Anda di halaman 1dari 20

INTELIGENCE QUOTIENT (EQ), EMOTIONAL QUOTIENT (EQ),

TRANSCENDENTAL QUOTIENT (TQ) DAN DAMPAKNYA

PADA HASIL BELAJAR

Disusun Oleh :

Dian Rizki Siregar (2306103020032)


Rahil Humaira (2306103020024)

Dosen pengampu:
Dr. Elizar, S.Pd., M.Ed(MT)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA
ACEH 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala rahmat, taufiq dan hidayah-Nya berupa kesehatan sehingga pada
kesempatan yang baik ini saya dapat menulis tugas berupa paper/makalah.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Psikologi Pendidikan oleh Ibu Dr. Elizar, S.Pd., M.Ed(MT) Selain itu, tujuan
pembuatan makalah ini juga untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi para
pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi sempurnanya
makalah ini.
Apabila ada kata-kata yang kurang berkenan, kami meminta maaf yang sebesar-
besarnya. Terimakasih atas perhatiannya, semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi pembaca.

Banda Aceh, 14 November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 KECERDASAN.......................................................................................................3
2.1.1 Pengertian Kecerdasan.......................................................................................3
2.1.2 Ciri-Ciri serta Faktor yang mempengaruhi Kecerdasan....................................4
2.1.3 Perbedaan Intelegensi (Kecerdasan)..................................................................5
2.2 INTELLIGENT QUOTIENT...................................................................................5
2.2.1 Pengertian Intelligent Quotient..........................................................................5
2.2.2 Sejarah Intelligent Quotient...............................................................................6
2.2.3 Jenis-Jenis Intelligent Quotient..........................................................................7
2.3 EMOTIONAL QUOTIENT.....................................................................................7
2.3.1 Pengertian Emotional Quotient..........................................................................7
2.3.2 Sejarah Emotional Quotient...............................................................................8
2.3.3 Jenis-Jenis Emotional Quotient..........................................................................9
2.4 TRANSCENDENTAL QUOTIENT........................................................................9
2.4.1 Pengertian Transcendental Quotient..................................................................9
2.4.2 Sejarah Transcendental Quotient.....................................................................10
2.4.3 Jenis-Jenis Transcendental Quotient................................................................10
2.5 Dampak IQ, EQ dan TQ terhadap hasil belajar.....................................................12
BAB III...........................................................................................................................14
PENUTUP......................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................14
3.2 Saran.......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada diri manusia tersimpan tiga jenis kecerdasan. Tiga jenis kecerdasan tersebut,
yakni IQ, EQ, dan TQ, yang mana masing-masing dari ketiganya memiliki pengertian dan
peran yang berbeda-beda. Yang harus diperhatikan sebelum menggali lebih jauh apakah IQ
dapat mempengaruhi kesuksesan seseorang.
Orang yang mempunyai IQ tinggi tapi EQ rendah cenderung mengalami kegagalan
yang lebih besar dibanding dengan orang yang IQ-nya rata-rata tetapi EQ-nya tinggi, artinya
bahwa penggunaan EQ justru menjadi hal yang sangat penting, dimana menurut Goleman
dalam dunia kerja, yang berperan dalam kesuksesan karir seseorang adalah 85% EQ dan
15% IQ. Jadi, peran EQ sangat signifikan.
Kita perlu mengembangkan IQ – menyangkut pengetahuan dan keterampilan, namun
kita juga harus dapat menampilkan EQ yang sebaik-baiknya karena EQ harus dilatih. Untuk
meningkatkan kemampuan IQ dan EQ agar supaya dapat memanfaatkan hati nurani kita yang
terdalam maka kita juga harus membina TQ yang merupakan cerminan hubungan kita dengan
Sang Pencipta / Allah SWT, melalui TQ kita dilatih menggunakan ketulusan hati kita
sehingga mempertajam apa yang dapat kita tampilkan. Jadi perpaduan antara IQ, EQ dan TQ
inilah yang akan membina jiwa kita secara utuh, sehingga kita dapat melihat dampak belajar
yang ditmbulkan ketika kita menerapkannya dalam kehidupan kita.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa pengertian dari kecerdasan?
b) Apa yang di maksud dengan kecerdasan IQ?
c) Apa yang di maksud degan kecerdasan EQ?
d) Apa yang di maksud dengan kecerdasan TQ?
e) Apa dampak dalam pembelajaran?

1
1.3 Tujuan Penulisan
a) Mengetahui pengertian kecerdasan,
b) Mengetahui apa yang dimaksud dengan IQ, EQ dan TQ,
c) Memahami dampak IQ, EQ dan TQ dalam hasil pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KECERDASAN

2.1.1 Pengertian Kecerdasan


Ketika seorang anak usia 2 tahun dapat mengeja sederetan huruf pembentuk kata,
bahkan kalimat, dengan baik dan benar, serta merta orang tua dan lingkungannya menyebut ia
“anak cerdas”. Sederhana dasar yang dipakai, banyak anak lain dalam usia tersebut sama sekali
belum mampu melakukan hal itu. Derasnya laju informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi
memicu dan memacu setiap orang untuk menjadi lebih cerdas. Baik oleh diri sendiri maupun
dan ini yang tampak sangat menonjol orangtua yang berlomba-lomba “mencerdaskan” anak-
anaknya, supaya mampu bersaing dengan berburu kursus, paket latihan, drilling program, dan
sebagainya.
Sejak dilakukan studi dan penelitian intensif, hal penting tentang kecerdasan
(intelligence) dicerminkan oleh berbagai kontroversi pengukuran. Seperti juga pada barang lain,
kontroversi ini tidak pernah berhenti, bahkan sampai sekarang. David Wechsler (1939)
mendefinisikan kecerdasan sebagai kumpulan kapasitas seseorang untuk bereaksi dengan
tujuan, berpikir rasional dan mengelola lingkungan secara efektif.
Ia pula yang mengembangkan tes kecerdasan individual bernama Wechsler Intelligence
Scale, yang hingga saat ini masih digunakan dan dipercaya sebagai skala kecerdasan universal.
Sebelumnya, JL Stockton (1921) mengatakan kecerdasan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi proses memilih yang berprinsip pada kesamaan (similarities).

Pengertian kecerdasan (intelligen) mencakup tiga factor :


a. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia.
b. Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan.
c. Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang akan memunculkan penghargaan dalam
budaya seorang individu.

3
Banyak definisi yang dikemukakan para ahli tentang inteligensi, kadangkala pengertian
pengertian yang mereka bangun berdasarkan hasil penelitian atau pendekatan yang dilakukan.
Menurut William Stern inteligensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada
kebutuhan baru dengan menggunakan alat alat berfikir yang sesuai dengan tujuan. (Agus
Sujanto,1986:66). Sementara itu penelitian yang berkenaan dengan inteligensi dilakukan oleh
para ahli selalu dikaitkan dengan masalah masalah konsep tentang berbagai hal yang
menyangkut perilaku kemampuan berfikir seseorang. Banyaknya lahir konsep tentang
inteligensi ini digolongkan menjadi lima golongan yakni:
a. Konsepsi konsepsi yang bersifat spekulatif
b. Konsepsi konsepsi yang bersifat pragmatis
c. Konsepsi konsepsi yang didasarkan atas analisis faktor yang kiranya dapat kita sebut
konsepsi-konsepsi faktor
d. Konsepsi konsepsi yang bersifat operasional, dan
e. Konsepsi konsepsi yang didasarkan atas analisis fungsional, yang kiranya dapat kita
sebut konsepsi fungsional.

2.1.2 Ciri-Ciri serta Faktor yang mempengaruhi Kecerdasan


Ciri-Ciri Mendasar Kecerdasan (Intellegens) :
a. To judge well (dapat menilai)
b. To comprehend well (memahami secara menyeluruh).
c. To reason well (memberi alasan dengan baik).
Ciri-Ciri Prilaku Intellegen / Cerdas :
a. Masalah yang dihadapi merupakan masalah baru bagi yang bersangkutan.
b. Serasi tujuan dan ekonomis (efesien).
c. Masalah mengandung tingkat kesulitan.
d. Keterangan pemecahannya dapat diterima.
e. Sering menggunakan abstraksi.
f. Bercirikan kecepatan.
g. Memerlukan pemusatan perhatian.
Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan (Intellegen) :
4
a. Pembawaan ; kapasitas / batas kesanggupan.
b. Kematangan ; telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya, erat kaitan dengan
umur.
c. Pembentukan ; pengaruh dari luar.
d. Minat.
e. Kebebasan ; terutama dalam memecahkan masalah.

2.1.3 Perbedaan intelegensi

Intelegensi adalah salah satu kemampuan mental, pikiran atau intelektual dan
merupakan bagian dari proses-proses kognitif pada tingkatan yang lebih tinggi. Secara umum
inteligensi dapat dipahami sebagai kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi yang baru
secara cepat dan efektif, kemampuan untuk menggunakan konsep yang abstrak secara efektif,
dan kemampuan untuk memahami hubungan dan mempelajarinya dengan cepat.

Dalam proses pendidikan di sekolah, inteligensi diyakini sebagai unsur penting yang
sangat menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Namun inteligensi merupakan salah satu
aspek perbedaan individual yang perlu dicermati. Setiap peserta didik memiliki inteligensi yang
berlainan. Ada anak yang memiliki inteligensi tinggi, sedang dan rendah.

Dengan adanya perbedaan individual dalam aspek inteligensi ini, maka guru di sekolah
akan mendapati anak dengan kecerdasan yang luar biasa, anak yang mampu memecahkan
masalah dengan cepat, mampu Kunci Sukses Guru dan Peserta didik dalam Interaksi berpikir
abstrak dan kreatif. Sebaliknya, guru juga akan menghadapi anakanak yang kurang cerdas,
sangat lambat dan bahkan hampir tidak mampu mangatasi suatu masalah yang mudah
sekalipun.

2.2 IQ (INTELLEGENCE QUOTIENT)

2.2.1 Pengertian Intelligent Quotient (IQ)

5
Intelligence Quotient atau yang biasa kita sebut dengan IQ merupakan suatu indikator
untuk mengukur kecerdasan seseorang. Kecerdasan yang dimaksud, yaitu kecerdasan yang
terbentuk atas proses pembelajaran dan pengalaman hidup.
IQ menggambarkan kemampuan seseorang dalam berpikir, mengingat, memahami,
mengevaluasi, mengolah, menguasai lingkungan, dan bertindak secara terarah. Biasanya, IQ
memiliki kaitan yang erat dengan intelektual, logika, kemampuan menganalisis, pemecahan
masalah matematis, dan strategis.

Selain itu, IQ juga memiliki keterkaitan dengan keterampilan berkomunikasi, merespons


atau menanggapi hal-hal yang ada di sekitarnya, serta kemampuan mempelajari materi-materi
bilangan, seperti matematikan. Melalui sekolah, kecerdasan ini diasah dengan berpikir secara
rasional. Misalnya, saat kita belajar tentang matematika, kita dilatih untuk memahami,
menganalisis, dan memecahkan masalah dari soal itu.

2.2.2 Sejarah Intelligent Quotient (IQ)

Konsep tes kecerdasan intelektual ini diciptakan dan terpikirkan pertama kali
oleh Francis Galton (sepupu Charles Darwin sang Bapak Evolusi). Galton mengambil
landasan dari teori Darwin mengenai konsep survival individu dalam suatu spesies.
Sederhananya, yaitu teori mengenai cara bertahan hidup masing-masing orang, karena
keunggulan dari sifat-sifat tertentu yang dimilikinya dan merupakan turunan dari orang tua
mereka. Galton pun menyusun sebuah tes yang mengukur intelegensi manusia dari aspek
kegesitan dan refleks otot-ototnya. Baru lah di awal abad ke-20, Alfred Binet, seorang psikolog
dari Perancis, mengembangkan alat ukur intelegensi manusia yang sekarang telah dipakai oleh
banyak orang.
Di tahun 1983, penelitian mengenai konsep tes intelegensi manusia ini pun berlanjut
oleh psikolog Harvard, Howard Gardner. Ia menyebutkan, bahwa kecerdasan manusia bukan
merupakan sebuah konsep tunggal atau bersifat umum.
Menurutnya, kecerdasan tersebut merupakan beberapa set kemampuan yang spesifik dan
berjumlah lebih dari satu. Semua itu merupakan fungsi dari bagian-bagian dari otak yang
terpisah, serta merupakan hasil dari evolusi manusia selama jutaan tahun. Seiring
perkembangan zaman, orang-orang mulai sadar akan pentingnya intelegensi dan pengetesannya.

6
Banyak para ahli psikologi yang mulai meneliti dan membuat berbagai hipotesis tentang
kecerdasan. Muncullah perbedaan pendapat dengan masing-masing bukti yang dianggap kuat
oleh masing-masing pihak.

2.2.3 Jenis-Jenis Intelligent Quotient (IQ)

Mengutip Very Well Mind, menurut Howard Gardner awalnya ada delapan jenis
kecerdasan manusia. Kedelapan jenis IQ itu antara lain, sebagai berikut.

 Kecerdasan linguistik (verbal-linguistic)


 Kecerdasan matematik atau logika (logical-mathematical)
 Kecerdasan spasial (visual-spatial)
 Kecerdasan kinetik dan jasmani (bodily-kinesthetic)
 Kecerdasan musikal (music-rhythmic and harmonic)
 Kecerdasan interpersonal (interpersonal)
 Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal)
 Kecerdasan naturalis (naturalistic)

Seiring berjalannya waktu, akhirnya Gardner menambahkan satu lagi aspek kecerdasan
kesembilan, yaitu eksistensial (existential). Kecerdasan yang mencakup sisi spiritual dan
transendental. Walaupun akhirnya jenis kecerdasan ini mulai populer, tapi teori mengenai
eksistensial ini mendapat banyak kritik karena kurangnya bukti empiris.

Oleh karena itu, sampai sekarang para ahli belum sepakat dalam mendefinisikan apa itu
kecerdasan, diukur menggunakan alat apa, serta apa arti dari skor kecerdasan seseorang. Di
beberapa negara maju, sekarang banyak yang sudah tidak memakai istilah tes IQ lagi. Alih-alih,
mereka menyebutnya dengan tes tertentu, seperti tes kemampuan akademik, tes kecerdasan
verbal, dan sebagainya.

2.3 EQ (EMOTIONAL QUOTIENT)

7
2.3.1 Pengertian Emotional Quotient
Emotional Quotient atau EQ merupakan kecerdasan emosional yang berkaitan dengan
karakter. Kecerdasan ini berhubungan dengan kemampuan diri dalam mengontrol perasaan,
mengenali perasaan orang lain, adaptasi, disiplin, tanggung jawab, kerja sama, dan juga
komitmen. EQ pun terkait dengan kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola,
dan mengontrol emosi dirinya serta emosi terhadap orang-orang di sekitarnya.
Seseorang yang tidak memiliki EQ yang baik, tidak akan bisa mengontrol amarah, kurang
terbuka, sulit bekerja sama dengan orang lain, mudah curiga, susah memaafkan, hingga tidak
bisa berempati, dan lain sebagainya.

Banyak hal dalam hidup yang dibangun oleh kecerdasan emosional daripada kecerdasan
intelektual. Para peneliti pun mengatakan, bahwa EQ mempunyai posisi lebih penting daripada
IQ. Sebab, IQ tidak sama dengan EQ. Bisa saja seseorang yang memiliki IQ rendah, tapi ia
memiliki EQ yang amat tinggi. Di samping itu, EQ juga bukan turunan maupun bawaan sejak
lahir. EQ dapat diasah, diperkuat, serta diajarkan kapan saja melalui pendidikan karakter,
memahami perasaan orang lain, dan sebagainya. Begitu juga dalam dunia kerja. EQ menjadi
satu hal yang sangat penting. Sebab, kamu tentu tidak akan bekerja seorang diri. Kamu akan
berhubungan dan berkomunikasi dengan banyak pihak, seperti rekan kerja, atasan, hingga klien.
Maka dari itu, kecerdasan emosional yang baik diperlukan agar kamu bisa menjalin kerja sama
yang baik pula.

2.3.2 Sejarah Emotional Quotient (EQ)


Konsep Emotional Quotient pertama kali diciptakan oleh Keith Beasley yang dimuat
dalam tulisannya di artikel Mensa pada tahun 1987. Akan tetapi, istilah EQ ciptaanya baru
mendunia (dan berubah menjadi EI) setelah Daniel Goleman menerbitkan bukunya pada tahun
1995 yang berjudul “Emotional Intelligence – Why it can matter more than IQ”. Walaupun
buku Goleman dianggap bukan sebagai buku akademik, tapi konsep EI yang disusun olehnya
membuat para ahli psikologi lagi-lagi berlomba-lomba membuat penelitian tentang hal ini.

Alasan Goleman mengubah istilah EQ menjadi EI karena lebih tepat penggunaannya


untuk menjelaskan konsep kecerdasan emosional yang dimaksud. Dari situ lah, akhirnya para
ahli juga lebih milih istilah Emotional Intelligence (EI). Namun, walau konsep EI ini sudah
diterima di kalangan umum. Masih banyak ilmuwan dan praktisi psikologis yang tetap skeptis
8
dengan konsep kecerdasan emosional. Mereka sering sekali mengkritik cara pengetesannya.
Pasalnya, ilmuwan harus bekerja berdasarkan bukti. Jika seorang ilmuwan di bidang apapun
membuat suatu hipotesis, maka harus didukung dengan pengukuran yang akurat.

2.3.3 Jenis-Jenis Emotional Quotient (EQ)


Goleman pun membagi kemampuan-kemampuan emosional ini menjadi lima jenis. Kelima
jenis EQ itu antara lain, sebagai berikut.

 Kesadaran diri,
 Kontrol diri,
 Kemampuan sosial,
 Empati,
 Motivasi.
Menurut Goleman, orang yang memiliki IQ tinggi tanpa kelima kemampuan ini, akan
terhambat dalam kegiatan akademik serta pekerjaannya.

2.4 TQ ( Transcendental Quotient)

2.4.1 Pengertian Transcendental Quotient


Transcendental Quotient atau TQ merupakan kecerdasan transendental yang berkaitan
dengan kemampuan seseorang dalam memaknai hidup dan kehidupannya melalui perspektif
agama. TQ juga bisa kita sebut sebagai kecerdasan ruhaniah/ilahiyah, yaitu pengembangan dari
kecerdasan spiritual (SQ). Kecerdasan transendental ini memiliki konsep visioner yang jauh ke
depan. TQ berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk memahami dan melaksanakan aturan
transendental itu sendiri. Bagi umat Islam, aturan trasendentalnya adalah Al-Quran dan sunnah
Nabi Muhammad SAW. Sementara bagi umat lain, aturan trasendentalnya adalah peraturan-
peraturan yang ada dalam kitab-kitab agama mereka masing-masing. Meski begitu, konsep
kecerdasan transendental ini lebih ditujukan untuk umat Islam.

9
Kecerdasan transendental pada dasarnya harus tercermin pada perilaku manusia.
Pemahaman filosofis terhadap kecerdasan transendental dan penerapannya secara konsekuen
dan konsisten, memberikan banyak terhadap perilaku manusia di dalam berbagai kondisi. Selain
perilaku dalam menjalankan ibadah, perilaku seseorang dengan kecerdasan transendental tinggi
juga tercermin pada akhlak mereka yang mulia.

2.4.2 Sejarah Transcendental Quotient


Konsep kecerdasan yang satu ini merupakan konsep paling baru yang mulai diterima sama
banyak orang. Lebih mengejutkannya lagi, konsep kecerdasan transendental ini diciptakan oleh
orang Indonesia. TQ dipelopori oleh pemikiran Toto Tasmara yang diterbitkan dalam buku
berjudul Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intelligence) pada tahun 2001. Kemudian
diteliti lebih lanjut oleh Syahmuharnis dan Harry Sidharta di tahun 2006 dengan menerbitkan
buku Transcendental Quotient: Kecerdasan Diri Terbaik. Pada bagian pengantar Toto
menyampaikan, bahwa penggunaan kata kecerdasan ruhaniah atau Transcendental
Intelligence dimaksudkan agar orang-orang lebih mudah memahami perbandingan konsep
buatannya dengan konsep kecerdasan spiritual negara Barat.
Konsep yang ia tawarkan banyak merujuk pada Al-Quran dan hadis yang diyakini sebagai
sumber pemikiran yang bersifat universal dan juga sebagai cara hidup manusia (way of life).
Dalam menyajikan konsep kecerdasan transendental, Toto banyak mengaitkannya dengan
ajaran mahabbah dan akhlak. Menurutnya, kecerdasan ruhaniah adalah kecerdasan yang
berpusatkan pada hati yang diliputi rasa cinta (mahabbah) kepada Allah SWT. Toto pun
menggunakan taqwa sebagai indikator pengukurannya.

2.4.3 Jenis-Jenis Transcendental Quotient


Menurut Syahmuharnis dan Harry, indikator perilaku manusia dengan kecerdasan
transendental (TQ) yang tinggi dapat diperhatikan dari dua jenis perilaku, yaitu dalam
beribadah dan kehidupan sehari-hari. Berikut daftar perilaku manusia yang termasuk dalam dua
jenis TQ.

Perilaku dalam beribadah mencakup dua hal, yaitu:

10
1. Hanya menyembah Allah SWT.
2. Menjalankan kewajiban agama.

Dalam perilaku sehari-hari mencakup 22 hal, antara lain:

1. Menyayangi kedua orang tua.


2. Memiliki integritas yang tinggi.
3. Bertanggung jawab.
4. Berlaku adil.
5. Disiplin dan sungguh-sungguh.
6. Cerdas dan berilmu.
7. Tahan terhadap cobaan.
8. Selalu mensyukuri nikmat.
9. Terpercaya (amanah).
10. Tidak sombong.
11. Produktif, inovatif, dan kreatif.
12. Selalu berpikir positif dan termotivasi.
13. Selalu berbuat kebajikan dan mencegah kemungkaran.
14. Menjaga kebersihan diri.
15. Percaya diri dan berusaha konsisten.
16. Tidak pemarah dan suka memberi maaf.
17. Tidak boros dan kikir.
18. Bersatu dan menjaga silaturahmi.
19. Peduli dan menghargai.
20. Selalu menjaga ucapannya.
21. Selalu berusaha untuk lebih baik.
22. Memiliki toleransi yang tinggi tanpa mengorbankan aqidah.

Bagi para pencipta konsep kecerdasan transendental ini, manusia yang memiliki TQ tinggi
maka secara otomatis memiliki EQ, SQ, dan Quotient lainnya dengan tingkat yang tinggi pula.
Namun, manusia itu belum tentu memiliki IQ yang tinggi, tapi termasuk orang yang cerdas.
Orang-orang yang memiliki TQ tinggi telah memahami dan mengamalkan aturan transendental

11
secara sungguh-sungguh. Tata aturan bagi manusia untuk menjalankan hidup, yaitu
memperoleh kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Aturan tersebut mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, baik dalam menjalankan
ibadah maupun dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Mereka menjalankan kehidupan
dengan selalu mengerahkan akal-budi, menjaga kesadaran diri, mengedepankan etika dan
moral, dilandasi iman dan takwa, mengacu kepada aturan trasendental, dan selalu mengiringi
perjuangan hidupnya dengan doa dan ibadah. Semua perilaku di atas adalah komponen
kecerdasan transendental (TQ).

2.5 Dampak IQ, EQ dan TQ terhadap hasil belajar

2.5.1 Dampak IQ terhadap hasil belajar


Penelitian telah menunjukkan bahwa IQ memiliki dampak yang signifikan terhadap
prestasi akademik dan kinerja belajar. Penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual
(IQ) secara signifikan mempengaruhi kinerja belajar, khususnya dalam mata pelajaran seperti
matematika dan sains.
Namun perlu diingat bahwa IQ bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan dalam
pendidikan. Kecerdasan emosional (EQ) juga mempunyai dampak besar terhadap prestasi
akademik, khususnya dalam mata pelajaran seperti pendidikan jasmani dan kesehatan. Oleh
karena itu, keseimbangan antara IQ dan EQ sangat penting untuk keberhasilan hasil belajar.
Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat IQ yang tinggi dapat menghasilkan
kinerja akademik yang lebih baik dalam berbagai mata pelajaran, termasuk matematika, sains,
dan bahasa. Namun, penting untuk dicatat bahwa IQ bukanlah satu-satunya faktor yang
mempengaruhi kinerja akademik. Faktor lain seperti motivasi, kebiasaan belajar, dan
lingkungan belajar juga berperan penting dalam menentukan keberhasilan akademik
IQ memiliki dampak yang signifikan terhadap prestasi akademik dan kinerja belajar,
khususnya dalam mata pelajaran seperti matematika dan sains. Namun, hal ini bukanlah satu-
satunya penentu keberhasilan dalam pendidikan, dan keseimbangan antara IQ dan EQ sangat
penting untuk keberhasilan hasil pembelajaran. Faktor lain seperti motivasi, kebiasaan belajar,
dan lingkungan belajar juga berperan penting dalam menentukan keberhasilan akademik.

12
2.5.2 Dampak EQ terhadap hasil belajar
Kecerdasan emosional (EQ) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
akademik dan prestasi belajar. Penelitian telah menunjukkan bahwa EQ berkontribusi terhadap
keberhasilan akademis, khususnya dalam mata pelajaran seperti pendidikan jasmani dan
kesehatan. EQ juga memainkan peran penting dalam mengembangkan keterampilan sosial,
empati, dan kesadaran diri, yang penting untuk membangun hubungan positif dan mengelola
emosi. Penelitian juga menunjukkan bahwa EQ berpengaruh positif dan signifikan terhadap
prestasi akademik di berbagai mata pelajaran, termasuk matematika, biologi, dan akuntansi
Siswa dengan tingkat EQ yang tinggi cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih
baik, motivasi yang lebih tinggi, dan kebiasaan belajar yang lebih baik
Ringkasnya, EQ mempunyai dampak yang signifikan terhadap prestasi akademik dan kinerja
pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran yang memerlukan keterampilan sosial dan
pengelolaan emosi. Oleh karena itu, pendidik harus mempertimbangkan untuk memasukkan
strategi untuk mengembangkan dan menyeimbangkan EQ dalam proses pembelajaran untuk
mencapai hasil pembelajaran yang sukses.

2.5.3 Dampak TQ terhadap hasil belajar


Penelitian mengenai dampak TQ terhadap prestasi akademik dan kinerja belajar masih
terbatas. Sebagian besar penelitian berfokus pada dampak IQ dan EQ terhadap prestasi
akademik
Singkatnya, meskipun penelitian mengenai dampak TQ terhadap prestasi akademik masih
terbatas, IQ dan EQ mempunyai dampak yang signifikan terhadap prestasi akademik dan
kinerja belajar. IQ memberikan kontribusi yang signifikan terhadap prestasi akademik,
khususnya dalam mata pelajaran seperti matematika dan sains, sedangkan EQ berkontribusi
terhadap keberhasilan akademik, khususnya dalam mata pelajaran yang memerlukan
keterampilan sosial dan pengelolaan emosi. Oleh karena itu, pendidik harus mempertimbangkan
untuk memasukkan strategi untuk mengembangkan dan menyeimbangkan IQ dan EQ dalam
proses pembelajaran untuk mencapai hasil pembelajaran yang sukses.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

IQ, EQ, dan TQ merupakan jenis kecerdasan berbeda yang dapat mempengaruhi hasil
belajar. IQ mengukur kecerdasan intelektual, EQ mengukur kecerdasan emosional, dan TQ
mengukur kecerdasan dari sudut pandang agama
Meskipun IQ pernah dianggap sebagai satu-satunya penentu kecerdasan, kini diketahui
bahwa ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap kecerdasan dan kesuksesan seseorang.
EQ dianggap oleh beberapa peneliti lebih penting daripada IQ, karena dapat mempengaruhi
kemampuan individu untuk mengendalikan emosi, bekerja dengan orang lain, dan berempati
dengan orang lain. EQ dapat dikembangkan dan diperkuat melalui pendidikan karakter dan
pemahaman perasaan orang lain
Dalam konteks pembelajaran, penting bagi pendidik untuk menyeimbangkan IQ, EQ,
dan TQ untuk mencapai hasil pembelajaran yang sukses, pendekatan yang seimbang terhadap
kecerdasan dapat membantu pendidik menjadi manajer dan pemimpin yang sukses dalam
proses pembelajaran. Penelitian menunjukkan bahwa baik IQ maupun EQ mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap hasil belajar pendidikan jasmani

3.2 Saran

Pentingnya keseimbangan antara IQ, EQ, dan SQ dalam proses pembelajaran harus
ditekankan kembali karena ketiga jenis kecerdasan ini saling melengkapi dan harus
dikembangkan secara seimbang untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal. IQ, EQ, dan
TQ memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan mempengaruhi proses
pembelajaran.
Kecerdasan intelektual (IQ) tidak lagi dianggap sebagai satu-satunya penentu
kecerdasan seseorang, karena kecerdasan emosional (EQ) juga memainkan peran penting dalam
keberhasilan seseorang. Oleh karena itu, pendidik perlu memahami pentingnya keseimbangan
antara IQ, EQ, dan SQ dalam proses pembelajaran dan mengembangkan ketiganya secara
seimbang untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal.
14
DAFTAR
PUSTAKA

Danaeefard, H., Salehi, A., Hasiri, A., & Noruzi, M. R. (2012). How emotional intelligence
and organizational culture contribute to shaping learning organization in public
service organizations. African Journal of Business Management , 6(5), 1921-1931.

Hasaniyah, A., Rizal, Z.(2018). The Determinants and Consequents of Employee


Performance: The Role of Intelligence Quotients (IQ), Emotional Quotients (EQ) and
Organizational Culture. International Journal of Multicultural and Multireligious
Understanding, Indonesia : Universitas Madura

Kumolohadi R, Suseno MN. Intelligenz struktur test dan standard progressive matrices: (dari
konsep intelegensi yang berbeda menghasilkan tingkat intelegensi yang sama). Jurnal
inovasi dan kewirausahaan. 2012;1:79-85.

Goleman. (2001). Emotional Intelligence untuk Mencapai Puncak Prestasi. Alih Bahasa:
Alex Tri K.W. Jakarta: PT. Gramedia Pustakan Utama.

Eni Fariyatul Fahyuni, dan Istikomah. Psikologi Belajar dan Mengajar: Kunci Sukses Guru
dan Peserta Didik dalam Interaksi Edukatif. Sidoarjo: Nizamia Learning Center,
2016.

Suryabrata, Sumadi (2018). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali pers

Nurfarhanah.(2018). Hakikat dan Konsep -komsep Dasar Psikologi Pendidikan, Belajar dan
,serta faktor-faktor yang mempengaruhinya : Universitas Negri Padang.

15
TANYA
JAWAB

1. Pengertian kecerdasan (intelligen) mencakup tiga factor, kecuali...

a. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia.


b. Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan.
c. Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang akan memunculkan penghargaan dalam
budaya seorang individu.
d. Kemampuan untuk melihat masalah yang ada pada orang lain

2. Di tahun 1983, penelitian mengenai konsep tes intelegensi manusia ini pun berlanjut oleh
psikolog Harvard, Ia menyebutkan, bahwa kecerdasan manusia bukan merupakan sebuah
konsep tunggal atau bersifat umum. Siapakah tokoh tersebut?

a. Keith Beasley
b. Howard Gardner
c. Syahmuharnis dan Harry
d. Goleman

3. Menurut Goleman, orang yang memiliki IQ tinggi tanpa kelima kemampuan akan terhambat
dalam kegiatan akademik serta pekerjaannya. Apa saja kemampuan tersebut?

a. Kesadaran diri, kontrol diri, kemampuan sosial, empati dan motivasi.


b. Kesadaran, kesabaran, kontrol diri, empati dan kerja keras.
c. Kesabaran, kejujuran,kerja keras, kemampuan sosial dan motivasi
d. Kesabaran , kejujuran, empati, motivasi, kerja keras.

16
4. Seseorang yang tidak memiliki kecerdasan yang baik, tidak akan bisa mengontrol amarah,
kurang terbuka, sulit bekerja sama dengan orang lain, mudah curiga, susah memaafkan, hingga
tidak bisa berempati, dan lain sebagainya. Kecerdasan apa yang dimaksud?

a. IQ
b. EQ
c. TQ
d. AQ

5. Penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat IQ yang tinggi dapat menghasilkan kinerja
akademik yang lebih baik dalam berbagai mata pelajaran, termasuk matematika, sains, dan
bahasa. Namun, penting untuk dicatat bahwa IQ bukanlah satu-satunya faktor yang
mempengaruhi kinerja akademik. Faktor lain seperti motivasi, kebiasaan belajar, dan
lingkungan belajar juga berperan penting dalam menentukan keberhasilan akademik.
Kecerdaan apa yang memenuhi faktor tersebut?

a. IQ

b. EQ

c. TQ

d. AQ

17

Anda mungkin juga menyukai