafas.

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten


Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit
ringan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Imunisasi
merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah penularan penyakit dan
upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi dan balita
(Mardianti & Farida, 2020). Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat
paling efektif dan efisien dalam mencegah beberapa penyakit berbahaya
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Imunisasi merupakan
upaya pencegahan primer yang efektif untuk mencegah terjadinya penyakit
infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi (Senewe et al., 2017). Jadi
Imunisasi ialah tindakan yang dengan sengaja memberikan antigen atau bakteri
dari suatu patogen yang akan menstimulasi sistem imun dan menimbulkan
kekebalan, sehingga hanya mengalami gejala ringan apabila terpapar dengan
penyakit tersebut.

 Imunisasi berdasarkan rekomendasi IDAI Tahun 2020


Imunisasi yang merupakan rekomendasi IDAI Tahun 2020 antara lain :
a.Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B monovalen paling baik diberikan kepada bayi segera setelah
lahir sebelum berumur 24 jam, didahului penyuntikan vitamin K1 minimal 30
menit sebelumnya. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, segera berikan vaksin HB
dan immunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstrimitas yang berbeda,
maksimal dalam 7 hari setelah lahir. Imunisasi HB selanjutnya diberikan
bersama DTwP atau DTaP (IDAI, 2020).
b.Vaksin polio
Vaksin Polio 0 sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Apabila lahir di fasilitas
kesehatan diberikan bOPV-0 saat bayi pulang atau pada kunjungan pertama.
Selanjutnya berikan bOPV atau IPV bersama DTwP atau DTaP. Vaksin IPV
minimal diberikan 2 kali sebelum berusia 1 tahun bersama DTwP atau DTaP
(IDAI, 2020).
c.Vaksin BCG Vaksin BCG sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau segera
mungkin sebelum bayi berumur 1 bulan. Bila berumur 2 bulan atau lebih, BCG
diberikan bila uji tuberkulin negatif. (IDAI, 2020).
d.Vaksin DPT
Vaksin DPT dapat diberikan mulai umur 6 minggu berupa vaksin DTwP atau
DTaP. Vaksin DTaP diberikan pada umur 2, 3, 4 bulan atau 2, 4, 6 bulan. (IDAI,
2020).

 Vaksin
Saat ini telah ada beberapa jenis vaksin yang telah disediakan oleh
pemerintah untuk imunisasi rutin, yaitu Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, Campak
dan vaksinvaksin untuk jamaah haji (Meningitis). Disamping itu, ada beberapa
imunisasi lain yang memang belum disediakan oleh pemerintah.
Jenis vaksin
Vaksin hidup Dari bakteri/virus yang dilemahkan : OPV (ORAL POLIO
VACCINE), CAMPAK, MMR (MUMPS,MEASLES ,RUBELLA),
VARICELLA (cacar air), BCG
Vaksin mati Dari bakteri/virus yang sudah.
Contoh : DPT, HEPATITIS A, HEPATITIS B.

 Jenis-jenis Vaksin
Vaksin Bakteri •Campak • Parotitis • Rubela • Varisela • BCG Vaksin Hidup
Vaksin Inaktif • Difteria • Tetanus • Pertusis • Kolera Vaksin Virus • Meningo
• Pneumo • Hib • Typhoid Vi • Influenza • IPV • OPV • Yellow Fever • Rabies
• Hepatitis B • Hepatitis A
 Sasaran Imunisasi Berdasarkan Usia yang Diimunisasi

a. Imunisasi Rutin : Bayi (0-11 bln) Anak Batita (15-36 bln)


b. Anak usia sekolah dasar (BIAS).
c. Wanita usia subur (WUS): wanita berusia 15 – 39 tahun, terrmasuk Ibu
hamil (Bumil) dan Calon Pengantin (Catin)
d. Imunisasi Tambahan Bayi dan anak - Kampaye, SubPIN, PIN

Pendekatannya: - Melalui Posyandu - Melalui PAUD - Imunisasi lanjutan


DPT/HB/Hib CAMPAK 18 Bulan 24 Bulan

Imunisasi Dasar Lengkap & booster pertama -DT -Campak 1 SD - Td 2 SD 3


SD BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH
 Imunologi
Imunologi adalah sebuah studi yang berkaitan dengan sistem kekebalan dan
merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran dan biologi yang sangat penting
untuk kehidupan. Sistem kekebalan tersebut dapat melindungi tubuh seseorang
dari berbagai infeksi dengan sebuah pertahanan.

Apabila sistem kekebalan tidak berfungsi dengan normal, berbagai penyakit


akan bermunculan, seperti alergi, autoimunitas, dan kanker. Oleh karena itu,
sistem imun sangat penting sebagai pertahanan tubuh dari berbagai macam
gangguan yang merugikan.

Pada imunologi, terdapat tiga hal dasar yang dipelajari, yaitu imunitas atau
reaksi tubuh terhadap masuknya benda asing ke tubuh, respons imun atau
respons terkoordinir terhadap benda asing, dan sistem imun atau reaksi sel dan
molekul yang terjadi terhadap benda asing tersebut. Pada abad ke-19 dan ke-20,
imunologi banyak menemukan terobosan ilmiah, yaitu transplantasi organ yang
aman, identifikasi golongan darah, dan penggunaan antibodi monoklonal yang
umum digunakan untuk perawatan kesehatan. Sejauh ini, penelitian imunologi
sedang berusaha memecahkan masalah pada imunoterapi, penyakit autoimun,
dan vaksin untuk penyakit-penyakit yang belum ada obatnya, seperti ebola.

2. ASI sebagai imunitas alami

 Air Susu Ibu


Setiap jenis mamalia memproduksi air susu yang berbeda dan bersifat spesifik
untuk setiap spesies masing-masing. Air susu yang diproduksi tersebut
disesuaikan dengan keperluan, laju pertumbuhan, dan kebiasaan menyusui
masing-masing spesies. Manusia memproduksi Air Susu Ibu (ASI) yang
merupakan merupakan nutrisi terbaik dengan komposisi yang seimbang dan
mengandung sejumlah besar faktor imunologi untuk menunjang kesehatan,
pertumbuhan, dan perkembangan bayi secara optimal.

Setelah kehamilan, seorang ibu akan melanjutkan pemberian nutrisi dan


dukungan terhadap pertumbuhan bayinya melalui ASI. Payudara ibu
membentuk, mengumpulkan, dan menyimpan energi, faktor pertumbuhan
jaringan, imunitas, dan sel. Faktor-faktor tadi akan dieksresikan ke dalam ASI
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, pertumbuhan, dan imunitas bayi.
Air Susu Ibu dianjurkan untuk diberikan kepada bayi secara eksklusif
selama bulan pertama kehidupan dan kemudian dilanjutkan dengan didampingi
makanan pendamping ASI. Menyusui eksklusif selama 6 bulan terbukti
memberikan risiko yang lebih kecil terhadap berbagai penyakit di kemudian
hari.WHO dan UNICEF merekomendasikan lama pemberian ASI minimal
enam bulan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.

 Definisi menyusui

Air Susu Ibu adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu.1 Berikut ini
beberapa definisi terkait menyusui, yaitu:
1. Menyusui Eksklusif
Menyusui eksklusif adalah memberikan ASI kepada bayi tanpa memberi
makanan atau minuman lain, termasuk air putih (kecuali obat-obatan, vitamin
atau
mineral tetes). Dalam hal ini ASI perah diperbolehkan.
2. Menyusui Predominan
Menyusui predominan adalah memberikan ASI kepada bayi tetapi pernah
memberikan sedikit air atau minuman berbasis air, misalnya teh sebagai
makanan
atau minuman prelekteal sebelum ASI keluar.
3. Menyusui Parsial
Menyusui parsial adalah memberikan ASI kepada bayi disertai pemberian
makanan buatan selain ASI, seperti susu formula, bubur, atau makanan lain
sebelum bayi berumur 6 bulan, baik diberikan secara berkelanjutan atau sebagai
makanan prelekteal.
4. Tidak Pernah Menyusui
Tidak pernah menyusui adalah bayi tidak pernah diberikan ASI

 Komposisi ASI
Komposisi ASI unik, tidak selalu sama, dan sesuai dengan kondisi bayi
setiap saat. Ketika baru lahir sebagian besar sistem tubuh bayi seperti sistem
saluran cerna, sistem saraf, sistem pembuluh darah, dan sistem imunitas masih
belum matang secara fungsional.2 Untuk menyesuaikan dengan usia
bayi,komposisi ASI akanbervariasi yang sesuai dengan tahappertumbuhan dan
perkembangannya.
Komposisi ASI yang diproduksi oleh ibu yang melahirkan bayi kurang
bulan (ASI prematur) berbeda dengan komposisi ASI yang diproduksi oleh ibu
yang melahirkan bayi cukup bulan (ASI matur). Komposisi ASI yang keluar
pada hari-hari pertama sampai hari ke3-5 (kolostrum) berbeda dengan ASI yang
diproduksi pada hari ke 3-5 sampai hari 8-11 (ASI transisi), dan selanjutnya
(ASI matur). Komposisi tersebut sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan
masingmasing. ASI dari ibu yang melahirkan bayi prematur sesuai dengan
kebutuhan bayi prematur dan juga sebaliknya ASI dari ibu yang melahirkan bayi
cukup bulan .
sesuai dengan kebutuhan bayi cukup bulan tersebut.
Komposisi kolostrum berubah antara hari ke-6 hingga ke-14 menyusui, dimana
konsentrasi imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan kandungan laktosa,
lemak, dan kalori meningkat hingga mendekati komposisi ASI matur.
Kandungan dalam ASI dapat dibedakan menjadi 2 komponen, yaitu :
1. Komponen nutrisi
Komponen nutrisi yang terdapat dalam ASI terdiri dari Karbohidrat, Protein,
Lemak,Vitamin,Mineral. Kandungan, karbohidrat, protein,lemakdan
mikronutrienASI terdapat dalam jumlah yang tepat dan ideal untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangan bayi.ASI mengandung karbohidrat seperti
laktosa, oligosakarida, glikopeptida, faktor bifidus. Kandungan lemak dalam
ASI seperti vitamin larut dalam lemak, yaituVitamin A, D, E dan K, juga
karotenoid, asam lemak, fosfolipid, sterol dan hidrokarbon, trigliserida. ASI
juga mengandung vitamin yang larut dalam air seperti biotin, kolin, folat,
inositol, niasin, asam pantetonat, riboflavin,thiamin, vitamin B12, vitamin B6,
dan vitamin C.Kandungan mineral dan ion seperti kromium, kobalt, copper,
fluorid, iodin, mangaan, molibdenum, nikel, selenium, dan seng.ASI juga
mengandung nitrogen nonprotein lain seperti α-amino nitrogen, keratin,
kreatinin, glukosamin, asam nukleat, nukleotida, poliamin, urea, dan asam urat.

2. Komponen pertahanan tubuh


Air Susu Ibu mengandung faktor protektif yang berperan dalam
melindungi dan menurunkan kesakitan serta kematian bayi.4Konsentrasi faktor
antiinfeksi tinggi terdapat dalam kolostrum, dan lebih tingi pada ASI prematur
dibanding ASI matur.Perbedaan status gizi pada ibu tidak mempengaruhi
konsentrasi faktor antiinfeksi dalam Asi.9Antibodi dan faktor imunitas yang
terdapat dalam ASI akan melindungi bayi yang disusui dari penyakit infeksi,
dimana hal ini merupakan penyebab kematian bayi utama pada negara
berkembang.
Komponen pertahanan tubuh yang terdapat dalam ASI terdiri dari
imunitas humoral dan spesifik. Imunitas humoral seperti : sel epitel, makrofag,
netrofil, eosinofil, dan limfosit, serta faktor imunologi, seperti : faktor bifidus,
lisozim, laktoferin, interferon, komplemen. Imunitas spesifik adalah
Imunoglobulin, seperti : Imunoglobulin A (IgA), Imunoglobulin M (IgM),
Imunoglobulin G (IgG), Imunoglobulin D (IgD), Imunoglobulin E (IgE).

ASI mengandung sejumlah komponen pertahanan shubuh nseperti :


1. Imunoglobulin. Seluruh tipe imunoglobulin ditemukan dalam ASI, tapi
konsentrasi yang terbanyak adalah IgA sekretori.
2. Laktoferin, berfungsi sebagai bakterisid danmembuat zat besi tidak tersedia
bagi pertumbuhan bakteri, seperti Eschericia coli.
3. Lisozim, memiliki efek bakterisid terhadap bakteri gram positif dan gram
negatif.
4. Prolaktin, yang berfungsi meningkakan perkembangan limfosit B dan
limfosit T, dan mempengaruhi diferensiasi jaringan limfoid intestinal.
5. Makrofag, monosit, Netrofil B dan Netrofil T. ASI mengandung sel-sel
yang sebagian besar berupa makrofag dan berfungsi untuk membunuh dan
memfagositosis sejumlah bakteri dan virus.

 Peranan ASI terhadap infeksi


Banyak penelitian telah menyebutkan peranan dan manfaat ASI untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas infeksi pada bayi. ASI berperanan pada
infeksi candidiasis, infeksi saluran cerna secara umum, diare, amubiasis
intestinal, NEC, salmonelosis, infeksi saluran nafas secara umum, pneumonia,
otitis media, dan lai-lain.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Duijts dan kawan-kawan
terhadap 4168 bayi di Rotterdam, Belanda, didapatkan hasil bahwa bayi-bayi
yang mendapatkan ASI ekslusif sampai 4 bulan dan dilanjutkan ASI campuran
sampai usia 6 bulan memiliki risiko infeksi saluran nafas atas, infeksi saluran
nafas bawah, dan gastrointestinal yang lebih rendah dibanding bayi yang tidak
pernah mendapat ASI

3. Zat gizi sebagai komponen yang berperan pada sistem imun tubuh

Salah satu cara dalam meningkatkan imunitas tubuh kita adalah melalui
pengaturan asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh kita. Semakin seimbang
kita dalam menakar asupan gizi melalui makanan dan minuman yang kita
konsumsi, semakin baik pengaruhnya terhadap kecukupan gizi dan imunitas
tubuh kita. Di Indonesia, menambahkan slogan 4 sehat 5 sempurna yang sudah
diperkenalkan sejak tahun 1952, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
pada tahun 2020 mengeluarkan tambahan panduan pola makan bergizi dan
seimbang dalam masa pandemi Covid-19 sebagai berikut:Makan dengan
komposisi lengkap untuk memenuhi asupan nutrisi.
Salah satu pedoman yang bisa digunakan adalah ” Piring Makanku”. Dalam
pedoman tersebut, disarankan untuk makan tak sekadar kenyang. Dalam setiap
sesi makan, usahakan separuh bagian piring makan berisi buah dan sayur-
sayuran. Separuh piring lainnya berisi karbohidrat dan protein.
Batasi asupan lemak, gula, dan garam.
Makan garam terlalu banyak menyebabkan serangan jantung dan stroke dan
sekarang juga diduga menyebabkan perubahan fungsi otak. Banyak orang yang
saat stres, seperti musim pandemi ini, menggunakan makanan sebagai
pelampiasan. Akibatnya, konsumsi lemak, gula, garam, dan kalori jadi tidak
terkontrol.
Penuhi kebutuhan cairan tubuh dan menjaga tubuh agar tidak dehidrasi dengan
minum air putih setidaknya 6-8 gelas per hari.
Mencukupi kebutuhan cairan tubuh juga penting untuk menjaga daya tahan
tubuh. Usahakan untuk tidak mengonsumsi minuman yang banyak mengandung
gula seperti soda, minuman dalam kemasan, dan minuman tinggi gula lainnya.
Jaga kebersihan makanan
Selama ini, belum ada bukti bahwa makanan atau kemasan makanan berperan
dalam penularan virus corona (COVID-19). Seseorang memang dapat tertular
karena menyentuh permukaan atau benda yang telah terkontaminasi virus,
kemudian menyentuh wajahnya. Akan tetapi, risiko penularan lebih tinggi
datang dari interaksi dalam jarak dekat dengan orang lain, misalnya saat
berbelanja bahan makanan atau menerima pesanan. Dalam keadaan apa pun,
kebersihan sangat penting saat menyiapkan makanan untuk mencegah
penularan penyakit melalui makanan (UNICEF, 2020). Menurut World Health
Orgainization (WHO), 2020 terdapat beberapa cara untuk menjaga kebersihan
dan keamanan makanan dan minuman yang akan kita konsumsi:
Cuci bersih tangan dengan sabun di air yang mengalir dan cuci bahan makanan
yang akan diolah
Pisahkan penyimpanan dan bedakan pisau dan talenan untuk bahan makanan
mentah dan matang
Memasak dengan benar dan matang terutama bahan makanan protein hewani
Simpan makanan matang pada suhu yang tepat/aman
Gunakan air dan bahan baku yang aman dan bersih
Selain menjaga pola makan sehat bergizi dan seimbang, praktikkan juga cara
mencegah penularan virus corona. Yakni, dengan rajin mencuci tangan pakai
sabun dan tetap tinggal di rumah. Bila terpaksa harus ke luar rumah karena ada
kepentingan mendesak, selalu gunakan masker dan jaga jarak aman dengan
orang sekitar minimal dua meter.

4. Dampak imunisasi(KIPI)

Imunisasi sebagai salah satu pencegahan upaya preventif yang


berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat harus dilaksanakan secara
terus menerus, menyeluruh, dan sesuai standar sehingga mampu memutus mata
rantai penularan penyakit serta menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit (Depkes RI, 2005).
Imunisasi juga dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan
seperti efek panas setelah imunisasi DPT dan campak. Sebetulnya, masih ada
efek lain daripada itu seperti sakit pada tempat suntikan, warna kemerahan di
sekitar bekas tempat suntikan, anak yang menangis terus menerus setelah
mendapat imunisasi DPT. Kejadiannya agak jarang, sehingga sering luput dari
perhatian orangtua balita (Narulita, 2012)
Efek samping imunisasi yang umum ialah warna merah dan nyeri di
tempat injeksi serta demam ringan. Reaksi yang lebih serius terhadap imunisasi
jarang sekali. Ibu mungkin dapat memberinya parasetamol untuk membantu
mengurangi demam dan rasa nyeri. Efek samping lainnya amat jarang tetapi bila
memang terjadi, segeralah konsultasikan kepada dokter (Commonwealth of
Australia, 2005).
Reaksi umum pasca pemberian imunisasi adalah demam tinggi >38,5°C.
Bila mengganggu diberi antipiretik atau analgesik sejenis paracetamol atau
lainnya. Gunakan termometer untuk melihat perkembangan suhu tubuh bayi.
Peningkatan suhu tubuh bayi setelah imunisasi antara, 38- 40°C, dan akan
menurun dengan sendirinya dalam waktu 1-2 hari. Apabila terjadi demam,
kompres menggunakan air hangat, pengompresan dengan air dingin,
meningkatkan resiko terjadi kejang (Narulita, 2012).
Efek samping dari imunisasi DPT ( Diphteri, Pertusis, Tetanus ) adalah
timbulnya rasa nyeri pada tempat penyuntikan disertai demam ringan selama 1-
2 hari. Cara mengatasinya adalah dengan mendekap bayi, agar bayi dapat
meningkatkan zat anti nyeri untuk menurunkan rasa sakit bekas suntikan
(Narulita, 2012).
Reaksi normal dari efek samping imunisasi BCG adalah setelah 2-3
minggu pada tempat penyuntikan akan terjadi pembengkakan kecil berwarna
merah kemudian akan menjadi luka dengan diameter 10 mm. Cara
mengatasinya adalah dengan memberikan kompres air hangat untuk
mengurangi pembengkakan daerah suntikan. Kemudian lakukan pemijatan
halus, agar bayi merasa lebih nyaman (Susanti, 2014).
Reaksi umum dari imunisasi campak adalah munculnya bintik-bintik
agak merah (tidak menular). Bintik-bintik merah biasanya di tempat injeksi
yang terkadang juga di bagian tubuh lainnya. Untuk pengobatan oles pada kulit
misalnya dengan pemberian krim biasanya yang mengandung steroid rendah,
tapi hal ini harus sesuai dengan anjuran dokter. Berikan bedak (talcum powder)
karena bedak bisa mengiritasi kulit bayi. Sebaiknya optimalkan pemberian ASI
ekslusif karena ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi Anda yang cukup
efektif mencegah dan meringankan alergi. Salah satu tanda dan gejala
dari imunisasi campak adalah terjadi pembengkakan pada mata. Cara
mengatasinya adalah dengan melakukan kompres air hangat area mata secara
keseluruhan selama beberapa menit setelah bangun tidur (Narulita, 2012).
Hasil penelitian ini mengindikasikan pengetahuan ibu tentang kejadian
ikutan pasca imunisasi kurang sehingga dalam mengambil keputusan dalam
penanganan bayi usia 0-1 tahun kurang tepat. Ibu mempunyai cara yang kurang
dalam menangani gejala pasca imunisasi, hal ini dibuktikan dari jawaban
reponden yang menunjukan tidak memberikan banyak minum cairan (air putih
atau susu) untuk mempercepat proses pemulihan pada bayi dan tidak
memberikan asetaminofen (ibuprofen) untuk mengurangi nyeri. Ketakutan
yang dirasakan ibu tentang adanya efek samping dari imunisasi pada bayinya
seperti demam dan kemerahan ditempat suntikan, kemudian pecah menjadi luka
dan meninggalkan bekas. Ibu lebih memusatkan perhatiannya pada bayinya saja
dan berusaha untuk mengatasi efek samping imunisasi yang dialami balitanya
akan tetapi dengan cara yang salah.

KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi


KIPI adalah kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa
reaksi vaksin, reaksi suntikan, efek farmakologis, kesalahan prosedur, koinsiden
atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan. (Akib, 2011; Kemenkes RI,
2013)
KIPI serius merupakan kejadian medis setelah imunisasi yang tak diinginkan
yang menyebabkan rawat inap atau perpanjangan rawat inap, kecacatan yang
menetap atau signifikan dan kematian, serta menimbulkan keresahan di
masyarakat. (Kemenkes, 2013)

Selama ini, persepsi awam dan juga kalangan petugas menganggap semua
kelainan dan kejadian yang dihubungkan dengan imunisasi sebagai reaksi alergi
terhadap vaksin. Akan tetapi, telaah laporan KIPI oleh Vaccine Safety Comittee,
Institute of Medicine (IOM) United State of America (USA), menyatakan
bahwa sebagian besar KIPI terjadi secara kebetulan saja (koinsidensi). Kejadian
yang memang akibat imunisasi tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan
teknik pelaksanaan (programmatic errors). (Akib, 2011)
Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan (KomNas-PP) KIPI
mengelompokkan etiologi KIPI dalam 2 (dua) klasifikasi, yaitu klasifikasi
lapangan (untuk petugas di lapangan) dan klasifikasi kausalitas (untuk telaah
Komnas KIPI). (Kemenkes RI, 2013).
a. Klasifikasi lapangan
Sesuai dengan manfaat di lapangan maka Komnas PP-KIPI memakai kriteria
World Health Organization (WHO) Western Pacific (1999) yang memilah KIPI
dalam lima kelompok berikut.
1) Kesalahan Prosedur (Program)/Teknik Pelaksanaan (Programmatic
Error)
Sebagian besar KIPI berhubungan dengan kesalahan prosedur yang
meliputi kesalahan prosedur penyimpanan, pengeloalaan dan tata
laksana pemberian vaksin. Kesalahan tersebut dapat terjadi pada
berbagai tingkatan prosedur imunisasi.
Misalnya, dosis antigen (terlalu banyak), lokasi dan cara penyuntikan,
sterilisasi syringe dan jarum suntik, jarum bekas pakai, tindakan aseptik
dan antiseptik, kontaminasi vaksin dan peralatan suntik, penyimpanan
vaksin, pemakaian sisa vaksin, jenis dan jumlah pelarut vaksin, tidak
memperhatikan petunjuk produsen (petunjuk pemakaian, indikasi
kontra, dan lain-lain). (Akib, 2011)
2) Reaksi Suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik, baik
langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI.
Reaksi suntikan langsung, meliputi rasa sakit, bengkak, dan kemerahan
pada tempat suntikan. Adapun reaksi tidak langsung, meliputi rasa takut,
pusing, mual, sampai sinkop.
3) Induksi Vaksin (Reaksi Vaksin)
Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapat
diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang dan secara
klinis biasanya ringan. Walaupun demikian, dapat saja terjadi gejala
klinis hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan risiko kematian.
4) Faktor Kebetulan (Koinsiden)
Salah satu indikator faktor kebetulan ini ditandai dengan ditemukannya
kejadian yang sama pada saat bersamaan pada kelompok populasi
setempat dengan karakteristik serupa, tetapi tidak mendapat imunisasi.
5) Penyebab Tidak Diketahui
Apabila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat
dikelompokkan ke dalam salah satu penyebab maka untuk sementara
dimasukkan ke dalam kelompok ini. Biasanya, dengan kelengkapan
informasi tersebut akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI.

b. Klasifikasi kausalitas
Pada tahun 2009, WHO merekomendasikan klasifikasi kausalitas baru
berdasarkan 2 aspek, yaitu waktu timbulnya gejala (onset time) dan
penyebab lain yang dapat menerangkan terjadinya KIPI (alternative
explanation: no, maybe, yes).

 Pemantauan KIPI
pada dasarnya terdiri dari penemuan, pelacakan, analisis kejadian, tindak
lanjut, pelaporan, dan evaluasi.
Pemantauan KIPI merupakan suatu kegiatan yang terdiri dari penemuan,
pelacakan, analisis kejadian, tindak lanjut, pelaporan dan evaluasi.
Tujuan utama pemantauan KIPI adalah untuk mendeteksi dini, merespons
KIPI dengan cepat dan tepat, mengurangi dampak negatif imunisasi
terhadap kesehatan individu dan terhadap imunisasi.

 Tindak lanjut KIPI meliputi pengobatan dan komunikasi.


 Evaluasi yang dilakukan meliputi evaluasi rutin dan tahuhan.
1) Evaluasi Rutin
Evaluasi rutin dilakukan oleh Komda PP-KIPI/Dinkes provinsi
minimal 6 bulan sekali. Evaluasi rutin untuk menilai efektivitas
pemantauan KIPI.
2) Evaluasi Tahunan
Evaluasi tahunan dilakukan oleh Komda PP-KIPI/Dinas Kesehatan
Provinsi untuk tingkat provinsi dan Komnas PP-KIPI/sub-direktorat
Imunisasi untuk tingkat nasional. Perkembangan KIPI dapat dinilai
dari data laporan tahunan di tingkat propinsi dan nasional.

Penanggulangan KIPI, terdiri dari 2 jenis yaitu :


a. Pencegahan primer
1) Tempat = Ruangan khusus untuk penanggulangan KIPI, misalnya
ruang UKS atau ruangan lainnya.
2) Alat dan obat = Tensimeter, infus set, alat suntik steril. Adrenalin
1:10.000, deksametason suntik, cairan infus NaCl 0,9%.
3) Fasilitas rujukan = Fasilitas kesehatan milik pemerintah dan swasta
yang sudah dikoordinasi dalam jejaring fasilitas kesehatan.
4) Penerima vaksin (resipien) = Perhatikan kontra-indikasi dan hal-hal
khusus terhadap imunisasi tertentu.
5) Mengenal gejala klinik KIPI = Gejala lokal dan sistemis serta reaksi
lainnya. Makin cepat terjadinya KIPI, makin berat gejalanya.
6) Prosedur pelayanan imunisasi = Mencuci tangan sebelum dan
sesudah penyuntikan, membersihkan kulit di daerah suntikan
dengan air matang, jika kotor harus menggunakan alkohol 70%,
bacalah label pada botol vaksin, kocoklah vaksin jika terdapat
perubahan warna atau gumpalan, gantilah dengan vaksin lain,
tempat suntikan yang dianjurkan pada bayi: bagian paha sebelah luar
(di antara garis tengah bagian depan paha dan tepi paha), pada anak:
di lengan kanan atas di daerah pertengahan muskulus deltoideus,
observasi pasca-imunisasi minimal 30 menit.
7) Pelaksana = Tenaga 23 esehatan yang terlatih dan ditunjuk oleh
kepala puskesmas serta dibekali surat tugas.

b. Penanggulangan medis KIPI


Penanggulangan kasus ringan dapat diselesaikan oleh puskesmas dan
memberikan pengobatan segera, Komda PP-KIPI hanya perlu diberikan
laporan. Jika kasus tergolong berat harus segera dirujuk. Kasus berat yang
masih dirawat, sembuh dengan gejala sisa, atau meninggal, perlu dilakukan
evaluasi ketat dan apabila diperlukan Komda PP-KIPI segera dilibatkan

5. Respon imun dalam tubuh

Sistem imun merupakan sistem yang sangat komplek dengan berbagai peran
ganda dalam usaha menjaga keseimbangan tubuh. Seperti halnya sistem
indokrin, sistem imun yang bertugas mengatur keseimbangan, menggunakan
komponennya yang beredar diseluruh tubuh, supaya dapat mencapai sasaran
yang jauh dari pusat. Untuk melaksanakan fungsi imunitas, didalam tubuh
terdapat suatu sistem yang disebut dengan sistem limforetikuler.
Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang
kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen.

 Tahapan Respon Sistem Imun


1. Deteksi dan mengenali benda asing
2. Komunikasi dengan sel lain untuk merespon
3. Rekruitmen bantuan dan koordinasi respon
4. Destruksi atau supresi penginvasi

 Funsi respons imun yang mencakup


1. Pertahanan (Defense): terhadap benda asing/mikroba
2. Homeostasis: eliminasi sel tak berguna/debris
3. Pengawasan

Respon imun terbagi menjadi 2 :


1. Respon imun non spesifik
-> sudah ada sejak lahir terdiri dari :
• Pertahanan fisik/mekanik
• Pertahanan biokimia
• Pertahanan humoral
• Pertahanan selular

2. Respon umum spesifik


-> merupakan mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus terhadap satu jenis
antigen, karena itu tidak dapat berperan terhadap antigen jenis lain.
Terdiri dari :
1. Sistem imun spesifik humoral
2. Sistem imun spesifik selular

6. Kekebalan tubuh terhadap penyakit

Sistem imun dapat ditingkatkan atau ditekan, salah satunya dengan pemberian
imunomodulator. Imunomodulator adalah senyawa yang mampu berinteraksi
dengan sistem imun sehingga dapat menaikkan (imunostimulator) atau
menekan (imunosupresan) respon imun. Pengaruh senyawa tertentu untuk
menaikkan maupun menekan respon imun dapat tergantung pada, antara lain
dosis atau waktu pemberian

Pada kondisi tertentu, misalnya penerima organ transplantasi dibutuhkan


imunosupresan, misalnya steroid dan siklosporin, untuk menekan sistem
imunnya agar tidak terjadi reaksi penolakan pada organ tersebut. Sebaliknya,
pada keadaan dengan risiko tinggi terjadinya infeksi seperti pandemic Covid-19
ini, diperlukan imunostimulan untuk meningkatkan kemampuan tubuh
menangkal infeksi virus. Pada dewasa ini banyak senyawa-senyawa baik
vitamin maupun herbal dari alam yang tersedia secara komersial diklaim
memiliki efek imunostimulan. Contoh-contoh senyawa yang dapat digunakan
sebagai imunostimulan dibahas di bawah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Dian Nur Hadianti, dkk. Cetakan ke II 2015. Imunisasi. Jakarta : Kementrian Kesehatan
Indonesia
Winda Wijayanti. 2010. Hubungan Antara Pemberian ASI Ekslusif dengan Angka
Kejadian Diare. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Siswanto, Budisetyawati, Fitrah Ernawati. 2013. Peran beberapa zat gizi mikro dalam
system imunitas
Perlunya Peningkatan Sistem Imun pada Pandemi COVID-19, fakultas farmasi, ugm,
2020

Anda mungkin juga menyukai