Anda di halaman 1dari 2

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

َ‫صلِّيَ َّن أَ َح ٌد ْال َعصْ َر إِاَّل فِي بَنِي قُ َر ْيظَة‬


َ ُ‫اَل ي‬

Janganlah ada satupun yang shalat ‘Ashar kecuali di perkampungan Bani Quraizhah [HR. Bukhâri, al-
Fath, 15/293, no. 4119]

Dalam riwayat Imam Muslim, no. 1770 :

ُّ ‫صلِّيَ َّن أَ َح ٌد‬


َ‫الظ ْه َر إِاَّل فِي بَنِي قُ َر ْيظَة‬ َ ُ‫اَل ي‬

Janganlah ada satupun yang shalat Zhuhur kecuali di perkampungan Bani Quraizhah

Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Sebagian Ulama mencoba mengkonpromikan (memadukan) dua
riwayat (riwayat Bukhâri dan Muslim) yang berbeda di atas dengan (mengatakan) kemungkinan
sebagian dari shahabat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menunaikan shalat Zhuhur sebelum
intruksi itu diberikan, sementara sebagian yang lain belum menunaikan shalat Zhuhur. Untuk para
shahabat yang belum menunaikan shalat Zhuhur dikatakan, ‘Jangan ada satupun yang melaksanakan
shalat Zhuhur …” dan untuk para shahabat yang sudah menunaikan shalat Zhuhur dikatakan kepada
mereka, “‘Jangan ada satupun yang melaksanakan shalat ‘Ashar …” Ada juga sebagian Ulama
mengkonpromikannya dengan mengatakan bahwa ada kemungkinan sekelompok dari shahabat
berangkat sebelum yang lainnya (red- berangkatnya secara bergelombang). Untuk kelompok pertama
dikatakan, (‘Jangan ada satupun yang melaksanakan-pent) shalat Zhuhur …” dan untuk kelompok kedua
diakatakan, (‘Jangan ada satupun yang melaksanakan-pent) shalat ‘Ashar …” Kedua metode ini tidak
apa-apa.”[5]

Ketika mereka mendapati waktu shalat yang disebutkan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
tersebut di tengah jalan, sebagian dari mereka mengatakan, “Kita tidak shalat sampai kita tiba di
perkampungan Bani Quraizhah.” Sementara yang lain bersikukuh tetap melakukan shalat ‘Ashar pada
waktunya, karena mereka memandang bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bermaksud
menyuruh para shahabat Radhiyallahu anhum menunda shalat ‘Ashar sampai lewat waktunya.
Kemudian dua sikap yang berbeda dalam menyikapi sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini
dilaporkan kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
mencela salah salah satunya.
Setelah menjelaskan beberapa hal berkaitan dengan hadits di atas, Ibnu Hajar al-’Asqalâni rahimahullah
mengatakan, “Kesimpulan dari kisah ini yaitu sebagian sahabat ada yang memahami larangan ini
sebagaimana zhahirnya. Mereka tidak peduli dengan habisnya waktu, karena mereka lebih menguatkan
larangan yang kedua[6] daripada larangan pertama yaitu menunda shalat sampai akhir waktunya.
Mereka berdalil dengan bolehnya menunda waktu shalat bagi orang tersibukkan dengan urusan
peperangan, sebagaimana yang terjadi dalam perang Khandaq. Telah disebutkan dalam hadits Jâbir
bahwa mereka (Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat) menunaikan shalat ‘Ashar setelah
matahari tenggelam karena tersibukkan dengan urusan perang. Mereka menganggap itu boleh pada
semua kesibukan yang terkait urusan perang, terlebih masa itu juga adalah masa penurunan
(pembentukan) syari’at.

Sementara sebagian shahabat yang lain memahaminya tidak sebagaimana zhahirnya. (Mereka
menganggap) itu adalah kinâyah (sindiran) agar mereka termotivasi untuk bergegas dan berjalan dengan
cepat menuju Bani Quraizhah.[7]

Read more https://almanhaj.or.id/4082-perang-bani-quraizhah.html

Anda mungkin juga menyukai