Disusun Oleh
Kelompok 7
Dosen Pengampu :
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohiim.
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang kita nantikan
syafaatnya di akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih terdapat kesalahan dan kekurangan di dalamnya.Untuk itu penulis
mengharapkan krtitik serta saran, supaya makalah ini dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi.Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada penulisan makalah
ini penulis minta maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan....................................................................................................12
B. Saran...............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dorongan ingin tahu (curiosity) sebagai hasrat alamiah manusia
merupakan entry point bagi lahirnya segala ilmu pengetahuan. Dengan kata
lain, kelahiran ilmu pengetahuan akan selalu diawali oleh rasa keingintahuan
manusia akan segala sesuatu.1
Berdasarkan hubungan fungsional filsafat memiliki peran yang sangat
penting dalam melahirkan teori-teori pendidikan yaitu sebagai dasar atau
fondasi. Tanpa adanya filsafat, teori pendidikan tidak akan terarah dengan
baik. Selanjutnya dengan filsafat pendidikan akan lahir teori-teori pendidikan
yang berkembang menjadi ilmu pendidikan yang mendalam dan
komprehensif.2
Pada perkembangannya seiring dengan perkembangan kebutuhan
manusia, dan perkembangan zaman, melalui tradisi filsafat, seperti berpikir
rasional, berpikir radikal, selalu ingin mencari kejelasan dan memburu
kebenaran, maka lahirlah beraneka ragam ilmu pengetahuan. Ilmu pengethuan
manusia berangkat dari masalah yang dihadapi manusia. Ilmu pengetahuan
sebagai solusi dan jawaban dari masalah-masalah manusia itu sendiri, Ilmu
pengetahuan harus diusahakan oleh manusia untuk mengatasi permasalahan
yang dihadapinya.3
Maka pada makalah ini penulis akan merinci semua beberapa hal yang
berkaitan dengan “ Pengembangan Pemikiran Filosofis Pendidikan Islam”
dalam beberapa uraian pada bagian pembahasan.
1
Toto Suharto,2014, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media), hal 11
2
Noor Amirudin, 2018, Filsafat Pendidikan Islam, (Gresik: Caremedia
Communication), hal 16.
3
Mahfud Junaedi, 2017, Paradigma Baru Filsafat Pendidikan Islam, (Depok:
Kencana) hal 41.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja persoalan pengembangan pendidikan Islam?
2. Bagaimana tipologi pemikiran pendidikan Islam?
3. Bagaimana peta pemikiran pendidikan Islam di Indonesia?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui :
1. Persoalan pengembangan pendidikan Islam
2. Tipologi pemikiran pendidikan Islam
3. Peta pemikiran pendidikan Islam di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
5
Ihsan Hamdani, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998),
hal. 16
c. Metodologi pengajaran agama berjalan secara konvensional-
tradisional, yakni menitikberatkan pada aspek korespondensi-
tekstual yang lebih menekankan yang sudah ada pada kemampuan
anak didik untuk menghafal teks-teks keagamaan daripada isu-isu
sosial keagamaan yang dihadapi pada era modern seperti
kriminalitas, kesenjangan sosial dan lain lain. Pengajaran agama
yang bersandar pada bentuk metodologi yang bersifat statis
indoktrinatif-doktriner.6
3. Persoalan Aksiologi Pendidikan Islam
Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai,
pada umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Di dunia ini
terdapat banyak cabang pengetahuan yang bersangkutan dengan masalah-
masalah nilai yang khusus seperti epistemologis, etika dan estetika.
Aksiologi bersangkutan dengan masalah kebenaran, etika bersangkutan
dengan masalah kebaikan, dan estetika bersangkutan dengan masalah
keindahan.
Dari lima komponen dalam pendidikan Islam (tujuan pendidikan,
pendidik dan tenaga pendidikan, peserta didik dan alat-alat pendidikan
Islam dan lingkungan atau konteks pendidikan) ketika dikaitkan dengan
dimensi aksiologis, maka terdapat problem antara lain:
a. Tujuan pendidikan Islam kurang berorientasi pada nilai-nilai
kehidupan masa yang akan datang, belum mampu menyiapkan
generasi yang sesuai dengan kemajuan zaman.
b. Pendidik dan tenaga pendidikannya mulai memudar dengan doktrin
awal pendidikan Islam tentang konsep nilai ibadah dan dakwah syiar
Islam. Pendidik juga disibukkan dengan hal-hal teknis seperti
tunjangan honor, tunjangan fungsional dan tunjangan sertifikasi.
6
Mujtahid, Reformulasi Pendidikan Islam; Meretas Mindset Baru, Meraih Paradigma Unggul
(Malang: UIN-Maliki Press, 2011), hal. 37
c. Di kalangan peserta didikpun dalam menuntut ilmu cenderung
mengesampingkan nilai-nilai ihsan, kerahmatan dan amanah dalam
mengharap ridha Allah.7
B. Tipologi Pemikiran Pendidikan Islam
1. Perenial Esensialis Salafi
Perenial Esensial Salafi yaitu pemikiran yang lebih menonjolkan
wawasan kependidikan Islam era salafi, sehingga pendidikan Islam
berfungsi sebagai upaya melestarikan dan mempertahankan nilai-nilai
(Ilahiyah dan insaniah), kebiasaan dan tradisi masyarakat salaf (era
kenabian dan sahabat), karena mereka dipandang sebagai masyarakat yang
ideal. Selain itu juga mengembangkan potensi dan interaksi dengan nilai
dan budaya masyarakat di era salaf.8
2. Perenial Esensialis Mazhabi
Perenial Esensial Mazhabi adalah tipologi yang lebih menonjolkan
wawasan kependidikan Islam yang tradisional dan kecendrungan untuk
mengikuti aliran, pemahaman atau doktrin, serta pola-pola pemikiran
sebelumnya yang dianggap sudah relatif mapan. Tipologi ini memiliki
fungsi dalam melestarikan dan mempertahankan nilai dan budaya serta
tradisi dari satu generasi ke generasi berikutnya; dan pengembangan
potensi dan interaksinya dengan nilai dan budaya masyarakat terdahulu.
3. Modernis
Tipologi Modernis adalah pemikiran yang lebih menonjolkan
wawasan kependidikan Islam yang bebas, modifikatif, progresif dan
dinamis dalam menghadapi dan merespon tuntutan dan kebutuhan dari
lingkungannya, sehingga pendidikan Islam berfungsi sebagai upaya
7
Moh. Wardi , Problematika Pendidikan Islam dan Solusi Alternatifnya (Perspektif Ontologis,
Epistemologis dan Aksiologis), Vol 8 (1) 2013, hal 61
8
Matrap, Tipologi Pemikiran Pendidikan Islam: Membangun Paradigma Pendidikan Sebagai
Wahana Pembinaan Dan Pengembangan Peserta Didik, ISLAMUNA : Jurnal Studi Islam Vol 5 (1)
2018, hal 13
melakukan rekontruksi pengalaman yang terus menerus, agar dapat
berbuat sesuatau yang intelligent dan mampu mengadakan penyesuaian
dan penyesuaian kembali sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan dari
lingkungan pada masa sekarang. Hanya saja tipologi ini lebih
menonjolkan kepentingan individual, kompetitif, dan kurang menonjolkan
aspek tanggungjawab kemasyarakatan.
4. Perenial Esensialis Kontekstual-Falsifikatif
Tipologi pemikiran ini mengambil jalan tengah antara kembali ke
masa lalu dengan jalan melakukan kontekstualisasi serta uji klasifikasi dan
mengembangkan wawasan-wawasan kependidikan Islam masa sekarang
selaras dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta perubahan sosial yang ada. Tipologi ini lebih menonjolkan wawasan
kependidikan Islam masa sekarang atau kekinian, dan kurang
menonjolkan sikap proaktif dan antisipatif terhadap berbagai persoalan
yang akan muncul di masa mendatang.
5. Rekontruksi Sosial
Tipologi ini lebih menonjolkan sifat proaktif dan antisifatif,
sehingga tugas pendidikan adalah membantu agar manusia menjadi cakap
dan selanjutnya mampu ikut bertanggung jawab terhadap perkembangan
masyarakatnya.
C. Peta Pemikiran Pendidikan Islam di Indonesia
9
Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2005), hal. 210.
10
Samsul H, Nizar, Sejarah Penddikan Islam. (Jakarata: Kencana, 2008), hal. 230.
ilmu ditinggikan derajatnya di sisi Allah, bahkan tidak sama orang yang
mengetahui dan dengan orang yang tidak mengetahui. Sebagai mana firman
Allah Subhanahu wa ta’ala:
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa dalam Islam tidak pernah
menganggap adanya dikotomi ilmu pengetahuan dan agama. Ilmu pengetahuan
dan agama merupakan satu totalitas yang integral yang tidak dapat dipisahkan
satu dengan yang lainnya. Sesungguhnya Allahlah yang menciptakan akal bagi
manusia untuk mengkaji dan menganalisis apa yang ada dalam alam ini
sebagai pelajaran dan bimbingan bagi manusia dalam menjalankan
kehidupannya di dunia. Uraian di atas menggambarkan kepada kita bahwa
dalam ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahakan antara satu dengan yang lainnya dalam
menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari.
11
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 1985
ta’ala.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Persoalan pada pengembangan pendidikan Islam ada tiga aspek yaitu
aspek Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi, yang ketiga persoalan ini
merupakan persoalan-persoalan yang menjadi dasar pada pengembangan
pendidikan Islam itu sendiri.
Tipologi pendidikan Islam ada lima, yaitu Perenial Esensialis Salafi
yaitu pemikiran yang lebih menonjolkan wawasan kependidikan Islam era
salafi, Perenial Esensialis Mazhabi, adalah tipologi yang lebih menonjolkan
wawasan kependidikan Islam yang tradisional dan kecendrungan untuk
mengikuti aliran, pemahaman atau doktrin, serta pola-pola pemikiran
sebelumnya yang dianggap sudah relatif mapan, Modernis, tipologi ini adalah
pemikiran yang lebih menonjolkan wawasan kependidikan Islam yang bebas,
modifikatif, progresif dan dinamis dalam menghadapi dan merespon tuntutan
dan kebutuhan dari lingkungannya, Perenial Esensialis Kontekstual-
Falsifikatif, yaitu pemikiran yang mengambil jalan tengah antara kembali ke
masa lalu dengan jalan melakukan kontekstualisasi serta uji klasifikasi dan
mengembangkan wawasan-wawasan kependidikan Islam masa sekarang
selaras dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perubahan sosial yang ada, dan Rekontruksi Sosial, tipologi ini lebih
menonjolkan sifat proaktif dan antisifatif, sehingga tugas pendidikan adalah
membantu agar manusia menjadi cakap dan selanjutnya mampu ikut
bertanggung jawab terhadap perkembangan masyarakatnya.
Pema pemikiran pendidikan Islam adalah suatu gambara bagaimana
dikotomi pendidikan atau awal mula penyebab terjadinya dikotomi
pendidikan di Indonesia.
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan karena keterbatasan sumber buku yang dimiliki oleh penulis.
Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai makalah ini,
agar makalah ini dapat disempurnakan dengan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA