Anda di halaman 1dari 16

FILSAFAT DAN TEORI PENDIDIKAN

“ PENGEMBANGAN PEMIKIRAN FILOSOFIS PENDIDIKAN ISLAM”

Disusun Oleh

Kelompok 7

1. Fatimah Arsy Yani (NIM. 1911540039)


2. Nurhijrah Gusmadia Tama Nasution (NIM. 1911540054)

Dosen Pengampu :

Dr. H. Zulkarnain M.Ag

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM (S2) PASCA SARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohiim.

Assalaamu’alaikum warohamtullahi wa barokatuh.

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang kita nantikan
syafaatnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas


limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa nikmat sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah Filsafat dan Teori
Pendidikan “Pengembangan Pemikiran Filosofis Pendidikan Islam”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih terdapat kesalahan dan kekurangan di dalamnya.Untuk itu penulis
mengharapkan krtitik serta saran, supaya makalah ini dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi.Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada penulisan makalah
ini penulis minta maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat


dalam pembuatan makalah ini.Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat,
terimakasih. Wassalaamu’alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh.

Bengkulu, 15 Juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Persoalan Pengembangan Pendidikan Islam..................................................3


B. Tipologi Pemikiran Pendidikan Islam............................................................7
C. Peta Pemikiran Pendidikan Islam di Indonesia..............................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................12
B. Saran...............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dorongan ingin tahu (curiosity) sebagai hasrat alamiah manusia
merupakan entry point bagi lahirnya segala ilmu pengetahuan. Dengan kata
lain, kelahiran ilmu pengetahuan akan selalu diawali oleh rasa keingintahuan
manusia akan segala sesuatu.1
Berdasarkan hubungan fungsional filsafat memiliki peran yang sangat
penting dalam melahirkan teori-teori pendidikan yaitu sebagai dasar atau
fondasi. Tanpa adanya filsafat, teori pendidikan tidak akan terarah dengan
baik. Selanjutnya dengan filsafat pendidikan akan lahir teori-teori pendidikan
yang berkembang menjadi ilmu pendidikan yang mendalam dan
komprehensif.2
Pada perkembangannya seiring dengan perkembangan kebutuhan
manusia, dan perkembangan zaman, melalui tradisi filsafat, seperti berpikir
rasional, berpikir radikal, selalu ingin mencari kejelasan dan memburu
kebenaran, maka lahirlah beraneka ragam ilmu pengetahuan. Ilmu pengethuan
manusia berangkat dari masalah yang dihadapi manusia. Ilmu pengetahuan
sebagai solusi dan jawaban dari masalah-masalah manusia itu sendiri, Ilmu
pengetahuan harus diusahakan oleh manusia untuk mengatasi permasalahan
yang dihadapinya.3
Maka pada makalah ini penulis akan merinci semua beberapa hal yang
berkaitan dengan “ Pengembangan Pemikiran Filosofis Pendidikan Islam”
dalam beberapa uraian pada bagian pembahasan.

1
Toto Suharto,2014, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media), hal 11
2
Noor Amirudin, 2018, Filsafat Pendidikan Islam, (Gresik: Caremedia
Communication), hal 16.
3
Mahfud Junaedi, 2017, Paradigma Baru Filsafat Pendidikan Islam, (Depok:
Kencana) hal 41.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja persoalan pengembangan pendidikan Islam?
2. Bagaimana tipologi pemikiran pendidikan Islam?
3. Bagaimana peta pemikiran pendidikan Islam di Indonesia?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui :
1. Persoalan pengembangan pendidikan Islam
2. Tipologi pemikiran pendidikan Islam
3. Peta pemikiran pendidikan Islam di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Persoalan Pengembangan Pendidikan Islam


Dalam pengembangan pendidikan Islam terdapat tiga persoalan yang
dapat ditinjau dari aspek Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi.
1. Persoalan Ontologi Pendidikan Islam
Secara mikro, telaah Ilmu Pendidikan Islam menyangkut seluruh
komponen yang termasuk dalam pendidikan Islam. Sedangkan secara
makro, objek formal Ilmu Pendidikan Islam ialah upaya normatif (sesuai
dengan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam fenomena
qauliyah dan kauniyah) keterkaitan pendidikan Islam dengan sistem
sosial, politik, ekonomi, budaya dan agama baik dalam skala kedaerahan,
nasional maupun internasional.4
Objek kajian pendidikan Islam senantiasa bersumber dari landasan

normatif Islam yaitu al-Qur’an (qauliyah) melalui pengalaman batin Nabi

Muhammad yang kemudian kita kenal dengan wahyu, kemudian

disampaikan kepada seluruh umat dan alam semesta (kauniyah).

Dari kedua landasan inilah kemudian digali dan dikaji sehingga

melahirkan konsep dan teori pendidikan yang bersifat universal.


Kemudian, teori dan konsep yang bersifat universal tersebut dikaji melalui
kegiatan eksprimen dan penelitian ilmiah yang pada gilirannya akan
melahirkan teori-teori atau Ilmu Pendidikan Islam dan diuraikan secara
operasional untuk kemudian dikembangkan menjadi metode, kurikulum
dan teknik pendidikan Islam.
Kajian pendidikan Islam senantiasa bertolak pada problem yang
4
Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam (Jakarta:
Rajawali Pers 2011), hal 45
ada di dalamnya, kesenjangan antara fakta dan realita, kontroversi antara
teori dan empiris. Maka dari itulah, wilayah kajian pendidikan Islam
bermuara pada tiga problem pokok, antara lain:
a. Foundational problems, yang terdiri dari atas religious foundation
and philosophic foundational problems, empiric fondational
problems (masalah dasar, fondasi agama dan masalah landasan
filosofis- empiris) yang didalamnya menyangkut dimensi-dimensi
dan kajian tentang konsep pendidikan yang bersifat universal,
seperti hakikat manusia, masyarakat, akhlak, hidup, ilmu
pengetahuan, iman, ulul albab dan lain sebagainya. Yang semuanya
bersumber dari kajian fenomena qauliyah dan fenomena kauniyah
yang membutuhkan pendekatan filosofis.
b. Structural problems (masalah struktural). Ditinjau dari struktur
demografis dan geografis bisa dikategorikan ke dalam kota,
pinggiran kota, desa dan desa terpencil. Dari struktur perkembangan
jiwa manusia bisa dikategorikan ke dalam masa kanak-kanak,
remaja, dewasa dan manula. Dari struktur ekonomi dikategorikan ke
dalam masyarakat kaya, menengah dan miskin. Dari struktur rumah
tangga, terdapat rumah tangga karier dan non karier. Dari struktur
jenjang pendidikan bisa dikategorikan ke dalam pendidikan anak
usia dini, pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi.
c. Operational problem (masalah operasional). Secara mikro akan
berhubungan dengan berbagai komponen pendidikan Islam,
misalnya hubungan interaktif lima faktor pendidikan yaitu tujuan
pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan, peserta didik dan
alat-alat pendidikan Islam (kurikulum, metodologi, manajemen,
administrasi, sarana dan prasarana, media, sumber dan evaluasi) dan
lingkungan atau konteks pendidikan. Atau bisa bertolak dari
hubungan input, proses dan output. Sedangkan secara makro,
menyangkut keterkaitan pendidikan Islam dengan sistem sosial,
politik, ekonomi, budaya dan agama baik yang bersifat Nasional
dan Internasional.
2. Persoalan Epistimologi Pendidikan Islam
Dari beberapa literatur dapat disebutkan bahwa epistemologi adalah
teori pengetahuan, yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan
pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan.5 D.W. Hamlyn
mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan
dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dan pengandai- pengandaiannya
serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa
orang memiliki pengetahuan. Selanjutnya, pengertian epistemologi yang
lebih jelas, diungkapkan oleh Azyumardi Azra bahwa epistemologi
sebagai ilmu yang membahas tentang keaslian, pengertian, struktur,
metode, dan validitas ilmu pengetahuan.
Karena epistemologi merupakan pendekatan yang berbasis proses,
maka epistemologi melahirkan konsekuensi-konsekuensi logis dan
problematika yang sangat kompleks, yaitu :
a. Pendidikan Islam seringkali dikesankan sebagai pendidikan yang
tradisional dan konservatif, hal ini wajar karena orang memandang
bahwa kegiatan pendidikan Islam dihinggapi oleh lemahnya
penggunaan metodologi pembelajaran yang cenderung tidak
menarik perhatian dan memberdayakan.
b. Pendidikan Islam terasa kurang concern terhadap persoalan
bagaimana mengubah pengetahuan agama yang bersifat kognitif
menjadi suatu “makna dan nilai” yang perlu di internalisasikan
dalam diri seseorang lewat berbagai cara, media dan forum.

5
Ihsan Hamdani, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998),
hal. 16
c. Metodologi pengajaran agama berjalan secara konvensional-
tradisional, yakni menitikberatkan pada aspek korespondensi-
tekstual yang lebih menekankan yang sudah ada pada kemampuan
anak didik untuk menghafal teks-teks keagamaan daripada isu-isu
sosial keagamaan yang dihadapi pada era modern seperti
kriminalitas, kesenjangan sosial dan lain lain. Pengajaran agama
yang bersandar pada bentuk metodologi yang bersifat statis
indoktrinatif-doktriner.6
3. Persoalan Aksiologi Pendidikan Islam
Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai,
pada umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Di dunia ini
terdapat banyak cabang pengetahuan yang bersangkutan dengan masalah-
masalah nilai yang khusus seperti epistemologis, etika dan estetika.
Aksiologi bersangkutan dengan masalah kebenaran, etika bersangkutan
dengan masalah kebaikan, dan estetika bersangkutan dengan masalah
keindahan.
Dari lima komponen dalam pendidikan Islam (tujuan pendidikan,
pendidik dan tenaga pendidikan, peserta didik dan alat-alat pendidikan
Islam dan lingkungan atau konteks pendidikan) ketika dikaitkan dengan
dimensi aksiologis, maka terdapat problem antara lain:
a. Tujuan pendidikan Islam kurang berorientasi pada nilai-nilai
kehidupan masa yang akan datang, belum mampu menyiapkan
generasi yang sesuai dengan kemajuan zaman.
b. Pendidik dan tenaga pendidikannya mulai memudar dengan doktrin
awal pendidikan Islam tentang konsep nilai ibadah dan dakwah syiar
Islam. Pendidik juga disibukkan dengan hal-hal teknis seperti
tunjangan honor, tunjangan fungsional dan tunjangan sertifikasi.

6
Mujtahid, Reformulasi Pendidikan Islam; Meretas Mindset Baru, Meraih Paradigma Unggul
(Malang: UIN-Maliki Press, 2011), hal. 37
c. Di kalangan peserta didikpun dalam menuntut ilmu cenderung
mengesampingkan nilai-nilai ihsan, kerahmatan dan amanah dalam
mengharap ridha Allah.7
B. Tipologi Pemikiran Pendidikan Islam
1. Perenial Esensialis Salafi
Perenial Esensial Salafi yaitu pemikiran yang lebih menonjolkan
wawasan kependidikan Islam era salafi, sehingga pendidikan Islam
berfungsi sebagai upaya melestarikan dan mempertahankan nilai-nilai
(Ilahiyah dan insaniah), kebiasaan dan tradisi masyarakat salaf (era
kenabian dan sahabat), karena mereka dipandang sebagai masyarakat yang
ideal. Selain itu juga mengembangkan potensi dan interaksi dengan nilai
dan budaya masyarakat di era salaf.8
2. Perenial Esensialis Mazhabi
Perenial Esensial Mazhabi adalah tipologi yang lebih menonjolkan
wawasan kependidikan Islam yang tradisional dan kecendrungan untuk
mengikuti aliran, pemahaman atau doktrin, serta pola-pola pemikiran
sebelumnya yang dianggap sudah relatif mapan. Tipologi ini memiliki
fungsi dalam melestarikan dan mempertahankan nilai dan budaya serta
tradisi dari satu generasi ke generasi berikutnya; dan pengembangan
potensi dan interaksinya dengan nilai dan budaya masyarakat terdahulu.
3. Modernis
Tipologi Modernis adalah pemikiran yang lebih menonjolkan
wawasan kependidikan Islam yang bebas, modifikatif, progresif dan
dinamis dalam menghadapi dan merespon tuntutan dan kebutuhan dari
lingkungannya, sehingga pendidikan Islam berfungsi sebagai upaya

7
Moh. Wardi , Problematika Pendidikan Islam dan Solusi Alternatifnya (Perspektif Ontologis,
Epistemologis dan Aksiologis), Vol 8 (1) 2013, hal 61
8
Matrap, Tipologi Pemikiran Pendidikan Islam: Membangun Paradigma Pendidikan Sebagai
Wahana Pembinaan Dan Pengembangan Peserta Didik, ISLAMUNA : Jurnal Studi Islam Vol 5 (1)
2018, hal 13
melakukan rekontruksi pengalaman yang terus menerus, agar dapat
berbuat sesuatau yang intelligent dan mampu mengadakan penyesuaian
dan penyesuaian kembali sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan dari
lingkungan pada masa sekarang. Hanya saja tipologi ini lebih
menonjolkan kepentingan individual, kompetitif, dan kurang menonjolkan
aspek tanggungjawab kemasyarakatan.
4. Perenial Esensialis Kontekstual-Falsifikatif
Tipologi pemikiran ini mengambil jalan tengah antara kembali ke
masa lalu dengan jalan melakukan kontekstualisasi serta uji klasifikasi dan
mengembangkan wawasan-wawasan kependidikan Islam masa sekarang
selaras dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta perubahan sosial yang ada. Tipologi ini lebih menonjolkan wawasan
kependidikan Islam masa sekarang atau kekinian, dan kurang
menonjolkan sikap proaktif dan antisipatif terhadap berbagai persoalan
yang akan muncul di masa mendatang.
5. Rekontruksi Sosial
Tipologi ini lebih menonjolkan sifat proaktif dan antisifatif,
sehingga tugas pendidikan adalah membantu agar manusia menjadi cakap
dan selanjutnya mampu ikut bertanggung jawab terhadap perkembangan
masyarakatnya.
C. Peta Pemikiran Pendidikan Islam di Indonesia

Pada saat ini sistem pendidikan Islam di Indonesia masih mengadopsi


sistem pendidikan Barat, sehingga mencoba meniru gaya pendidikan Barat
dalam berbagai dimensinya, termasuk pemikiran-pemikiran yang mendasari
keberadaan pendidikan Islam. Aplikasi dari pola ini berdampak pada
pendidikan Barat yang bebas nilai, tetapi tidak sarat dengan nilai. Hal ini
terlihat ketika filsafat pendidikan Barat yang diajarkan pada mahasiswa
jurusan Pendidikan Islam adalah filsafat Barat, maka pendidikan yang
dikembangkan umat Islam adalah pendidikan yang berpola Barat.9
Jika kita melihat pendidikan Barat yang diadopsi oleh pendidikan
Islam meskipun mengalami kemajuan, tidak layak dijadikan sebagai sebuah
model untuk memajukan peradaban Islam yamg damai, anggun, dan ramah
terhadap kehidupan manusia. Pendidikan Barat itu hanya maju secara lahiriah
tetapi tidak membuahkan ketenangan rohani, tidak memperhatikan apakah
tumbuh kesadaran dari peserta didik sesuai dengan pengatahuan yang
dikuasainya.
Dikotomi Ilmu pengetahuan merupakan sebuah paradigma yang selalu
marak diperbincangakan dan tidak berkesudahan. Munculnya dikotomi
keilmuan ini akan berimplikasi terhadap model pemikiran. Di satu pihak ada
pendidikan yang hanya memperdalam ilmu pengetahuan modern yang kering
dari nilai- nilai keagamaan, dan di sisi lain ada pendidikan yang hanya
memperdalam masalah agama yang terpisah dari perkembangan ilmu
pengetahuan. Secara teoritis makna dikotomi adalah pemisahan secara teliti
dan jelas dari suatu jenis menjadi dua yang terpisah satu sama lain di mana
yang satu sama sekali tidak dapat dimasukan kedalam yang satunya lagi dan
sebaliknya.10
Definisi di atas dapat diartikan bahwa makna dari dikotomi adalah
pemisahan suatu ilmu pengetahuan menjadi dua bagian yang satu sama lainya
saling memberikan arah dan makna yang berbeda dan tidak ada titik temu
antara kedua jenis ilmu tersebut.
Dilihat dari kaca mata Islam, jelas sangat jauh berbeda dengan konsep
Islam tentang ilmu pengetahuan itu sendiri, karena dalam Islan ilmu
dipandang secara utuh dan universal, tidak ada istilah pemisahan atau
dikotomi. Alquran juga menekankan agar umat Islam mencari ilmu
pengetahuan dengan meneliti alam semesta ini, dan bagi orang yang menuntut

9
Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2005), hal. 210.
10
Samsul H, Nizar, Sejarah Penddikan Islam. (Jakarata: Kencana, 2008), hal. 230.
ilmu ditinggikan derajatnya di sisi Allah, bahkan tidak sama orang yang
mengetahui dan dengan orang yang tidak mengetahui. Sebagai mana firman
Allah Subhanahu wa ta’ala:

ِ ِ‫آم نُ وا ِإ ذَ ا قِ ي ل لَ ُك ْم َت َف َّس ُح وا يِف الْ َم َج ال‬


‫س فَ افْ َس ُح وا‬ ِ َّ
َ ‫يَ ا َأيُّ َه ا ال ذ‬
َ ‫ين‬
َ
ِ َّ ِ ‫ِإ‬
‫آم نُ وا‬ َ ‫ َو َذ ا ق ي َل انْ ُش ُز وا فَ انْ ُش ُز وا َي ْر فَ ِع اللَّ هُ ال ذ‬Jۖ ‫َي ْف َس ِح اللَّ هُ لَ ُك ْم‬
َ ‫ين‬
ٍ ‫ِم ْن ُك م و الَّ ِذ ين ُأوتُوا الْ عِ ْل م د ر ج‬
ِ َ ُ‫ و اللَّ هُ مِب َ ا َت ْع م ل‬Jۚ ‫ات‬
ٌ‫ون َخ ب ري‬ َ َ َ ََ َ َ َ ْ
Terjemahnya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantaramu Dan orang – orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat”. (QS. al-Mujadilah ayat 11).11

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa dalam Islam tidak pernah
menganggap adanya dikotomi ilmu pengetahuan dan agama. Ilmu pengetahuan
dan agama merupakan satu totalitas yang integral yang tidak dapat dipisahkan
satu dengan yang lainnya. Sesungguhnya Allahlah yang menciptakan akal bagi
manusia untuk mengkaji dan menganalisis apa yang ada dalam alam ini
sebagai pelajaran dan bimbingan bagi manusia dalam menjalankan
kehidupannya di dunia. Uraian di atas menggambarkan kepada kita bahwa
dalam ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahakan antara satu dengan yang lainnya dalam
menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari.

Dalam pemikiran pendidikan Islam, eksistensi manusia dilihat secara


integral dan harmonis. Kesatuan dimensi potensi yang dimiliki manusia,
merupakan kekuatan yang ampuh dalam mengantarkan manusia menjadi
mahluk yang mulia dan mampu melaksanakan amanat Allah Subhanahu wa

11
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 1985
ta’ala.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Persoalan pada pengembangan pendidikan Islam ada tiga aspek yaitu
aspek Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi, yang ketiga persoalan ini
merupakan persoalan-persoalan yang menjadi dasar pada pengembangan
pendidikan Islam itu sendiri.
Tipologi pendidikan Islam ada lima, yaitu Perenial Esensialis Salafi
yaitu pemikiran yang lebih menonjolkan wawasan kependidikan Islam era
salafi, Perenial Esensialis Mazhabi, adalah tipologi yang lebih menonjolkan
wawasan kependidikan Islam yang tradisional dan kecendrungan untuk
mengikuti aliran, pemahaman atau doktrin, serta pola-pola pemikiran
sebelumnya yang dianggap sudah relatif mapan, Modernis, tipologi ini adalah
pemikiran yang lebih menonjolkan wawasan kependidikan Islam yang bebas,
modifikatif, progresif dan dinamis dalam menghadapi dan merespon tuntutan
dan kebutuhan dari lingkungannya, Perenial Esensialis Kontekstual-
Falsifikatif, yaitu pemikiran yang mengambil jalan tengah antara kembali ke
masa lalu dengan jalan melakukan kontekstualisasi serta uji klasifikasi dan
mengembangkan wawasan-wawasan kependidikan Islam masa sekarang
selaras dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perubahan sosial yang ada, dan Rekontruksi Sosial, tipologi ini lebih
menonjolkan sifat proaktif dan antisifatif, sehingga tugas pendidikan adalah
membantu agar manusia menjadi cakap dan selanjutnya mampu ikut
bertanggung jawab terhadap perkembangan masyarakatnya.
Pema pemikiran pendidikan Islam adalah suatu gambara bagaimana
dikotomi pendidikan atau awal mula penyebab terjadinya dikotomi
pendidikan di Indonesia.

B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan karena keterbatasan sumber buku yang dimiliki oleh penulis.
Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai makalah ini,
agar makalah ini dapat disempurnakan dengan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 1985

Ihsan Hamdani, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: CV Pustaka Setia,


1998)

Mahfud Junaedi, 2017, Paradigma Baru Filsafat Pendidikan Islam, (Depok:


Kencana).

Matrap, Tipologi Pemikiran Pendidikan Islam: Membangun Paradigma


Pendidikan Sebagai Wahana Pembinaan Dan Pengembangan Peserta Didik,
ISLAMUNA : Jurnal Studi Islam Vol 5 (1) 2018.

Moh. Wardi , Problematika Pendidikan Islam dan Solusi Alternatifnya


(Perspektif Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis), Vol 8 (1) 2013.

Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam


(Jakarta: Rajawali Pers 2011).

Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2005).

Mujtahid, Reformulasi Pendidikan Islam; Meretas Mindset Baru, Meraih


Paradigma Unggul (Malang: UIN-Maliki Press, 2011).

Noor Amirudin, 2018, Filsafat Pendidikan Islam, (Gresik: Caremedia


Communication).

Samsul H, Nizar, Sejarah Penddikan Islam. (Jakarata: Kencana, 2008).

Toto Suharto,2014, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media)

Anda mungkin juga menyukai