Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KECERDASAN MAJEMUK

“Konsep Kecerdasan dan Kecerdasan Majemuk”

OLEH
KELOMPOK I

MUSTIKA (A1G120057)
HELFIANTI (A1G119041)
ILHAM NUR WAHID (A1G120048)
RAMLIA (A1G120064)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karenadengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Konsep
Kecerdasan dan Kecerdasan Majemuk” ini. Kami juga berterima kasih kepada Bapak Iman
Ashari, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen mata kuliah Kecerdasan Majemuk.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai perkembangan peserta didik. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap dengan adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Kendari, Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan .....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
A. Konsep Kecerdasan ................................................................................. 3
B. Konsep Kecerdasan Majemuk .................................................................. 3

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 9


A. Kesimpulan ............................................................................................. 9
B. Saran ....................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 10

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang kecerdasan, yang pertama kali terlintas di benak kita tentulah
berkenaan dengan kemampuan kognisi seseorang. Kecerdasan atau inteligensi memang
sering diartikan sebagai kemampuan memahami sesuatu dan kemampuan berpendapat, di
mana semakin cerdas seseorang maka semakin cepat ia memahami suatu permasalahan
dan semakin cepat pula mengambil langkah penyelesaian terhadap permasalahan tersebut
(Mustaqim 2004: 104).Dalam hal ini, kecerdasan dipahami sebagai kemampuan
intelektual yang lebih menekankan logika dalam memecahkan masalah. Kecerdasan
seseorang biasanya diukur melalui tes Intelligence Quotient (IQ) (Abdul Mujib dan Jusuf
Mudzakir 2002: 319). Jadi, kecerdasan hanya dipandang dari kemampuan seseorang
dalam menyelesaikan ujian dalam bentuk soal-soal yang merupakan tes standar di ruang
kelas.
Menurut Thomas R. Hoerr (2007: 9-10), tes tersebut hanya mengukur kecerdasan
secara sempit karena hanya menekankan pada kecerdasan linguistik dan matematis-logis
(akademis). Walaupun tes standar yang terfokus pada kecerdasan akademis tersebut dapat
memperkirakan keberhasilan anak di sekolah, namun tidak bisa memperkirakan
keberhasilan seseorang di dunia nyata,
karena keberhasilan di dunia nyata saat ini mencakup lebih dari sekedar
kecakapan linguistik dan matematis-logis. Dengan demikian, ada kecerdasan lain yang
mempunyai pengaruh lebih besar terhadap keberhasilan seseorang. Hal ini mendorong
para ahli psikologi untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang akhirnya menemukan
dua kecerdasan lain di samping kecerdasan intelektual, yaitu kecerdasan emosional (EQ)
dan kecerdasan spiritual (SQ).Anggapan berlebihan terhadap kemampuan IQ dalam
menentukan keberhasilan seseorang nampaknya masih mendominasi pembelajaran dan
pendidikan di sekolah. Salah satunya nampak dari metode yang digunakan para guru
ketika menyampaikan pelajaran. Menurut Paul Suparno (2008: 6), guru seringkali
mengajar dengan pendekatan yang rasional dengan logika-matematika yang lebih sesuai
dengan kecerdasan matematis-logis dan menjelaskan semua pelajaran dengan model
ceramah dan cerita yang lebih sesuai dengan kecerdasan linguistik. Metode pembelajaran
seperti ini hanya menguntungkan bagi anak-anak yang memiliki kecerdasan matematis-
logis dan linguistik saja, sementara siswa yang tidak memiliki kecerdasan-kecerdasan
tersebut cenderung merasa bosan, tidak mengerti, terasing, dan merasa tidak pernah
diperhatikan serta diajar di sekolah oleh gurunya. Hal ini menurut Abdul Munir Mulkhan
(2002: 80) karena model pembelajaran di sekolah yang menyimpang dan melanggar nilai-
nilai dasar kemanusiaan bagi setiap siswa, salah satunya adalah penggunaan metode
pembelajaran yang tidak sesuai dengan kecerdasan yang menonjol pada siswa.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pada makalah kami maka terdapat beberapa rumusan
masalah yang akan di bahas pada makalah ini.
1. Jelaskan Konsep Kecerdasan
2. Jelaskan Konsep Kecerdasan Majemuk

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ada, maka tujuan yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Konsep Kecerdasan
2. Mengetahui Konsep Kecerdasan Majemuk

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kecerdasan
Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti pintar dan cerdik, cepat tanggap
dalam menghadapi masalah dan cepat mengerti jika mendengar keterangan. Kecerdasan
adalah kesempurnaan perkembangan akal budi. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang
untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dalam hal ini adalah masalah yang menuntut
kemampuan fikiran (Daryanto, 2014).
Kecerdasan adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapi, baik yang sifatnya sederhana sampai membutuhkan tingkat
berpikir yang tinggi. Selanjutnya memahami, bertindak serta digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu dengan dasar totalitas berpikir yang rasional. “Definisi mengenai
kecerdasan biasanya diidentikkan dengan prestasi akademik yang diperoleh dilembaga
pendidikan”. Kecerdasan sebagai kemampuan potensial berkembang atau tidak,
bergantung pada faktor-faktor berikut:
1) Faktor biologis, kermasuk di dalam faktor keturunan atau genetikadan luka atau
cidera otak sebelum, selama dan setelah kelahiran.
2) Sejarah hidup pribdi, termasuk di dalam pengalaman-pengalaman dengan orangtua,
guru, teman sebaya, kawan-kawan dan orang lain , baik yang membangkitkan maupun
yang menghambat kecerdasan.
3) Latar Belakang Kultural dan Historis, termasuk waktu dan tempat serta sifat dan
kondisi kehidupan budayanya
Menurut Dusek ( 2012) kecerdasan dapat didefinisikan melalui dua jalan yaitu
secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif, kecerdasan adalah proses belajar untuk
memecahkan masalah yang dapat diukur dengan tes inteligensi, sedangkan secara
kualitatif kecerdasan merupakan suatu cara berpikir dalam membentuk konstruk
bagaimana menghubungkan dan mengelola informasi dari luar yang disesuaikan dengan
dirinya. Howard Gardner dalam Akyas (2014) berpendapat kecerdasan adalah
kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya
tertentu.
Berdasarkan pengertian kecerdasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dalam hal ini
adalah masalah yang menuntut kemampuan fikiran serta dapat diukur secara kuantitatif
dan kualitatif.

B. Konsep Kecerdasan Majemuk


1. Pengertian Kecerdasan Majemuk
Seorang ahli pendidikan lain dari Harvard University bernama Howard
Gardner berpendapat bahwa tidak ada manusia yang tidak cerdas. Paradigma ini
menentang teori dikotomi cerdas-tidak cerdas. Gardner juga menentang anggapan
“cerdas” dari sisi IQ (intelectual quotion), yang menurutnya hanya mengacu pada tiga

3
jenis kecerdasan, yakni logiko-matematik, linguistik, dan spasial. Untuk selanjutnya,
Howard Gardner, kemudian memunculkan istilah multiple intelligences. Istilah ini
kemudian dikembangkan menjadi teori melalui penelitian yang rumit, melibatkan
antropologi, psikologi kognitif, psikologi perkembangan, psikometri, studi biografi,
fisiologi hewan, dan neuroanatomi (Armstrong, 1993; Larson, 2001). Bagi para
pendidik dan implikasinya bagi pendidikan, teori multiple intelligences melihat anak
sebagai individu yang unik. Pendidik akan melihat bahwa ada berbagai variasi dalam
belajar, di mana setiap variasi menimbulkan konsekuensi dalam cara pandang dan
evaluasinya.
Kecerdasan, menurut paradigma multiple intelligences (Gardner, 1993), dapat
didefinisikan sebagai kemampuan yang mempunyai tiga komponen utama, yakni: (1)
Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan nyata
seharihari; (2) Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru yang
dihadapi untuk diselesaikan; (3) Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau
menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.
Semua kemampuan tersebut dimiliki oleh semua manusia, meskipun manusia
memiliki cara yang berbeda untuk menunjukkannya.
Kecerdasan anak juga didasarkan pada pandangan pokok teori multiple
intelligences (Armstrongs, 1993) sebagai berikut: (1) Setiap anak memiliki kapasitas
untuk memiliki sembilan kecerdasan. Kecerdasan-kecerdasan tersebut ada yang dapat
sangat berkembang, cukup berkembang, dan kurang berkembang. (2) Semua anak,
pada umumnya, dapat mengembangkan setiap kecerdasan hingga tingkat penguasaan
yang memadai apabila ia memperoleh cukup dukungan, pengayaan, dan pengajaran.
(3) Kecerdasan bekerja bersamaan dalam kegiatan sehari-hari. Anak yang menyanyi
membutuhkan kecerdasan musikal dan kinestetik. (4) Anak memiliki berbagai cara
untuk menunjukkan kecerdasannya dalam setiap kategori. Anak mungkin tidak begitu
pandai meloncat tetapi mampu meronce dengan baik (kecerdasan kinestetik), atau
tidak suka bercerita, tetapi cepat memahami apabila diajak berbicara (kecerdasan
linguistik).

2. Latar Belakang Munculnya Teori Kecerdasan Majemuk


Menurut Agus Efendi (2005: 136-137), ketika mengantarkan edisi ke-10 dari
Frames of Mind (1983), Gardner menegaskan bahwa sembari menulis Frames of
Mind, ia memandang karya tersebut sebagai kontribusinya terhadap disiplin psikologi
perkembangan yang digelutinya. Dengan karya tersebut, Gardner hendak memperluas
konsepsi kecerdasan, dari hanya menyangkut the result of paper and pencil test,
menjadi pengertian yang lebih luas yang menyangkut pengetahuan tentang otak
manusia dan kepekaannya terhadap ragam budayanya (sensitivity to the diversity of
human cultures). Namun demikian, terbitnya buku tersebut, menurut Joy A. Palmer
(2006: 482-483), justru menempatkan dia dalam percaturan teori dan praktik
pendidikan di Amerika Serikat serta membuatnya terkenal di seluruh dunia. Oleh
karena mendapat sambutan dari dunia pendidikan, bahkan menurut Agus Efendi
(2005: 137), dalam karya selanjutnya mengenai kecerdasan majemuk, seperti Multiple
Intelligences: The Theory in Practice, Multiple Intelligences: New Horison, dan
sebagainya, Gardner banyak memasukkan wacana-wacana pendidikan kontemporer.

4
Karya-karya sesudah Frames of Mind, lebih dijadikan sebagai penyerta dan
penyempurnaan bagi karya tersebut.
Terlepas dari itu semua, dalam bukunya Frames of Mind, Gardner (1973)
menjelaskan empat hal terkait dengan latar belakang munculnya teori kecerdasan
majemuk, yaitu The Idea of Multiple Intelligences (ide mengenai kecerdasan
majemuk), Intelligences: Earlier Views (pandangan awal mengenai kecerdasan),
Biological Foundations of Intelligences (fondasi biologis kecerdasan), dan What is an
Intelligence? (apa itu kecerdasan?). Dalam bidang tes kecerdasan, perdebatan terjadi
antara orang-orang yang mengikuti Charles Spearmen yang meyakini faktor umum
intelektual dan orang-orang yang mengikuti L. L. Thurstone yang meyakini
keragaman kemampuan mental. Menurut Gardner (1973), perdebatan tentang
pembagian kecerdasan ke dalam bagian-bagian masih terus berlangsung dan belum
menunjukkan adanya tanda-tanda penyelesaian. Bahkan Gardner sendiri
menyangsikan bahwa topik-topik seperti kehendak bebas atau konflik antara
keyakinan dan alasan akan ditetapkan untuk kepuasaan seseorang. Oleh karena itu,
dalam kesimpulannya, Gardner (1973: 8-9) menunjukkan adanya bukti persuasif
mengenai eksistensi atau adanya kompetensi intelektual manusia yang otonom secara
relatif, yang selanjutnya disebut dengan ”kecerdasan manusia.” Inilah yang oleh
Gardner disebut dengan ”Frames of Mind” (seperti judul buku teori kecerdasan
majemuk). Sifat pasti dan keluasan masing-masing “kerangka” intelektual, sejauh ini
belum ada ketetapan yang memuaskan serta belum ada kepastian mengenai jumlah
kecerdasan itu sendiri. Namun, diyakini bahwa minimal ada beberapa jenis
kecerdasan yang relatif independen satu sama lain dan bisa dibentuk serta
dikombinasikan dalam sebuah keragaman cara-cara adaptif oleh individuindividu atau
budaya-budaya, dan nampaknya bagi Gardner akan terus meningkat dan sulit untuk
disangkal, jelasnya lebih lanjut.
Kemudian, menurut Gardner (1973: 9), upaya-upaya sebelumnya untuk
mendirikan kecerdasan-kecerdasan secara independen tidak begitu meyakinkan,
terutama karena upaya-upaya tersebut hanya bersandar pada satu atau paling banyak
dua bukti. Terpisahnya ”pikiran” atau ”kemampuan” diusulkan sebagai fakta semata-
mata hanya berdasarkan atas analisis logis, disiplin pendidikan sejarah, hasil tes
inteligensi, atau semata-mata atas dasar pengertian yang mendalam yang diperoleh
dari studi tentang otak. Upayaupaya kecil ini jarang menghasilkan daftar kompetensi
yang sama. Dengan demikian, jika dibuat untuk mengklaim kecerdasan majemuk
nampaknya kurang bisa dipertahankan.Kemunculan teori kecerdasan majemuk ini
merupakan sebagai bentuk kegelisahan Howard Gardner dan para koleganya. Mereka
menganggap bahwa teori-teori tentang kecerdasan yang muncul sebelum teori ini
dikeluarkan tidak lagi memadai untuk saat ini. Oleh karena itu, perlu adanya teori
baru yang sekiranya lebih relevan sesuai dengan konteks saat ini, akhirnya muncullah
teori kecerdasan majemuk atau The Theory of Mutiple Intelligences.
3. Teori Kecerdasan Majemuk Menurut Thomas Armstrong
Thomas Armstrong menyebutkan bahwa tiap anak dilahirkan dengan
membawa potensi yang memungkinkan mereka jadi cerdas.Tiap anak membawa sifat
alami berupa rasa ingin tahu, daya eksplorasi, vitalitas, spontanitas, dan fleksibilitas.

5
Dengan berbagai sifat alaminya itu, maka tugas orang tua dan lingkungan
adalah mempertahankan sifat yang mendasari kecerdasan tadi untuk terus bertahan
hingga dewasa.
Thomas Armstrong menunjukkan ada sejumlah indikator penilaian kecerdasan
anak. Indikator Armstrong berdasarkan pada kemampuan autentik yang dimiliki Si
Kecil. Indikator-indikator itu adalah:
a) Observasi
b) Dokumentasi hasil karya
c) Penilaian tugas
d) Penilaian berdasar konteks tertent
e) Portofolio
f) Penilaian 8 parameter kecerdasan Gardner
Thomas Armstrong menekankan pentingnya penilaian kemampuan autentik
anak daripada tes standar atau tes yang berdasarkan norma-norma formalitas.
4. Macam – macam Kecerdasan Majemuk
Menurut pendapat Howard Gardner ia membagi kecerdasan menjadi sembilan
kecerdasan yaitu :
a. Intelegen Linguistik
Intelegen Linguistik adalah suatu kemampuan untuk mengunakan dan
mengolah kata-kata secara efektif baik secara oral maupun tertulis seperti dimiliki
para pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, pemain sandiwara,
maupun orator. Kemampuan ini berkaitan dengan pengunaan dan pengembangan
bahasa secara umum. Orang dengan intelegen linguistik tinggi akan mampu
berbahasa dengan baik dan lancar. Serta mampu mengembangakan kemampuan
berbahasa dan menguasai beberapa bahasa.
b. Intelegen Matematis-Logis
Kecerdasanini adalah kemampuan yang lebih berkaitan dengan
penggunaan bilangan dan logika secara efektif, seperti dipunyai sesesorang
matematikus, santis, programer, dan logikus. Termasuk dalam intelegensi tersebut
adalah kepekaan kepada pola pikir logika, abstraksi, kategorisasi, dan
perhitungan. Dalam hal ini orang dengan kecerdasan matematis-logis tinggi akan
mudah dalam menghadpi suatu permasalahan karena mereka melihat inti
permasalahan dengan jelas. Jalan pikiran mereka bejalan sehingga dengan mudah
mampu menemukan sebab dan akibat dari sebuah persoalan mereka.dalam
menghadapi persoalan mereka terlebih dahulu akan menganalisisa secara
sistematis dan kemudia barulah mengambil kesimpulan secara keseliruhan dan
memecahkanya.
c. Intelegensi Ruang-Visual
Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual
secara tepat, seperti dipunyai para pemburu, arsitek, navigator, dan dekorator. Dan
termasuk di dalam kecerdasan ini adalah kemampuan mengenal bentuk dan benda
secara tepat serta kepekaan dalam keseimbanganya.
d. Intelegensi Kinestetik-Badani

6
Kecerdasan ini adalah kemampuan mengguakan tubuh atau gerak tubuh
untuk mengespresikan gagasan dan perasaan seperti ada pada aktor, atlet, penari,
pemahat, dan ahli bedah. Dalam Intelegensi ini termasuk ketrampilan koordinasi
dan kemampuan fleksibilitas tubuh.
e. Intelegensi Musikal
Kecerdasan ini adalah kemampuan yang ada pada diri seseorang untuk
mengembangkan, mengespresikan dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara.
Termasuk kepekaan dalam instrumen, ritme, intonasi, melodi. Kemampuan
memainkan alat musik, kemampuan menyanyi, kemampuan menciptakan sebuah
lagu, kemampuan untuk menikmati lagu, musik dan nyanyian diri. Orang seperti
ini mempunyai kesadaran tinggi akan gagasan-gagasanya, dan mempunyai
kemampuan untuk memngambil keputusan pribadi. Ia sadar akan tujuan
Hidupnya. Ia dapat mengatur perasaan dan emosinyasehingga kelihata sanggat
tenang. Orang dengan itrapersonal tinggi biasanya mudah berkonsentrasi dengan
baik. Ia mempunyaikesadaran diri dan dapat mengekspresikan perasaan-persaan
mereka yang berbeda dengan tenang. Pengenalan akan dirinya sungguh mendalam
danseimbang. Kesadaran akan realitas spiritual sanggat tinggi. Orangnya
kebanyakan refleksif dan suka kerja sendiri. Bahkan kadan mereka suka menyepi
sendiri di tempat terasing. Para pendoa batin dan pembibmbing rohani yang andal
kebanyakakan punya intelegensi itrapersonal yang tinggi.
f. Intelegensi Lingkungan
Kecerdasan ini adalah kemampuan seseoranguntuk dapat menegerti flora
dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi konsekuensi lain dalam alam
natural. Kemampuan untuk memahami dan menikmati alam dan mengunkan
kemapuan itu secara produktif dalam berburu, bertani mengembangaan
pengetahuan akan alam. Orang dengan kemampuan itelegensi lingkungan tinggi
biasanya mamou hidup di luar rumah dapat berkawan dan berhubungan dengan
alam dengan baik.
g. Intelegensi Eksistensial
Kecerdasan ini adalah kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-
persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia. Orang tidak puas hanya
menerima keadaanya, keberadaanya secara otomatis, tetapi mencoba menyadari
dan mencari jawaban yang terdalam. Intelegensi ini sangat berkembang pada
banyak filsuf, terlebih filsul ekstensial yang selalu mempertanyakan dan mencoba
menjawab persoalan eksistensi hidup manusia.kecerdasan di atas memiliki ciri
khasnya masing-masing.
5. Ciri Kecerdasan Majemuk
Berikut ini adalah beberapa ciri khas berdasarkan kecerdasan yang dimiliki:
a) Kepekaan terhadap bahasa dan kata-kata (Kecerdasan Verbal-Linguistik)
b) Kepekaan anak terhadap pola abstrak dan pola matematika (kecerdasan logis-
matematis)
c) Kepekaan terhadap kondisi dan situasi ruang dan spasial tertentu (kecerdasan
spasial-visual)

7
d) Menjalankan berbagai aktivitas fisik yang berorientasi mengolah tubuh
(kecerdasan Kinestetik-jasmani)
e) Kepekaan terhadap nada, tempo, dan irama musik (kecerdasan musikal)
f) Kepekaan terhadap diri dan kesadaran dirinya (kepekaan Intrapersonal)
g) Kepekaan terhadap hubungan diri dengan lingkungan sosialnya (kepekaan
interpersonal)
h) Kepekaan terhadap berbagai bagian di lingkungan alam (kepekaan naturalis)

6. Cara Mengembangkan Kecerdasan Majemuk


Agar kecerdasan anak bisa tetap bertahan dan semakin berkembang, maka
peran ibu dan ayah, lingkungan sekitar, sekolah, dan berbagai pihak sangat
diperlukan.
Cara mengembangkan kecerdasan Si Kecil yang paling baik adalah
menyesuaikan dengan kecerdasan yang menonjol dari Si Kecil. Ingat
Sebagai contoh, bila Si Kecil memiliki kecerdasan musikal dan kecerdasan
Kinestetik-jasmani, maka pendekatan yang bisa diberikan kepadanya adalah yang
terkait dengan musik dan aktivitas fisik. Salah satu contohnya seperti mengikuti
kursus tari secara intensif.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kecerdasan adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapi, baik yang sifatnya sederhana sampai membutuhkan tingkat
berpikir yang tinggi. Selanjutnya memahami, bertindak serta digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu dengan dasar totalitas berpikir yang rasional. “Definisi mengenai
kecerdasan biasanya diidentikkan dengan prestasi akademik yang diperoleh dilembaga
pendidikan”.
Kecerdasan dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang mempunyai tiga
komponen utama, yakni Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam
kehidupan nyata seharihari, Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru
yang dihadapi untuk diselesaikan, dan Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau
menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang. Semua
kemampuan tersebut dimiliki oleh semua manusia, meskipun manusia memiliki cara yang
berbeda untuk menunjukkannya.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini,
akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal
ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke
depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat
bagi banyak orang.

9
DAFTAR PUSTAKA

Chatib, Munif. 2012. Orangtuanya Manusia: Melejitkan Potensi dan Kecerdasan dengan
Menghargai Fitrah Setiap Anak. Bandung: Penerbit Kaifa.
Chatib, Munif. 2013. Gurunya Manusia, Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak
Juara. Bandung: Penerbit Kaifa.
Chatib, Munif. 2013. Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di
Indonesia. Bandung: Penerbit Kaifa.
Gardner, Howard. 2013. Multiple Intelligences, Kecerdasan Majemuk Teori dalam Praktik.
Tangerang Selatan: Interaksara.
Herwibowo, Bobby. 2014. Menghafal Al-Qur‟an Semudah Tersenyum.Sukoharjo: Farishma
Indonesia.
James budiman, Pisikologi praktis remaja, (Surabaya: liris, 2014). hal.67 2
Paul Suparno, Teori Intelegensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta:Kanisius,
2004). Hal.,19-43
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsah, landasan bimbingan dan...,hal.239
Syarifah (2019). Konsep Kecerdasan Majemuk. Vol. 2. Hal. 154-175.
Tazkiroatun, . Pengembangan Kecerdasan Majemuk.

10

Anda mungkin juga menyukai