Anda di halaman 1dari 6

|47

Jurnal Kalacakra
Volume 03, Nomor 02, 2022, pp: 47~ 52
ISSN: p-ISSN 2723-7389 e-ISSN 2723-7397
e-mail: jurnalkalacakra@untidar.ac.id, website: https://jurnal.untidar.ac.id/index.php/kalacakra/index

DINAMIKA DAN KRISIS TOLERANSI DI INDONESIA DALAM ERA DISRUPSI

Filza Marnia Hazwani 1a), Matang2b)


1
Universitas Muhammadiyah Riau, Pekanbaru, Indonesia
2
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia
e-mail: a)filzamarniahazwani060701@gmail.com, b)matang@upi.edu

Received: 12 Juli 2022 Revised: 20 Juli 2022 Accepted: 21 Juli 2022

ABSTRAK
Dengan perkembangan zaman yang memasuki era disrupsi, perubahan terjadi lebih cepat dari
sebelumnya dan tidak dapat dikendalikan yang pada akhirnya berdampak pada dinamika toleransi di
Indonesia. Memasuki era disrupsi dimana salah satu perubahan terbesar adalah keberadaan media sosial.
Namun, meski media sosial bisa menjadi alat pemersatu yang kuat, media sosial juga bisa menjadi
penyebab banyaknya isu isu intoleransi yang beredar dan berdampak pada ideologi. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana toleransi di Indonesia pada era disrupsi khususnya di
media sosial (medsos), menunjukkan bagaimana era disrupsi sangat berpengaruh pada dinamika toleransi
di Indonesia. Penulisan artikel ini menggunakan metode studi literatur yang bersumber dari literatur-
literatur yang terkait atau berhubungan dengan toleransi dan era disrupsi yang kemudian dianalisis
muatan isinya. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi pada era disrupsi
menjadi penyebab hilangnya sikap toleransi generasi penerus bangsa serta memudarnya nilai ke-
bhinekaan pada masyarakat. Karena dengan perkembangan digitalisasi, informasi apa saja dapat diakses
oleh siapa saja. Isu-isu hoaks dan provokasi secara mudah bisa di temukan di media sosial dan dapat
menjerat para pengguna yang tidak bijak dalam bermedia sosial. Sehingga menyebabkan masyarakat
tidak lagi menghargai dan menerima keberagaman yang ada di Indonesia.

Kata Kunci: Dinamika, Era Disrupsi, Krisis, Media sosial, Toleransi

ABSTRACT

With the development of the era that is entering the era of disruption, change occurs faster than before
and cannot be controlled which ultimately has an impact on the dynamics of tolerance in Indonesia. We
are entering an era of disruption where one of the biggest changes is the existence of social media.
However, although social media can be a powerful unifying tool, it can also be the cause of many issues
of intolerance that are circulating and have an impact on ideology. The purpose of this study is to find out
and describe how tolerance in Indonesia in the era of disruption, especially in social media, shows how
the era of disruption greatly influences the dynamics of tolerance in Indonesia. The writing of this article
uses a literature study method that is sourced from related literature or related to tolerance and the era of
disruption which is then analyzed for its contents. The results of this study are the changes that occurred
in the era of disruption to the cause of the loss of tolerance for the next generation and the waning of the
value of diversity in society. Because with the development of digitalization, any information can be
accessed by anyone. Hoax and provocation issues can easily be found on social media and can ensnare
users who are not wise in using social media. This causes people to no longer respect and accept the
diversity that exists in Indonesia.

Keywords: Crisis, Dynamics, Era of Disruption, Social media, Tolerance

PENDAHULUAN tingkat keanekaragaman yang kompleks


Indonesia disematkan sebagai negara (Elhefni & Wahyudi, 2017). Indonesia
multikultural, karena Indonesia memiliki sendiri merupakan negara yang di dalamnya

Jurnal Kalacakra, Volume 3, Nomor 2


|48

terdapat berbagai suku, agama, ras, dan dalam masyarakat sesuai dengan keyakinan
antargolongan. Sebagai negara yang yang dianut (Alwi, et al. 2002: 919).
memiliki masyarakat beragam atau Penelitian ini dilakukan tidak terlepas
multikultur sudah seharusnya masyarakat dari hasil penelitian - penelitian terdahulu
Indonesia bisa jauh lebih berinovasi dan yang pernah dilakukan sebagai bahan
lebih kreatif dalam berbagai macam perbandingan dan kajian. Adapun hasil -
gagasan dan ide yang berbeda. Namun hasil penelitian yang dijadikan
sangat disayangkan hal ini juga menjadi perbandingan tidak terlepas dari topik
salah satu penyebab Indonesia rentan penelitian yaitu mengenai dinamika
terhadap konflik- konflik antar suku, agama toleransi yang ada di Indonesia terlebih
dan konflik lainnya yang berkaitan dengan pada era disrupsi. Fikri (2019) melakukan
perbedaan. penelitian dengan tujuan mendeskripsikan
Revolusi digital yang terjadi sekarang pengaruh globalisasi dan era disrupsi
ini menjadi salah satu penyebab terkikisnya terhadap pendidikan dan nilai - nilai
sikap toleransi di Indonesia (Louhenapessy, keislaman sebagai berikut. Globalisasi telah
2021). Konflik sosial yang terjadi di menghilangkan sekat-sekat antar negara,
Indonesia baik di dunia nyata maupun dunia globalisasi juga telah mempersatukan dunia
maya kerap kali berkaitan dengan sikap dalam satu komunitas “perkampungan
intoleransi antar umat beragama, terlebih dunia” atau global village. Kesatuan
lagi di era digitalisasi ini. Sebuah era komunitas dalam perkam-pungan dunia itu
dimana masyarakat dapat terkoneksi secara hampir mencakup seluruh aspek kehidupan.
digital dan sangat bergantung pada akses Aspek-aspek itu telah mempengaruhi ke-
internet. Hal ini menjadi penyebab hidupan manusia, baik dalam skala pribadi,
hilangnya sikap toleransi generasi penerus keluarga, dan masyarakat, bahkan dalam
bangsa serta memudarnya nila ke- skala antar budaya, agama, profesi, dan
bhinekaan pada masyarakat. Dengan bahkan antar bangsa. Era disrupsi
perkembangan digitalisasi, informasi apa merupakan bagian dari globalisasi, sebagai
saja dapat diakses oleh siapa saja termasuk akibat dari digitalisasi dan evolusi
isu hoaks dan provokasi secara mudah bisa teknologi. Untuk itu, tujuan penelitian ini
di temukan di media sosial. Isu hoaks dan untuk mengetahui dan mendeskripsikan
provokasi ini dapat menjerat para pengguna bagaimana toleransi di Indonesia pada era
yang tidak bijak dalam bermedia sosial, disrupsi khususnya di media sosial
sehingga menyebabkan masyarakat tidak (medsos), menunjukkan bagaimana era
lagi menghargai dan menerima disrupsi sangat berpengaruh pada dinamika
keberagaman yang ada di Indonesia. toleransi di Indonesia.
Bukan tidak mungkin mengambil
langkah untuk mencegah terjadinya METODE PENELITIAN
perilaku intoleran di media sosial.
Pengguna dapat menghindari jenis Penulisan artikel ini menggunakan
ekstremisme, radikalisme, dan ujaran metode kualitatif dengan teknik studi
kebencian yang telah dikaitkan dengan literatur yang bersumber dari jurnal, artikel
insiden sebelumnya. Ekstremisme sendiri dan buku-buku yang terkait atau
merupakan sebuah konsep yang terlalu berhubungan dengan toleransi dan era
diyakini dan dapat melanggar hukum, disrupsi. Melakukan pencarian semua
sedangkan radikalisme adalah paham atau literatur melalui google cendekia (scholar)
aliran yang menginginkan perubahan atau dengan menggunakan kata kunci “Krisis”,
pembaharuan sosial dan politik dengan cara “Toleransi”, “Era disrupsi”. Penelitian
kekerasan atau drastis. Paham ini kualitatif merupakan penelitian yang
menganggap apa yang diyakini sebagai berfungsi untuk meneliti masalah sosial
suatu kebenaran yang harus disebarluaskan manusia. Penelitian akan dilaporkan
kepada masyarakat agar terjadi perubahan berdasarkan pandangan data dan analisa

Jurnal Kalacakra, Volume 3, Nomor 2


|49

yang peneliti dapatkan di lapangan, dan tindakan orang lain selama itu dalam batas-
kemudian akan di deskripsikan ke dalam batas tertentu. Toleransi adalah tanda niat
bentuk laporan secara rinci (Creswell, baik antara pihak-pihak yang ingin
2016). Studi Literatur merupakan cara menghindari perselisihan yang tidak
untuk menyelesaikan persoalan dengan berguna.
menelusuri sumber-sumber tulisan dan Jika dibuat ibarat, demokrasi dan
penelitian yang pernah dibuat sebelumnya. toleransi adalah seperti dua sisi berbeda dari
Dengan kata lain, Studi Literatur ini juga keping uang yang sama. Satu sama lain
dikenal dengan sebutan studi pustaka. saling melengkapi dan menggenapkan. Jika
salah satu dari keduanya tiada, maka lenyap
HASIL DAN PEMBAHASAN pula kekuatan yang satunya. Demokrasi
tanpa toleransi akan memunculkan situasi
Dinamika Krisis Toleransi di Indonesia yang barbar dan otoritarianistik, sedangkan
Krisis merupakan suatu peristiwa atau toleransi tanpa demokrasi akan melahirkan
keadaan dimana mengarah pada situasi atau toleransi semu yang rentan memunculkan
kondisi yang tidak stabil dan berbahaya konflik-konflik (Safei, 2017).
yang berpengaruh terhadap individu, Toleransi di Indonesia semakin
kelompok, komunitas, atau seluruh memudar. Konflik antar suku, agama, ras,
masyarakat (Rijanta, et al. 2018). Dalam dan antar golongan (SARA) sering terjadi
urusan keamanan, sosial bahkan lingkungan di Indonesia. Konflik horizontal tidak hanya
kriris dianggap membawa dampak negatif terjadi menjelang tahun politik, tetapi juga
apabila terjadi secara tiba-tiba atau tanpa dapat dengan mudah dipicu oleh isu-isu
peringatan. Krisis biasa dikenal dengan sepele. Masalah intoleransi di masyarakat
istilah "peristiwa darurat". semakin meningkat. Mengembalikan
Krisis sering berhubungan dengan semangat toleransi adalah sesuatu yang
tekanan psikologis. Dalam beberapa budaya membutuhkan banyak keberanian dan
krisis memiliki makna yang berbeda, dalam kerjasama dari seluruh pelosok tanah air.
budaya barat, krisis sering digunakan dalam Salah satu penyebab utama meningkatnya
memberikan gambaran atau pengalaman konflik di Indonesia adalah kesenjangan
yang menakutkan yang penuh antara ideologi dan praktik bangsa dan
ketidakpastian. Sedangkan dalam budaya pemerintah. Indonesia telah melalui proses
oriental seperti di Cina, krisis memiliki Reformasi selama 20 tahun dan terus
makna bahaya dan peluang (karakter Cina menghadapi beberapa masalah yang
yang digunakan adalah Wei dan Chi). Pada mengkhawatirkan. Sikap apatis dan
umumnya, krisis merupakan situasi atau pragmatisme telah merajalela di hampir
kondisi sistem yang kompleks (baik sistem semua lini kehidupan.
keluarga, ekonomi, masyarakat) yang mana Dari kondisi tersebut, diperlukan
keputusan akan segera diambil ketika gerakan nasional untuk mengembalikan
sistem tersebut tidak berfungsi dengan baik, karakter solidaritas dan cita-cita para
tetapi penyebabnya tidak segera founding fathers bangsa. Sebuah gerakan
diidentifikasi. terencana yang tidak hanya didasarkan pada
Berbicara tentang toleransi maka tidak kemarahan, tetapi juga didasarkan pada
lepas dari pengertian bahwa toleransi rencana yang matang adalah sesuatu yang
merupakan sabar mengakui sesuatu yang sangat percaya diri. Di tengah benturan
dipandang menyimpang atau salah dengan peradaban saat ini, diperlukan semangat
batas-batas tertentu (Huda & Oyondri, baru untuk mengembalikan nilai-nilai
2017). Toleransi dalam arti luas adalah kebangsaan. Kebebasan tidak boleh
perilaku atau sikap manusia yang “tidak digunakan sebagai alasan untuk bertindak
menyimpang dari yang berlaku dalam sewenang-wenang, untuk menghancurkan
hukum” di suatu negara di mana seseorang dan merampas hak orang lain. Perilaku
menghormati atau menghargai setiap seperti itu bukanlah ciri khas bangsa

Jurnal Kalacakra, Volume 3, Nomor 2


|50

Indonesia. Untuk itu, perlu tindakan untuk (medsos) secara terus-menerus untuk
memulihkan kesejahteraan orang-orang berkomunikasi.
yang menderita dari banyak berita palsu, Peningkatan penggunaan media sosial
fitnah, dan kampanye berbasis kebencian (medsos) selain untuk berkomunikasi pada
yang saat ini menyebar di masyarakat. dasarnya diharapkan juga dapat
mengenalkan keberagaman yang ada di
Dampak Era Disrupsi Terhadap Indonesia. Tapi pada kenyataannya yang
Toleransi terjadi di masyarakat justru berbanding
Era disrupsi merupakan fenomena terbalik dengan ekspektasi yang diharapkan.
dimana masyarakat yang biasanya Media sosial (medsos) dijadikan oleh para
melakukan aktivitas di dunia nyata kini pengguna yang tidak bijak sebagai tempat
bergeser atau beralih ke dunia maya. Era mengadu domba, menyebar hoaks dan
disrupsi juga disebut perubahan besar yang memprovokasi antar pengguna.
mengubah tatanan (Handayani, 2020). Banyak sikap intoleransi yang terjadi
Globalisasi semakin mempersempit dunia, didalam media sosial akibat kurang
mengakibatkan semua yang terjadi di bijaknya pengguna dalam bermedia sosial
seluruh dunia dapat diketahui dengan (Wibowo & Basri, 2020). Sebagai agent of
mudah, karenanya globalisasi dikenal change, pengguna harus memiliki
sebagai proses mendunia. Kehidupan pemikiran luas dan terbuka untuk
manusia sudah banyak berubah, termasuk membangun dan memajukan keberagaman
dengan penggunaan internet yang makin yang ada di Indonesia. Karena pada
meningkat dari waktu ke waktu. dasarnya keberagaman itu bukanlah suatu
Bahkan globalisasi menghilangkan hambatan melainkan nilai tambah dan
sekat pembatas antar negara, dan keunikan yang tidak dimiliki negara lain.
mempersatukan dunia dalam komunitas
dunia atau yang biasa disebut dengan global Toleransi Bermedia Sosial
village (Laku & Siga, 2015). Kesatuan Toleransi adalah suatu kebajikan yang
komunitas dalam global village ini bahkan tidak mengenal batas waktu, tempat, atau
telah mencakup hampir keseluruhan dari dengan siapa kita melakukannya. Tapi
aspek kehidupan. Dan aspek-aspek ini telah toleransi adalah apa yang kita lakukan
merubah kehidupan manusia dari skala dengan semua orang, terlepas dari latar
lokal kehidupan pribadi dan bermasyarakat belakang atau keyakinan mereka. Toleransi
hingga skala luas antar budaya, agama dan adalah jalan dua arah. Kami menghormati
juga antar bangsa. kelompok orang lain, termasuk budaya,
Perkembangan globalisasi di era agama, dan etnis mereka, serta pendapat
disrupsi ini menjadi tantangan terhadap mereka (Syaifudin, 2017). Milenial
toleransi di Indonesia. Intoleransi merupakan bagian penting dari sebuah
keagamaan, sosial dan politik yang terjadi perubahan yang perlu ditanggapi dengan
pada masyarakat Indonesia terlebih pada era serius, dan generasinya harus menerapkan
digitalisasi ini dianggap sebagai salah satu toleransi dalam rangka meningkatkan
pemantik radikalisme ditengahtengah kehidupan berbangsa dan bernegara.
keragaman bangsa. Untuk itu penting Ujaran kebencian menjadi bagian dari
menguatkan pendidikan toleransi sebagai kebebasan berpendapat di media sosial.
upaya mencegah intoleransi di Indonesia. Sejak pemilihan presiden tahun 2014 lalu,
Di era digitalisasi seperti sekarang, di istilah "haters" mulai dikenal luas, yang
Indonesia sendiri penggunaan media sosial menunjukkan adanya kecenderungan untuk
meningkat terlebih lagi ditambah dengan menyampaikan pesan ujaran kebencian
masa pandemi COVID-19 beberapa tahun kepada orang atau kelompok tertentu.
belakangan ini, yang mengharuskan Keberagaman sebagai perekat sosial sedang
masyarakat menggunakan media sosial diuji dengan kecenderungan untuk
melakukan ujaran kebencian yang didorong

Jurnal Kalacakra, Volume 3, Nomor 2


|51

oleh adanya media sosial. Kondisi ini membutuhkan banyak keberanian dan
diperparah dengan penyalahgunaan media kerjasama dari seluruh pelosok tanah air.
sosial, seperti menyebarkan berita bohong Dari kondisi tersebut, diperlukan gerakan
atau informasi palsu (hoax), yang nasional untuk mengembalikan karakter
dampaknya memancing permusuhan dan solidaritas dan cita-cita para founding
tidak sesuai dengan budaya Indonesia yang fathers bangsa. Sebuah gerakan terencana
mengutamakan toleransi (Endang, 2015). yang tidak hanya didasarkan pada
Bijaksana dalam menggunakan media kemarahan, tetapi juga didasarkan pada
sosial juga merupakan bagian penting rencana yang matang adalah sesuatu yang
dalam menciptakan budaya media sosial sangat percaya diri. Penelitian ini memiliki
yang lebih toleran. Tidak menanggapi berita keterbatan dari segi metode, diperlukan
atau berkomentar dengan jahat. Dapat penelitian lebih lanjut mendalami toleransi
membantu membangun rasa kebersamaan pada setiap jenjang generasi dan fokus pada
di era normal baru. Intinya menjauhkan media sosial tertentu. Penelitian-penelitian
tangan anda dari hal-hal yang akan toleransi menjadi semakin peting ketika
menyebabkan perpecahan. dihadapkan pada era disrupsi saat sekarang.

DAFTAR PUSTAKA
SIMPULAN
Alwi, H., Lapoliwa, H., Sugono, D.,
Era disrupsi merupakan fenomena Adiwimarta, H. K. S. S., Suratman, S.
dimana masyarakat yang biasanya T., Nainggolan, D., & Darheni, N.
melakukan aktivitas di dunia nyata kini (2002). Kamus besar bahasa Indonesia
bergeser atau beralih ke dunia maya. Jakarta: Balai Pustaka.
Revolusi digital menyebabkan banyak
perubahan dan dampak terhadap kehidupan Creswell, J. W. (2016). Research design:
termasuk salah satunya toleransi dalam pendekatan metode kualitatif,
keberagaman bangsa. Toleransi merupakan kuantitatif, dan campuran. Yogyakarta:
tenggang rasa atau bisa juga dikatakan Pustaka Pelajar.
sebagai sikap menghargai dan menghormati Elhefni, E., & Wahyudi, A. (2017). Strategi
perbedaan antar sesama manusia baik itu Pengembangan Pendidikan
dalam berbudaya, beragama, berbahasa, Multikultural Di Indonesia.
sosial dan politik. Peningkatan penggunaan Elementary: jurnal ilmiah pendidikan
media sosial diharapkan juga dapat dasar, 3(1), 53-60.
mengenalkan keberagaman yang ada di
Indonesia. Tapi nyatanya media sosial Endang, B. (2015). Mengembangkan sikap
dijadikan sebagai tempat mengadu domba, toleransi dan kebersamaan di kalangan
menyebar hoaks dan memprovokasi antar siswa. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan,
pengguna. Sebagai agent of change kita 1(2), 89-105.
seharusnya memiliki pemikiran luas dan Fikri, A. (2019). Pengaruh Globalisasi dan
terbuka untuk membangun dan memajukan Era Disrupsi terhadap Pendidikan dan
keberagaman yang ada di Indonesia. Nilai-Nilai Keislaman. Sukma: Jurnal
Revolusi digital yang terjadi sekarang Pendidikan, 3(1), 117-136.
ini menjadi salah satu penyebab terkikisnya
Handayani, S. A. (2020). Humaniora dan
sikap toleransi di Indonesia. Bukan tidak
mungkin mengambil langkah untuk era disrupsi teknologi dalam konteks
mencegah terjadinya perilaku intoleran di historis. UNEJ e-Proceeding, 19-30.
media sosial. Pengguna dapat menghindari Huda, K., & Oyondri, O. (2017). Menggali
jenis ekstremisme, radikalisme, dan ujaran Toleransi Berbasis Lokal.
kebencian yang telah dikaitkan dengan TOLERANSI: Media Ilmiah
insiden sebelumnya. Mengembalikan Komunikasi Umat Beragama, 9(1), 52-
semangat toleransi adalah sesuatu yang 69.

Jurnal Kalacakra, Volume 3, Nomor 2


|52

Laku, S. K., & Siga, W. D. (2015).


Pengaruh Modernisasi dan Globalisasi
terhadap Pemaknaan Nasionalisme di
Kalangan Generasi Muda Katolik.
Research Report-Humanities and
Social Science, 2, 1-64.
Louhenapessy, E. L. (2021). Peran Etika di
Era Revolusi 4.0 Dalam Bidang
Pendidikan. Jurnal Sosial Sains, 1(7),
552-561.
Rijanta, R., Hizbaron, D. R., & Baiquni, M.
(2018). Modal Sosial dalam
Manajemen Bencana. Yogyakarta:
UGM PRESS.
Safei, A. A. (2016). Toleransi Beragama di
Era “Bandung Juara”. Kalam, 10(2),
403-422.
Syaifudin, I. (2017). Interaksi Sosial Dalam
Membangun Toleransi Antar Umat
Beragama Di Dusun Dodol Desa
Wonoagung Kecamatan Kasembon
Kabupaten Malang. J-PIPS (Jurnal
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial),
4(1), 21-36.
Wibowo, A., & Basri, B. (2020). Literasi
dan Harmonisasi Sosial: Desain
Literasi Digital Berbasis Kearifan
Lokal pada Masyarakat Pedesaan.
NALAR: Jurnal Peradaban dan
Pemikiran Islam, 4(2), 106-121.

Jurnal Kalacakra, Volume 3, Nomor 2

Anda mungkin juga menyukai