Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

IQ,EQ DAN SQ

Dosen Pengampu :

Dr. Ratnawati , M.Pd

Disusun Oleh :

1. Marea Naveo (22591121)


2. Ade Akbar As (22591001)
3. Muhamad Farhan (22591131)
4. Rena Marliana (22591155)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr., Wb.
Segala puji atas kehadirat Allah SWT., karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul : IQ,EQ DAN SQ yang
dibimbing oleh ibu Dr. Ratnawati , M.Pd

Dalam proses penyajiannya, makalah ini berusaha disusun dengan baik dengan
sejumlah sumber yang kami gunakan untuk membantu dalam memahami materi yang
menjadi fokus kajian ini. Kemudian, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang turut membantu dalam penulisan dan penyusunan makalah ini. Selain itu, kami
juga mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah ini kedepannya dan
membangun pola pikir yang baik dan benar.Demikianlah makalah ini kami susun, kami
mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini, Terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr., Wb.

Curup, 11 September 2023

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii


DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................2
A. Pengertian IQ, EQ Dan SQ?
B. Macam-Macam Kecerdasan Manusia?
C. Cirri-Ciri Tingkah Laku Yang Memiliki Kecerdasan Iq,Eq Dan Sq
D. Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Iq,Eq Dan Sq
E. Pertumbuhaan Kecerdasan Iq,Eq Dan Sq
F. Hubungan Kecerdasan Iq,Eq Dan Sq dengan Kehidupan Sesorang
BAB III PENUTUP ...................................................................................................17
A. Kesimpulan .................................................................................................... 17
DAFTARPUSTAKA……………………………………………………..…….......18

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Kecerdasan merupakan salah satu karunia terbesar dari Allah SWT kepada
manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan
makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus mempertahankan
dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir dan
belajar secara terus menerus.
Pada hakikat kecerdasan itu di berikan kepada semua makluk namun manusia lebih
unggul dalam mengembangkan kecerdasan hingga eksistensinya ada, bilamana ketika
melihat pada makluk lainnya seperti binatang jaman dulu antara lain dinasaurus telah
punah hal salah satu faktor keterbatasan kecerdasan di milikinya.
IQ atau lebih dikenal dengan Intelektual Question merupakan bagian terpenting
dalam individu seseorang. Intelektual membantu seseorang dalam menganalisa sesuatu,
berfikir secara rasional dan melakukan secara maksimal. Intelektual sering kali menjadi
tolak ukur dalam perencanaan program pembelajaran. EQ atau biasa disebut Emotional
Question adalah bagian yang menjadi identitas kepribadian seseorang. Emosional yang
terjaga baik dan tertata rapi juga akan menghasilkan pribadi yang baik dan berkualitas.
Sehingga dalam pelaksanaan proses pembelajaran, emosional peserta didik sangat
menentukan keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. SQ atau Spiritual
Question merupakan bagian terluar dari individu. Spiritual sering dikaitkan dengan nilai-
nilai kepercayaan dan agama atau dalam Islam dikenal dengan Habluminalloh.
Kepercayaan juga menjadi faktor penentu pelaksanaan pendidikan, karena setiap manusia
memiliki kodrat untuk meyakini sebuah agama. Ketiga elemen diatas terlihat berbeda dan
menganalisa bagian-bagai tertentu dalam individu, namun dalam proses pelaksanaan
pembelajaran, ketiga elemen ini saling berkaitan dan mendukung satu sama lain. Tidak
jarang ditemuka ditengah lapangan, para ilmuwan yang mempunyai pemikiran brilian,
namun terkendala dalam emosinya sehingga sering mengalami gangguan kejiwaan.
Banyak juga para ilmuan yang tidak mengenal agama, sehingga ilmu yang ia miliki
digunakan pada tempat yang tidak semestinya
Bicara tentang kecerdasan tentu kita biasanya hanya mengarah kepada kecerdasan
intelektual saja (IQ) karena penerapannya sistem pendidikan kita saat ini lebih
menekankan pengembangan kecerdasan intelektual saja (IQ) saja dan dimensi
kecerdasan yang lain seperti kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) di
marginalkan. Ketika pendidik hanya menekan kepada kecerdasan intelektual (IQ) maka
akan terjadi ketidak seimbangan antara kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan
4
spiritual (SQ) karena hanya tekan logika dan bahasa namun pada hakikat antara IQ,EQ
dan SQ harus seimbang. Berdasarkan paparan yang dikemukan maka penulis
mengemukakan makalah yang berjudul “Dasar-Dasar Psikologis pendidikan Islam: IQ,
EQ dan SQ”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian IQ, EQ Dan SQ?
2. Macam-Macam Kecerdasan Manusia?
3. Bagaimana Cirri-Ciri Tingkah Laku Yang Memiliki Kecerdasan Iq,Eq Dan Sq
4. Bagaimana Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Iq,Eq Dan Sq
5. Bagaimana Pertumbuhaan Kecerdasan Iq,Eq Dan Sq
6. Bagaimana Hubungan Kecerdasan Iq,Eq Dan Sq dengan Kehifupan Sesorang ?
C. Tujuan
1.Untuk mengetahui dan memahami Pengertian IQ, EQ Dan SQ?
2.Untuk mengetahui dan memahami Macam-Macam Kecerdasan Manusia?
3.Untuk mengetahui dan memahami Cirri-Ciri Tingkah Laku Yang Memiliki
Kecerdasan Iq,Eq Dan Sq
4. Untuk mengetahui dan memahami Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Iq,Eq
Dan Sq
5. Untuk mengetahui dan memahami Pertumbuhaan Kecerdasan Iq,Eq Dan Sq
6.Untuk mengetahui dan memahami Hubungan Kecerdasan Iq,Eq Dan Sqdengan
Kehifupan Sesorang ?

BAB II
PEMBAHASAN

5
A. Pengertian IQ, EQ dan SQ
1. Pengertian Intelectual Quotient (IQ)
Kecerdasan Intelektual adalah kemampuan intelektual, analisa, logika dan rasio,
yaitu kecerdasan untuk menerima, menyimpan, dan mengolah informasi menjadi sebuah
fakta.IQ juga merupakan kecerdasan yang diperoleh melalui kreatifitas akal yang
berpusat di otak.Orang yang kecerdasan intelektualnya baik, baginya tidak akan ada
informasi yang sulit, semuanya dapat disimpan, diolah dan diinformasikan kembali pada
saat dibutuhkan.Proses dalam menerima, menyimpan dan mengolah kembali
informasiDengan daya pikirnya, manusia berusaha mensejahterakan diri dan kualitas
kehidupannya.Pentingnya menggunakan akal sangat dianjurkan oleh Islam.Tidak
terhitung banyaknya ayat-ayat Al-Quran dan Hadist Rasulullah SAW yang mendorong
manusia untuk selalu berfikir.Manusia tidak hanya disuruh memikirkan dirinya, tetapi
juga dipanggil untuk memikirkan alam jagad raya.Dalam konteks Islam, memikirkan
alam semesta akan mengantarkan manusia kepada kesadaran akan keMahakuasaan Sang
Pencipta (Allah SWT). Dari pemahaman inilah tumbuh tauhid yang murni, ‘’Agama
adalah akal, tak ada agama bagi orang-orang yang tidak berakal’’[1]. Beberapa ayat yang
menjadi bukti bahwa Allah sangat menuntut manusia untuk terus berpikir:
Firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah 164
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa
yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah
mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin
dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda
(keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Pada surah Al-Baqarah ayat 164 tersebut mendorong manusia untuk memikirkan
kejadian langit dan bumi, pergantian malam dengan siang dan betapa air hujan mengubah
tanah yang tandus menjadi hijau kembali.
Firman-Nya dalam QS. Ar-Ra’d 4
Artinya : Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-
kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak
bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman
itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.

6
Ayat diatas mengajak manusia untuk merenungkan betapa variatifnya bentuk, rasa
dan warna tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan, padahal berasal dari tanah yang sama.
2. Pengertian emotional Quotient (IQ)
“kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengendalilan emosi dan rasional
secara bersamaan dengan kondisi yang tepat. Aristotele pernah mengatakan bahwa semua
bisa menjadi marah, namu marah dalam kondisi yang tepat tidak dilakukan oleh semua
orang”.
Sedangkan EQ menurut.Peter Salovey dan John Mayer memberikan defenisi,
sebagai berikut: "emotional Intteligence is the ability to perceive emotion, to access and
generate emotions so as to assist thought..." melihat dari deinisi tersebut, agar seseorang
dapat dikatakan memiliki kecerdasan emo baik, orang itu harus memenuhi syarat, sebagai
berikut:
a) mampu memahami emosi-emosi,
b) mampu memasuk emosi-emosi
c) mampu menarik emosi
d) mampu menggunakan emosi-emosi itu untuk membantu pikirannya1
3. Pengertian Spritual Qutient
Kecerdasan Spritual (SQ), yang merupakan temuan terkini secara ilmiah, pertama
kali digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, masing-masing dari harvard University
dan Oxpord Universty melalui resit yang sangat Komprehensif. Pembuktian ilmiah
tentang kecerdasan spritual yang dipaparkan Zohar Marshall dalam SQ, Spritual Quotient,
The Ultimate Intelegence, dua diantaranya adalah: Pertama riset ahli Psikologi/syaraf,
Michael persinger awal 1990-an, dan lebih muktahir lagi tahun 1997 oleh ahli syaraf V.S
Ramachandran dan timnya dari california university yang menemukan God-Spot dalam
otak manusia, ini sudah built-in sebagai pusat spritual yang terletak pada jaringan otak
Spritual intellgence (SQ, Spritual Qutient) adalah paradigma kecerdasan spritual.
Artinya, segi dan ruangan spritual kita bisa memancarkan cahaya spritual ( Spritual light)
dalam bentuk kecerdasan spritual. Dr. Marsha Sinetar, yang terkanal luas sebagai
pendidik, penasihat, pengusaha, dan penulis buku-buku bestseller, menafsirkan
kecerdasan speitual sebagai pemikiran yang terilhami. Kata Sinetar, kecerdasan adalah
cahaya, ciuman kehidupan yang membangunkan keindahan tidur kita. Kecerdasan
spritual membangunkan orang-orang dari segala usia dalam segala situasi, kecerdasan
1
Iskandar, Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru),.Jakarta: Gaung Persada (GP) Press, 2009.hal 79-80

7
spritual melibatkan kemampuan menghidupkan kebenaran yang paling dalam. Itu berati
mewujudkan hal yang terbaik, utuh, dan paling manusia dalam batin. Gagasan energi,
nilai, visi, dorongan, dan ara panggilan hidup, mengalir dari dalam, dari suatu keadaan
kesdara yang hidup bersama cinta. Dari sudut pandang psikologi, kecerdasan spritual
justru mengjutkan kita, karean ternyata sudut psikologi membertitahu kita bahwa ruangan
( spritual space) pun memili arti kecerdasan. Lokikanya sederhanya ( common sense:) :
diantara kita bisa saja ada orang tidak cerdas secara spritual, dengan eksprisi
keberagamaan yang monolitik, eksklutif, dan intoleran, yang sering kali berakibat pada
kobaran konflik atas nama agama. Begitu juga sebaliknya, di antara kita bisa juga ada
orang yang cerdas secara spritual sejauh orang itu mengalir dengan penuh kesadaran,
dengan sikap jujur dan terbuka, inklusif, dan bahkan pluralis dalam beragam di tengah
pluralitas agama2
Danah Zohar dan Ian Marshall mendefenisikan kecerdasan spritual adalah
kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih memakna di
bandingkan dengan yang lain.
B. Macam-Macam Kecerdasan Manusia
1. Kecerdasan Intelektual [Intelligence Quotient (IQ)]
Kecerdasan Intelektual/Intelligence Quotient (IQ) merupakan kecerdasan dasar yang
berhubungan dengan proses kognitif, pembelajaran (kecerdasan intelektual) cenderung
menggunakan kemampuan matematis-logis dan bahasa, pada umumnya hanya
mengembangkan kemampuan kognitif (menulis, membaca, menghafal, menghitung dan
menjawab). Kecerdasan ini dikenal dengan kecerdasan rasional karena menggunakan
potensi rasio dalam memecahkan masalah, penilaian kecerdasan dapat dilakukan melalui
tes atau ujian daya ingat, daya nalar, penguasaan kosa kata, ketepatan menghitung, mudah
menganalisis data. Dengan ujian seperti dapat dilihat tingkat kecerdasan intelektual
seseorang.
Kecerdasan intelektual muncul sejak dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat, sejak anak di dalam kandungan (masa pranata) sampai tumbuh menjadi
dewasa. Kecerdasan intelektual (inteligensi) merupakan aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas seseorang dalam perolehan pembelajaran.
2
Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2008.hal 22-23

8
Kecerdasan intelektual (IQ) pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau diri dengan lingkungan dengan
cara yang tepat.[7]
Semenjak zaman pencerahan yang mengagungkan kemajuan ilmu
pengetahuan sebagai lambang kemajuan peradaban, intilegensi naik daun dan dianggap
sebagai prediktor utama kesuksesan, bahkan mungkin satu-satunya. Sehingga salah
kaprah terhadap konsep IQ dan terjadi pemberhalaan IQ. Sering terjadi pertukaran konsep
dikalangan awam antara inteligensi (intelligence) dan IQ.
Inteligensi adalah sebuah konsep, yang dioperasionalisasikan dengan suatu
alat ukur, dan keluaran dari alat ukur inilah yang berupa IQ. Angka yang keluar adalah
angka berdasarkan satuan tertentu. Semacam “gram” untuk “berat”, dan “meter” untuk
“jarak”. Konsep inilah yang harus diluruskan agar tidak menimbulkan beragam
penafsiran : IQ adalah satuan ukur.
Untuk mengukur tingkat inteligensi anak, dapat digunakan tes IQ
(Intelligence Quotient) misalnya dari Binet Simon. Dari hasil tes Binet Simon, dibuatlah
penggolongan inteligensi sebagai berikut:
1. Genius > 140;
2. Gifted > 130;
3. Superior > 120;
4. Normal 90-110;
5. Debil 60-79;
6. Imbesil 40-55;
7. Idiot > 30.[8]
Inteligensi orang satu dengan yang lain cenderung berbeda-beda. Hal ini karena
adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya, antara lain:
a) Faktor pembawaan, dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak
lahir.
b) Faktor minat dan pembawaan yang khas, dimana minat mengarahkan
perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
c) Faktor pembentukan, dimana pembentukan adalah segala keadaan diluar diri
seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi.
d) Faktor kematangan, dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat

9
dikatakan telah matang jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai
kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
e) Faktor kebebasan, yang berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode juga bebas
memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kelima faktor itu saling terkait satu dengan yang lain. Jadi, untuk menentukan
kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor tersebut.
2. Kecerdasan Emosi [Emotional Quotient (EQ)]
Sesuai dengan berjalannya zaman, manusia mulai menyadari bahwa faktor emosi
tidak kalah pentingnya dalam mendukung sebuah kesuksesan, bahkan dipandang lebih
penting dari pada inteligensi. Daniel Goleman telah mempopulerkan pada pertengahan
1990-an. Seperti juga IQ, konsep kecerdasan emosi ini dioperasionalisasikan menjadi alat
ukur dan keluarannya disebut EQ.
Konsep ini muncul dari beberapa pengalaman, bahwa kecerdasan intelektual yang
tinggi saja tidak cukup untuk mengantarkan orang menuju sukses. Menurut Goleman
(1995) pengembangan kecerdasan emosional, orang-orang sukses selain memiliki
kecerdasan intelektual yang tinggi tetapi juga memliki stabilitas, motivasi kerja yang
tinggi, mampu mengendalikan stres, tidak mudah putus asa, dan lain-lain. Pengalaman-
pengalaman demikian, memperkuat keyakinan bahwa disamping kecerdasan intelektual
juga ada kecerdasan emosional. Orang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi
adalah mereka yang mampu mengendalikan diri (mengendalikan gejolak emosi), mampu
menerima kenyataan, dapat merasakan kesenangan meskipun dalam kesulitan.
Demikian pula penerapannya dalam kehidupan organisasi, inteligensi tidak lagi
dianggap satu-satunya faktor menentukan kinerja seseorang. Dalam konsep kompetensi
faktor-faktor seperti motivasi, keterampilan interpersonal, dan kepemimpinan mendapat
perhatian yang cukup signifikan.
Tokoh-tokoh seperti Sternberg, Baron dan Salovey, menyebutkan adanya
lima domain kecerdasan pribadi dalam bentuk kecerdasan emosional, yaitu:
a. Kemampuan mengenali emosi diri
Kemampuan mengenali emosi diri merupakan kemampuan seseorang dalam
mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul. Ini sering
dikatakan sebagai dasar dari kecerdasan emosional. Seseorang yang mampu mengenali
emosinya sendiri adalah bila ia memiliki kepekaan yang tajam atas perasaan mereka yang
sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan-keputusan secara mantap. Misalnya
10
sikap yang diambil dalam menentukan berbagai pilihan, seperti memilih sekolah, sahabat,
pekerjaan sampai kepada pemilihan pasangan hidup.
b. Kemampuan mengelola emosi
Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan seseorang untuk
mengendalikan perasaannya sendiri sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat
mempengaruhi perilakunya secara salah. Mungkin dapat diibaratkan sebagai seorang pilot
pesawat yang dapat membawa pesawatnya ke suatu kota tujuan dan kemudian
mendaratkannya secara mulus. Misalnya seseorang yang sedang marah, maka kemarahan
itu, tetap dapat dikendalikan secara baik tanpa harus menimbulkan akibat yang akhirnya
disesalinya di kemudian hari.
c. Kemampuan memotivasi diri
Kemampuan memotivasi diri merupakan kemampuan untuk memberikan semangat
kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat. Dalam hal ini
terkandung adanya unsur harapan optimisme yang tinggi, sehingga seseorang memiliki
kekuatan semangat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Misalnya dalam hal belajar,
bekerja, menolong orang lain dan sebagainya. 3
d. Kemampuan mengenali emosi orang lain
Kemampuan mengenali emosi orang lain (empati) merupakan kemampuan untuk
mengerti perasaan dan kebutuhan orang lain, sehingga orang lain akan merasa senang dan
dimengerti perasaannya. Anak-anak yang memiliki kemampuan ini, yaitu sering pula
disebut sebagai kemampuan berempati, mampu menangkap pesan non verbal dari orang
lain seperti nada bicara, gerak-gerik maupun ekspresi wajah dari orang lain tersebut.
Dengan demikian anak-anak ini akan cenderung disukai orang.
e. Kemampuan membina hubungan sosial
Kemampuan membina hubungan sosial merupakan kemampuan untuk mengelola
emosi orang lain, sehingga tercipta keterampilan sosial yang tinggi dan membuat
pergaulan seseorang menjadi lebih luas. Anak-anak dengan kemampuan ini cenderung
mempunyai banyak teman, pandai bergaul dan menjadi lebih populer.
Disini dapat kita simpulkan betapa pentingnya kecerdasan emosional dikembangkan
pada diri siswa (peserta didik). Karena betapa banyak kita jumpai siswa (peserta didik),
dimana mereka begitu cerdas di sekolah, begitu cemerlang prestasi akademiknya, namun
bila tidak dapat mengelola emosinya, seperti mudah marah, mudah putus asa atau angkuh
dan sombong, maka prestasi tersebut tidak akan banyak bermanfaat untuk dirinya.
3
Ibid 24

11
Ternyata kecerdasan emosional perlu lebih dihargai dan dikembangkan pada peserta didik
sedini mungkin dari tingkat pendidikan usia dini sampai ke Perguruan Tinggi. Karena hal
inilah yang mendasari keterampilan seseorang di tengah masyararakat kelak, sehingga
akan membuat seluruh potensinya dapat berkembang secara lebih optimal.[14]
Selain itu kecerdasan emosi berkaitan dengan pemahaman diri dan orang lain,
beradaptasi dan menghadapi lingkungan sekitar, dan penyesuaian secara cepat agar lebih
berhasil dalam mengatasi tuntutan lingkungan.
3. Kecerdasan Spiritual [Spiritual Quotient (SQ)]
Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan kemampuan individu terhadap mengelola
nilai-nilai, norma-norma dan kualitas kehidupan dengan memanfaatkan kekuatan-
kekuatan pikiran bawah sadar atau lebih dikenal dengan suara hati (God Spot).
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hajj ayat 46, sebagai berikut:
Artinya : “Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka
mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang
dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta,
tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”. (Q.S. Al-Haj : 46).[15]
Kecerdasan spiritual disini bermakna bahwa seseorang individu yang memiliki
rasa tanggung jawab kepada sang pencipta serta kemampuan mengkhayati nilai-nilai
agama. Keridlaan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menerima dengan
hati yang rela dengan peraturan-peraturan yang telah digariskan oleh agama. Tanggung
jawab kepada sang pencipta dapat membantu seseorang untuk terus belajar dan bekerja
keras tanpa rasa jenuh. Allah membimbing siapa saja yang ridla kepada-Nya melalui
jalan-jalan keselamatan dan membawa mereka dengan izin-Nya keluar dari kegelapan
menuju cahaya. Sebagaimana tujuan diciptakannya manusia, dalam surat al-Maidah ayat
16:
Artinya : “Dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti
keridlaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan
orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-
Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.”
(Q.S. Al-Maidah :16) [16]
Kecerdasan spiritual (SQ) yang memadukan antara kecerdasan intelektual
dan emosional menjadi syarat penting agar manusia dapat lebih memaknai hidup dan
menjalani hidup penuh berkah. Terutama pada masa sekarang, dimana manusia modern
terkadang melupakan mata hati dalam melihat segala sesuatu.
12
Manusia modern adalah manusia yang mempunyai kualitas intelektual yang
memadai, karena telah menempuh pendidikan yang memadai pula. Salah satu ciri yang
kental dalam diri manusia modern adalah suka membaca. Hal ini sejalan dengan syariat
Islam, dimana syariat pertamanya adalah membaca. Namun, terkadang kualitas
intelektual tersebut tidak dibarengi dengan kualitas iman atau emosional yang baik,
sehingga berkah yang diharapkan setiap manusia dalam hidupnya tidak dapat diperoleh.
K.H. Ali Yafie menyatakan, ibadah yang dijalankan oleh umat Islam
seharusnya bukan hanya merupakan suatu kewajiban, sehingga menjadi beban. Akan
tetapi ibadah hendaknya menjadi kebutuhan hidup yang mutlak. Dengan menjadikan
ibadah sebagai kebutuhan mutlak, tiap umat Islam akan selalu rindu untuk menjalankan
ibadah. Dengan kata lain, upaya mi’raj atau mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai
salah satu wujud dari makna hidup manusia dapat diusahakan tanpa menjadikannya suatu
beban.
Sementara itu, Komaruddin Hidayat memaparkan beberapa ciri manusia
modern yang terjadi dalam dua kelompok besar, yaitu beragama dan tidak beragama.
Ciri-ciri tersebut adalah rasional, mengandalkan kekuatan pribadi, selalu penuh dengan
rencana dan kompetitif. Namun, ia memberi penekanan bahwa manusia modern dalam
Islam tidak boleh melupakan mata hati dalam melihat segala sesuatu. Hal ini
membutuhkan kecerdasan spiritual, lanjutnya, sehingga hati dan nalar akan dapat bekerja
sama.4
Proses pembersihan diri dan upaya untuk menjernihkan hati, dengan tujuan
memunculkan kemampuan mendengar suara hati terdalam yang merupakan sumber
kebijaksanaan dan motivasi. Pengaktifan, pembangkitan secara mental dan spiritual untuk
memunculkan kemampuan dan potensi yang tersembunyi, pengisian dengan sifat-sifat
Allah yang agung dan indah, memunculkan sifat-sifat yang baik, membangun citra positif
yang mempesonakan.
Pengembangan potensi diri adalah suatu metode untuk melepaskan,
mengarahkan, mengendalikan kekuatan pikiran bawah sadar (unconscious mind),
sehingga menjadi suatu langkah nyata dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus pola
pengasahannya, melalui berbagai aplikasi dan keilmuan canggih berdasar kekuatan do’a
dan dzikir yang digali dari al-Qur’an dan Hadits, menjadi modal dasar untuk pencapaian
jalan keluar terbaik, untuk mencapai kerukunan, untuk mencapai harkat kehidupan yang

4
Ibid 25

13
lebih tinggi sepanjang perjalanan kehidupan. Bilamana setiap manusia bisa
mengendalikan emosinya, maka kehidupan akan menjadi lebih indah.
Untuk itu setiap manusia perlu mendapatkan suatu pelatihan dan
pemahaman tentang kecerdasan emosi (EQ) dengan semangat spiritual (SQ), sehingga
terjadi suatu perpaduan yang dahsyat untuk membangun karakter manusia yang
sempurna, baik di dunia, di masyarakat maupun di mata Tuhan SWT.
Mampu memberi makna luhur terhadap pekerjaan dan tugas sehari-hari
sehingga manusia akan merasakan makna kehidupan yang sangat indah dan
menyenangkan ketika sedang bertugas dan tetap tegar saat menghadapi masalah yang
berat sekalipun. Meningkatkan dan membangkitkan berbagai kemampuan dan potensi
untuk memunculkan kekuatan spiritual terdalam (inner power) sehingga menjadi sumber
kecerdasan spiritual dengan kekuatan do’a dan dzikir agar manusia terangkat ke
permukaan, lebih tinggi dari sebelumnya.
Dalam al-Qur’an, selain mengajarkan tuntunan beribadah secara sempurna
terkandung juga suatu teknologi yang luar biasa untuk mencapai suatu tujuan-tujuan
tertentu dan berbagai keilmuan yang membutuhkan pengkajian lebih dalam lagi untuk
memahaminya dan menggunakannya untuk kemajuan umat manusia.[18]
Berbagai penelitian mengenai tubuh manusia bahkan membuat kita lebih
terpesona lagi akan kebesaran Allah SWT dalam menciptakan manusia. Bagaimana
ciptaan yang sempurna ini bekerja, berpikir, bergerak, menganalisa, mengambil
keputusan, memunculkan berbagai gagasan yang indah dan hebat, hingga manusia ini
bisa berhasil menjadi terkenal, berkemampuan logik maupun spiritual, mempunyai emosi
(IQ, EQ, SQ) yang bila dipergunakan secara positif-konstruktif akan memberi suatu
hikmah pencapaian yang luar biasa.
4. Multiple Intelligence (Kecerdasan Ganda)
Akhir-akhir ini banyak dibahas konsep kecerdasan ganda (Multiple Intelligence).
Konsep ini berawal dari karya Horward Gardner (dalam buku Frames of Mind, 1983),
yang didasarkan atas hasil penelitiannya selama beberapa tahun tentang kapasitas kognitif
manusia (human cognitive capacities).
Gardner menolak asumsi, bahwa kognisi manusia merupakan satu kesatuan
dan individu hanya mempunyai kecerdasan tunggal. Meskipun sebagian besar individu
menunjukkan penguasaan seluruh spektrum kecerdasan, tiap individu memiliki tingkat
penguasaan yang berbeda. Individu memiliki beberapa kecerdasan, dan kecerdasan-

14
kecerdasan itu bergabung menjadi satu kesatuan membentuk kemampuan pribadi yang
cukup tinggi.5
Menurutnya, dalam diri manusia terdapat banyak potensi yang belum
dikembangkan dan bahkan kadang-kadang potensi tersebut telah kita kubur gara-gara
kesibukan kita sehari-hari, seperti pekerjaan, mengurus rumah tangga atau sekolah.
Dalam penemuannya, setidaknya ada delapan kecerdasan yang patut di perhitungkan
secara sungguh-sungguh sebagai sebuah kecerdasan juga. Delapan kecerdasan itu
diantaranya sebagai berikut:
1) Kecerdasan matematis-logis (logical-mathematical intelligence) merupakan
kecakapan untuk menghitung, mengkuantitatif, merumuskan proposisi dan hipotesis, serta
memecahkan perhitungan-perhitungan matematis yang kompleks. Para ilmuwan, ahli
matematis, akuntan, insinyur, pemogram komputer adalah orang-orang yang tinggi dalam
kecerdasan logis matematisnya.
2) Kecerdasan bahasa (linguistic intelligence) ; merupakan kecakapan berfikir
melalui kata-kata, menggunakan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang
kompleks. Para penulis, ahli bahasa, sastrawan, jurnalis, adalah orang-orang yang
memiliki kecerdasan linguistik yang tinggi.
3) Kecerdasan visual (visual-spatial intelligence) ; merupakan kecakapan
berpikir dalam ruang tiga dimensi. Seorang yang memilik inteligensi visual-ruang yang
tinggi seperti pilot, nahkoda, astronot, pelukis, arsitek, perancang dan lain-lain. Mampu
menangkap bayangan ruang internal dan eksternal, untuk penentuan arah dirinya atau
benda yang dikendalikan, atau mengubah, mengkreasi dan menciptakan karya-karya tiga
dimensi nyata.
4) Kecerdasan kinestik atau gerakan fisik (kinesthetic intelligence) merupakan
kecakapan melakukan gerakan dan keterampilan kecekatan fisik seperti dalam olah raga,
atletik, menari, kerajinan tangan, bedah, dan lain-lain. Orang-orang yang memiliki
kecerdasan kinestetik yang tinggi adalah para olahragawan, penari, pencipta tari,
pengrajin profesional, dokter bedah, dan lain-lain.
5) Kecerdasan musik (musical intelligence) ; merupakan kecakapan untuk
menghasilkan dan menghargai musik, sensitivitas terhadap melodi, ritme, nada, tangga
nada, menghargai bentuk-bentuk ekspresi musik. Komponis, dirigen, musisi, kritikus,
musik, pembuat instrumen musik, penyanyi, pengamat musik adalah orang-orang yang
memiliki kecerdasan musik yang tinggi.
5
Ibid 26

15
6) Kecerdasan hubungan sosial (interpersonal intelligence); merupakan kecakapan
memahami dan merespon serta berinteraksi dengan orang lain dengan tepat, watak,
temperamen, motivasi dan kecenderungan terhadap orang lain. Orang-orang yang
memiliki kecerdasan hubungan sosial di antaranya guru, konselor, pekerja sosial, aktor,
pimpinan masyarakat, politikus, dan lain-lain.
7) Kecerdasan kerohaniahan (intrapersonal intelligence) ; merupakan kecakapan
memahami kehidupan emosional, membedakan emosi orang-orang, pengetahuan tentang
kekuatan dan kelemahan diri. Kecakapan membentuk persepsi yang tepat terhadap orang,
menggunakannya dalam merencanakan dan mengarahkan kehidupan yang lain.
Agamawan, psikolog, psikiater, filosof, adalah mereka yang memiliki kecerdasan pribadi
yang tinggi.
8) Kecerdasan naturalistik ; merupakan kemampuan seorang siswa (peserta
didik), guru (pendidik) untuk peka terhadap lingkungan alam. Misalnya senang berada di
lingkungan yang terbuka seperti pantai, gunung, cagar alam, hutan, dan sebagainya.
Anak-anak dengan kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan
alam seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan
fauna, benda-benda di angkasa, dan lain sebagainya.6
C. Ciri-ciri tingkah laku
Ciri-ciri tingkah laku yang mencerminkan kecerdasan IQ, EQ, dan SQ
(Intelligence Quotient, Emotional Quotient, dan Spiritual Quotient) adalah hasil dari
pengembangan aspek-aspek berikut:
1. Kecerdasan IQ (Intelligence Quotient):
a. Kemampuan Analitis
Kemampuan untuk memecahkan masalah, mengidentifikasi pola, dan
menganalisis informasi dengan cepat dan tepat.
b. Kemampuan Logis
Mampu berpikir logis, mengikuti alur berpikir yang konsisten, dan menggunakan
deduksi dan induksi.
c. Kemampuan Berbahasa
Kemampuan berkomunikasi dengan baik melalui kata-kata tertulis maupun lisan,
serta memahami teks dengan cepat.
6
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta, Pustaka Belajar, 2008.hal 62-63

16
d. Kreativitas
Kemampuan untuk berpikir di luar kotak, menghasilkan ide-ide baru, dan
membuat solusi yang inovatif.
e. Kemampuan Memecahkan Masalah
Mampu mengidentifikasi masalah, merancang strategi penyelesaian, dan
mengimplementasikannya.
2. Kecerdasan EQ (Emotional Quotient):
a. Kesadaran Diri (Self-Awareness)
Kemampuan untuk memahami dan mengenali emosi diri sendiri, termasuk
kekuatan dan kelemahan emosional.
b. Kemampuan Mengelola Emosi
Mampu mengelola emosi dengan baik, seperti mengendalikan stres, mengatasi
kecemasan, dan berurusan dengan kemarahan dengan sehat.
c. Kemampuan Empati
Mampu merasakan dan memahami emosi orang lain, serta berempati terhadap
perasaan mereka.
d. Kemampuan Mengelola Hubungan
Kemampuan untuk membangun dan menjaga hubungan yang sehat dengan orang
lain, termasuk keterampilan berkomunikasi dan konflik.
e. Motivasi diri
Kemampuan untuk mengatur diri sendiri, menetapkan tujuan, dan
mempertahankan motivasi dalam menghadapi tantangan.
3. Kecerdasan SQ (Spiritual Quotient):
a. Kesadaran Spiritual
Kemampuan untuk merenung dan menjalani kehidupan dengan tujuan yang lebih
besar atau makna yang mendalam.
b. Etika dan Moralitas
Mampu memahami nilai-nilai etika dan moral, serta mengintegrasikannya ke
dalam keputusan dan tindakan sehari-hari.
c. Pengembangan Diri
Kemampuan untuk terus-menerus belajar dan tumbuh secara pribadi, mencari
pemahaman lebih dalam tentang diri sendiri dan dunia.
d. Empati Universal

17
Kemampuan untuk merasa terhubung dengan seluruh makhluk hidup dan alam
semesta, serta berkontribusi positif pada keberlangsungan lingkungan dan masyarakat.
e. Pencarian Makna
Kemampuan untuk mencari dan menggali makna dalam kehidupan, mengejar
pertanyaan filosofis, dan mengembangkan hubungan yang lebih dalam dengan diri sendiri
dan yang lebih tinggi.
Ciri-ciri tingkah laku ini tidak hanya mencakup kemampuan intelektual, tetapi
juga keseimbangan emosional, dan kepedulian terhadap aspek-aspek spiritual dan moral
dalam kehidupan. Membangun kecerdasan IQ, EQ, dan SQ memerlukan usaha, refleksi,
dan pengembangan diri yang berkelanjutan. Hal ini dapat membantu individu menjadi
lebih baik dalam berpikir, berinteraksi dengan orang lain, dan menjalani hidup dengan
tujuan yang lebih dalam.
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan IQ (Intelligence Quotient),
kecerdasan emosional EQ (Emotional Quotient), dan kecerdasan spiritual SQ (Spiritual
Quotient) seseorang.
Kecerdasan IQ (Intelligence Quotient), kecerdasan emosional EQ (Emotional
Quotient), dan kecerdasan spiritual SQ (Spiritual Quotient) seseorang dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang kompleks. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
masing-masing kecerdasan tersebut:
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi IQ (Intelligence Quotient):
a. Faktor Genetik
Sebagian besar penelitian menyatakan bahwa faktor genetik memiliki pengaruh
pada kecerdasan IQ seseorang. Genetika memainkan peran dalam pembentukan struktur
otak dan kemampuan intelektual.
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan tempat seseorang tumbuh juga memiliki dampak besar pada IQ.
Faktor-faktor seperti akses terhadap pendidikan yang berkualitas, stimulasi intelektual,
pola asuh, dan nutrisi memainkan peran penting.
c. Pendidikan
Kualitas pendidikan dan kesempatan belajar berperan dalam meningkatkan IQ.
Pendidikan yang baik dapat membantu seseorang mengembangkan keterampilan analitis
dan pemecahan masalah.
d. Nutrisi

18
Gizi yang cukup dan seimbang sangat penting dalam perkembangan otak.
Malnutrisi pada masa kanak-kanak dapat menghambat perkembangan IQ.
e. Latihan Kognitif
Aktivitas yang merangsang otak, seperti membaca, menyelesaikan teka-teki, dan
memecahkan masalah, dapat meningkatkan IQ.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi EQ (Emotional Quotient):
a. Kesadaran Diri
Kemampuan untuk memahami dan mengenali emosi diri sendiri adalah faktor
kunci dalam EQ. Kesadaran diri memungkinkan seseorang untuk mengelola emosi
dengan lebih baik.
b. Hubungan Keluarga
Pengalaman dalam hubungan keluarga selama masa kanak-kanak dapat
membentuk pola emosi dan interaksi sosial. Keluarga yang mendukung dan penuh kasih
cenderung membantu perkembangan EQ yang sehat.
c. Pendidikan Emosional
Pendidikan yang mengajarkan keterampilan emosional seperti empati, mengelola
stres, dan berkomunikasi efektif dapat meningkatkan EQ.
d. Pengalaman Hidup
Pengalaman hidup, baik yang positif maupun negatif, dapat membentuk dan
mengembangkan EQ seseorang. Mereka dapat membantu dalam memahami perasaan
orang lain.
e. Keterampilan Sosial
Kemampuan berinteraksi dengan orang lain, membentuk hubungan yang sehat,
dan menyelesaikan konflik adalah faktor penting dalam EQ.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi SQ (Spiritual Quotient):
a. Keyakinan dan Nilai
Nilai-nilai dan keyakinan spiritual individu memainkan peran utama dalam SQ.
Keyakinan agama atau filosofis dapat membentuk pandangan hidup dan makna dalam
kehidupan.
b. Praktik Spiritual
Aktivitas seperti meditasi, doa, atau refleksi dapat membantu seseorang terhubung
dengan dimensi spiritual mereka dan mengembangkan SQ.
c. Pengalaman Hidup Pribadi

19
Pengalaman-pengalaman signifikan, seperti krisis atau pencarian makna, dapat
mempengaruhi perkembangan SQ.
d. Konteks Sosial
Lingkungan sosial dan budaya seseorang juga dapat memengaruhi SQ, karena
pengalaman spiritual sering kali didasarkan pada budaya dan tradisi.
e. Pendidikan dan Pembelajaran
Belajar tentang filsafat, etika, dan agama dapat memperdalam pemahaman SQ.
Faktor-faktor ini dapat saling terkait dan saling memengaruhi. Perkembangan
kecerdasan IQ, EQ, dan SQ adalah proses yang berkelanjutan dan dipengaruhi oleh
sejumlah faktor yang berbeda dalam kehidupan seseorang. Pengembangan diri yang
berfokus pada aspek-aspek ini dapat membantu seseorang mencapai keseimbangan yang
lebih baik dalam kehidupan mereka.
F. Pertumbuhan IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional Quotient), dan SQ
(Spiritual Quotient)
Pertumbuhan IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional Quotient), dan SQ
(Spiritual Quotient) adalah proses yang berkelanjutan sepanjang kehidupan seseorang.
Setiap jenis kecerdasan ini dapat berkembang melalui upaya, pengalaman, dan
pemahaman yang mendalam. Berikut adalah rincian pertumbuhan masing-masing
jenis kecerdasan:
1. Pertumbuhan IQ (Intelligence Quotient):
a. Pendidikan Berkualitas
Mendapatkan akses dan memanfaatkan pendidikan yang berkualitas adalah kunci
pertumbuhan IQ. Pendidikan memberikan alat untuk mengembangkan keterampilan
analitis, pemecahan masalah, dan berpikir kritis.
b. Pengalaman Belajar
Belajar dari pengalaman sehari-hari, seperti menyelesaikan tugas-tugas kompleks
atau menghadapi tantangan yang memerlukan pemikiran kreatif, dapat meningkatkan IQ.
c. Latihan Kognitif
Melakukan latihan otak seperti memecahkan teka-teki, bermain permainan
logika, atau membaca secara teratur dapat meningkatkan kemampuan kognitif.
d. Pendekatan Multidisiplin:
Memahami berbagai disiplin ilmu, dari matematika hingga seni, dapat
memperkaya pemahaman intelektual dan mengembangkan IQ.
e. Mentor dan Guru
20
Dibimbing oleh mentor atau guru yang memiliki pengetahuan lebih dapat
mempercepat pertumbuhan IQ dengan memberikan panduan dan wawasan yang berharga.
2. Pertumbuhan EQ (Emotional Quotient):
a. Kesadaran Diri (Self-Awareness)
Pertumbuhan EQ dimulai dengan mengenali dan memahami emosi diri sendiri.
Ini melibatkan introspeksi dan refleksi terhadap perasaan dan reaksi pribadi.
b. Pengembangan Empati
Melatih diri untuk mengerti dan merasakan perasaan orang lain adalah bagian
penting dalam pertumbuhan EQ. Ini melibatkan mendengarkan dengan empati dan
mencoba melihat dari perspektif orang lain.
c. Pengelolaan Emosi
Memahami cara mengelola emosi, seperti mengendalikan stres atau mengatasi
kemarahan dengan sehat, adalah bagian integral dari pertumbuhan EQ.
d. Hubungan Interpersonal
Berinteraksi dengan berbagai orang dan membangun hubungan yang sehat dapat
memperdalam pemahaman terhadap emosi dan membantu dalam mengembangkan
keterampilan sosial.
f. Pendidikan Emosional
Pelatihan dan pendidikan khusus yang fokus pada pengembangan EQ dapat
membantu individu mengenali, mengerti, dan mengelola emosi dengan lebih baik.
3. Pertumbuhan SQ (Spiritual Quotient):7
a. Pencarian Makna
Pertumbuhan SQ dimulai dengan eksplorasi makna dalam kehidupan. Ini bisa
melibatkan pertanyaan filosofis tentang tujuan dan makna eksistensi.
b. Pengalaman Spiritual
Melakukan praktik spiritual seperti meditasi, doa, atau kontemplasi dapat
membantu individu terhubung dengan dimensi spiritual mereka.
c. Pendidikan Spiritual: Mempelajari filsafat, etika, dan agama dari berbagai budaya
dapat memperdalam pemahaman dan pertumbuhan SQ.
d. Pengalaman Hidup

7
Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual ESQ Emotional
Sripitual Quontient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam ,Jakarta: Arga, 2004

21
Krisis, perjalanan, atau pengalaman mendalam lainnya dapat menjadi titik balik
dalam pertumbuhan SQ seseorang dengan memunculkan pertanyaan tentang eksistensi
dan makna.
e. Kesadaran Universal
Pertumbuhan SQ juga melibatkan kesadaran akan keterhubungan dengan seluruh
makhluk hidup dan alam semesta serta kontribusi positif pada keberlanjutan dunia.
Penting untuk diingat bahwa pertumbuhan IQ, EQ, dan SQ tidak terjadi dalam
isolasi. Mereka saling terkait dan dapat saling memperkuat. Pengembangan diri yang
seimbang melibatkan perhatian pada ketiga aspek ini untuk mencapai keseimbangan
intelektual, emosional, dan spiritual dalam kehidupan.
F. Hubungan antara IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional Quotient),
dan SQ (Spiritual Quotient) dalam kehidupan seseorang sangat kompleks dan
berdampak pada berbagai aspek kehidupan.
Berikut adalah pengembangan rinci mengenai hubungan ketiganya:
1. Pengembangan Intelektual (IQ) Mempengaruhi Pemahaman Emosional (EQ):
a. Analisis Emosional: IQ yang tinggi dapat membantu seseorang menganalisis dan
memahami emosi dengan lebih baik. Kemampuan intelektual yang kuat
memungkinkan seseorang untuk merumuskan pemahaman yang lebih dalam tentang
emosi mereka sendiri dan orang lain.
b. Pemecahan Masalah Emosional: IQ yang tinggi dapat membantu dalam mengatasi
masalah emosional. Seseorang dengan IQ yang baik cenderung dapat menemukan
solusi yang lebih baik untuk mengelola emosi negatif.
c. Kemampuan Emosi (EQ) Mempengaruhi Hubungan Sosial dan Kepemimpinan:
d. Keterampilan Sosial: EQ yang kuat menciptakan dasar bagi hubungan sosial yang
sehat. Kemampuan untuk merasakan dan merespons emosi orang lain membantu
dalam berinteraksi dan membangun hubungan yang kuat.
e. Kepemimpinan: Individu dengan EQ yang baik cenderung menjadi pemimpin yang
lebih efektif karena mereka mampu memahami dan memotivasi orang lain dengan
baik.
2. Pemahaman Spiritual (SQ) Mengarah pada Pertanyaan Filosofis yang Mendalam:
a. Pertanyaan Eksistensial
SQ yang berkembang cenderung mendorong seseorang untuk menjelajahi
pertanyaan tentang makna hidup, tujuan, dan eksistensi manusia. Ini seringkali
melibatkan pemeriksaan filosofis yang mendalam.
22
b. Ketegasan Nilai8
SQ yang kuat dapat membantu individu menetapkan nilai-nilai yang kokoh dan
etika yang mendalam yang membimbing tindakan mereka dalam kehidupan sehari-hari.
c. Keseimbangan Ketiganya Menghasilkan Kecerdasan yang Komprehensif:
d. Keputusan yang Baik
Ketika seseorang memiliki keseimbangan IQ yang baik untuk berpikir rasional,
EQ yang baik untuk mengelola emosi, dan SQ yang baik untuk memiliki pandangan
spiritual yang mendalam, mereka cenderung membuat keputusan yang lebih seimbang
dan bijaksana dalam berbagai aspek kehidupan.
e. Kualitas Hubungan
Hubungan interpersonal yang kuat dan bermakna memerlukan kecerdasan
emosional yang baik, yang dapat mendukung hubungan yang lebih dalam dan
berkelanjutan.
3. Pertumbuhan Seumur Hidup:
a. Pengembangan Secara Paralel
IQ, EQ, dan SQ tidak berhenti berkembang setelah masa kanak-kanak. Mereka
dapat terus berkembang sepanjang hidup melalui pengalaman, pembelajaran, dan
pemahaman yang mendalam.
b. Interaksi yang Kompleks
Selama kehidupan, ketiganya sering kali saling memengaruhi. Misalnya,
pengalaman spiritual atau eksistensial yang mendalam dapat mempengaruhi emosi dan
pikiran seseorang (EQ dan IQ).
Penting untuk diingat bahwa ketiga jenis kecerdasan ini saling terkait dan dapat
saling memperkuat. Pengembangan diri yang seimbang dalam ketiga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di dalam diri manusia terdapat tiga bentuk kecerdasan, yaitu kecerdasan
intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ).IQ adalah
kecerdasan yang diperoleh melalui kreatifitas akal yang berpusat di otak, EQ adalah
kecerdasan yang yang diperoleh melalui kreatifitas emosional yang berpusat di dalam
jiwa dan SQ adalah kecerdasan yang diperoleh melalui kreatifitas rohani yang

8
Emotional Sripitual Quontient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam .Jakarta: Arga, 2004. Hal 54-55

23
mengambil lokus di sekitar wilayah roh. Di dalam hubungan Presefiktif islam tentang
IQ, EQ dan SQ adalah SQ mengajarkan interaksi manusia dengan al-Khalik ,
sementara IQ dan EQ mengajarkan interaksi manusia dengan dirinya dan alam di
sekitarnya. Tanpa ketiganya bekerja proporsional, maka manusia tidak akan dapat
menggapai statusnya sebagai "Khalifah" di muka bumi. Oleh karena Islam
memberikan penekanan yang sama terhadap " hablun min Allah " dan "hablun min al-
naas ", maka dapat diyakini bahwa keseimbangan IQ, EQ dan SQ merupakan
substansi dari ajaran Islam, dan SQ merupakan Prima Causa dari IQ dan EQ
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual ESQ
Emotional Sripitual Quontient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam ,Jakarta: Arga,
2004
Agustian , Ginanjar , Ary. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual ESQ
Emotional Sripitual Quontient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam .Jakarta: Arga,
2004.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Transliterasi Arab-Latin) Model
Perbaris.Semarang, CV Asy-Syifa’, 2001.
Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2008.
Iskandar, Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru),.Jakarta: Gaung Persada (GP) Press,
2009.
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta, Pustaka Belajar, 2008.

24

Anda mungkin juga menyukai