Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN DEIKSIS
Deiksis adalah istilah teknis (dari bahasa Yunani) untuk salah satu hal mendasar yang kita
lakukan dengan tuturan. Deiksis berarti Penunjukan melalui bahasa. Bentuk linguistic yang dipakai
untuk menyelesaikan penunjukan disebut ungkapan deiksis. Dengan kata lain informasi kontekstual
secara leksikal maupun gramatikal yang menunjuk pada hal tertentu baik benda, tempat, ataupun
waktu itulah yang disebut dengan deiksis, misalnya he, here, now. Ketiga ungkapan itu memberi
perintah untuk menunjuk konteks tertentu agar makna ujaran dapat di pahami dengan tegas.Tenses
atau kala juga merupakan jenis deiksis. Misalnya then hanya dapat di rujuk dari situasinya. Deiksis juga
didefinisikan sebagai ungkapan yang terikat dengan konteksnya. Contohnya dalam kalimat Saya
mencintai dia, informasi dari kata ganti saya dan dia hanya dapat di telusuri dari konteks ujaran.
Ungkapan-ungkapan yang hanya diketahui hanya dari konteks ujaran itulah yang di sebut deiksis.
Lavinson (1983) memberi contoh berikut untuk menggambarkan pentingnya informasi deiksis.
Misalnya anda menemukan sebuah botol di pantai berisi surat di dalamnya dengan pesan sebagai
berikut :
(1) Meet me here a week from now with a stick about this big.
Pesan ini tidak memiliki latar belakang kontekstual sehingga sangat tidak informatif. Karena
unkapan deiksis hanya memiliki makna ketika ditafsirkan oleh pembaca. Pada dasarnya ungkapan
deiksis ini masuk dalam ranah pragmatik. Namun karena penemuan makna ini sangat penting untuk
mengetahui maksud dan kondisi yang sebenarnya maka pada saat yang sama masuk dalam ranah
semantik. Dengan kata lain dalam kasus ungkapan deiksis, proses pragmatik dalam mencari acuan
masuk dalam semantik. Umumnya kita dapat mengatakan ungkapan deiksis merupakan bagian yang
mengacu pada ungkapan yang berkaitan dengan konteks situasi, wacana sebelumnya, penunjukan,
dan sebagainya.
Deiksis dapat juga diartikan sebagai lokasi dan identifikasi orang, objek, peristiwa, proses atau
kegiatan yang sedang dibicarakan atau yang sedang diacu dalam hubungannya dengan dimensi ruang

dan waktunya, pada saat dituturkan oleh pembicara atau yang diajak bicara (Lyons, 1977: 637 via
Djajasudarma, 1993: 43).
Pengertian deiksis dibedakan dengan pengertian anafora. Deiksis dapat diartikan sebagai luar
tuturan, dimana yang menjadi pusat orientasi deiksis senantiasa si pembicara, yang tidak merupakan
unsur di dalam bahasa itu sendiri, sedangkan anafora merujuk dalam tuturan baik yang mengacu kata
yang berada di belakang maupun yang merujuk kata yang berada di depan (Lyons, 1977: 638 via
Setiawan, 1997: 6).
Berdasarkan beberapa pendapat, dapat dinyatakan bahwa deiksis merupakan suatu gejala
semantis yang terdapat pada kata atau konstruksi yang acuannya dapat ditafsirkan sesuai dengan
situasi pembicaraan dan menunjuk pada sesuatu di luar bahasa seperti kata tunjuk, pronomina, dan
sebagainya. Perujukan atau penunjukan dapat ditujukan pada bentuk atau konstituen sebelumnya
yang disebut anafora. Perujukan dapat pula ditujukan pada bentuk yang akan disebut kemudian.
Bentuk rujukan seperti itu disebut dengan katafora.
Fenomena deiksis merupakan cara yang paling jelas untuk menggambarkan hubungan antara
bahasa dan konteks dalam struktur bahasa itu sendiri. Kata seperti saya, sini, sekarang adalah katakata deiktis. Kata-kata ini tidak memiliki referen yang tetap. Referen kata saya, sini, sekarang baru
dapat diketahui maknanya jika diketahui pula siapa, di tempat mana, dan waktu kapan kata-kata itu
diucapkan. Jadi, yang menjadi pusat orientasi deiksis adalah penutur.
2.2 JENIS-JENIS DEIKSIS
. Dalam pragmatik, deiksis dibagi menjadi lima jenis meliputi: deiksis orang, deiksis tempat,
deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial.
a. Deiksis Persona (deiksis orang)
Menurut pendapat Becker dan Oka dalam Purwo (1984: 21) bahwa deiksis persona
merupakan dasar orientasi bagi deiksis ruang dan tempat serta waktu. Deiksis orang memakai istilah
kata ganti diri; dinamakan demikian karena fungsinya yang menggantikan diri orang. Bahasa Indonesia
hanya mengenal pembagian kata ganti persona menjadi tiga. Diantara ketiga kata ganti persona itu
hanya kata ganti persona pertama dan kedua yang menyatakan orang. Kata ganti persona ketiga dapat
menyatakan orang maupun benda (termasuk binatang). Referen yang ditunjuk oleh kata ganti persona
berganti-ganti

tergantung

pada

peranan

yang

dibawakan

oleh

peserta

tindak

ujaran.

Orang yang sedang berbicara mendapat peranan yang disebut persona pertama. Apabila dia tidak
berbicara lagi dan kemudian menjadi pendengar maka ia disebut persona kedua. Orang yang tidak
hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan atau yang hadir dekat dengan tempat pembicaraan disebut
persona ketiga. Contoh pemakaian kata saya dan aku, masing-masing memiliki perbedaan pemakaian.
Kata aku hanya dapat dipakai dalam situasi informal. Kata saya dapat dipergunakan dalam situasi
formal maupun informal. Jadi kata saya merupakan kata tak bermarkah sedangkan kata aku
bermarkah keintiman.

b. Deiksis Tempat
Deiksis tempat menyatakan pemberian bentuk kepada tempat, dipandang dari lokasi pemeran
dalam peristiwa berbahasa, yang meliputi (a) yang dekat dengan pembicara (di sini); (b) yang jauh dari
pembicara tetapi dekat dengan pendengar (di situ); (c) yang jauh dari pembicara dan pendengar (di
sana).
Di bawah ini masing-masing contohnya:
(a) Duduklah bersamaku di sini!
(b) Letakkan piringmu di situ!
(c) Aku akan menemuinya di sana.

c. Deiksis Waktu
Deiksis waktu berkaitan dengan pengungkapan jarak waktu dipandang dari waktu suatu
tuturan diproduksi oleh pembicara: sekarang, kemarin, lusa, dsb.
Contoh:
(a) Nanti sore aku akan datang kerumahmu.
(b) Bulan Juni nanti jumlah pengunjung mungkin lebih meningkat.

Kata nanti apabila dirangkaikan dengan kata pagi, siang, sore atau malam tidak dapat memiliki
jangkauan ke depan lebih dari satu hari. Dalam rangkaian dengan nama bulan kata nanti, dapat
mempunyai jangkauan ke depan yang lebih jauh.

d. Deiksis Wacana
Deiksis wacana yang berkaitan dengan bagian-bagian tentang dalam wacana yang telah
diberikan dan atau yang sedang dikembangkan: (a) anafora: yang pertama, berikut ini, dsb; (b)
katafora: tersebut,demikian, dsb.

Contoh anafora:
Film November 1828 bisa dibuat terutama berkat kerjasama dua orang, Nyohansiang dan
Teguh Karya. Yang pertama memiliki model dan ingin membuat film lain dari yang lain, sedangkan yang
satunya sutradara yang selalu tampil dengan film-film terkenal.

Contoh Katafora:
Pak Suparman (56 tahun) seorang petani gurem yang bermukim di kalurahan Karangmojo,
kecamatan Cepu, berkisah demikian: Dengan berbagai cara saya berusaha agar dapat meningkatkan
produksi gurem dengan kualitas yang baik.

e. Deiksis Sosial
Deiksis sosial mengungkapkan perbedaan-perbedaan kemasyarakatan yang terdapat
antarpartisipan yang terdapat dalam peristiwa berbahasa. Deiksis ini menyebabkan adanya kesopanan
berbahasa.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Deiksis berasal dari kata Yunani
kuno yang berarti penunjukkan. Dengan kata lain informasi kontekstual secara leksikal maupun
gramatikal yang menunjuk pada hal tertentu baik benda, tempat, ataupun waktu itulah yang disebut
dengan deiksis, misalnya he, here, now. Ketiga ungkapan itu memberi perintah untuk menunjuk
konteks tertentu agar makna ujaran dapat di pahami dengan tegas.Tenses atau kala juga merupakan
jenis deiksis. Misalnya then hanya dapat di rujuk dari situasinya. Deiksis ada lima macam, yaitu deiksis
orang, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana dan deiksis social.
3.2 SARAN
Adapun yang dapat pemakalah sarankan adalah diharapkan pembaca untuk memberikan kritik
dan saran demi perbaikan makalah lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai