Puja dan puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang dengan pertolongan,
rahmat dan karunia-Nya, penulis sanggup menyelesaikan buku “PENGANTAR
LEKSIKOGRAFI BAHASA ARAB” ini dengan baik dan lancar. Buku ini disusun sebagai
buku ajar mata kuliah Leksikografi Bahasa Arab di Jurusan Bahasa dan Sastra Arab IAIN
Tulungagung. Selama ini ilmu leksikografi terutama yang berfokus pada Bahasa Arab masih
kurang populer dan jarang didapati bahan ajar yang memadai. Oleh karena itulah dengan
memadukan materi dari berbagai sumber kami menyusun buku ini untuk memudahkan
mahasiswa dalam memahami ilmu leksikografi (ilmu almaajim) bahasa Arab yang sangat
penting untuk dipelajari, terutama oleh mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Arab. Terima
kasih sebesar-besarnya saya sampaikan kepada semua pihak yang berjasa dalam tersusunnya
buku ini.
Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan masukan dan saran dari para pembaca dan pengguna buku ini sehingga ke
depannya diktat ini dapat diperbaiki dan dikembangkan menjadi lebih baik dan sempurna.
Penulis
A. Pengertian Leksikografi
Bahasa Arab adalah bahasa yang paling banyak dikaji, dipelajari, dan diteliti dalam
sejarah kehidupan umat manusia. Bahasa ini telah lama memainkan perannya dalam
menciptakan peradaban umat manusia. Sejak zaman pra sejarah (belum mengenal aksara)
sampai zaman sejarah (setelah dikenalnya aksara) bahasa Arab tak hanya berperan sebagai
alat komunikasi tapi juga media dakwah dan peradaban. Bagaikan sebuah pohon besar yang
rindang, seluruh ranting dan cabang dari pohon ini sangat menarik untuk diteliti dan
melahrikan beragam cabang ilmu pengetahuan yang berbeda. Mulia dari nahwu, sharaf,
balaghah, bayan, manthiq, arudh, ilmu dilalah, semantik, semiotik, sintaksis, leksikografi,
dan lain sebagainya.
Dari sekian banyak cabang keilmuan tersebut, leksikografi adalah salah satu cabang
ilmu yang masih jarang sekali didengar dan dipelajari. Apa itu leksikografi? Secara umum
leksikografi adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang teknik penyusunan kamus.
Hartman dan James dalam bukunya The Dictionary of Lexicography (1998) mendefinisikan
leksikografi sebagai:
“Lexicography is the professional activity and academic field concerned with dictionaries
and other reference works. It has two basic divisions: lexicographic practice, or dictionary
making, and lexicographic theory, or dictionary research”
Artinya: Leksikografi adalah kegiatan professional dan bidang keilmuan yang
membahas tentang kamus dan karya rujukan lainnya. Leksikografi terbagi
menjadi 2 yaitu: Leksikografi praktis yang berarti pembuatan kamus dan
leksikografi teoritis yaitu penelitian tentang kamus.
Dalam tataran linguistik teoritis, leksikografi mengkaji tentang asal usul, sistematika,
pengenalan para leksikograf, serta serba serbi dunia perkamusan lainnya. Sedangkan dalam
tataran linguistik praktis leksikografi mengkaji tentang tata cara pembuatan kamus. Buku
yang sedang anda baca saat ini lebih berfokus pada leksikografi dalam tataran linguistik
teoritis. Berbaca tentang istilah leksikografi, banyak yang mencampur adukkannya dengan
istilah leksikologi. Leksikologi dalam bahasa Inggris dinamakan lexicology yang berarti
ilmu/studi mengenai bentuk , sejarah dan arti kata-kata. Menurut istilah, leksikologi adalah
Gambar 1.1
Kamus Kuno Bahasa Inggris
Gambar 1.2
Berbagai Macam Kamus di Dunia
Latar belakang diatas mendorong al-Khalīl (100-170 H), seorang pakar nahwu dan
linguistik Arab membuat kamus Bahasa Arab pertama dalam sejarah Kitāb al-‘Ain, nama
kamus Arab pertama yang disusunnya, merupakan karya yang sangat luar biasa untuk ukuran
masa itu, karena sistematika penyusunannya yang sangat unik namun sangat masuk akal.
Gambar 1.3
Kamus al Muhith dan Lisanul Arab
A. Definisi Kamus
Pada bab sebelumnya, kita telah mengenal istilah leksikografi sebagai ilmu yang
mempelajari tentang seluk beluk kamus. Kamus sebagai salah satu alat terpenting dalam
transfer keilmuan dan kebudayaan antar bangsa dan negara telah mengalami perkembangan
yang sangat luar biasa. Sebelum membahas perkembangan kamus, dalam hal ini kamus bahasa
Arab, baik kiranya kita mengetahui apa sebanarnya kamus itu?
Menurut C.L. Barnhart, salah saorang pakar leksikografi dari Amerika Serikat, definisi
kamus adalah sebagai berikut : ‘’Kamus adalah sebuah buku yang memuat kosakata pilihan
yang umumnya disusun berdasarkan urutan alfabet dengan disertai penjelasan maknanya dan
dilengkapi informasi lain yang berhubungan dengan kosakata, baik penjelasan tersebut
menggunakan bahasa yang sama dengan kosakata yang ada maupun dengan bahasa yang
lain”.
Gambar 2.1
Kamus Bahasa Inggris tertua di
dunia karya Samuel Johnson
(diterbitkan 15 April 1755)
Adapun dalam bahasa Arab, Kata kamus awalnya disebut dengan istilah Al-Mu’jam
( )ﺍﻟﻤﻌﺟﻢlalu kemudina berkembang menjadi Al-Qamus ()ﺍﻟﻗﺍﻣﻭﺱ. Sedangkan pengertian kamus
menurut Ahmad Abdul Ghafur Atthar (1979:38) adalah sebagai berikut : ‘’Kamus adalah
sebuah buku yang memuat sejumlah besar kosakata bahasa yang disertai penjelasannya dan
interpretasi atau penafsiran makna dari kosakata tersebut yang semua isinya disusun dengan
sistematika tertentu, baik berdasarkan urutan huruf hijaiyah ( lafal ) atau tema ( makna ).’’
Dalam bahasa Arab ada beberapa istilah yang dipakai untuk menyebut kamus, seperti :
al-mu’jam ( )ﺍﻟﻤﻌﺟﻢ, al-qamus ()ﺍﻟﻗﺍﻣﻭﺱ, al- fihris ( )ﺍﻟﻓﻬﺮﺲ, dan mausu’ah ( )ﺍﻟﻤﻭﺴﻭﻋﺔ. Walaupun
C. Kriteria Kamus
Apa yang terjadi jika Anda minum air laut? Semakin diminum akan semakin haus.
Begitu juga dengan kamus. Sejalan dengan namanya yang berarti lautan yang dalam,
informasi yang tersaji dalam kamus tak akan pernah cukup. Para pembuat kamus selalu
berusaha untuk memperbaiki kamusnya agar senantiasa mengejar ketertinggalan dari
perkembangan bahasa yang terjadi di tengah masyarakat. Begitu kamus selesai disusun,
muncul pula istilah atau kosakata baru di masyarakat. Dengan demikian tidak pernah ada
Makna Ganda, yaitu kosakata yang memiliki makna lebih dari satu, seperti : kata
ain ( )ﻋﻴﻥbisa berarti mata, mata air, sumber, mata-mata spionis.
Prioritas Makna, yaitu mendahulukan makna kata atas dasar beberapa aspek,
seperti: sejarah, keumuman, makna hakiki, dan majazi, makna fisik (hissi), makna
abstrak (tajridi).
F.Kompenen Kamus
Bicara tentang kamus yang bagus, kira-kira apa saja indikatornya? Jumlah katanya
yang milyaran? Gambar-gambar yang menarik? Atau cover yang tebal? Al-Qasimy dalam
Taufiqurrohim (2011) menawarkan beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam sebuah
kamus agar dikatagorikan sebagai kamus yang lengkap.
1). Bagian awal, terdiri dari:
Mukaddimah / Latar belakang penyusunan kamus
Petunjuk penggunaan kamus
Pedoman tata bahasa
Jumlah materi/kata dalam kamus
Keterangan singkatan
sumber yang digunakan
Makna symbol atau gambar
Kaidah transliterasi
Sejak awal dikenalnya kamus ratusan tahun yang lalu, kamus sebagai sebuah media
utama dalam belajar telah disusun dalam berbagai macam bentuk dan format sesuai fungsi
dan tujuannya. Bahasa Arab sebagai Bahasa paling dinamis dan berkembang di dunia telah
banyak menghadirkan kamus yang sangat beragam bentuknya. Menurut Taufiqurrohim
(2011:41) secara umum ada beberapa macam kamus bahasa Arab yaitu:
A. Kamus Monolingual (Tunggal Bahasa)
Kamus monolingual ini adalah kamus yang secara khusus membahas lafal atau kata-
kata dari sebuah bahasa dan dilengkapi dengan pemakaian kata tersebut. Karenanya kamus
ini bisa disebut juga dengan kamus lughawi (kamus bahasa) Kamus ini disusun dengan sistem
sistematika penyusunan tertentu untuk mempermudah para pemakai atau pembaca dalam
mencari makna sebuah kata. Kamus ini hanya memuat satu bahasa, sehingga biasanya,
pemaknaan kata hanya menyebut sinonim atau definisi kata tersebut. Misalnya, Kamus Al-
Munjid (Arab-Arab), Kamus Mukhtar Ash-Shihah (Arab-Arab). Kalau dalam Bahasa lain ada
Kamus Oxford (Inggris-Inggris), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Indonesia-Indonesia) dan
lain sebagainya. Bagi para pelajar bahasa asing yang masih pemula kamus ini mungkin agak
kurang membantu karena mereka tidak langsung mendapati arti kata yang mereka cari dalam
bahasa asli mereka. Namun bagi para pelajar bahasa asing tingkat menengah (intermediate),
kamus-kamus ini sangatlah bermanfaat karena isinya yang sangat lengkap dan komprehensif.
Terlebih jika para pelajar tersebut sedang mempelajari Qiraah (Reading). Dengan mencari
kata-kata baru yang belum dia fahami di kamus tersebut, dia secara otomatis akan mengetahui
definisi atau sinonim kata-kata tersebut dalam bahasa yang sama sehingga ia akan terlatih
untuk menerka atau menganalisis makna sebuah kata. Kalau dalam peribahasa kita bisa
mengibaratkan seperti sekali dayung dua tiga pulau terlampaui
Gambar 3.1
Kamus Al-Munjid
dan Oxford
Gambar 3.2
Kamus Mahmud Yunus
edisi lama dan baru
Gambar 3.3
Kamus Al-Munawwir
Gambar 3.4
Kamus Dahasa Dunia Islam
Gambar 3.5
Tampilan layar aplikasi
Polyglot 300
Gambar 3.6
Contoh Kamus Tematik dalam bidang Ekonomi dan Hukum
F. Kamus Visual
Gambar atau ilustrasi merupakan hal yang sangat membantu dalam dunia leksikografi.
Ilustrasi adalah sebuah citra yang dibentuk untuk memperjelas sebuah informasi dengan
memberi representasi secara visual. Esensi dari ilustrasi adalah pemikiran; ide dan konsep
yang melandasi apa yang ingin dikomunikasikan gambar.. Sejak zaman pra sejarah, manusia
telah menggunakan gambar atau ilustrasi untuk menjelaskan pikirannya. Jejak awal ilustrasi
bisa terlihat dari catatan visual di gua, manuskrip abad pertengahan sampai buku-buku dan
koran diabad ke 15-18. Kaitannya dengan leksikografi, ilustrasi berfungsi sebagai penjelas
atau pendamping sebuah kamus.
Gambar 3.7
Contoh Kamus Visual
Gambar 3.8
Tampilan layar kamus al-Mufid
H. Kamus On-Line
Berbeda dengan kamus digital yang bisa diakses secara offline, kini juga tersedia
kamus Online, yaotu program kamus secara yang bisa diakses melalui internet. Para netter
sering memanfaatkan jasa terjemahan kamus on-line pada saat browsing ke situs-situs di
internet. Salah satu kamus on-line yang populer adalah Google Translate yang menyediakan
jasa penerjemahan lebih dari 90 bahasa asing, termasuk Bahasa arab. Kelebihan dari Google
Gambar 3.2
Tampilan layar Google Translate
Sebagiamana yang telah kami jelaskan di bab sebelumnya, kamus disusun berdasarkan
kebutuhan dari para penggunanya. Kebutuhan yang berbeda beda melahrikan model kamus
yang berbeda-beda. Model kamus yang berbeda-beda menggunakan sistematika penyusunan
yang berbeda pula. Dalam bab ini kami akan menjelaskan beberapa sistematika penyusunan
kamus yang paling utama. Menurut Taufiqurrohim (2011:45) ada beberapa jenis sistematika
yaitu:
Khalil, tidak dimulai dari huruf hamzah sekalipun hamzah berasal dari makhraj
huruf pertama (tenggorokan bawah). Khalil berargumen, bahwa huruf hamznh
dianggap sebagai huruf yang inkonsisten/tidak menetap (ghairu tsabat). Dalam ilmu
morfologi (ilmu sharaf), huruf hamzah' terkadang bisa menetap, berubah atau bahkan
hilang. Setiap kata di dalam kamus bersistem fonetik, diletakkan secara berkelompok
di bagian huruf yang paling awal/bawah dalam urutan makharijul-huruf, tanpa melihat
letak huruf dalam sebuah kata. Misalnya:
c. Kamus al-Muhith
Kamus Al-Muhith disusun Oleh Ash-Shahib bin 'Ubbad (324-385),
kamus ini sama dengan kamus Al-Ain dalam hal Sistematika urutan huruf
(makharij al-huruf, taqsim al-bina (klasifikasi strukturkata) dan taqlibat
(pembalikan kata). Akan tetapi, kamus Al-Muhith lebih memperioritaskan kata
dengan memperbanyak jumlah kata dan meringkas makna kata, sehingga
kamus Al-Muhith banyak memberi kontribusi dalam hal sinonim kata, tetapi
dalam hal sistematika penyusunan kamus, dalam karya Ibnu Ubbad ini tidak
ada yang inovasi baru.
Gambar 4.2
Kamus Al-Muhith
e. Al-Muhkam
Kamus al-Muhkam disusun Oleh Sidah (398-458) Sistematika dan
metode pencarian kata dalam kamus Al-Muhkam sama dengan kamus Al-'Ain.
Hanya saja, kamus ini berbeda dalam dua hal, yaitu:
- Dalam struktur kata (bina Kamus Al-Muhkam mengikuti susunan bina'
dari kamus Mukhtashar al-'Ain karya al- Zubaidi yang menggunakan tujuh
macam struktur kata (bina'). Hal ini bisa dimaklumi karena al-Zubaidi
adalah guru dari Ismail, ayah Ibnu Sidah. Sedangkan Ibnu Sida banyak
mengambil riwayat makna kata dari ayahnya itu.
- Dalam kamus al-Muhkam ini. Ibnu Sidah menambah banyak kata
melebihi jumlah kata dalam kamus Mukhtashar Al-'Ain yang menjadi
panduan penyusunan kamusnyaini. Sehingga, kamus al-Muhkam bisa
dikatakan lebih lengkap dari Muhktashar Al-'Ain. Selain itu, Ibnu Sidah
lebih memperioritaskan masalah-masalah ilmu nahwu dan Sharaf dalam
muatan kamus sehingga kamus ini lebih tepat bagi orang yang ingin
memperdalam bahasan tata bahasa Arab.
Gambar 4.3
Kamus Jamharah al-Lughah
Gambar 4.2
Kamus Lisan al-Arab
Sistem kosakata dalam Lisan Al-Arab sama persis dengan kamus AL-Shihah
(Al-Jawhari) yang terdiri dari beberapa kitab (nama huruf akhir) dan tiap kitab terdiri
dari pasal-pasal (nama huruf afwan. Perbedaan antara Lisan Al-Arab dan Al-Shihah,
terletak pada masa lah pengambilan riwayat. Jika Al-Jawhari (Al-Shihah) hanya
memuat riwayat makna dari syair, qasidah, atau lainnya yang memiliki nilai shahih
(valid), tetapi Ibnu Mundzir (Lisan Al-Arab) tidak hanya membatasi pada riwayat
yang shahih. la mengambil semua makna, walaupun berasal dari syahid (dalil) yang
tidak shahih, karena sebuah kamus bahasa seharusnya mampu merekam (baca:
kodifikasi) semua kosakata bahasa Arab.
o Al-Qamus Al-Muhith
Al-Qamus Al-Muhith atau Al-Qamus Al-Wasith disusun Oleh AL-Fairuzabadi
yang memiliki nama lengkap Muhammad bin Ya'qub Abu Thahir Majduddin Asy-
Syairazi AL-Fairuzabadi (1329-1415). Beliau dianggap sebagai orang pertama
yang mempopulerkan istilah "qamus" sebagai pengganti dari kata “mu'jam”. Al-
Fairuzabadi memakai sistem penyusunan sistem qnfiynh karena ia menilai kamus
Al-Shihah karya Al-Jawhari yangbersistem qafiyah mendapat sambutan positif di
kalangan masyarakat. Berbeda dengan kamus Lisan Al-Arab yang memuat segala
hal di luar unsur bahasa, kamus Al-Muhith sengaja berusaha disusun lebih ringkas,
tetapi efektif dalam penyampaikan makna kata. Hal itu terlihat dari usaha Al-
Fairuzabadi yang membuang beberapa syahid (dalil) dari ayat AL-Quran, hadis,
syair, nama tokoh bahasa dan beberapa penafsiran. Bahkan, dalam kamus ini isim
'alam seperti nama tokoh, nama kota, dan lainnya, sengaja diletakkan di bagian
belakang, sebab informasi semacam itu dinilai bukan bagian dari kamus bahasa
Gambar 4.4
Kamus al-Munjid
Matan Al-Lughah
Kamus ini disusun pada tahun 1958 Oleh Ahmad Ridha Al-'Amily. mantan
anggota Majma’ al-Lughah (lembaga Bahasa) di Damaskus. Secara
morfologis, kamus Matan Al-Lughah disusun dengan sistematika yang tepat
dengan cara mendahulukan materi kata kerja daripada kata benda. Lalu,
penjelasan kata kerja dimulai dengan kata kerja yang mujarrad sebelum mazid.
Ada enam kamus besar yang menjadi rujukan Matan Al-Lughah dalam
memaknai kata, yaitu: kamus Lisan Al- 'Arab (Ibnu Mandzur), Al-Qamus A/-
Muhith (Al-Fairuzabadi), Taj Al-•Aruus (Al-Zabidy), Asas Al-Balaghah (Al-
Zamakhsari), Mukhtar Al-Shihnh (Al-Razi)dan Mishab Al-Munir (Al-
Fayyumi).
Karakter yang melekat pada kamus ini adalah tidak adanya perbedaan dalam
hal ungkapan kalimat. Tampaknya, Ahmad Ridha berusaha menghilangkan
istilah-istilah yang ambigu dan mengedepankan kata yang maknanya arbitrary
(disepakati). kamus ini juga memuat kosakatabahasa amiyah (pasaran) yang
bisa ditransfer ke bahasa fushha (resmi). sehingga kamus ini berusaha untuk
menghilangkan celah antara antara bahasa amiyah dan fushah, sekaligus
meminimalisir penggunaan bahasa amiyah.
Al-Mu’jam Al-Wasith
Kamus termasuk kamus modern yang diproduksi oleh Majma’ Al-Lughah
(Lembaga Bahasa) di Kairo, Mesir. Tim penyusun Al-Wnsith cetakan pertama
pada tahun 1380 H. terdiri dari: Ibrahim Mustofa, Ahmad Hasan Al-Ziyat,
Gambar 4.5
Kamus al-Munjid
Al-Lughawi Al-Tarikhi
Penyusun kamus Al-Lughawi Al-Tarikhi (bahasa historis) adalah seorang
orientalis berkebangsaan Jerman bernama Fisher. Sayangnya, sebelum kamus
ini selesai disusun, Fisher meninggal dunia. Sekalipun demikian, mukaddimah
kamus ini telah menampakkan ide cemerlang dari seorang Fisher. Dalam
kamusnya ini, ia mengambil dari berbagai sumber seperti: AL-Quean, a I-
Hadis, syair, peribahasa, buku sejarah, geografi, sastra, teknologi dan
sebagainya. Hal mendasar dalam kamus ini adalah penjelasan yang lengkap
antara kata yang 'araby (arab) dan ‘ajamy (non-Arab).
Al-Mu 'jam Al-Kabir
Kamus Al-Kabir (besar) diproduksi Oleh Majma' Al-Lughah (Lembaga
Bahasa) di Kairo, Mesir. Kamus ini bertujuan untuk mengklasifikasikan makna
yang dimuat dalam kamus-kamus bahasa Arab sepanjang masa. Karena itu, ia
dinamakan "Kamus Besar" yang dirilis secara bertahap. Tahap pertama, Juz I
(huruf hamzah) tahun 1970; Tahap kedua, Juz II (huruf bio tahun 1982; Tahap
ketiga, Juz III (huruf fa' dan tsa•) tahun 1992, dan tahap keempat, Juz IV(huruf
jim) tahun 2000.
Gambar 4.6
Kamus al-Raid
Kamus Al-Ashri
Kamus Al-Ashri atau Kamus Kontemporer Arab Indonesia ini dikarang oleh
Atabik Ali serta Ahmad Zuhdi Muhdlor, diterbitkan pada tahun2003. Langkah
memakai kamus terjemahan arab-indonesia al-‘ashri ini tidak sama dengan
kamus-kamus yang biasa yang kita temui, contohnya kamus al-munawwir yang
mencari kata melalui dari kata dasar kata arab tersebut. Untuk memakai kamus
Kontemporer Arab – Indonesia ini anda tak perlu mengetahui kata dasarnya.
Segera mencari saja kata-kata arab yang akan anda cari. Contohnya, anda mau
tahu makna “kitaabun”, maka segera saja melacak huruf kaf serta carilah kata
Gambar 4.8
Kamus al-Ashri
Gambar 5.1
Kamus al-Ain karya Al-Khalil
Dalam bidang nahwu, Al-Khalil bin Ahmad adalah guru para ahli nahwu. Di antara
murid beliau adalah Sibawaih, penulis Al-Kitab, sebuah karya besar dalam ilmu tata bahasa
arab. Beberapa karya dan pemikiran Al-Khalil yang sangat penting dalam ilmu nahwu
adalah sebagai berikut:
Al-Khalil adalah orang yang membuat istilah-istilah nahwu seperti mubtada’,
khabar, maf’ul bih, fa’il, hal, tamyiz, dan lain sebagainya. Beliau juga yang
mengistilahkan rafa’, nashab, dan khafd, serta jazm pada I’rab kalimah, dan
mengistilahkan harakah mabni dengan dham, fath, kasr, dan waqf (sukun).
Al-Khalil terkenal atas konsep beliau tentang ‘amil dan ma’mul serta konsep
trilogy sima’, ta’lil, dan qiyas.
Khususnya dalam bidang leksikografi, beliau bisa dibilanh sebagai bapak
leksikohgrafi Arab. Sebagaimana disebut di atas, Al-Khalil telah membuat buku yang
memuat kosakata-kosakata bahasa Arab. Kitab Al-’Ain adalah kamus bahasa Arab pertama
yang telah dibuat. Urutan kata-kata dalam Al-’Ain ini didasarkan kepada urutan letak
Gambar 5.2
Huruf Jim
Gambar 5.2
Kamus Tahdzib al-Lughah karya Al-Azhari
D. Ibnu Duraid
Nama lengkapnya Muhammad bin Al Hasan bin Duraid Al Azdi (321-233 H/ 838-933
M). Ibnu Duraid lahir di Basrah, lalu pindah ke Oman dan menetap di sana selama 12 tahun,
kemudian iaa kembali lagi ke Basrah, Irak. Ibnu Duraid dikenal sebagai pakar bahasa dan
sastra Arab. Ia gemar mengembara dari satu tempat ke tempat lain untuk menuntut ilmu
bahasa. Ia pernah berkelana ke daerah-daerah pinggiran di Persia. Pengembaraannya di negeri
Iran tercatat dalam Diwan Faris karya Ali Mikal. Namun, pada akhirnya ia lebih memilih
kembali ke Baghdad ada masa Dinasti Abbasiyyah yang dipimpin Al-Muqtadir. Ibnu Duraid
termasuk ilmuan yang dibiayai oleh negara. Setiap bulan, ia mendapat gaji sebesar 50 dinar
atas jasa-jasanya di bidang pengembangan ilmu bahasa. Seluruh hidupnya, ia pergunakan
untuk menghasilkan karya-karya ilmiah yang berperan besar dalam pengembangan ilmu
tatabahasa yang saat itu tumbuh pesat di Basrah, Irak. Ibnu Duraid meninggal di Baghdad di
usia 95 tahun.
Ibnu Duraid dikenal sebagai sosok ulama yang ulet, cerdas dan kuat hafalannya. Ia
berhasil mencetak murid-murid yang spesialis di bidang bahasa dan sastra. Di antara muridnya
yang terkenal, antara lain: Abu Hatim Al-Sijistani (w. 862 M), Al-‘Utba (w.869), Al-Sirafi
(897-979), Abu Faraj Al-Isfahani (893-?), Ibnu Khalawih (w. 980 M) dan AL-Zajjaj (855-923
M).
Kontribusi Ibnu Duraid dalam bidang leksikografi tidak bisa diragukan lagi. Beliau adalah
penyusun Kamus Al-Jamharah yang merupakan kamus pertama menggunakan sistem
alfabetis khusus. Ia berani tampil beda dengan mengesampingkan model-model kamus fonetik
Gambar 5.4
Kamus Jamharah al-Lughah karya Ibnu Duraid
Gambar 5.5
Kamus Maqayis al-Lughah karya Ibnu Faris
F. Ibnu Jinni
Nama lengkapnya ialah Abu al-Fath Utsman Ibnu Jinni, lahir di Mausil (Mosul) Irak.
Tidak ada sumber sejarah yang pasti menginformasikan tahun kelahirannya, tetapi ada yang
berspekulasi bahwa ibnu Jinni lahir pada tahun 321 H atau 322 H.Asal keturunan Ibnu Jinni
juga tidak diketahui dengan jelas. Ayahnya keturunan Roma dan yunani, budak Sulaiman bin
Fahad bin Ahmad al-Azdi. Jadi, Ibnu Jinni bukan orang Arab. Nama Jinni jika
ditranslitrasikan berasal dari kata gennaius, yang berarti “mulia, jenius, baik fikirannya dan
ikhlas. Oleh karena itu, Ibnu jinni sering menggunakan nama majikannya di belakang
namanya, yaitu, Abu al-Fatah Usman Ibn Jinni al-Azdi.
Berasal dari kalangan sederhana dan bukan bangsawan, Ibnu Jinni adalah sosok yang
pantang menyerah dalam menuntut ilmu. Ibnu Jinni menghabiskan masa kanak-kanaknya juga
di kota kelahirannya tersebut. Di Mosul juga ia mendapatkan pendidikan dasarnya, belajar
ilmu nahwu pada gurunya yang bernama Ahmad bin Muhammad al-Mausili al-Syafi’i yang
lebih dikenal dengan sebutan al-Akhfasy. Setelah itu, ia pindah ke Baghdad dan menetap di
sana. Di kota ini, ia mendalami lingistik selama kurang lebih empat puluh tahun pada gurunya
yang sangat ia hormati dan ia kagumi, Abu ‘Ali al-farisi. Begitu lamanya Ibnu Jinni menimba
pengetahuan bahasa pada Abu ‘Ali, sehingga keduanya terjalin hubungan yang sangat erat
seperti hubungan persahabatan.
Selain berguru secara khusus kepada Abu ‘Ali , Ibnu Jinni juga banyak belajar pada
tokoh linguistik lain, terutama yang terkait dengan pengambilan sumber bahasa (ruwat al-
lugah wa al-adab), di antara mereka ialah Abu Bakr Muhammad bin al-Hasan yang lebih
dikenal dengan sebutan Ibnu Miqsam, seorang pakar qira’ah al-Qur’an, Abu Abdillah
Muhammad bin al-‘Assaf al-‘Uqaili al-Tamimi, terkadang Ibnu Jinni menyebutnya dengan
Abu Abdillah al-Syajari.
Ibnu Jinni hidup pada abad keempat hijriah (abad X M) yang merupakan abad puncak
perkembangan dan kematangan ilmu-ilmu keislaman, yang pada umumnya para ilmuawan
pada abad ini tidak saja menguasai satu disiplin pengetahuan, tetapi juga menguasai disiplin-
disiplin lainnya. Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila para penulis biografi Ibnu Jinni
menyatakan bahwa karya-karya tokoh yang satu ini menggabungkan teori linguistik, teori
prinsip fiqh (ushul fiqh), juga teori Ilmu Kalam karena dia penganut mazhab Mu’tazilah,
mazhab yang juga dianut oleh guru besarnya, Abu Ali al-Farisi. Ibnu Jinni menetap di
Baghdad hingga wafat pada tahun 392 H tepatnya pada malam jum’at.
Baik ulama sezamannya, maupun generasi para linguis yang muncul kemudian,
mengakui penguasaan dan keluasan pengetahuan Ibnu Jinni atas linguistik Arab. Abu Tayyib
al-Mutanabbi (w.354 H), penyair yang sangat terkenal dan sahabat Ibnu Jinni, misalnya,
pernah berkomentar tentang Ibnu Jinni, “Dia adalah sosok yang kehebatannya belum
diketahui oleh banyak orang”. Bahkan, apabila al-Mutanabbi ditanya tentang makna suatu
kata yang ia ucapkan (dalam puisinya), atau tanda harakat (I’rab) yang dianggap aneh, dia
selalu menjawab, “Tanyakanlah pada syaikh juling, Ibnu Jinni, dia akan menjawab
semuanya”. Demikian pula Thash Kubri Zadah yang dikenal dengan Ahmad bin Mustafa,
dalam bukunya Miftah al-Sa’adah, menyebutkan bahwa Ibnu Jinni adalah intelektual yang
sangat cerdas, memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam di bidang nahwu dan sharaf.
Gambar 5.6
Kitab Al-Khashaish karya Ibnu Jinny
G. Al-Jawhari
Abu Nashr Ismail bin Hammad al-Jauhari (Arab: ﺃﺑﻮ ﻧصﺮ إﺳﻤﺎﻋﻴﻞ ﺑﻦ ﺣﻤﺎد ﺍﻟﺠﻮﻫﺮﻱatau (
lebihdikenal dengan Ismail bin Hammad al-Jauhari (wafat pada tahun 393 H/1003) adalah
seorang ulama dibidang bahasa Arab dan nahwu. Ia berasal dari Farab, salah satu kota di
negeri Turki. Ia mengelilingi negeri Irak, mempelajari bahasa Arab dari Abu Ali al-Farisi dan
as-Sairafi, ia juga mengelilingi negeri Rabi'ah dan Mudhar untuk mempelajari bahasa Arab
dari orang-orang Arab 'Aribah
Kontribusi Al-Jawhari dalam bidang leksikografi sangatlah besar. Salah satu karya beliau,
Kitab al-Shihhah atau judul lengkapnya Taj al-Lughah wa al-Shihhah al-
‘Arabiyyah merupakan sebuah kamus Bahasa Arab yang terkenal, yang menjadi rujukan para
ulama dan ahli bahasa Arab sejak turun temurun.
Para pengkaji dan penyelidik Bahasa Arab bersepakat bahawa al-Jawhari adalah salah
satu daripada keajaiban zaman dari sudut kepintaran dan kebijaksanaannya. Beliau dianggap
Gambar 5.7
Kamus al-Shihah karya Al-Jawhari
H. Ibnu Mandzur
Leksikolog bernama lengkap Muhammad bin Mukram bin Ahmad bin Habqah Al-
Anshari Al-Afriqi ini lahir pada tahun 630 H (1232 M). Nasabnya bersambung kepada
Ruwaifi’ bin Tsabit al-Anshari.. Beliau adalah termasuk ulama yang disegani dan mempunyai
banyak murid seperti Ibnu Muqir, murtadha Ibnu Hatim, Abdur Rahim, Ibnu Thufail.. Beliau
wafat tahun 711 H. Ibnu Mandzur terkenal sebagai leksikolog yang produktif dan selalu
mencatat atau menulis karangan sepanjang hidupnya,
Sejak masih muda, Ibnu Mandzur mempunyai kegemaran meringkas kitab –kitab
popular saat itu, diantaranya: Mukhtashar al-Aghami, Mukhtashar Tarikh Baghdad (Al Kitab
Al-Baghdady), Muhktashar tarikh Dimasyqu (Ibnu Asakir) Mukhtashar Mufradaa ibnu
Baythar, dan mukhtashar Al-Dakhirah. Shufdi mengatakan “aku hampir tidak menemukan
kitab-kitab tebal melainkan mtelah di ringkas oleh ibnu mandzur”. Menurut qutbuddin, putra
ibnu mandzur, karya tulis ayahnya tidak kurang dari 500 jilid buku. Puncak produktifitasnya
adalah saat ia berhasil mengarang kamusnya yang berjudul “Lisan al-Arab". Kamus yang
fenomenal ini tidak merubah ringkasan kitab dari kitab-kitab kebahasaan, bahkan kamus
beliau lebih besar dan luas dari pada setiap kamus-kamus sebelumnya.
Ibnu Mandzur memilih urutan materi kamusnya seperti yang dilakukan Jauhari
sebelumnya dalam kamus shihhahnya, artinya urutan bab dan fashalnya. Jadi tidak perlu
mengulang. Dalam penyusunan ini Ibnu Mandzur menyusunnya dengan mengisinya, tidak
merubah, menambah atau menguranginya. Didalamnya dibahas tentang huruf yang
menyimpulkan bab, dan kamu mencari sesuatu dalam kamus ini dari halaman pertama
sehingga jelaslah bab yang pertama, bab alif hamzah, dengan mencari sepanjang huruf
hamzah. Dalam hal ini memindahdari Imam Abbas, Jauharidan Ahmad bin Yahya. Oleh
karena itu, Ibnu Mandzur meletakkan dua fasal mukaddimah yang mengiringi permulaannya.
Kadang-kadang pertamanya diperoleh dari tafsir makharijul hurufnya, yang ada di permulaan
Gambar 5.8
Kamus Lisanul Arab karya Ibnu Manzhur
I. Al-Fairuzabadi
Leksikolog yang dilahirkan di Kazrawan, sebuah kampung di Syiraz, Iran pada tahun
729 H/1329 M ini ialah seorang ulama yang berandil besar dalam perkembangan leksikografi
Bahasa Arab. Lahir dengan nama lengkap Abu Tahir Muhammad bin Yakkub bin
Muhammad al-Fairuzabadi, leksikolog yang akrab dipanggil Fairuzabadi ini sejak usia
delapan tahun telah mulai belajar bahasa dan sastera secara mendalam dari ayahnya sendiri
dan al-Qawwam bin Najm serta ulama-ulama terkenal lainnya di Syiraz.
Al-Fairuzabadi mempunyai motto dalam hidupnya: ‘Tidak ada masa tanpa buku’
sehingga beliau sempat dijuluki sebagai ‘kutu buku’. Minat beliau terhadap buku-buku sangat
besar sehingga ia sekuat tenaga selalu berusaha untuk membelii buku walaupun harganya
sangat mahal dan sukar didapati. Beliau berani mengeluarkanu berapa saja untuk buah buku
yang diinginkannya. Diceritakan bahawa beliau senantiasa membawa buku-bukunya saat
menetap di suatu tempat atau sedang dalam perjalanan. Jika beliau berpergian selalu kelihatan
membawa beberapa buah peti yang penuh dengan buku. Beliau akan membaca buku-buku
yang dikehendakinya setiap kali berhenti untuk beristirahat, kemudian ditutupnya dan
meneruskan perjalanannya.
Karya al-Fairuzabadi yang sangat terkenal dalam bidang leksikografi bahasa Arab
adalah Al-Qamus Al-Muhith, yang telah diakui kualitasnya dalam dunia Islam dan merupakan
buku yang paling banyak dibaca oleh para penulis saat itu. Ada yang memebrikan penjelasan
(syarah), kritik (naqd), pembelaan (difa’), dan juga ringkasan (ikhtishar). DIrilisnya kamus
Al-Qamus Al-Muhith juga merupakan momen yang sangat bersejarah karena dari sinilah
istilah kamus itu berasal. Kamus yang selama ini disebut Mu’jam akhirnya bergeser menjadi
Kamus berkat popularitas Al-Qamus Al-Muhith yang mendunia. Qamus sendiri arti asliny
adalah Samudra yang dalam, mengacu pada konten Al-Muhith yang sangat komprehensif dan
menyeluruh.
Ketika berusia lima puluh tahun, Fairuzabadi mengembara ke berbagai negara. Salah
satunya ke Syria dan tinggal di sana beberapa saat, kesempatan itu 2018 telah digunakan
oleh banyak orang untuk mengambil ilmu beliau hingga akhirnya beliau semakin menjadi
terkenal. Fairuzabadi juga mengambil kesempatan untuk bertemu dengan ulama-ulama
terkenal di Syria seperti Ibnu Qayyim, Ibnu al-Hamawi, Ahmad bin Mattar An-Nablusi dan
Gambar 5.9
Kamus al-Muhith karya Fairuz Abadi
Abdul Chaer, Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. 2007. Jakarta: Rineka Cipta.
Al-Farahidi, Khalil bin Ahmad. Kitab al-‘Ayn, t.t., Libanon: Muasasat al-A’lami.
Anīs, Ibrāhīm. al-Mu’jam al-Wasīth, 1972. Kairo: Majma’ al-Lughah al-‘Arabiyyah al-
Qāhiri.
Ibrāhīm, Rajab ‘Abd al-Jawād. 2001. Dirāsah fi ad-Dalālah wa al-Ma’ājim. Kairo: Dār
Gharīb.
Ya’qūb, Emil Badī’. 1981. al-Ma’ājim al-Lughawiyyah al-‘Arabiyyah. Beirut: Dār al-
Śaqāfah al-Islāmiyyah.
Wahab, Muhbib Abdul, Peta Perkembangan Leksikografi Arab di Indoensia: Studi Kritis
atas Kamus Karya Mahmud Yunus, Arabi : Journal of Arabic Studies, 2 (1), 2017
www.wikipedia.org