Anda di halaman 1dari 36

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRISTIS SIWA KELAS


IV SEKOLAH DASAR

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

NINA VANIA

NIM 20060026

S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) SILIWANGI
CIMAHI
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRISTIS SIWA KELAS
IV SEKOLAH DASAR

Disusun Oleh
Nina Vania
20060026

Menyetujui

Penguji 1

Prof. Dr. H. Heris Hendriyana, M.Pd.


NIDN. 0011096901

Penguji 2

Sukma Murni, M.Pd.


NIDN. 0402029201
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaannirrahiim

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT

karena berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi

dengan judul “Penggunaan model Problem Based Learning untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV Sekolah Dasar” sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar di IKIP

Siliwangi Bandung.

Dalam penyusunan proposal skripsi ini , penulis menemukan berbagai

kesulitan dan kendala . Namun berkat bantuan , bimbingan, saran serta dorongan

dari berbagai pihak, penulis dapat mengatasi kesulitan dan kendala tersebut

sehingga proposal skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis sadar dalam penyusunan proposal skripsi ini masih banyak

kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharap kritik dan saran yang

membangun demi kelancaran proposal skripsi ini dan selanjutnya. Semoga

proposal skripsi ini bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya pada seluruh

pembaca. Amin Yaa Robbal ‘Alamin.

Cimahi, 4 Mei 2022


penulis

Nina Vania

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
A. Judul..............................................................................................................1
B. Latar Belakang Masalah................................................................................1
C. Rumusan Masalah.........................................................................................4
D. Tujuan Penelitian..........................................................................................5
E. Manfaat Penelitian........................................................................................6
1. Manfaat Teoritis........................................................................................6
2. Manfaat Praktis..........................................................................................6
F. Definisi Operasional.....................................................................................6
G. Kajian Teori..................................................................................................8
1. Model Problem Based Learning (PBL).....................................................8
2. Kemampuan berpikir krtis.......................................................................14
3. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar...........................................17
4. Materi Matematika Kelas IV di Sekolah Dasar.......................................20
H. Hipotesis......................................................................................................22
I. Metode dan Desain Penelitian.....................................................................22
J. Subjek dan Lokasi Penelitian......................................................................24
K. Instrumen Penelitian...................................................................................24
1. Tes...........................................................................................................24
2. Skenario Pembelajaran............................................................................25
3. Observasi.................................................................................................26
4. Wawancara..............................................................................................26
L. Prosedur Penelitian.....................................................................................27
M. Prosedur Pengolahan Data.......................................................................28
N. Jadwal Penelitian.........................................................................................30
O. Daftar Pustaka.............................................................................................31

ii
PROPOSAL SKRIPSI

1. Judul

Penggunaan model pembelajaran problem based learning (PBL) untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa kelas iv di sekolah dasar.

2. Latar Belakang Masalah

Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang

dapat digunakan dalam pembentukan sistem konseptual siswa. Kemampuan

berpikir yang diarahkan melalui pembelajaran di sekolah dasar adalah

kemampuan berpikir tingkat tinggi. Salah satu kemampuan berpikir tingkat

tinggi (higher order thinking) adalah kemampuan berpikir kritis (critical

thinking).

Menurut Yaumi (2012), berpikir kritis merupakan kemampuan kognitif

dalam pengambilan kesimpulan berdasarkan alasan logis dan bukti empiris.

Pengertian berpikir kritis tersebut dilengkapi lagi oleh Eggen dan Don (2012)

bahwa pada kesimpulan yang dibuat juga cenderung dilakukan asesmen

(penilaian) berdasarkan bukti. Berdasarkan pendapat ahli tersebut,

kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan peserta didik dalam

pemecahan masalah dan pengambilan keputusan (kesimpulan) dari berbagai

aspek dan sudut pandang. Kemampuan berpikir kritis adalah modal intelektual

yang penting dimiliki oleh peserta didik jika berhadapan dengan

permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya sehari hari.

1
2

Glaser (Fisher, 2008) menjelaskan berfikir kritis sebagai suatu sikap berfikir

mendalam terhadap masalah serta menerapkannya dalam metode pemeriksaan dan

penalaran yang logis. (Sukmadinata, 2012) berpikir kritis merupakan kecakapan

dalam bernalar secara teratur. Artinya memiliki berfikir secara sistematis dalam

menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, dan menyatakan keyakinan

dengan bukti yang jelas. berpikir Kritis adalah aktivitas kognitif, yang terkait dengan

penggunaan pikiran, Belajar untuk berpikir dengan cara kritis analitis dan evaluatif

berarti menggunakan proses mental seperti perhatian, kategorisasi, seleksi, dan

penilaian.

  Kemampuan berpikir kritis sangat penting diterapkan bersama dengan

kurikulum 2013. Dimana dalam kurikulum 2013 siswa dituntut untuk aktif

dalam proses pembelajaran dan menempatkan guru hanya sebagai fasilitator.

Namun kenyataannya, masih banyak siswa yang belum terasah kemampuan

berpikir kritisnya dikarenakan guru belum menanamkan kemampuan berpikir

kritis kepada siswa. Untuk menanamkan kemampuan berpikir kritis siswa di

sekolah dasar, guru dapat berusaha untuk menerapkan model/metode/strategi/

pendekatan pembelajaran yang bervariatif dan inovatif agar siswa lebih

tertarik dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran Pentingnya

kemampuan berpikir kritis diajarkan pada sekolah dasar mulai dari kelas I

sampai kelas VI, karena kemampuan berpikir kritis akan merangsang

penalaran kognitif siswa dalam memperoleh pengetahuan.Berfikir kritis

siswa diperlukan, dikarenakan selama proses belajar siswa mengembangkan

ide pemikiran terhadap permasalahan yang terdapat di dalam pembelajaran

matematika dalam materi KPK dan FPB.


3

Wahidin (Ahmatika, 2017) menjelaskan beberapa manfaat yang diperoleh dari

pembelajaran yang menekankan pada proses keterampilan berpikir kritis, yaitu:

pertama Belajar lebih ekonomis, yakni bahwa apa yang diperoleh dan pengajarannya

akan tahan lama dalam pikiran siswa. Kedua Cenderung menambah semangat belajar

dan antusias belajar siswa. Dengan berfikir kritis diharapkan siswa dapat memiliki

sikap ilmiah, dan siswa memiliki kemampuan memecahkan masalah baik pada saat

proses belajar mengajar di kelas maupun dalam menghadapi permasalahan nyata

yang akan dialaminya. Mengingat banyaknya manfaat kemampuan berfikir kritis

terhadap pembelajaran siswa maka pada sekolah dasar memiliki peran penting dalam

melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Asumsinya jika dari sekolah dasar telah

dilatik untuk mampu berfikir secara kritis maka ke jenjang pendidikan yang lebih

tinggi akan dapat memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran khususnya

matematika

Pada kenyataannya, Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa

merupakan masalah yang krusial dalam pembelajaran matematika.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh sebuah organisasi dalam

naungan Organization Economic Cooperation and Development (OECD) yang

bernama Program for International Student Assesement (PISA) yang diadakan

setiap 3 tahun sekali sejak tahun 2000 mengenai sistem pendidikan dan

kemampuan dari siswa sekolah, ternyata Indonesia berada pada peringkat

terendah ke-2 dalam bidang ilmu matematika. Untuk menyelesaikan masalah

tersebut, perlu adanya suatu model pembelajaran yang inovatif dan dapat

mengaktifkan siswa di dalam kelas. Salah satu model yang dapat dilakukan

adalah dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL). Problem


4

Based Learning merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam

implementasi PBL ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa, siswa

tidak hanya mendengar, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran,

tetapi melalui model problem based learning (PBL) siswa menjadi aktif

berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya membuat

kesimpulan. Dengan bantuan model Problem Based Learning (PBL)

pembelajaran tidak akan pasif. Model ini dapat membuat siswa menjadi lebih

aktif,berfikir kritis, tidak bosan saat proses pembelajaran dan dapat

memberikan pembelajaran secara langsung dalam kehidupan sehar – hari.

Kelebihan model Problem Based Learning (PBL) ini adadalah dapat

melibatkan siswa secara aktif memecahkan masalah dan menuntut

keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi, Menjadikan siswa lebih mandiri

dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat dari orang lain,

menanamkan sikap sosial yang positif diantara siswa. Problem based learning

(PBL) ini menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran.

Artinya tanpa masalah pembelajaran tidak akan mungkin bisa berlangsung.

Berdasarkan temuan para ahli dan kondisi di lapangan maka pada

penelitian ini akan mengkaji tentang penggunaan model Problem Based

Learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas

IV sekolah dasar.

3. Rumusan Masalah
5

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana proses penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada

pembelajaran siswa kelas IV SD?

2. Bagaimana efektivitas penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada

pembelajaran siswa SD Kelas IV dilihat dari:

a. Peningkatan Kemampuan berpikir kritis

b. Ketutantasan belajarnya

c. Peningkatan aktivitas belajar siswa

3. Kendala apa yang dihadapi oleh Guru dan Siswa Kelas IV SD dalam

melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based

Learning (PBL) ?

4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

menelaah:

1. Proses penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada pembelajaran

siswa kelas IV SD.

2. Efektivitas penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada

pembelajaran siswa SD Kelas IV dilihat dari:

a. Peningkatan Kemampuan berpikir kritis

b. Ketutantasan belajarnya

c. Peningkatan aktivitas belajar siswa


6

3. Kendala apa yang dihadapi oleh Guru dan Siswa Kelas IV SD dalam

melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based

Learning (PBL)

5. Manfaat Penelitian

6. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan akan memperkaya proses pembelajaran di SD

khusunya mengenai model Problem Based Learning (PBL) dan dapat menambah

wawasan dan kompetensi penggunaan media pada pembelajaran matematika

kepada guru ketika akan mengajar menggunakan model Problem Based Learning

(PBL) dan dapat menjadikan suasana belajar menjadi lebih aktif serta dapat

membuat suasana belajar menjadi menyenangkan sehingga dapat tercapainya

tujuan pembelajaran.

7. Manfaat Praktis

1. Bagi Guru

Guru dapat menambah referensi berkaitan dengan pengembangan

bahan ajar mata pelajaran matematika yang dapat digunakan pada

pembelajaran matematika guna untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kritis pada mata pelajaran matematika.

2. Bagi Siswa

Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kritis siswa terutama pada mata pelajaran matematika.


7

3. Bagi Pembelajaran Matematika pada Umumnya

Sebagai salah satu sumber referensi bagi penelitian di bidang

pembelajaran matematika selanjutnya.

8. Definisi Operasional

Definisi operasional diperlukan untuk menghindari salah penafsiran


terhadap penelitian ini. Definisi operasional dalam peneltian ini adalah sebagai
berikut.
1. Model Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang

dirancang untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir

dan keterampilan mengatasi masalah .Problem based Learning

mempunyai langkah-langkah sebagai berikut :

a. Orientasi peserta didik kepada masalah,

b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar

c. Membimbing penyelidikan individu

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil diskusi, dan

e. Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

2. Berpikir kritis merupakan cara berpikir manusia untuk merespon

seseorang dengan menganalisis fakta untuk membentuk penilaian.

Indikator berpikir kritis sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi fokus masalah, pertanyaan, dan kesimpulan.

b. Menganalisis argumen.

c. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi atau tantangan.


8

d. Mengidentifikasi istilah keputusan dan menangani sesuai alasan.

e. Mengamati dan menilai laporan observasi.

f. Menyimpulkan dan menilai keputusan.

g. Mempertimbangkan alasan tanpa membiarkan ketidaksepakatan

atau keraguan yang menganggu pikiran.

3. Matematika adalah ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hierarkis, abstrak,

bahasa simbol yang padat anti dan semacamnya sehingga para ahli

matematika dapat mengembangkan sebuah sistem matematika.

Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu

kajian yang selalu menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan

karakteristik khususnya antara hakikat anak dan hakikat matematika.

Materi dalam penelitian ini adalah pembelajaran Matematika tentang

menemukan konsep kelipatan, faktor, KPK dan FPB.

9. Kajian Teori

1. Model Problem Based Learning (PBL)

a. Pengertian

Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang dapat

memberikan pengetahuan baru kepada peserta didik dengan menggunakan

masalah nyata sebagai bahan pembelajaran. Kemendikbud (Suherti&

Rohimah, 2017, hlm. 61) “PBL adalah pembelajaran yang menggunakan

masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari (otentik) yang bersifat terbuka


9

(open-ended) untuk diselesaikan oleh peserta didik untuk mengembangkan

keterampilan berpikir, keterampilan menyeleaikan masalah, keterampilan

sosial, keterampilan untuk belajar mandiri. Dan mengembangkan atau

memperoleh pengetahuan baru”. Model problem based learning dapat

mengembangkan keterampilan peserta didik dalam memecahkan

permasalahan.

Menurut Gagne (Suherti & Rohimah, 2017, hlm. 61) “ Model

Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang

menekankan pada terpaparnya masalah sebagai pemicu belajar, sehingga

belajar tidak lagi terkotak-kotak menurut bidang ilmu, tetapi terintegrasi

secara keseluruhan”. Kegiatan pembelajaran berdasarkan pada masalah

menumbuhkan kemampuan peserta didik dalam berpikir, dalam

belajarnyapun tidak hanya menurut bidang ilmu tetapi secara keseluruhan

sedangkan menurut Mulyasa (2016, hlm. 144- 145) “Problem Based

Learning merupakan model pembelajaran yang bertujuan merancang

peserta didik untuk belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam

kehidupan sehari-hari, dihubungkan dengan pengetahuan yang

dipelajarinya”. Model problem based learning dirancang secara inovatif

untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dengan

menemukan solusi yang tepat.

Problem based learning menurut Maufur (Romadoni, A, 2017, hlm.

31) Mengatakan bahwa model problem based learning melatih peserta

didik dalam menghadapi masalah pribadi atau masalah kelompok untuk


10

dapat dipecahkan. Peserta didik belajar untuk dapat memecahkan suatu

permasalahan dalam pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Suarni (Walfajri, R.U, 30 2019, hlm.17) “Model problem based learning

merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam

memecahkan masalah nyata”. Dengan dihadapkannya peserta didik pada

permasalahan mereka akan terbiasa untuk menyusun pengetahuan dan

pemahaman yang dimilikinya sebagai jawaban atas permasalahan sehingga

dapat meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik. Berdasarkan

pendapat para ahli di atas dapat disumpulkan bahwa, Problem Based

Learning adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah

kontekstual sebagai bahan pembelajaran, dengan menumbuhkan rasa ingin

tahu peserta didik agar merasa termotivasi dan mampu mencari informasi

yang dijadikan sebagai referensi untuk pemecahan masalah. Sehingga

peserta didik terbiasa untuk memecahkan permasalahan.

b. Langkah- Langkah

Model Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang

dirancang untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir

dan keterampilan mengatasi masalah .Problem based Learning

mempunyai langkah-langkah sebagai berikut :

1) Orientasi peserta didik kepada masalah,

2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar

3) Membimbing penyelidikan individu

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil diskusi, dan


11

5) Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

c. Karakteristik

Model Problem based learning memiliki Karakteristik yang menjadi salah

satu ciri dari model PBL yang dapat membedakan dari model

pembelajaran lainnya, seperti yang dikemukakan oleh Rusman (2016, hlm.

232-233) karakteristik model PBL adalah sebagai berikut:

a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar;

b. Permasalahan yang di angkat adalah permasalahan yang ada di

dunia nyata yang tidak terstruktur;

c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple

perspective);

d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa

sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi

kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;

e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;

f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya,

dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial

dalam PBL;

g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;

h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama

pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari

solusi dari sebuah permasalahan;


12

i. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari

sebuah proses belajar; dan

j. PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses

belajar.

Menurut Arends (Suherti & Rohimah, 2017, hlm. 70), Ada 5 tahapan

utama model problem based learning dimulai dari guru memperkenalkan

konteks masalah pada peserta didik dan diakhiri dengan menyajikan

analisis hasil kerja peserta didik.

Tabel 2 Sintaks Model Problem Based Learning

Sintaks Model PBL Kegiatan Guru

Tahap 1 Menjelaskan tujuan pembelajaran,

Memberikan orientasi tentang menjelaskan kebutuhan-kebutuhan

permasalahan pada siswa yang diperlukan, dan memotivasi

siswa agar terlibat pada kegiatan

pemecahan masalah.

Tahap 2 Membantu siswa menentukan dan

Mengorganisasi siswa untuk mengatur tugas belajar yang

meneliti berkaitan dengan masalah yang

diangkat.

Tahap 3 Mendorong siswa untuk

Membimbing penyelidikan siswa mengumpulkan informasi yang

secara mandiri maupun sesuai, melaksanakan eksperimen

pekelompok untuk mendapatkan penjelasan dan


13

pemecahan masalah.

Tahap 4 Mengembangkan dan Membantu siswa dalam

menyajikan hasil karya merencanakan dan menyiapkan

karya yang sesuai, seperti laporan,

video, model; dan membantu siswa

dalam berbagi tugas dengan

temannya untuk menyampaikan

kepada orang lain.

Tahap 5 Membantu siswa melakukan

refleksi Menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan

masalah dan mengadakan evaluasi

terhadap penyelidikan dan proses-

proses belajar yang mereka

lakukan.

d. Kelebihan dan Kelemahan

penerapan model Problem Based Learning memiliki beberapa kelebihan,

sebagai berikut.

1) Fokus kebermakna, bukan fakta (deep versus surface learning),

2) Meningkatkan kemampuan siswa untuk berinisiatif,

3) Pengembangan keterampilan dan pengetahuan,

4) Pengembangan keterampilan interpersonal dan dinamika

kelompok,
14

5) Pengembangan sikap (selfmotivated),

6) Tumbuhnya hubungan siswafasilitator,

7) Jenjang penyampaian pembelajaran dapat ditingkatkan.

Di samping memiliki kekuatan, menurut Nurhadi (2004:110) model

Problem Based Learning juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya

sebagai berikut.

1) Pencapaian akademik dari individu siswa,

2) Waktu yang diperlukan untuk implementasi,

3) Perubahan peran siswa dalam proses,

4) Perubahan peran guru dalam proses,

5) Perumusan masalah yang baik”.

2. Kemampuan berpikir krtis

a. Pengertian

Proses berpikir merupakan suatu proses yang dilakukan oleh

seseorang yang dilakukan ketika ia menghadapi suatu permasalahan.

Proses berpikir dimulai dengan pemahaman terhadap permasalahan yang

dihadapi. Pada saat seseorang menghadapi persoalan, pertama-tama ia

melibatkan proses sensasi, yaitu menangkap tulisan, gambar atau suara.

Selanjutnya ia mengalami proses persepsi, yaitu membaca, mendengar,

dan memahami apa yang diminta dalam persolan tersebut. Pada saat itu

pun, sebenarnya ia melibatkan proses memorinya untuk memahami istilah-

istilah baru yang ada pada persoalan tersebut, atau pun melakukan recall

dan recognition ketika yang dihadapinya adalah persoalan yang sama pada
15

waktu lalu, Matlin (Maulana, 2008). Proses berpikir berkaitan erat dengan

apa yang terjadi di dalam otak manusia, berpikir berkaitan dengan fakta-

fakta yang ada dalam dunia, berpikir mungkin bisa divisualisasikan, dan

berpikir (manakala diekspresikan) bisa diobservasi dan dikomunikasikan

(Suryadi, 2005). Jadi dapat dimaknai bahwa proses berpikir merupakan

proses yang sering terjadi dalam aktivitas mental seseorang yang berfungsi

untuk menyelesaikan masalah, membuat keputusan, serta mencari

pemahaman.

Menurut Adinda (dalam Azizah, dkk:2018) Orang yang mampu

berpikir kritis adalah orang yang mampu menyimpulkan apa yang

diketahuinya, mengetahui cara menggunakan informasi untuk

memecahkan permasalahan, dan mampu mencari sumber-sumber

informasi yang relevan sebagai pendukung pemecahan masalah. Orang

yang mampu berpikir kritis adalah orang yang mampu menyimpulkan apa

yang diketahuinya, mengetahui cara menggunakan informasi untuk

memecahkan suatu permasalahan, dan mampu mencari sumber-sumber

informasi yang relevan sebagai pendukung pemecahan masalah (Rahma,

2017:17).

Menurut Rasiman dan Kartinah (dalam Irdayanti:2018) Berpikir

kritis dapat dipandang sebagai kemampuan berpikir siswa untuk

membandingkan dua atau lebih informasi, misalkan informasi yang

diterima dari luar dengan informasi yang dimiliki. Menurut Wulandari

(2017:39) berpikir kritis adalah aktivitas mental individu untuk membuat


16

keputusan dalam memecahkan masalah yang dihadapi dengan berbagai

informasi yang sudah diperoleh melalui beberapa kategori . Menurut

Ratnaningtyas (2016:87) “Seseorang yang berpikir kritis dapat dilihat dari

bagaimana seseorang itu menghadapi suatu masalah.” Begitu juga dengan

pendapat Lestari (2016:14) berpikir kritis adalah kegiatan berpikir secara

sistematis yang memungkinkan seseorang untuk merumuskan dan

mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri.

Jadi, seseorang dalam berpikir kritis itu menggunakan pemikiran

yang masuk akal untuk memutuskan apa yang harus dilakukan sesuai

dengan kemampuan intelektualnya (Febriani, 2015:26). Menurut

(Rifqiyana, 2015:27) ketika siswa berpikir kritis dalam matematika,

mereka membuat keputusan-keputusan yang beralasan atau pertimbangan

tentang apa yang dialakukan dan dipikirkan.

b. Indikator

Indikator berpikir kritis dapat dilihat dari karakteristiknya,

sehingga dengan memiliki karakteristik tersebut seseorang dapat dikatakan

telah memiliki kemampuan berpikir kritis. Indikator berpikir kritis

menurut Wowo (dalam Hadi:2016) sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi fokus masalah, pertanyaan, dan kesimpulan.

2. Menganalisis argumen.

3. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi atau tantangan.

4. Mengidentifikasi istilah keputusan dan menangani sesuai alasan.

5. Mengamati dan menilai laporan observasi.


17

6. Menyimpulkan dan menilai keputusan.

7. Mempertimbangkan alasan tanpa membiarkan ketidaksepakatan

atau keraguan yang menganggu pikiran.

Menurut Ennis (2011:2) terdapat 12 indikator kemampuan

berpikir kritis yang dirangkum dalam 5 tahapan yaitu sebagai berikut.

1. Klarifikasi dasar (basic clarification) Tahapan ini terbagi menjadi tiga

indikator yaitu :

(1) merumuskan pertanyaan,

(2) menganalisis argumen,

(3) menanyakan dan menjawab pertanyaan.

2. Memberikan alasan untuk suatu keputusan (the bases for the decision)

Tahapan ini terbagi menjadi dua indikator yaitu

(1) menilai kredibilitas sumber informasi dan

(2) melakukan observasi dan menilai laporan hasil observasi.

3. Menyimpulkan (inference) Tahapan ini terdiri atas tiga indikator

(1) membuat deduksi dan menilai deduksi,

(2) membuat induksi dan menilai induksi,

(3) mengevaluasi

4. Klarifikasi lebih lanjut (advanced clarification) Tahapan ini terbagi menjadi

dua indikator yaitu

(1) mendefinisikan dan menilai definisi dan

(2) mengidentifikasi asumsi.


18

3. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

a. Pengertian

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar

yang mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan. Kegiatan

tersebut adalah belajar dan mengajar. Kedua aspek ini akan berkolaborasi

secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara siswa

dengan guru, antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan lingkungan

disaat proses pembelajaran berlangsung. Kolaborasi guru dan siswa sangat

berperan penting di dalam proses pembelajaran agar tercipta suasana yang

kondusif dan menyenangkan.

Belajar merupakan suatu proses dari tidak tahu menjadi tahu atau

berubahnya tingkah laku (kognitif dan afektif) yang bersifat positif. Menurut

R.Gagne, dalam buku teori belajar pembelajaran di sekolah dasar, belajar

adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,

keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Selain itu, Gagne menekankan

bahwa belajar sebagai suatu upaya memperoleh pengetahuan atau

keterampilan melalui intruksi.Oleh karena itu dengan seseorang belajar

maka ia akan memperoleh pengetahuan yang telah diarahkan oleh seorang

guru. Sedangkan menurut Hamalik, belajar adalah suatu proses perubahan

tingkah laku individu atau seseorang melalui interaksi dengan

lingkungannya.27 Dengan adanya pengalaman atau latihan maka dapat

mengakibatkan perubahan tingkah laku dari segi kognitif, afektif maupun

psikomotorik. Salah satu pembelajaran yang berkaitan dengan pelatihan


19

dalam kehidupan sehari-hari adalah pembelajaran matematika.

Matematika merupakan ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol,

maka konsep-konsep matematika harus dipahami terlebih dahulu sebelum

memanipulasi simbol-simbol itu. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika adalah perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan berpikir

atau menalar.

b. Ruang lingkup

Pembelajaran matematika di sekolah diarahkan pada pencapaian

standar kompetensi dasar oleh siswa. Kegiatan pembelajaran matematika

tidak berorientasi pada penguasaan materi matematika semata, tetapi

materi matematika diposisikan sebagai alat dan sarana siswa untuk

mencapai kompetensi. Oleh karena itu, ruang lingkup mata pelajaran

matematika yang dipelajari di sekolah disesuaikan dengan kompetensi

yang harus dicapai siswa.

Standar kompetensi matematika merupakan seperangkat

kompetensi matematika yang dibakukan dan harus ditunjukkan oleh siswa

sebagai hasil belajarnya dalam mata pelajaran matematika. Standar ini

dirinci dalam kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok, untuk setiap

aspeknya. Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada aspek

tersebut didasarkan menurut kemahiran atau kecakapan yang hendak ingin

di capai.

Merujuk pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

harus dicapai siswa maka ruang lingkup materi Matematika yaitu KPK
20

(Kelipatan persekutuan terKecil) dan FPB (Faktor persekutuan terBesar)

menggunakan

a) Bilangan Prima

b) Faktor dan Faktorisasi Prima

c) Kelipatan

c. Tujuan

Matematika merupakan bidang studi yang ada pada smeua jenjang

pendidikan. Tujuan pembelajaran matematika di sekolah bertujuan agar

siswa tidak hanya terampil menggunakan matematika, tetapi agar siswa

memperoleh kemampuan menalar dalam penerapan matematika di

kehidupan sehari-hari.

4. Materi Matematika Kelas IV di Sekolah Dasar

1. Bilangan Prima, Faktor dan Faktorisasi Prima, Kelipatana.

a. Bilangan Prima

Jika suatu bilangan membagi habis bilangan lain, maka bilangan

yang membagi disebut faktor dari bilangan yang dibagi.

Disepakati faktor suatu bilangan adalah bulat positif.Faktorisasi

sebuah bilangan adalah setiap uangkapan dari suatu bilangan

sebagai hasil kali dari serangkaian faktor. Berikut contoh

beberapa faktorisasi dari 36:

36= 1 x 36

36= 2 x 18

36= 3 x 12
21

36= 4 x 9

36= 2 x 2 x 9

36= 2 x 2 x 3 x 3

Suatu faktorisasi yang setiap faktornya adalah bilangan prima

disebuat faktorisasi prima.

b. Faktor dan Faktorisasi Prima

Faktor adalah bilangan yang dapat membagi habis suatu

bilangan, contoh faktor dari 18 adalah 1, 2, 3, 6, 9, 18. Faktor

persekutuan dari dua bilangan adalah faktor-faktor dari dua

bilangan tersebut yang bernilai sama.

c. Kelipatan

Kelipatan persekutuan dari dua bilangan adalah kelipatan-

kelipatan dari dua bilangan tersebut yang bernilai sama.32

Seperti kelipatan 4 adalah = (4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40,

44) sedangkan kelipatan 8 adalah = (8, 16, 24, 32, 40, 48, 56).

Kelipatan pesekutuannya adalah 8, 16, 24, 32 (kelipatan yang

sama dari 4 dan 8), nilai yang terkecil adalah 8 sehingga KPK

nya adalah 8.

2. Menentukan FPB dan KPK

a. Menentukan FPB

Terdapat beberapa cara untuk menentukan FPB dari dua atau

lebih bilangan.

Cara 1
22

 Buat himpunan yang berisi faktor-faktorisasi bilangan-

bilangan yang akan dicari FPB nya.

 Dari kedua himpunan faktor-faktor tersebut, tentukan

faktor persekutuan terbesarnya.

Cara 2

 Tentukan faktorisasi prima dari bilangan-bilangan yang

akn dicari FPB nya.

 FPB dari dua atau lebih bilangan adalah hasil kali dari

faktor-faktor prima yang sama dengan mengambil

pangkah terendah.

b. Menentukan KPK

Terdapat beberapa cara untuk menentukan KPK dari dua atau

lebih bilangan

Cara 1

 Buat himpunan yang berisi kelipatan bilangan-bilangan

yang dicari KPK nya.

 Dari kedua himpunan kelipatan tersebut, tentukan kelipatan

persekutuannya.

Cara 2

 Tentukan faktorisasi prima dari bilangan-bilangan yang akan

dicari KPK nya.

 KPK dari dua bilangan atau lebih adalah hasil kali dari

faktor-faktor prima yang berbeda dengan mengambil


23

pangkat tertinggi.

10. Hipotesis

Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis yang signifikan terhadap

siswa kelas IV Sekolah Dasar setelah belajar menggunakan model problem based

learning.

11. Metode dan Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed methods.

Mixed methods research design (rancangan penelitian metode campuran)

merupakan suatu prosedur dalam mengumpulkan, menganalisis, dan

“mencampur” metode kuantitaif dan kualitatif dalam suatu penelitian atau

serangkaian penelitian untuk memahami permasalahan dalam penelitian ,Creswell

& Plano Clark (2015).

Pada penelitian ini desain yang digunakan yaitu the explanatory

sequential. Desain explanatory sequential merupakan cara pengumpulan data

yang diawali dengan pengumpulan data kuantitatif kemudian dilanjutkan

pengumpulan data kualitatif untuk membantu menganalisis data yang diperoleh

secara kuantitatif, sehingga hasil penelitian dengan desain ini bersifat menjelaskan

suatu gambaran umum (generalisasi). Berikut merupakan desain explanatory

sequential.
24

Gambar 1. Desain Explanatory Sequential


Sumber: Creswell dan Plano Clark (2015)

Pada penelitian ini metode kuantitaif untuk menjawab rumusan masalah ke

dua yaitu tentang bagaimana efektivitas penerapan Model Problem Based

Learning pada pembelajaran siswa SD Kelas IV dilihat dari peningkatan

kemampuan berpikir kritis , ketutantasan belajarnya, dan peningkatan aktivitas

belajar siswa. Metode kuantitatif pada penelitian ini menggunakan eksperimen

dengan one group pretest-posttest design. Adapun desain one group pretest-

posttest adalah sebagi berikut:

O X O

Gambar 3. Desain One Group Pretest-Posttest

Berdasarkan gambar tersebut O sebelum X adalah pretest mengenai

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, X pada gambar tesebut adalah

perlakuan yaitu proses pembelajaran menggunakan model problem based

learning dan O setelah X yaitu posttest mengenai meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa.

Metode kualitatif pada penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah ke

satu dan ke tiga yaitu tentang bagaimana proses penerapan model problem based

learning pada pembelajaran siswa kelas IV SD dan Kendala apa yang dihadapi

oleh Guru dan Siswa Kelas IV SD dalam melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan model problem based learning .Tujuannya dari metode kualitatif


25

yaitu sebagai tindak lanjut dari hasil kuantitatif untuk membantu menjelaskan

hasil kuantitatif.

12. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD IT DARUNNAJAH yang

berjumlah 18 siswa yang teridiri dari 10 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.

SD IT DARUNNAJAH berlokasi di Jl. ladar Kp. Ciptakarya RT.05 RW.07,

Laksanamekar, Kec. Padalarang, Kab. Bandung Barat Prov. Jawa Barat .

13. Instrumen Penelitian

Intrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Tes

Tes merupakan sederetan pertanyaan atau latihan atau alat yang

digunakan unuk mengukur keterampilan, pengukuran intelegensi, kemampuan

atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Dalam penelitian dan

pengembangan, pengumpulan data dengan test dapat dilakukan untuk mengetahui

kondisi awal objek sebelum diberi perlakuan dengan menggunakan produk baru

(pretest) dan setelah dilakukan perlakuan dengan produk baru (posttest).

Bentuk tes yang akan digunakan pada penelitian ini adalah tes (isisan) yang

berjumlah 5 soal dan non tes siswa diberikan angket dengan prosedur tesnya
26

yaitu pretest dan posttest. Tujuan dari instrumen tes ini adalah untuk memperoleh

data tentang variabel terikat yaitu kemampuan berpikir kritis siswa.

Pengumpulan data dengan tes dilakukan dengan cara memberi sejumlah

pertanyaan kepada subyek yang diteliti untuk dijawab. Jawaban terhadap

instrument tes adalah “benar dan salah” bukan “baik dan buruk”. Data hasil test

berupa data kuantitatif/angka. Ada dua macam tes yang sering digunakan

pengembangan yaitu pretest dan posttest. Dalam penelitian dan pengembangan

pengumpulan data dengan pretest digunakan untuk mengetahui kondisi awal

subyek sebelum diberi perlakuan dengan menggunakan produk tertentu.

Selanjutnya posttest digunakan untuk mengetahui kondisi subyek setelah diberi

perlakuan dengan produk tertentu. Perbandingan antara nilai pretest dan posttest

merupakan pengaruh produk terhadap variabel dependen dari subyek

2. Skenario Pembelajaran

Skenario pembelajaran pada penelitian ini yaitu pembelajaran

menggunakan model problem based learning dengan langkah-langkah

pembelajaran sesuai dengan model problem based learning yaitu:

1) Orientasi peserta didik kepada masalah,

2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar

3) Membimbing penyelidikan individu

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil diskusi, dan

5) Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

3. Observasi
27

Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiono mengatakan bahwa observasi

merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai

proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses- proses

pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan

bila, peneliti berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam

dan bila respon yang diamati tidak terlalu besar.

Data yang diteliti dalam observasi ini yaitu guru, peserta didik, dan media

yang digunakan dalam pembelajaran matematika pada materi KPK (Kelipatan

Persekutuan Terkecil) dan FPB (Faktor Persekutuan Terbesar)

Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana proses penerapan model

Problem Based Learning untuk meningkatkan berpikir kritis siswa kelas IV SD.

4. Wawancara

Menurut Larry Cristensen dalam Sugiono menyatakan bahwa

wawancara merupakan teknik pengumpulan data di mana pewawancara

(peneliti atau yang diberi tugas melakukan pengumpulan data) dalam

mengumpulkan data mengajukan suatu pertanyaan kepada yang

diwawancarai. Wawancara (interview) digunakan oleh peneliti untuk menilai

keadaan seseorang. Wawancara juga digunakan sebagai teknik pengumpulan

data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan dan potensi yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui pendapat, keinginan dan hal-hal lain dari responden yang lebih

mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data

ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau
28

setidak-tidaknya pada pengetahuan dana tau keyakinan pribadi.

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti saat ini adalah wawancara

terstruktur dengan pertanyaa-pertanyaan terstruktur yang telah disiapkan

sebelumnya.

Tujuan dari wawancara adalah untuk mengetahui kendala-kendala yang

dihadapi guru dan siswa kelas IV selama proses pembelajaran menggunakan

model Problem Based Learning untuk meningkatkan berpikir kritis siwa.

14. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 2. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini diawali dari perumusan masalah/potensi kemudian

dilanjutkan dengan landasan teori dan hipotesis dari berbagai sumber tentang

variabel bebas dan variabel terikat kemudian dilanjutkan menyusun hipotesis


29

penelitian, setelah proses penelitian dilakukanlah memperdalam dan memperluas

data kuantitatif.

15. Prosedur Pengolahan Data

Pada penelitian ini terdapat dua jenis pengolahan data untuk menjawab rumusan

masalah penelitian. Dua jenis prosedur perngolahan data pada penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Prosedur Pengolahan Data Kuantitatif

Pengolahan dan analisis data kuantitatif pada penelitian ini berbantuan

aplikasi SPSS dengan menggunakan Uji perbedaan rata-rata (uji t) dari data

pretets dan posttets untuk mengetahui efektivitas model Problem Based Learning

terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SD.

2. Prosedur Pengolahan Data Kualitatif

Pengolahan data kualitatif pada penelitian ini yaitu mengolah data dari

instrumen lembar observasi dan wawancara Miles & Huberman dalam Gunawan

(2013, hlm. 210) mengemukakan tiga tahapan yang harus dilakukan dalam

menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu reduksi data (data reduction),

penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data

(conclusion drawing/verification).

1) Reduksi Data (data reduction),

Reduksi data merupakan tahap dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi

data merupakan penyederhanaan, penggolongan, dan membuang yang

tidak perlu data sedemikian rupa sehingga data tersebut dapat


30

menghasilkan informasi yang bermakna dan memudahkan dalam

penarikan kesimpulan. Banyaknya jumlah data dan kompleksnya data,

diperlukan analisis data melalui tahap reduksi. Tahap reduksi ini dilakukan

untuk pemilihan relevan atau tidaknya data dengan tujuan akhir

2) Display Data (data display)

Display data atau penyajian data juga merupakan tahap dari teknik analisis

data kualitatif. Penyajian data merupakan kegiatan saat sekumpulan data

disusun secara sistematis dan mudah dipahami, sehingga memberikan

kemungkinan menghasilkan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif

bisa berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik,

jaringan ataupun bagan. Melalui penyajian data tersebut, maka nantinya

data akan terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga

akan semakin mudah dipahami.

3) Kesimpulan dan Verifikasi (conclusion drawing/verification)

Penarikan kesimpulan dan verifikasi data merupakan tahap akhir dalam

teknik analisis data kualitatif yang dilakukan melihat hasil reduksi data

tetap mengacu pada tujuan analisis hendak dicapai. Tahap ini bertujuan

untuk mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan,

persamaan, atau perbedaan untuk ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari

permasalahan yang ada.

16. Jadwal Penelitian

Rencana jadwal penelitian ini adalah sebagai berikut.


31

Tabel 1. Jadwal Penelitian


Bulan Ke-
Kegiatan
1 2 3 4 5 6
Penyusunan Proposal
Penelitian
Penyusunan instrumen
penelitian
Pelaksanaan uji instrumen
penelitian
Pelaksanaan penelitian

Pengolahan dan analisis data


penelitian
Interpretasi hasil penelitian

Penarikan kesimpulan

17. Daftar Pustaka

Dw ayu indri wijayanti, p. ,. (2021). analisis kemampuan berpikir kritis siswa


kelas V dalam pembelajaran IPA Di 3 SD GUGUS X Kecamatan
buleleng. e-journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 2.
Haryanti, Y. D. (2017). model problem based learning membangun kemampuan
berpikir kritis siswa Sekolah dasar. jurnal cakrawala pendas, 57.
Nasaruddin, N. (2019). karakteristik dan ruang lingkup pembelajaran matematika
di sekolah dasar. researchGate, 67-68.
Putra, T. J. (2020). penerapan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran
matematika untuk meningkatkan pemahaman konsep dan berpikir kritis .
academia , 32.
Rindu Rahayu. (2016). “Media Pemahaman Konsep KPK dan FPB Bagi Siswa
Kelas IV Sekolah Dasar Berdasarkan Analisis Permainan Congklak”.
Artikel. Universitas Pendidikan Indonesia.
Rahmah Kusmullah, (2020). “Pengembangan Media Dakon MAtematika
(Dakota) Pada Materi FPB dan KPK Untuk Meningkatkan Minat
Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Paccerakkang”. Jurnal diakses pada
tanggal 16 Nopember 2021, dari
32

Nuryanti, L., Zubaidah, S., & Diantoro, M. (2018). Analisis kemampuan berpikir
kritis siswa SMP. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan, 3(2), 155-158.
Dr.Umar sidiq, M. D. (2019). Metode penelitian kualitatif di bidang pendidikan.
Jl. Pramuka 139 Ponogoro: CV. NATA KARYA.
Haryanti, Y. (2017). Model problem based learning membangun kemampuan
berpikir kritis siswa sekolah dasar . jurnal cakrawala pendas, 2.
sulistiani, E. M. (2017). Pentingnya berpikir kritis dalam pembelajaran
matematika untuk menghadapi tantanganan MEA. In prisma, prosding
Seminar Nasional Matematika, 605-612.
selvina wahyu prameswari, suharno, & sarwanto. (2018). Pentingnya berpikir
keitis untuk siswa sekolah dasar. national seminar on elementari
education, 2.
Wahyuni, N. P. S., Widiastuti, N. L. G. K., & Santika, I. G. N. (2022). IMPLEMENTASI
METODE EXAMPLES NON EXAMPLES DALAM PEMBELAJARAN
DARING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA SD. Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti, 9(1), 50-61.

Anda mungkin juga menyukai