Dosen Pengampu :
Dr. Zubaedi, M. Ag., M. Pd
Bismillahirrohmanirrohim
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat
rahmat dan taufik-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Pembelajaran PAI di Sekolah, Madrasah, dan PT dalam menumbuhkan 4 kecerdasan
(IQ, EQ, SQ, AQ)”
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua serta dapat menambah ilmu pengetahuan bagi pembacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan Penulisan............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Derasnya laju informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi memicu dan
memacu setiap orang untuk menjadi cerdas. Banyak orang tua yang berburu
jasa kursus, pelatihan, bimbingan belajar dan lain sebagainya untuk
mencerdaskan anak mereka. Dalam hal ini, kecerdasan di definisikan sangat
sederhana, yakni jika anak 2 tahun telah mampu mengeja sederet kata bahkan
sederet kalimat dengan baik, maka ia dikatakan sebagai anak yang cerdas
karena banyak anak lain pada usia tersebut belum mampu melakukannya.
Orang yang mempunyai IQ tinggi tetapi EQ rendah cenderung
mengalami kegagalan yang lebih besar dibanding dengan orang yang IQ-nya
rata-rata tetapi EQ-nya tinggi. Artinya bahwa penggunaaan EQ atau sering
disebut olahrasa menjadi hal yang sangat penting dalam kesuksesan karir
seseorang, yakni 85% EQ dan 15% IQ. Jadi peran EQ sangat siginifikan.
Kita perlu mengembangkan IQ menyangkut pengetahuan dan
keterampilan, namun kita juga harus menampilkan EQ yang sebaik-baiknya
karena EQ harus dilatih. Untuk meningkatkan EQ dan IQ agar dapat membina
hati nurani yang baik kita juga harus mengembangkan SQ yang merupakan
cerminan dari hubungan kita dengan Allah SWT. Jadi perpaduan antara EQ,
IQ, dan SQ inilah yang sangat penting dalam meniti karir agar menjadi lebih
baik. Disamping itu, kita juga perlu mengembangkan AQ (Adversity
Quotient) yang dapat mengajarkan kepada kita bagaimana menjadikan
tantangan bahkan ancaman menjadi peluang, jadi yang ideal memang kita
perlu menyeimbangkan antara EQ, IQ, SQ dan AQ.
Berdasarkan pernyataan di atas, penulis tertarik dan perlu untuk
membahas lebih lanjut berkenaan dengan Pembelajaran PAI di sekolah,
madrasah, dan PT dalam menumbuhkan 4 kecerdasan (IQ, EQ, SQ, AQ).
1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat
dalam makalah ini:
1. Bagaimana pembelajaran PAI di Sekolah dalam menumbuhkan 4
kecerdasan ( IQ, EQ, SQ dan AQ)?
2. Bagaimana pembelajaran PAI di Madrasah dalam menumbuhkan 4
kecerdasan ( IQ, EQ, SQ dan AQ)?
3. Bagaimana pembelajaran PAI di PT dalam menumbuhkan 4 kecerdasan
( IQ, EQ, SQ dan AQ)?
C. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Pembelajaran PAI di Sekolah dalam menumbuhkan 4 kecerdasan ( IQ, EQ,
SQ dan AQ)
2. Pembelajaran PAI di Madrasah dalam menumbuhkan 4 kecerdasan ( IQ,
EQ, SQ dan AQ)
3. Pembelajaran PAI di PT dalam menumbuhkan 4 kecerdasan ( IQ, EQ, SQ
dan AQ)
BAB II
PEMBAHASAN
1
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep
dan Implementasi Kurikulum 2004, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005) hlm 130
2
Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004) hlm 131
2. Pengertian IQ, EQ dan SQ dan AQ
a. Pengertian IQ
IQ (Intelligence Quotient) adalah kemampuan atau
kecerdasan yang didapat dari hasil pengerjaan soal-soal atau
kemampuan untuk memecahkan sebuah pertanyaan dan selalu
dikaitkan dengan hal akademik seseorang.
IQ atau daya tangkap ini dianggap takkan berubah sampai
seseorang dewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran fungsi otak
seperti penuaan dan kecelakaan. IQ yang tinggi memudahkan seorang
murid belajar dan memahami berbagai ilmu. Daya tangkap yang
kurang merupakan penyebab kesulitan belajar pada seorang murid,
disamping faktor lain, seperti gangguan fisik (demam, lemah, sakit-
sakitan) dan gangguan emosional. Awal untuk melihat IQ seorang
anak adalah pada saat ia mulai berkatakata. Ada hubungan langsung
antara kemampuan bahasa si anak dengan IQ-nya. Apabila seorang
anak dengan IQ tinggi masuk sekolah, penguasaan bahasanya akan
cepat dan banyak.3
b. Pengertian EQ
EQ (Emotional Quotient) / kecerdasan emosi merupakan
kemampuan untuk mengelola emosi atau perasaan.
Goleman sendiri menganggap bahwa “emosi merujuk pada
suatu perasaan dan pikiran-pikiran khas, suatu keadaan biologis dan
psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak”.4
Sedangkan Syamsu Yusuf mengutip pendapat Sarlito Wirawan
Sarwono yang mengatakan bahwa “emosi merupakan setiap keadaan
3
Nur Muslimin, Pendidikan Agama Islam Berbasis IQ, EQ, SQ, CQ, Vol 1 (2) 2016, Hlm
262
4
Daniel Goleman, Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional), Terj. T. Hermaya,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996), 411
pada diri seseorang yang desertai warna afektif baik pada tingkat
lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang luas (mendalam)”5
Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan
untuk “menjinakkan” emosi dan mengarahkannya kepada hal-hal yang
lebih positif. Seorang yang mampu mensinergikan potensi intelektual
dan potensi emosionalnya berpeluang menjadi manusia-manusia
utama dilihat dari berbagai segi. Hubungan antara otak dan emosi
mempunyai kaitan yang sangat erat secara fungsional. Antara satu
dengan lainnya saling menentukan.
c. Pengertian SQ
5
yamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), 115
untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam kontekas makna
yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan
atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang
lain”6
d. Pengertian AQ
Kecerdasan adversitas (Adversity Quotient) adalah kecerdasan
yang dimiliki seseorang dalam mengatasi kesulitan dan sanggup
bertahan hidup. Dengan Adversity Quotient seseorang bagai diukur
kemampuannya dalam mengatasi setiap persoalan hidup untuk tidak
berputus asa. Tidak semua orang mampu menarik manfaat kapasitas
IQ dan EQ, dan pada akhirnya Stoltz menawarkan konsep Adversity
Quotient (AQ). Secara ringkas, Adversity Quotient (AQ) adalah
kemampuan seseorang dalam mengamati kesulitan dan mengolah
kesulitan tersebut dengan kecerdasan yang dimiliki sehingga menjadi
sebuah tantangan untuk menyelesaikannya. Terutama dalam
penggapaian sebuah tujuan, cita-cita, harapan dan yang paling penting
adalah kepuasan pribadi dari hasil kerja atau aktivitas itu sendiri.7
6
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami: Menyingkap Rentang
Kehidupan Manusia dari Prakelahiran hingga Pasca Kematian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006) hlm 289
7
Paul G. Stoltz, Faktor Paling Penting dalam Meraih Kesuksesan: Adversity Quotient
Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta: Grasindo 2005
3. Hubungan IQ, EQ, SQ, dan AQ
8
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm 72.
9
Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Gramedia, 1987), hlm 42.
sifat seseorang, alam sekitar, keadaan jasmani, keadaan rohani (jiwa) dan
umur manusia.10
Menurut Atkinson dkk (1987) Proses mengingat dibagi dalam tiga
tahapan yaitu :
a. Memasukkan.
Dalam tahap memasukkan, kesan-kesan diterima dan di pelajari
baik secara spontan atau disengaja maupun sadar atau tidak sadar. Pada
tahap memasukkan ini, terjadi pula proses enconding. Enconding adalah
proses perubahan informasi menjadi simbol-simbol atau gelombang-
gelombang listrik tertentu sesuai dengan perangkat organisme yang ada.
b. Menyimpan.
Setelah enconding selesai dilakukan baru dapat dilakukan
penyimpanan selama waktu tertentu, pada tahap ini terjadi penyimpanan
beberapa catatan, kesan-kesan yang telah diterima dari pengalaman
sebelumnya.
c. Mengeluarkan Kembali.
Tahap ini merupakan tahap untuk mengingat kembali
(Remembering) atau memperoleh kesan – kesan pengalaman yang telah
disi mpan dalam ingatan batasan tersebut menunjukkan bahwa informasi
tidak hanya disimpan saja, tetapi harus dapat dipanggil kembali, terjadi
proses kelupaan.
2. Kecerdasan Emosi (EQ)
Kecerdasan Emosi (EQ) adalah kemampuan untuk mengenali
perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri
sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri
dan dalam hubungan dengan orang lain. Menurut Howard Gardner
kecerdasan Emosi (EQ) terdiri dari dua kecakapan yaitu: intrapersonal
Intelligence dan Inrapersonal Intelligence. Demikian juga dengan
10
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm 26.
pendapat tokoh spiritual terbesar, pendiri filsafat Illuminasi, yakni
Syihabuddin Suhrawardi Al- Maqtul, “….beliau Aristoteles mulai
berbicara kepada saya d alam sebuah penampakan tentang gagasan bahwa
manusia harus melakukan penyelidikan pertama-tama mengenai (masalah)
pengetahuan tentang realitas dirinya, dan selanjutnya, menyelidiki
(pengetahuan orang lain) yang berada di luar (realitas dirinya)”.11
Jadi kecerdasan Emosi (EQ) sangat berpengaruh sekali dalam
proses belajar mengajar. Untuk itu kecerdasan Emosi harus di
kembangkan oleh setiap siswa. Begitu pula seorang pendidik harus
mengetahui begaimana cara yang terbaik untuk mengukur kecerdasan
Emosi (EQ) seseorang atau dirinya sendiri. Menurut Daniel Goleman
salah satu cara terbaik untuk mengukur EQ seseorang yakni dengan
kerangka kerja yang terdiri dari lima kategori utama yaitu:
a. Kesadaran diri, meliputi: kesadaran emosi diri, penilaian pribadi dan
percaya diri.
b. Pengaturan diri, meliputi: pengendalian diri, dapat dipercaya, waspada,
adaptif, komitmen, inisiatif dan optimis.
c. Motivasi, meliputi: dorongan berprestasi, komitmen, inisiatif, dan
optimis.
d. Empati, meliputi: memahami orang lain, pelayanan, mengembangkan
orang lain, mengatasi keragaman, dan kesadaran politis.
e. Keterampilan sosial, meliputi: pengaruh komunikasi, kepemimpinan,
katalisator perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan,
kolaborasi dan koperasi serta kerja tim.
13
Nino Indrianto, Pendidikan Agama Islam Interdisipliner Untuk Perguruan Tinggi, Sleman :
DeePublish 2020 hlm 4
ilmuwan yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, dan mampu
mengabdikan ilmunya untuk kesejahteraan umat manusia.14
Dengan pijakan yuridis Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi, mata kuliah PAI di PTU bermetamorfosis mengikuti
kurikulum tahun 2013. Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU) PAI ini
diamanati untuk mengemban misi-misi luhur berikut. Pertama,
mengembangkan potensi keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, dan karakter
baik mahasiswa (misi psikopedagogis). Kedua, menyiapkan mahasiswa untuk
berkehidupan Islami, baik sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota
masyarakat, dan sebagai warga negara yang baik (misi psikososial). Ketiga,
membangun budaya spiritualitas sebagai determinan utama dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara (misi sosiokultural). Keempat, mengkaji dan
mengembangkan pemahaman ajaran Islam yang terintegrasi dengan berbagai
disiplin ilmu (misi akademik).15
Secara konseptual Kurikulum PAI Tahun 2013 bertumpu pada
sejumlah kompetensi yang hendak dicapai. Kompetensi adalah kemampuan
mahasiswa untuk bersikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan
untuk melaksanakan suatu tugas di kampus, masyarakat, dan lingkungan
tempat yang bersangkutan berinteraksi. Kurikulum dirancang untuk
memberikan pengalaman belajar seluasluasnya bagi mahasiswa selaku peserta
didik untuk mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
diperlukan untuk membangun kemampuan tersebut. Hasil dari pengalaman
belajar tersebut adalah hasil belajar peserta didik yang menggambarkan
manusia dengan kualitas yang dinyatakan dalam Standar Kompetensi Lulusan
(SKL).
14
Wachyuddin, Achmad dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, Grasindo,
hlm 5
15
Francisca, L., Ajisuksmo, & Clara R.P,. “Keterkaitan antara Moral Knowing, Moral
Feeling, dan Moral Behaviour dalam Empat Kompetensi Dasar Guru”. Jurnal Kependidikan, 45(2)
2015, hlm 212
Berdasarkan SKL Kurikulum PAI Tahun 2013, kompetensi-
kompetensi yang diinginkan selanjutnya dijabarkan ke dalam dua kompetensi,
yakni Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Inti
(KI) merupakan kemampuan atau kompetensi yang bersifat generik yang
isinya merujuk pada: (a) Tujuan Pendidikan Nasional (UU Nomor 20 /2003);
(b) Tujuan Dikti (UU Nomor 12/2012); (c) KKNI (Permendikbud 73/2013) ;
dan (d) SKL (Permendikbud SNPT). KI berfungsi sebagai integrator
kompetensi kelompok mata kuliah/program studi. Secara keseluruhan KI
dikelompokkan menjadi empat kelompok, yakni: KI 1 (mencerminkan sikap
spiritual), KI 2 (mencerminkan sikap sosial), KI 3 (mencerminkan
pengetahuan), dan KI 4 (mencerminkan keterampilan).
Dalam konteks Pendidikan Agama Islam (PAI), Kompetensi Dasar dan
capaian pembelajaran yang dikembangkan secara utuh dengan kerangka KI 1,
2, 3, dan 4 sangat konsisten dan koheren dengan keutuhan perwujudan
kemuliaan keberagamaan Islam (religion virtues) melalui pengembangan
secara interaktif dan sinergis kemampuan-kemampuan: Islamic knowledge,
Islamic dispositions, Islamic skills, Islamic confidence, Islamic commitment,
Islamic competence, yang bermuara pada perwujudan Islamic responsibility
dan Islamic engagement.
Materi pembelajaran PAI menurut Kurikulum Tahun 2013 harus
dielaborasi dan dikaji lebih lanjut dengan lebih berorientasi pada activity base
sejalan dengan Kompetensi Dasar (KD) masing-masing. Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada dasarnya menerapkan pendekatan berbasis
proses keilmuan (scientific/epistemologic approach) dengan sintakmatik
generik sebagai berikut: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.16
16
Yusuf Hanafi . Transformasi Kurikulum Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di
Perguruan Tinggi Umum: Dari Paradigma Normatif-Doktriner Menuju Paradigma Historis-
Kontekstual. Universitas Negeri Malang. Vol 23 (1) 2016, hlm 35
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di PT dalam Menumbuhkan 4
Kecerdasan (IQ, EQ, SQ, dan AQ) :
a. Kompetensi Spiritual
1) Religius
Religius merupakan isi dari kompetensi inti spiritual yaitu
nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan. Menunjukkan bahwa
pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu
berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan/ atau ajaran agamanya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
Seseorang yang telah mengetahui dasar-dasar Aqidah Islam
meliputi pengertian tentang agama-agama secara umum dan agama
Islam secara khusus, arkan (rukun) iman, problematika iman, dan aliran
kegamaan di Indonesia, orang tersebut akan memiliki sikap religus.
Maka disini Pendidikan Agama Islam akan membentuk IQ,
EQ, SQ dan AQ mahasiswa yang mampu Menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam yang dianutnya sebagai pola hidup dalam
konteks akademik, dan/atau profesi.
b. Kompetensi Sosial
Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli,
santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerja sama, cinta damai,
responsif dan pro-aktif), menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan bangsa, serta memosisikan diri sebagai agen
transformasi masyarakat yang berakhlak mulia dalam membangun
peradaban bangsa.
Jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerja sama, cinta damai, responsif dan pro-
aktif merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan. Jika sifat jujur disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerja sama, cinta damai, responsif dan pro-
aktif , sudah melekat pada diri seseorang, maka ia akan enggan melakukan
suatu kebohongan. Ketika IQ sudah mendorong untuk mengetahui suatu
pengetahuan, maka akan timbul EQ berupa keengganan untuk berprilaku
sesuatu yang melanggar agama, karena ia merasa bahwa Allah senantiasa
mengetahui apa yang dilakukannya, pada saat inilah kecerdasan spiritual
(SQ) juga berperan. Seseorang yang selalu merasa bahwa Allah senantiasa
melihat apa yang dilakukannya, maka ia tidak akan mudah melakukan
perbuatan yang tercela. Terakhir AQ seseorang akan mendorong
kemampuannya dalam mengatasi setiap persoalan hidup untuk tidak
berputus asa.
c. Kompetensi Pengetahuan
Pendidikan Agama Islam bisa menumbuhkan IQ seseorang dalam
belajar Memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
berbagai fenomena dan kejadian, serta menggunakan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minat.
IQ adalah sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan,
seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir
abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, daya tangkap, dan
belajar.
d. Kompetensi Keterampilan
Jika Pendidikan Agama Islam sudah menumbuhkan IQ, EQ , SQ
dan AQ pada kompetensi spiritual, sosial, pengetahuan maka mahasiswa
akan bisa Mengolah, menalar, mencipta, dan menyaji berbagai hal dalam
ranah konkret dan abstrak secara mandiri serta bertindak secara efisien,
efektif,dan kreatif serta menggunakannya sesuai kaidah keilmuan dan/atau
keprofesionalan mengenai Pendidikan Agama Islam.
Adapun Materi Pendidikan Agama Islam di Perguruan tinggi dari semester 1-7
yang mendukung tumbuhnya 4 kecerdasan IQ, EQ, SQ dan AQ adalah :
1. PAI Semester I : Dasar-dasar Aqidah Islam meliputi pengertian tentang agama-
agama secara umum dan agama Islam secara khusus, arkan (rukun) iman,
problematika iman, dan aliran kegamaan di Indonesia.
2. PAI Semester II: Ibadh praktis terkait rukun Islam dan Baca Tulis Al Qur an
(dilaksanakan dalam bentuk pesantren mahasiswa).
3. PAI Semester III: Fiqh Muamalah dalam arti luas yang mencakup hak dan
macammacamnya, harta benda dan kepemilikan, macam-macam akad,
munakahat, mawaris, jinayat, dan imamah.
4. PAI IV Semester: Dasar-dasar pendidikan akhlak baik dalam keluarga,
masyarakat, dan sekolah.
5. PAI Semester V: (1) Pengertian, metodologi, kegunaan, kedudukan, dan obyek
sejarah pada zaman Jahiliyah dan Nabi, serta Khulafa al Rasyidin, dinasti Bani
Umayyah, Abassiyyah, Turki Utsmani, Syafawi, Mughal, (2) Islam di Asia
Tenggara, (3) masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia, (4)
peristiwaperistiwa penting yang mennetukan dalam sejarah Islam.
6. PAI Semester VI: Pemikiran Islam dengan metode analitis kritis dan
implikasinya dalam kehidupan bidang akademik maupun sosial.
7. PAI Semester VII: Penelusuran Hukum Islam dan Filsafat Hukum Islam.17
Rumusan Capaian Pembelajarn untuk PAI Semester I- VII adalah:
(a) Memiliki kemampuan dalam menghayati aqidah Islam sebagai sarana
peningkatan kesadaran keimanan dan mampu menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari sebagai seorang muslim.
17
Nan Rahminawati, dkk . Analisis dan Evaluasi Terhadap Kurikulum Mata Kuliah Pendidikan
Agama Islam ( PAI) Universitas Islam Bandung Berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI). Vol 5 (1) 2015 hlm 762
(b) Memiliki kemampuan dalam memahami dan menghayati bab ibadah (kepada
Allah dan sesama manusia) dan Baca Tulis Al Quran (BTAQ), sehingga dapat
diimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari yang dapat mendukung
pencapaian visi dan misi serta tujuan PT.
(c) Memiliki kemampuan untuk menguasai dan memanfaatkan pengetahuan dan
pengamalan tentang fiqh muamalah dalam kehidupan sehari-hari sebagai dasar
pelaksaan kehidupan seorang muslim.
(d) Memiliki pemahaman yang baik terkait berbagai aspek pendukung terbentuknya
akhlak baik (mahmudah), sehingga memberikan kontribusi terhadap upaya
peningkatan kualitas akhlak mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari yang
diwujudkan di lingkungan rumah, kampus, dan masyarakat luas.
(e) Memiliki kemampuan dalam pemahaman dan pemanfaatan konsep Sejarah
Peradaban Islam dari sejak lahirnya hingga sampai ke Indonesia, sehingga
mampu untuk mengambil pelajaran dan hikmah dari peristiwa-peristiwa masa
lalu yang terakumulasi dalam Sejarah Peradaban Islam.
(f) Memiliki kemampuan untuk memetakan pertumbuhan dan perkembangan
pemikiran Islam, serta tokoh-tokohnya sejak masa klasik hingga modern. Mampu
mengkaji pemikiran Islam dengan metode analitis-kritis sehingga dapat
mendialogkannya secara terbuka dari berbagai aspeknya, dan memiliki rasa
toleransi yang tinggi sebagai dasar melakukan tugas kehidupan sebagai pribadi
muslim. Memiliki kemampuan menggunakan pendekatan Islam sebagai dasar
dalam pengembangan disiplin imu yang diselenggarakan di PT ( hukum,
psikologi, matematika dan ilmu pengetahuan alam, perenanaan wilayah dan kota,
teknik industri, teknik pertambangan, ilmu komunikasi, ilmu ekonomi, ilmu
kedokteran, dan ilmu pendidikan), sehingga dapat memperkaya strategi dalam
mengimplementasikan ajaran Islam sebagai rahmatan lil ‘aalamiin.18
18
Nan Rahminawati, dkk . Analisis dan Evaluasi Terhadap Kurikulum Mata Kuliah Pendidikan
Agama Islam ( PAI) Universitas Islam Bandung Berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI)…. hlm 761
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pelaksanaan pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang
dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,
memahami, dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan
ditetapkan.
Perpaduan antara IQ , EQ , SQ dan AQ akan membawa jiwa secara utuh,
sehingga dapat belajar dengan baik, dimana akan lebih baik lagi jika ditambahkan
dengan AQ Adversity Quotient (AQ) yang menjadikan kesulitan sebagai
kemampuan seseorang dan mengolah kesulitan tersebut dengan kecerdasan yang
dimiliki sehingga menjadi sebuah tantangan untuk menyelesaikannya.
B. SARAN
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan ketidaksempunaan pada
makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, 1991, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta
B. Purwakania Hasan, Aliah, 2006, Psikologi Perkembangan Islami: Menyingkap
Rentang Kehidupan Manusia dari Prakelahiran hingga Pasca Kematian,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Francisca, L., Ajisuksmo, & Clara R.P, 2015, “Keterkaitan antara Moral Knowing,
Moral Feeling, dan Moral Behaviour dalam Empat Kompetensi Dasar
Guru”. Jurnal Kependidikan, 45(2)
G. Stoltz, Paul, 2005, Faktor Paling Penting dalam Meraih Kesuksesan: Adversity
Quotient Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, Jakarta: Grasindo
Goleman, Daniel, 1996, Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional), Terj. T.
Hermaya, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Goleman, Daniel, 2000, Kecerdasan Emosional, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Gpttman, John, 1998, Kecerdasan Emosional : Kiat-Kiat Membesarkan Anak Yang
Memilik Kecerdasan Emosional, Jakarta: Gramedia
Hanafi, Yusuf, 2016, Transformasi Kurikulum Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
di Perguruan Tinggi Umum: Dari Paradigma Normatif-Doktriner
Menuju Paradigma Historis-Kontekstual. Universitas Negeri Malang. Vol
23 (1)
Indrianto, Nino, 2020, Pendidikan Agama Islam Interdisipliner Untuk Perguruan
Tinggi, Sleman: DeePublish
Majid, Abdul dan Dian Andayani, 2005, Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung:
Remaja Rosdakarya
Majid, Abdul, 2004, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Muslimin, Nur, 2016, Pendidikan Agama Islam Berbasis IQ, EQ, SQ, CQ, Vol 1 (2)
Rahminawati, Nan, dkk . Analisis dan Evaluasi Terhadap Kurikulum Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam ( PAI) Universitas Islam Bandung Berbasis Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Vol 5 (1) 2015